OLEH :
ANNISA SHOLIHAT
NPM : 1910070130015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul ” Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada NY “S” P2 A0 H2 Post Sectio Caesarea Atas Indikasi KPD
Di Ruang Operasi RSUD M. Natsir Solok.” Laporan kasus ini dibuat
berdasarkan yang didapatkan penulis dari bangku perkuliahan dan praktek,
maupun referensi-referensi dari jurnal dan perpustakaan. Dalam menyusun
Laporan Kasus ini penulis mengalami banyak kesulitan, akan tetapi berkat
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak Laporan Kasus ini dapat
terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak / Ibu yang terhormat :
1. Bpk. Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS, DESS, Apt selaku Dekan
Fakultas Vokasi Universitas Baiturramah Padang.
2. Ibu. Oktavia Puspita Sari, Dip. Rad.S.Si, M.Kes selaku Wakil
Dekan I Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah.
3. Ibu. Ns. Zufrias Riaty, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan III
Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah.
4. Ibu. Dian Eka Nursyam, S.ST, M.Keb selaku Dosen Penguji I.
5. Ibu. Ira Suryanis, S.ST, M.Keb selaku Dosen Penguji II.
Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam Laporan
Kasus ini masih jauh dari kata kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan
dan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu segala kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan
Kasus ini .
(Penulis)
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................4
B. Rumusan Masalah ................................................................................5
C. Tujuan ..................................................................................................6
D. Manfaat.................................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................................31
B. Diagnosa ..............................................................................................31
C. Perencanaan .........................................................................................31
D. Implementasi.........................................................................................32
E. Evaluasi ................................................................................................32
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................33
B. Saran ....................................................................................................34
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui.
Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi
sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial
ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan
antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia
trachomatis dan nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara
langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal,
servik yang inkompetensia, serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai
faktor predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang
didapat misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi
terutama kematian perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang
bulan (prematur), dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju,
partus lama, dan partus buatan pada kasus Ketuban Pecah Dini terutama pada
penanganan konservatif.
Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim.
Terjadinya kematian pada ibu dan anak dengan adanya masalah tersebut maka
peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dan
persalinan secara komprehensif sehingga ibu dan janin mendapatkan perawatan
yang optimal.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan
multipel, trauma, hidroamnion, dan gemelli. Komplikasi yang paling sering terjadi
pada ketuban pecah dini sindrom distress pernapasan, kejadian prolaps atau
keluarnya tali pusat, korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Oleh
sebab itu persalinan dengan ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan
perhatian serta secara teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan
penolong persalinan (bidan atau dokter). Dengan demikian akan menurunkan atau
memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya.
5
Bagaimanakah asuhan kebidanan pada Ny “S” P2A0H2 post SC denagn
indikasi Ketuban Pecah Dini diruang Operasi Rumah Sakit M. Natsir Solok.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menambah keterampilan dan mampu menerapkan asuhan
kebidanan pada pasien Post Sectio Caesarea dengan indikasi Ketuban
Pecah Dini Rumah Sakit M. Natsir Solok.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman bagi penulis
dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu post SC atas indikasi
Ketuban Pecah Dini.
6
Memberikan sumbangan pikiran mengenai manajemen kebidanan dan
meningkatkan pelayanan kebidanan pada ibu hamil.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi
pada pembukaan< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup
waktu atau kurang waktu.(Winkjosastro, 2011)
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.(Sarwono, 2010)
KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban
sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi
kapan saja dari 1-12 jam atau lebih.(Varney, 2008)
2.2 Klasifikasi
a. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia
kehamilan <37 minggu sebelum onset persalinan.(Varney, 2008)
KPD preterm adalah saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai
kurang 37 minggu. Definisi preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan,
namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah persalinan
kurang dari 37 minggu.(Royal Hospital for Women, 2010)
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.(Sarwono, 2010)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan KPD preterm adalah pecahnya
ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling pada usia kehamilan kurang
dari 37 minggu.
b. KPD pada Kehamilan Aterm
Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling,
8
tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.
(Cunningham, 2010)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada
pembukaan< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu.(Winkjosastro, 2011)
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.(Sarwono, 2010)
Dari beberapa devinisi diatas dapat disimpulkan ketuban pecah dini atau
premature rupture of membranes (PROM) adalah keadan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan pada usia kehamilan ≥37 minggu.
2.3 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak
dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-
faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi
faktor adalah:
a. Faktor Maternal
1) Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana
korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
2) Infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang secara spesifik permulaan
berasal dari vagina, anus, atau rectum dan menjalar ke uterus.
3) Inkompetensi serviks (leher rahim) adalah istilah untuk menyebut
kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak
dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar
4) Riwayat KPD sebelumnya.(Winkjosastro, 2011)
b. Faktor Neonatal
1) Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
9
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi
teregang,tipis, dan kekuatan membran menjadi berkurang, menimbulkan
selaput ketuban mudah pecah.
2) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :Gemelli
(Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih). Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
3) Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat
banyak. Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan amnion
terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu
beberapa hari saja.(Winkjosastro, 2011)
2.4 Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai
infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%). High virulensi berupa Bacteroides Low virulensi,
Lactobacillus Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,
jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
10
2.5 Faktor Risiko ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
a. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari,
namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat
membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga
keselamatan ibu maupun janin. Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya
dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan
pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi
melakukan pekerjaan yang berat. (Saifuddin, 2010))
Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja
fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga
jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja
menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu yang bekerja dan lama kerja ≥40
jam/ minggu dapat meningkatkan risiko sebesar 1,7 kali mengalami KPD
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena
pekerjaan fisik ibu juga berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi. Pada
ibu yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah banyak terlibat dengan
pekerjaan fisik yang lebih berat. (Indramarwan, 2012)
b. Paritas
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan
risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Konsistensi serviks pada persalinan sangat mempengaruhi
terjadinya ketuban pecah dini pada multipara dengan konsistensi serviks
yang tipis, kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini lebih besar dengan
adanya tekanan intrauterin pada saat persalinan. konsistensi serviks yang
tipis dengan proses pembukaan serviks pada multipara (mendatar sambil
membuka hampir sekaligus) dapat mempercepat pembukaan serviks
11
sehingga dapat beresiko ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap.
(Fatikah, 2010)
Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman ditinjau dari sudut
insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih
dari tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi. Pada
paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang
elastik) daripada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak anak
(grandemulti) cenderung bekerja tidak efisien dalam persalinan.
(Cunningham, 2010)
Paritas kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relatif lebih aman untuk
hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut
dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum
terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput
ketuban dengan baik. Ibu yang telah melahirkan beberapa kali lebih berisiko
mengalami KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus mengalami
gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh
dan akhirnya pecah spontan.(Saifuddin, 2010))
c. Umur
Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur
seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin baik sehingga akan
termotivasi dalam pemeriksaan kehamilam untuk mecegah komplikasi pada
masa persalinan. Umur dibagi menjadi 3 kriteria yaitu < 20 tahun, 20-35
tahun dan > 35 tahun. Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan
persalinan yaitu usia 20-35 tahun. Pada usia ini alat kandungan telah matang
dan siap untuk dibuahi, kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau
terlalu muda sering menyebabkan komplikasi/ penyulit bagi ibu dan janin,
hal ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana
rahim belum bisa menahan kehamilan dengan baik, selaput ketuban belum
matang dan mudah mengalami robekan sehingga dapat menyebabkan
12
terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan pada usia yang terlalu tua atau >
35 tahun memiliki resiko kesehatan bagi ibu dan bayinya.(Santoso, 2013)
Keadaan ini terjadi karena otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi
sehingga mudah terjadi penyulit kehamilan dan persalinan. Salah satunya
adalah perut ibu yang menggantung dan serviks mudah berdilatasi sehingga
dapat menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini yang menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
Hasil penelitian membuktikan bahwa umur ibu <20 tahun organ
reproduksi belum berfungsi secara optimal yang akan mempengaruhi
pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal. Ibu yang hamil pada umur
>35 tahun juga merupakan faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini
karena pada usia ini sudah terjadi penurunan kemampuan organ-organ
reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga mempengaruhi
proses embryogenesis sehingga pembentukan selaput lebih tipis yang
memudahkan untuk pecah sebelum waktunya. (Kusmiawati, 2008)
d. Riwayat Ketuban Pecah Dini
Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya KPD
aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang
mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada
kehamilan berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-4
kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena
komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen
yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.(Cunningham, 2010)
Riwayat kejadian KPD sebelumnya menunjukkan bahwa wanita yang
telah melahirkan beberapa kali dan mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya. Keadaan yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin dalam
kandungan juga juga dapat meningkatkan resiko kelahiran dengan ketuban
pecah dini. Preeklampsia/ eklampsia pada ibu hamil mempunyai pengaruh
langsung terhadap kualitas dan keadaan janin karena terjadi penurunan
13
darah ke plasenta yang mengakibatkan janin kekurangan nutrisi.
(Cunningham, 2010)
e. Usia Kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden Sectio Caesaria, atau gagalnya persalinan normal.
Persalinan prematur setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm
90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-
34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. Usia kehamilan pada saat
kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin yang paling
bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia
kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas
tentang usia kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul
sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia
janin.
Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia
kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya
diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan
trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak
diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin
lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan
membahayakan janin serta situasi maternal.(Astuti, 2012)
f. Cephalopelvic Disproportion (CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan,tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala
janin dengan panggul ibu. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya
ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbul dehidrasi serta asidosis dan
infeksi intrapartum. Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara
14
pemeriksaan yang penting untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang
keadaan panggul. (Sarwono, 2011)
2.7 Diagnosis
Penegakkan diagnosis ketuban pecah dini adalah sebagai berikut: bila air
ketuban banyak dan mengandung mekonium verniks maka diagnosis
dengan inspeksi mudah ditegakkan, tapi bila cairan keuar sedikit maka
diagnosis harus ditegakkan pada :
a. Anamnesa : kapan keluar cairan, warna, bau, adakah partikel-partikel
di dalam cairan (lanugo serviks)
b. Inpeksi : bila fundus di tekan atau bagian terendah digoyangkan,
keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior
c. Periksa dalam : ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi
d. Pemeriksaan laboratorium : Kertas lakmus : reaksi basa (lakmus
merah berubah menjadi biru ), Mikroskopik : tampak lanugo, verniks
kaseosa (tidak selalu dikerjakan )
e. Pemeriksaan penunjang. (Ababi, 2008)
15
2.8 Komplikasi
a. Ibu
1) Infeksi pada ibu yang disebabkan oleh bakteri yang secara spesifik
permulaan berasal dari vagina, anus, atau rectum dan menjalar ke uterus.
2) Gagalnya persalinan normal yang diakibatkan oleh tidak adanya
kemajuan persalinan sehingga meningkatkan insiden seksio sesarea.
3) Meningkatnya angka kematian pada ibu.(Sarwono, 2010)
b. Bayi
1) Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
2) Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul dengan persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi pada
24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
dalam 1 minggu.
3) Sindrom Deformitas Janin
Ketuban pecah dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin.
4) peningkatan morbiditas neonatal karena prematuritas.(Sarwono, 2010)
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini dibagi pada kehamilan aterm,
kehamilan pretem, serta dilakukan induksi, pada ketuban pecah dini yang
sudah inpartu.(Ababi, 2008)
a. Ketuban pecah dengan kehamilan aterm
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu : diberi antibiotika,
Observasi suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam, bila belum ada
tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi. Bila saat datang sudah lebih dari 24
jam, tidak ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi
16
b. Ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur
1) EFW (Estimate Fetal Weight) < 1500 gram yaitu pemberian Ampicilin
1 gram/ hari tiap 6 jam, IM/ IV selama 2 hari dan gentamycine 60-80 mg
tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk
merangsang maturasi paru (betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24 jam),
melakukan Observasi 2x24 jam kalau belum inpartu segera terminasi,
melakukan Observasi suhu rektal tiap 3 jam bila ada kecenderungan
meningkat > 37,6°C segera terminasi
2) EFW (Estimate Fetal Weight) > 1500 gram yaitu melakukan observasi
2x24 jam, melakukan observasi suhu rectal tiap 3 jam, pemberian
antibiotika/kortikosteroid, pemberian Ampicilline 1 gram/hari tiap 6 jam,
IM/IV selama 2 hari dan Gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari
selama 2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk merangsang meturasi paru
(betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24jam ), melakukan VT selama
observasi tidak dilakukan, kecuali ada his/inpartu, Bila suhu rektal
meningkat >37,6°C segera terminasi, Bila 2x24 jam cairan tidak keluar,
USG: bagaimana jumlah air ketuban : Bila jumlah air ketuban cukup,
kehamilan dilanjutkan, perawatan ruangan sampai dengan 5 hari, Bila
jumlah air ketuban minimal segera terminasi. Bila 2x24 jam cairan ketuban
masih tetap keluar segera terminasi, Bila konservatif sebelum pulang
penderita diberi nasehat seperti segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda
demam atau keluar cairan lagi. (Ababi, 2008)
2.10 Seksio sesarea
Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) ( Saifuddin,
2008:536).
2.11 Indikasi
1) Ibu :
a) Disproporsi kepala panggul/CPD
b) Disfungsi uterus
c) Distosia jaringan lunak
d) Plasenta previa
17
2) Anak
a) Janin besar
b) Gawat janin
c) Letak lintang
18
mengetahui posisi janin atau letak plasenta, posisi dan besar tumor
(jika ada).
7) Pasien diharuskan puasa enam jam sebelum operasi. Pasien
darurat yang tidak dapat berpuasa harus dipasang pipa lambung
dan dihisap sampai lambung benar-benar kosong.
8) Pelepasan semua perhiasaan pasien. Selain itu, ada beberapa
prosedur yang dilakukan diruang operasi.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGUMPULAN DATA
Tanggal : 22 JUNI 2021
A. Identitas / Biodata
Nama Istri : Ny ”S”
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
B. Status Perkawinan
Umur pertama kawin : 19 tahun
20
Berapa kali kawin : 1 kali
Lama Perkawinan : 8 tahun
Suami masih ada /tidak : Ada
C. Data Persalinan
1. Riwayat persalinan
a. Alasan masuk : Ibu Post SC + KPD
b. Partus : 2 Abortus : 0 Hidup : 2
c. Tanggal Persalinan : 22 JuLi 2021
d. Tempat melahirkan : RS. Natsir Solok
e. Di tolong oleh : Dokter Obgyn
f. Jenis persalinan : Sectio Caesarea
g. Plasenta
1) Lengkap / tidak : lengkap
2) Berat plasenta : ± 500 gram
3) Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
4) Insersi tali pusat : centralis
5) Kelainan : Tidak Ada
h. Perineum
- luka : Tidak Ada
i. Bayi
1) Lahir
a) Tanggal : 22 Juni 2021
b) Pukul : 11.45 wib
2) Jenis Kelamin : laki-laki
3) BB, PB, A/S : 3100 gr/ 49 cm/ 8/9
4) Masa gestasi : 38-39 minggu
5) Komplikasi : Tidak Ada
21
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 110/70 mmHg
2) Nadi : 82x/i
3) Nafas : 20x/i
4) Suhu : 36,5ºc
d. Payudara
1) Pengeluaran : Colostrum
2) Bentuk : simetris ki/ka
3) Putting susu : Menonjol
e. Uterus
1) TFU : 2 Jari dibawah pusat
2) Kontraksi : baik
3) Kosintensi : Keras
f. Lochea
1) Warna : Merah Tua
2) Bau : Amis
3) Jumlah : ± 50 cc
4) Konsistensi : encer
g. Kandung kemih : Tidak Teraba
h. Ekstremitas
1) Atas :
Udema : Tidak Ada
Sianosis ; Tidak Ada
2) Bawah :
Udema : Tidak Ada
Sianosis : Tidak Ada
3. Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi :
Minum sehari : 8 gelas/hari
Makan dalam Sehari : 3x sehari
Makan selingan : Buah
22
Nafsu Makan : Ada
Jenis Makanan : Nasi lembek + Lauk pauk + Sayur
Ada Makanan yang alergi : tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Warna : Kuning Kecoklatan
Konsistensi : Agak lembek
Keluhan : Tidak Ada
BAK
Frekuensi : 6-7x/ jam
Warna : kuning jernih
Keluhan : Tidak ada
c. Pola Istirahat
Berapa jam tidur dalam sehari : 7 jam
Keluhan : Tidak ada
4. Rencana keluarga berencana
Metode yang dipilih : KB
Kapan Pemakaian alat kontrasepsi : Setelah Masa Nifas
Berapa lama rencana pemakaian : kurang lebih 3 th
5. Data psikososial
Apakah ibu merasa senang : senang
Apakah ibu senang dengan penambahan anggota keluarga :
ya
Perasaaan keluaga : Senang atas kehadiran bayinya
6. Riwayat Kesehatan yang lalu :
TBC : Tidak Ada
Diabetes Melitus : Tidak Ada
Eklamsi : Tidak Ada
Penyakit Kejiwaan : Tidak Ada
PSM/ Penyakit Seksual Menular : Tidak ada
23
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” P2 A0 H2 POST
SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI KPD
DI RS M. NATSIR SOLOK
TANGGAL 22 JUNI 2021
24
Pusat. 6. Kandung diberikan
8. Kontraksi kemih :
3. Menganjurkan ibu
uterus tidak teraba
untuk mobilisasi seperti
Baik.
miring kiri/ kanan,
9. Skala nnyeri : Masalah :
duduk, dan berjalan
2 Tidak ada
disekitar tempat tidur
10. Lochea : Evaluasi : Ibu sudah
Kebutuhan :
rubra, melakukannya
1. Informasika
jumlah ±10 cc
n hasil
11. Warna merah
Pemeriksaan 4. Mengontrol kontraksi
tua, baunya
. uterus, TFU dan
amis
2. Jelaskan pengeluaran lochea
12.Papilla mamae
tentang cara Evaluasi : Kontraksi
: menonjol.
mengatasi uterus baik, TFU 2 jari
13.Colostrum :
nyeri. bahwa pusat,Lochea
(+)
3. Anjurkan rubra
ibu
mobilisasi
4. Kontrol 5. Mengajarkan ibu cara
6. Jelaskan nyaman
25
personal berat
hygien - konsumsi obat
7. Nutrisi, penghilang
hidrasi dan Evaluasi : Ibu mengerti
miksi dengan penjelasan yang
8. Istirahat dan diberikan
tidur
6. Menjelaskan pada
9. Memotivasi
ibu tentang personal
ibu untuk
hygiene dengan mandi
pemberian
minimal 2 kali sehari
ASI
dan berganti pakaian
ekslusif.
setelah berpergian dari
10. Penjela
luar supaya ibu dan
san tanda -
bayi terhindar dari
tanda
penyakit.
bahaya
Evaluasi : Ibu mengerti
selama masa
dengan penjelasan yang
nifas.
diberikan
11. Beritah
u ibu jadwal
7. Memenuhi
kunjungan
kebutuhan nutrisi,
ulangnya.
hidrasi dan miksi ibu
dengan melibatkan
anggota keluaga untuk
membantu ibu makan
dan minum serta
bekemih.
Evaluasi : Ibu mengerti
dengan penjelasan yang
diberikan
8. Menganjurkan ibu
26
istirahat yang cukup
untuk mencegah
kelelahan yang
berlebihan dan
tidur/istirahat di saat
bayinya tidur.
Evaluasi : Ibu mengerti
dengan penjelasan yang
diberikan
27
bayi
c) Seluruh areola
mamae
d) masuk ke mulut
bayi
e) Memulai
dengan
payudara yang
terakhir dihisap
f) Sendawakan
bayi setelah
disusui
Evaluasi : Ibu mengerti
dengan penjelasan yang
diberikan
28
e) Sakit kepala
terus menerus,
nyeri
epigastrium,
atau gangguan
penglihatan
f) Payudara keras,
panas, merah,
dan sakit
g) Hilang nafsu
makan yang
lama
h) Sangat lelah /
nafas sesak
i) Merasa sangat
sedih / tidak
mampu
mengasuh
sendiri bayinya
j) muntah, rasa
sakit pada waktu
BAK
Bila ibu menemui
tanda-tanda
tersebut, agar datang ke
pelayanan kesehatan
terdekat.
Evaluasi : Ibu mengerti
dan dapat mengulangi 6
dari 10 tanda – tanda
bahaya post partum
serta ibu mau datang ke
29
fasilitas kesehatan
terdekat jika menemui
tanda- tanda bahaya.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
1) Pengkajian
Setelah malakukan pengkajian dalam asuhan kebidanan, penulis
menemukan kesenjangan antara teori dan praktik lapangan.
Kesenjangan tersebut terdapat pada tanda – tanda vital, sistem
kardiovaskuler klien yang tidak mengalami konstipasi atau gangguan
akibat anastesi, sistem perkemihan klien tidak terganggu akibat proses
pembedahan.
2) Diagnosa
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pda Ny “S” data yang
ditemukan :
a. Nyeri berhubungan dengan post operasi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi
aktivitas
3) Perencanaan
Pada saat perencanaan tidak terlalu mengalami kesulitan karena
perencanaan disesuaikan dengan diagnosa yang telah dirumuskan
sebelumnya, keluarga sangat kooperatif dalam tahap perencanaan.
Berdasarkan prioritas masalah yang ada pada Ny “S” adalah nyeri
berhubungan dengan post operasi, karena jika nyeri tidak diatasi maka
akan terganggu kebutuhan dasar pasien. Perencanaan yang ditetapkan
penulis di tujukan untuk meningkatkan kenyamanan seperti ajarkan
31
manajemen nyeri, mencegah infeksi seperti melakukan perawatan luka
dengan teknik aseptik dan antiseptik dan memenuhi kebutuhan
kesehatan pasien seperti membantu melakukan aktivitas sehari – hari.
4) Implementasi
Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan kesulitan, penulis dapat
melaksanakan semua rencana asuhan kebidanan yang dibuat sesuai
dengan diagnosa kebidanan yang telah dibuat, sesuai kondisi dan
kebutuhan pasien pada saat itu.
5) Evaluasi
Pada tahap evaluasi setelah dilakukan tindakan kebidanan pada Ny
“S” P2 A0 H2 Post Sectio Caesarea Atas Indikasi KPD selama 3 hari,
masalah dapat teratasi sesuai dengan tujuan yang di tetapkan.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
33
5.2 Saran
1) Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan dalam melaksanakan asuhan yang
komprehensif pada ibu post sc atas indikasi Ketuban Pecah Dini
34
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. ida bagus Gde Manuaba, SpOG. 1998. Ilmu kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Ana Ratnawati, A.Per.Pend.,S.Kep.,Ns, M.Kep. 2017. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Yogyakarta : Pustaka Baru Press..
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta
Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Ibu dan Anak. EGC :
Jakarta
Mikmikiku.wordpress.com/2013/09/23/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
ketuban-pecah-dini-kpd/
35