Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TETANUS NEONATORUM

DI SUSUN OLEH :
1. Elya Nova Dianesti (14.401.15.038)
2. Ferdi Idrus Imam S (14.401.15.034)
3. Fitriaul Hasanah (14.401.15.038)
4. Haiva Rustiana Dewi (14.401.15.039)
5. Ida Bagus Nyoman K P (14.401.15.040)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat


serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ TETANUS NEONATORUM” dapat kami selesaikan dengan baik.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Sayektiningsih S.S.T M. Kes selaku dosen matakuliah Keperawatan


Anak
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik demi perbaikan
sangat penulis harapkan. Dan semoga Karya Tulis ilmiah ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan ilmu keperawatan
pada umumnya.

Krikilan, Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................
C. TUJUAN ..........................................................................................
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian ...................................................................................
2. Penyebab .....................................................................................
3. Faktor Resiko ..............................................................................
4. Masa Inkubasi .............................................................................
5. Manifestasi .................................................................................
6. Komplikasi .................................................................................
7. Penatalaksanaan .........................................................................
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengakjian ..................................................................................
2. Diagnosa .....................................................................................
3. Intervensi ....................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini tetanus masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat segnifikan di negara berkembang karena akses program
imunisasi yang buruk, juga penata laksanaan tetanus moderen membutuhkan
fasilitas intensife care unite ( ICU) yang jarang tersedia disebagian besar
populasi penderita tetanus berat. Dinegara berkembang, mortalitas tetanus
melebihi 50% dengan perkiraan jumlah kematian 800.000 sampai 1.000.000
orang pertahun, sebagian besar pada neonatus. Kematian tetanus neonatus
diperkirakan sebesar 248.000 kematian pertahun. Dibagian neurologi Hasan
Sadikin bandung, dilaporkan 156 kasus tetanus pada tahun 1999-2000
dengan mortalitas 35, 2% . pada sebuah penelitian restopektif tahun 2003-
oktober 2014 di RS sanglah didapatkan 54 kasus tetanus dengan mortalitas
47 %.
Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah. Implementasi
imunisasi tetanus global telah menjadi target WHO sejak tahun 1974.
Sayang imunitas terhadap tetanus tidak berlangsung seumur hidup dan
dibutuhkan injeksi boster jika seseorang mengalami luka yang rentang
terkena tetanus. Akses program imunisasi yang buruk dilaporkan
menyebabkan tingginya prefalensi penyakit ini dinegara sedang
berkembang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep penyakit Tetanus Neonatorum ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Tetanus Neonatorum?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep penyakit Tetanus Neonatorum
2. Untuk mengetahui konsep asuhan Tetanus Neonatorum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konsep Penyakit Tetanus Neonatorum
1. Definisi
Tetanus Neonatorum adalah penyakit infeksi yang terjadi melalui luka
irisan pada umbilicus pada waktu persalinan akibat masuknya spora
Clostridium Tetani yang berasal dari alat-alat persalinan yang bersih
dengan masa inkubasi anatara 3-10 hari.
Menurut Depkes RI, 1996, Tetanus Neonatorum adalah penyakit pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh infeksi kuman tetanus yang masuk
melalui tali pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak
bersih (Dina, 2009)
2. Penyebab
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang sering terjadi
pasa neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan) yang disebabkan oleh
cotridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin/racun yang
menyerang sisitem saraf pusat.
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, lurus, langsing
berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron bersifat gram
posistif dan tidak berkapsul, membentuk spora, bersifat obligat anarob dan
mudah tumbuh pada nutrien media yang biasa. Kuman ini membentuk
extra toksin yang disebut tetanus pasmin, suatu neoro toksin yang kuat.
Clostridium tetani berkembang cepat pada jaringan yang rusak (luka) dan
suasana anaerob basil tetanus berupa dari bentuk spora kedalam bentuk
vegetatif. Pada keadaan itu, crostidium tetani mengeluarkan eksotoksin
yang menyebabkan tetanus. Pada waktu crostidium tetani dalam bentuk
vegetatif maka akan sensitif terhadap panas dan beberapa antibiotk dan
tidak dapat bertahan karena adanya oksigen. Sebaiknya dalam bentuk
spora sangant resisiten terhadap keadaan panas dan antiseptik biasa. Spora
ini dapat hidup pada pemanasan autoklasf 121⁰ selama 10-15 menit dan
relatif resisten terhadap phenol dan bahan-bahan kimia lain.
Spora dari kuman tersebut masuk melalui pintu masuk satu-satunya ke
tubuh bayi baru lahir yaitu tali pusat yang dapat terjadi pada saat
pemotongan tali pusat ketika bayi baru lahir maupun saat perawatan
sbelum puput atau lepasnya tali pusat(Dina, 2009).
3. Faktor Resiko
Terdapat 5 faktor resiko utama terjadinya tetanus neonatorum yaitu :
a. Faktor resiko pencemaran lingkungan fisi dan biologik
Lingkungan yang mempunyai sanitasi yang buruk akan menyebabkan
clostridium tetani lebih mudah berkembang biak. Kebanyakan
penderita dengan gejala tetanus sering mempunyai riwayat tinggal di
lingkungan yang kotor.
b. Faktor alat pemotong tali pusat
Penggunaan alat yang tidak streril untuk memotong tali pusat
meningkatkan resiko penularan penyakit tetanus neonatorum. Kejadian
ini masih berlaku di negara-negara berkembang dimana bidan-bidan
yang melakukan pertolongan persalinan masih menggunakan perlatan
seperti pisau dapur/sembilu untuk memotong tali pusat bayi yang baru
lahir.
c. Faktor perawatan tali pusat
Terdapat sebagian masyarakat di negra-negara berkembang masih
menggunakan ramuan untuk menutup luka tali pusat seperti kunyit dan
abu dapur. Seterusnya, tali pusat tersebut akan dibalut dengan
menggunakan kain pembalut yang tidak steril sebagai salah satu ritual
untuk menyambut bayi yang baru lahir. Cara perawatan tali pusat yang
tidak benar ini akan meningkatkan lagi resiko terjadinya kejadian
tetanus neonatorum.
d. Faktor kebersihan tempat pelayanan kesehatan
Kebersihab suatu tempat pelayanan persalinan adalah sangat penting.
Tempat pelayanan persalinan yang tidak besih bukan saja bersiko
menimbulkan penyakit pada bayi yang akan dilahirkan, malah pada ibu
yang melahirkan.. tempat pelayanan persalinan yang ideal sebaikanya
dalam keadaan bersih dan streil
e. Faktor kekebalan ibu hamil
Ibu hamil yang mempunyai kekebalan terhadap tetanus dapat
membantu mencegah kejadian tetanus neonatorum pada bayi yang
baru lahir. Anti body terhadap tetanus pada ibu hamil dapat disalurkan
pada bayi melalui darah, stereusnya kan menurunkan resiko infeksi
crostedium tetani. Sebagian besar bayi yang terkena tetanus
neonatorum biasanya lahir pada ibu yang tidak pernah mendapat
imunisasi TT (Kusuma, 2014)
4. Masa Inkubasi
Terdapat variasi masa inkubasi pada tetanus dari satu minggu sampai
beberapa minggu lamanya. Semakin pendek masa inkubasi tetanus
semakin buruk progenesis penyakit. Bila kurang dari satu minngu maka
sifat tetanus adalah fatal.
Sejak kuman masuk kedalam tubuh bayi sampai mulai timbulnya gejala
(masa inkubasi) kurang dari 7 hari seperti biasanya penyakit lebih parah
dengan angka kematian tinggi.
5. Manifestasi
Menurut Depkes RI, 1996, gejala klinis tetanus neonatorum adalah : bayi
yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek, mulut
bayi mencucu seperti mulut ikan, mudah sekali dan sering kejang-kejang
terutama karena rangsangan sentuhan, rangsan sinar dan rangsangan suara,
wajahnya mungkin kebiruan, kadang-kadang disertai demam.
6. Komplikasi
a. Laringopasme
Spasme dari laring dan otot pernafasan menyebabkan gangguan
ventilas. Hal ini merupakan penyebab utama kematian pada kasus
tetanus neonatorum.
b. Faktor dari tulang pungung atau tulang panjang akibat kontraksi otot
berlebihan yang terus menerus. Terutama pada neonatus, dimana
pembentukan dan kepadatan tulang masih belum sempurna.
c. Hiperadrenergik menyebabkan hiperkativitas sistem saraf otonom yang
dapatmenyebabkan takikardi dan hipertensi yang pada akkhirnya dapat
menyebabkan henti jantung. Merupakan penyebab kematian neonatus
yang sudah distabilkan jalan nafasnya.
d. Sepsis akibat infeksi nosokomial (bronkopnemonia)
e. Pnemoniea aspirasi seringkali terjadi akibat aspirasi makanan yang
diberikan secara oral pada saat kejang berlangsung(Akbar, 2009)
7. Penatalaksanaan
a. Diberikan cairan intravena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl
fisiologis dalam perbandingan 4 : 1 selama 48-72 jam selanjutnya
IVFD hanya untuk memasukkan obat.
b. Diazepam dosis awal 2 setangah awal intrafena berjalan perlahan-
lahan selama 2-3 menit, kemudian di berikan dosis rumat 8-10 mg/kg
bb/ hari melalui IVFD (diazepam dimasukkan kedalam cairan eflex
dan diganti setiap 6 jm.
c. ATS 10.000 u/ hari, diberikan 2 hari berturut-turut dengan IM titik
infus diberikan 20.000 u/ unit sekaligus.
d. Ampisilin 100 mg/kg bb/hari : 4 dosis, intravena selama 10 hari. bila
pasien menjadi sepsis pengobatan seperti pasien lainnya.
e. Talipusat dibersihkan atau dikompres dengan alkohol 70% atau
betadin 10%
f. Perhatikan jalan nafas, eflexe, dan tanda fital. Lendir sering dihisab.
g. Perawatan intensif terutama ditujukan untuk mencukupi kebutuhan
cairan dan nutrisi, menjaga saluran nafas tetap bebas, mempertahankan
oksignasi yang adekuat, dan mencegah hipotermi. Perawatan eflex tali
pusat sangat penting untuk membuang jaringan yang telah tercemar
spora dan mengubah keadaan anaerob jaringan yang rusak, agar
oksigenasi bertambah dan pertumbuhan bentuk eflexee maupun spora
dapat dihambat. Setelah eflex tali pusat dibersihkan dengan perhydrol,
dibutuhkan povidon 10% dan dirawat secara terbuka. Perawatan eflex
tali pusat dilakukan minimal 3 kali sehari
B. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas,
setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal,
pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai
dengan kesulitan membuka mulut dan menetek, disusul dengan kejang–
kejang.
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan
kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kekakuan pada
tetanus sangat khusus : fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai namun
fleksi plantar pada jari kaki tidak tampak sejelas pada penderita anak.
Tindakan pencegahan bahkan eliminasi terutama bersandar pada
tindakan menurunkan atau menghilangkan factor-faktor resiko

B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Diharapkan kepada bagi mahasiswa dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dengan masalah keperawatan tentang penyakit
tetanus neonatorum dan juga dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari hari.
2. Bagi perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan
penyakit tetanus neonatorum harus lebih memperhatikan dan tahu pada
bagian-bagian manasaja dari asuhan keperawatan pada bayi yang perlu
ditekankan.
3. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu
atau keluarga dari anak tentang tetanus dan penyuluhan untuk
melakukan persalinan di RS, puskesmas, klinik bersalin atau pelayanan
kesehatan terhindar dari infeksi tetanus pada anaknya akibat
penggunaan alat-alat yang tidak steril.
DAFTAR PUSTAKA

http://imamrhizky.blogspot.co.id/2013/06/makalah-tetanus-
neonatorum.html

Anda mungkin juga menyukai