II. EPIDEMIOLAGI
Angka kematian sepsis neonatorum masih sangat tinggi, terutama
dinegara berkembang. Menurut WHO terdapat 4 juta bayi meninggal setiap
tahunnya pada periode neonatal, dan 99% kematian neonatal terdapat di
negara berkembang, dengan penyebab terbanyak adalah infeksi (36%).
Prognosis sepsis bakterialis pada neonates bervariasi namun dengan adanya
neutropenia angka kematian sepsis neonatorum akan meningkat (Rochmah,
2006).
III. KLASIFIKASI
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis
neonatorum dibagi menjadi dua:
Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
o Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari,
o Penyebab → organisme dari saluran genital ibu.
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]
IV. PENYEBAB
Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi
baru lahir (Depkes, 2007). Mikroorganisme penyebab sepsis berhubungan
erat dengan umur dan status imunitas anak. Pada masa neonatus
Streptococcus grup B, Eschericia coli, Streptococcus aureus, Streptococcus
epidermidis, dan Listeria monocytogenus merupakan penyebab tersering.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan protozoa. Pada anak
yang lebih besar sepsis disebabkan oleh Streptococcus pneumonia,
Haemofillus influenza tipe B, Nisseria meningitides, Salmonela sp.,
Streptococcus aureus dan Streptococcus grup A. Pada anak dengan
gangguan imunitas seperti asplenia, penyakit sel sabit, netropenia, AIDS
dapat mengalami sepsis yang disebabkan oleh kuman atau jamur
(Chairuddi, dkk, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir dapat
di bagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Faktor maternal terdiri dari:
Ruptur selaput ketuban yang lama
Persalinan prematur
Amnionitis klinis
Demam maternal
Manipulasi berlebihan selama proses persalinan
Persalinan yang lama
b. Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang
terkena sepsis, tetapi tidak terbatas pada buruknya praktek cuci tangan
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]
dan teknik perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang sentral,
berbagai pemasangan kateter selang trakeaeknologi invasive, dan
pemberian susu formula.
c. Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat
badan lahir rendah, dan kerusakan mekanisme pertahanan dari penjamu.
(Wijayarini,2005)
V. PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai
neonatus melalui beberapa cara yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Penyebab infeksi adalah virus yang dapat menembus plasenta antara
lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis.
Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan
toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis
dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh
bayi. Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan
infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya:
herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah
kelahiran, terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim
(misalnya melalui alat-alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain
yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus. (Surasmi, 2003)
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]
Fokus infeksi
Aktivasi molekul
Endotel/lekosit
Stimulasi kalikrein-kinin Stimulasi PMN
Mediator sekunder
(PAF, Eicosanoids, Interleukin dll)
Vasodilatasi dan Kebocoran kapiler dan
kerusakan endotel Syok kerusakan endotel
Kematian
Neurologis
Iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun menonjol, kaku
kuduk sesuai dengan meningitis
X. PROGNOSIS
Angka kematian tinggi bila penanganan terlambat. Sebelum
ditemukan antibiotika angka kematian 100%, dan sesudahnya turun menjadi
20-30%.
XI. PENATALAKSANAAN
Pencegahan
a. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu,
asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang
dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat
pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya
dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan
aseptik. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin
dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan
janin yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan
secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput
lendir.
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]
c. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan
peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri,
perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari
perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan
menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang
setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian
data-data yang benar dan baik. Semua personel yang menangani atau
bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular di
isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui
pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono, 2004)
Pengobatan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian
cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan
Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh,
tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam
otak yang memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara
parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau
ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain
sesuai hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200
mg/kgBB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg
BB/hari, dibagi dalam 2 pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari,
dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari,
dibagi dalam 2 kali pemberian;Eritromisin500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam
3 dosis.(surasmi,2003)
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]
II. DIGNOSIS
DX 1: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
pertukaran O2 dan CO2
DX 2: Gangguan pola nafas berhubungan dengan hipoksemia jaringan
DX 3: Kekurangan volume dari cairan berhubungan dengan keluarnya
cairan dari intravaskuler ke interstial
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]
DAFTAR PUSTAKA
Bidasari, L. 2003, Eritropoetin Pada Sepsis Pediatrik. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
USU, Medan. Disampaikan pada Simposium Nasional Pediatri Gawat Darurat VI.
Medan, 4 Oktober 2003.
Latief, A. 2003, Pendekatan Diagnosis Sepsis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Sub
Bagian Pediatri Gawat Darurat FK UI/RSCM, Jakarta. Disampaikan pada
Simposium Nasional Pediatri Gawat Darurat VI. Medan, 4 Oktober 2003.
Rochmah, N.E. 2006. Hubungan Neutropenia Dengan Peningkatan Angka
Kematian Pada Sepsis Neonatorum Bakterialis. Available from:
http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_%281966-H-2007%29.pdf. Accessed: 21 januari
2011
Setiati, T.E. 2003, Disfungsi Endotel Pada Sepsis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Bagian
Pediatri Gawat Darurat FK UNDIP/RS Dr. Kariadi, Semarang. Disampaikan pada
Simposium Nasional Pediatri Gawat Darurat VI. Medan, 4 Oktober 2003.
Somasetia, D.H. 2003, Tatalaksana Syok Septik Pada Bayi Dan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Sub Bagian Pediatri Gawat Darurat FK UNPAD/RS Dr. Hasan
Sadikin, Bandung. Disampaikan pada Simposium Nasional Pediatri Gawat
Darurat VI. Medan, 4 Oktober 2003.
Suraatmaja,S , Soetjiningsih. 2000, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Sanglah Denpasar. Cetakan II. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Unud/RSUP Sanglah Denpasar. hal 125-32.