Anda di halaman 1dari 13

[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN SEPSIS PADA NEONATUS

A. KONSEP DASAR TEORI


I. PENGERTIAN
Sepsis neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik
akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan (Depkes, 2007). Sepsis
neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama
setelah kelahiran. (Mochtar, 2005)
Sepsis neonatorum merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan respon sistemik tubuh yang berlebihan sebagai mekanisme
pertahanan akibat masuknya mikroorganisme atau produknya, terjadi pada
masa neonatus (Setiati, 2003).
Sepsis neonatal adalah sindrom klnik yang secara patofisiologis
dihasilkan oleh efek infeksi lokal atau sistemik dalam bulan pertama
kehidupan.

II. EPIDEMIOLAGI
Angka kematian sepsis neonatorum masih sangat tinggi, terutama
dinegara berkembang. Menurut WHO terdapat 4 juta bayi meninggal setiap
tahunnya pada periode neonatal, dan 99% kematian neonatal terdapat di
negara berkembang, dengan penyebab terbanyak adalah infeksi (36%).
Prognosis sepsis bakterialis pada neonates bervariasi namun dengan adanya
neutropenia angka kematian sepsis neonatorum akan meningkat (Rochmah,
2006).

III. KLASIFIKASI
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis
neonatorum dibagi menjadi dua:
Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
o Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari,
o Penyebab → organisme dari saluran genital ibu.
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

o Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-


typik, Haemophilus influezae dan enterococcus.
o Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi
pneumoni)
o Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%).
Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:
o Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari.
o Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau peralatan.
o 0rganisme → Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus
aureus, Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan
Listeria.
o Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi
meningitis).
o Mortalitas → mortalitas rendah ( 10-20%).

Hayden telah mengadaptasi konferensi konsesus American College of chest


Phisicians (ACCP) dan Society of Critical Care Medicine (SCCM) untuk
terminologi penyakit anak sebagai berikut (Somasetia, 2003) :
1) Bakteremia: adanya bakteri didalam darah.
2) Infeksi: proses mikrobial yang ditandai dengan adanya respon
inflamasi terhadap adanya mikroorganisme (bakteri, virus, parasit) atau
invasi jaringan yang secara normal steril oleh mikroorganisme tersebut.
3) Sistemic inflamatory response syndrome (SIRS): respon sistem
terhadap berbagai kelainan klinis berat (misal infeksi, trauma, luka
bakar). Sindrom ini muncul bila ditemukan dua atau lebih gejala
seperti:
a) Hipertermia atau hipotermia (suhu rektal >38,3°C atau <35,6°C).
b) Takikardia (denyut jantung >100 x per menit).
c) Takipnea (laju nafas > 20 x per menit) dengan PCO2 <32 Torr.
d) Leukositosis (>12.000/mm³), leukopenia (< 4.000/mm³) atau
>10% sel batang.
4) Sepsis: respon sistemik terhadap infeksi (SRIS plus infeksi).
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

5) Neonatus: antara usia 0 sampai 28 hari dengan pembagian masa


neonatal dini yaitu usia 0 sampai 7 hari dan masa neonatal lanjut yaitu
usia 8 sampai 28 hari.
6) Sepsis berat: sepsis yang disertai disfungsi organ, hipertermia atau
hipotermia, takikardia, takipneu atau hiperventilasi, leukositosis atau
leukopenia, hipotensi dan gangguan perfusi dapat berupa asidosis
metabolic (laktat), oligouria atau penurunan status mental akut.

IV. PENYEBAB
Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi
baru lahir (Depkes, 2007). Mikroorganisme penyebab sepsis berhubungan
erat dengan umur dan status imunitas anak. Pada masa neonatus
Streptococcus grup B, Eschericia coli, Streptococcus aureus, Streptococcus
epidermidis, dan Listeria monocytogenus merupakan penyebab tersering.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan protozoa. Pada anak
yang lebih besar sepsis disebabkan oleh Streptococcus pneumonia,
Haemofillus influenza tipe B, Nisseria meningitides, Salmonela sp.,
Streptococcus aureus dan Streptococcus grup A. Pada anak dengan
gangguan imunitas seperti asplenia, penyakit sel sabit, netropenia, AIDS
dapat mengalami sepsis yang disebabkan oleh kuman atau jamur
(Chairuddi, dkk, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir dapat
di bagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Faktor maternal terdiri dari:
 Ruptur selaput ketuban yang lama
 Persalinan prematur
 Amnionitis klinis
 Demam maternal
 Manipulasi berlebihan selama proses persalinan
 Persalinan yang lama
b. Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang
terkena sepsis, tetapi tidak terbatas pada buruknya praktek cuci tangan
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

dan teknik perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang sentral,
berbagai pemasangan kateter selang trakeaeknologi invasive, dan
pemberian susu formula.
c. Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat
badan lahir rendah, dan kerusakan mekanisme pertahanan dari penjamu.
(Wijayarini,2005)

V. PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai
neonatus melalui beberapa cara yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Penyebab infeksi adalah virus yang dapat menembus plasenta antara
lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis.
Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan
toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis
dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh
bayi. Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan
infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya:
herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah
kelahiran, terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim
(misalnya melalui alat-alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain
yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus. (Surasmi, 2003)
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

Manifestasi klinis sepsis terjadi akibat respon sistemik tubuh yang


berlebihan yaitu dilepaskannya sitokin dan mediator kimia terhadap
stimulasi lingkungan, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.
Respon tubuh yang berlebihan tersebut, terjadi sebagai akibat
dikeluarkannya mediator kimia oleh monosit/makrofag. Respon inflamasi
terdiri dari respon mikrovaskuler yaitu aktivasi endotel (melepas molekul
adhesi dan nitric oxide, aktivasi komponen darah untuk koagulasi,
fibrinolisis, kinin, dan komplemen) dan respon selular yaitu dilepasnya
mediator oleh sel neutrofil, makrofag, limfosit.
Sepsis dapat menjadi berat yaitu sepsis yang ditandai dengan adanya
disfungsi satu atau lebih organ akibat hipoperfusi atau hipotensi. Keadaan
tersebut dapat berlanjut menjadi syok 5istre yaitu sepsis yang disertai
dengan hipotensi (tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau > 2 SB dibawah
rata-rata) yang tidak direspon dengan resusitasi cairan, diikuti dengan
timbulnya disfungsi organ (Bidasari, 2003).
1. Aktivasi jalur sitokin
Lipopolisakarida (LPS) memacu monosit untuk mengeluarkan sitokin
seperti TNF, IL-1 dan IL-6 yang terjadi secara bertahap. Pertama LPS
terikat protein plasma membetuk LPS binding protein (LBP). Kompleks
ini berikatan dengan reseptor CD-14 (yang telah berikatan dengan
kelompok molekul yaitu Toll Like Receptor/TLR) pada monosit atau
makrofag. Saat ini diketahui molekul TRL-2 leukosit dan TNF berperan
terhadap bakteri gram positif dan TRL-4 terhadap bakteri gram 5istress.
Fragmen dinding sel bakteri memicu produksi TNF dan IL-6 oleh
PMN. TNF dan IL-1 memacu endotel atau monosit untuk
mengekspresikan tissue factor (TF) dan memacu 5istre koagulasi untuk
membentuk 5istress (efek koagulan) (Setiati, 2003).

2. Aktivasi jalur non-sitokin


LPS mengaktivasi koagulasi dan kaskade komplemen. Pada kaskade
koagulasi, makrofag mengaktivasi bradikinin melalui faktor XII yang
menyebabkan vasodilatasi dan kebocoran plasma. Makrofag dapat
teraktivasi untuk mengekspresikan TF dan mengakibatkan deposit
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

fibrin pada sel endotel. Pada kaskade komplemen, anafilatoksin C5a


memacu terjadinya vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
vaskuler. Mediator lipid juga berperan melalui pelepasan asam
arakhidonat (eicosanoid) menyebabkan kerusakan pembuluh darah,
agregasi PMN dan oksigenasi radikal toksik. Tromboksan (TXA-2)
menyebabkan vasokonstriksi dan agregassi trombosit. Prostasiklin
(PGE-2) menyebabkan vasodilatasi dan edema perivaskuler. Leukotrien
(LT) menyebabkan vasodilatasi dan kebocoran vaskuler. Nitric oxide
yang dilepaskan oleh sel endotel, sel hepatosit dan makrofag merupakan
vasodilator kuat dan menyebbkan hipotensi dan syok 6istre karena
vasoplegi (Setiati, 2003).

Fokus infeksi

Produk dinding sel bakteri

Pelepasan ACTH/Endorfin Aktivasi 6istre komplemen

Aktivasi Mediator primer


6istre koagulasi (TNF, IL-1, IL-6, IFN dll)

Aktivasi molekul
Endotel/lekosit
Stimulasi kalikrein-kinin Stimulasi PMN
Mediator sekunder
(PAF, Eicosanoids, Interleukin dll)
Vasodilatasi dan Kebocoran kapiler dan
kerusakan endotel Syok kerusakan endotel

Sindrom disfungsi organ 6istress

Kematian

Bagan Hipotesis Patogenesis Sepsis (Somasetia, 2003)


[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

VI. GEJALA KLINIS


Gejala dan manifestasi klinis sepsis neonatal tidak spesifik, bahkan
kadang-kadang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi. Tanda dan
gejala sepsis neonatorum yaitu: Tanda dan gejala umum meliputi
hipertermia atau hipotermi bahkan normal, aktivitas lemah atau tidak ada
tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba; Tanda dan gejala pada saluran
pernafasan meliputi dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot
pernafasan,merintih, mengorok, dan pernafasan cuping hidung; Tanda dan
gejala pada system kardiovaskuler meliputi hipotensi, kulit lembab, pucat
dan sianosis; Tanda dan gejala pada saluran pencernaan mencakup distensi
abdomen, malas atau tidak mau minum, diare; Tanda dan gejala pada 7istre
saraf pusat meliputi 7istre moro abnormal, iritabilitas, kejang, hiporefleksia,
fontanel anterior menonjol, pernafasan tidak teratur; Tanda dan gejala
hematology mencakup tampak pucat, ikterus, patikie, purpura, perdarahan,
splenomegali.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
 Suhu tubuh abnormal
 Letargis, mengantuk, aktivitas berkurang
 Malas minum, sebelumnya minum dengan baik
 Iritabel/rewel
 Kondisi memburuk secara cepat/drastic
Gastrointestinal
 Muntah, diare perut kembung, hepatomegali
 Tanda mulai hari ke-4
Kulit
 Sianosis,, pucat, petekie, ruam,sklerem, ikterik
Kardiopulponal
 Takipnea, distress respirasi (merintih, retraksi), takikardi, hipotensi
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

Neurologis
 Iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun menonjol, kaku
kuduk sesuai dengan meningitis

VIII. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK


 Pemeriksaan laboratorium penunjang dilakukan karena gejala SIRS
tidak khas untuk sepsis antara lain pemeriksaan darah tepi (laju endap
darah, leukosit, trombosit), C-reactive 8istres (CRP), prokalsitonin
((PCT) dan sitokin (IL-1, IL-6, IL-8, TNF). Tiga pemeriksaan terakhir
hanya rutin dilakukan pada 8istre yang sudah maju. Hasil pemeriksaan
laboratorium darah tepi yang sering ditemukan pada sepsis yaitu
(Latief, 2003) :
1) Netropenia : jumlah netrofil < 5000/mm³
2) Leukopenia : jumlah leukosit < 4000/mm³ atau > 15000/mm³
3) Trombositopenia : jumlah trombosit < 100.000/mm³
 Radiologis ditemukan pneumonia
 CT Scan ditemukan obstruksi aliran LCS, infark, atau abses

IX. KRITERIA DIAGNOSIS


Diagnosa klinis sepsis neonatorum berdasarkan gejala klinik menurut
modifikasi dari Erwin Sarwono (1985) yaitu jika ditemukan 3 dari
kelompok gejala sistemik seperti dibawah ini (Pedoman Diagnosis Dan
Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar, 2000) :
1) Keadaan umuM 4) Respiratory system
- “ Not doing well “ - Grunting
- Cyanosis -Irreguler respirations
- Poor 8temperature control - Tachypnea, apnea
- Sclerema neonatorum - Retraction

2) Susunan saraf pusat 5) Gastrointestinal


- Lethargy/irritability - Poor feeding
- Litterness/hyporeflexi -Vomiting (may be bile staining
- Tremors/seizures - Diarrhea/increased stool
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

- Coma - Abdominal distention


-Full fontanele - Edema/erythema abdominal wall
- Abnormal eye movements - Hepatomegali
- Hypotonia/increased tone

3) Circulatory system 6) Hematopoetic system


- Pallor/cyanosis/mottling - Joundice
- Cold, claminy skin - Bleeding
- Tachycardia/9arritmia - Purpura/ecchymosis
- Hypotension - Splenomegali
- Edema

X. PROGNOSIS
Angka kematian tinggi bila penanganan terlambat. Sebelum
ditemukan antibiotika angka kematian 100%, dan sesudahnya turun menjadi
20-30%.

XI. PENATALAKSANAAN
Pencegahan
a. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu,
asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang
dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat
pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya
dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan
aseptik. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin
dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan
janin yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan
secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput
lendir.
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

c. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan
peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri,
perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari
perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan
menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang
setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian
data-data yang benar dan baik. Semua personel yang menangani atau
bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular di
isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui
pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono, 2004)
Pengobatan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian
cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan
Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh,
tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam
otak yang memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara
parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau
ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain
sesuai hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200
mg/kgBB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg
BB/hari, dibagi dalam 2 pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari,
dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari,
dibagi dalam 2 kali pemberian;Eritromisin500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam
3 dosis.(surasmi,2003)
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS


I. PENGKAJIAN
Keluhan utama
Riwayat kehamilan dan kelahiran
 Prenatal
 Natal
 Postnatal
Riwayat keluarga
Riwayat social
Keadaan kesehatan saat ini
Pemeriksaan fisik
 Kesadaran: kondisi memburuk dengan 11istres/cepat
 Tanda-tanda vital: N= > 200 x/menit, S= > 37,2, RR= > 40 x/menit
 Antropometri = BB, PB, LK
 Reflex = moro, menggemgam, dll
 Wajah = cuping hidung (+), sianosis (+)
 Tonus/aktivitas = letargi, aktivitas berkurang, kejang
 Kepala = ubun-ubun menonjol
 Gastrointestinal = perut kembung, hepatomegali, keluhan muntah
dan diare
 Toraks = adanya retraksi, takipnea, 11istress respirasi,
 Ekstrimitas = rom terbatas
 Genetalia = L/P
 Anus = paten.

II. DIGNOSIS
DX 1: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
pertukaran O2 dan CO2
DX 2: Gangguan pola nafas berhubungan dengan hipoksemia jaringan
DX 3: Kekurangan volume dari cairan berhubungan dengan keluarnya
cairan dari intravaskuler ke interstial
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

DX 4: Gangguan Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


cardiac output
DX 5: PK Syok Septic
[PRAKTIK PROFESI KAPERAWATAN ANAK-PSIK A] [2011]

DAFTAR PUSTAKA
Bidasari, L. 2003, Eritropoetin Pada Sepsis Pediatrik. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
USU, Medan. Disampaikan pada Simposium Nasional Pediatri Gawat Darurat VI.
Medan, 4 Oktober 2003.
Latief, A. 2003, Pendekatan Diagnosis Sepsis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Sub
Bagian Pediatri Gawat Darurat FK UI/RSCM, Jakarta. Disampaikan pada
Simposium Nasional Pediatri Gawat Darurat VI. Medan, 4 Oktober 2003.
Rochmah, N.E. 2006. Hubungan Neutropenia Dengan Peningkatan Angka
Kematian Pada Sepsis Neonatorum Bakterialis. Available from:
http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_%281966-H-2007%29.pdf. Accessed: 21 januari
2011
Setiati, T.E. 2003, Disfungsi Endotel Pada Sepsis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Bagian
Pediatri Gawat Darurat FK UNDIP/RS Dr. Kariadi, Semarang. Disampaikan pada
Simposium Nasional Pediatri Gawat Darurat VI. Medan, 4 Oktober 2003.
Somasetia, D.H. 2003, Tatalaksana Syok Septik Pada Bayi Dan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Sub Bagian Pediatri Gawat Darurat FK UNPAD/RS Dr. Hasan
Sadikin, Bandung. Disampaikan pada Simposium Nasional Pediatri Gawat
Darurat VI. Medan, 4 Oktober 2003.
Suraatmaja,S , Soetjiningsih. 2000, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Sanglah Denpasar. Cetakan II. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Unud/RSUP Sanglah Denpasar. hal 125-32.

Anda mungkin juga menyukai