ABSTRAK
Penderita Defisit Perawatan Diri (DPD) di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan, diperoleh data jumlah pasien defisit perawatan diri pada tahun 2011
ada 212, sedangkan ditahun 2012 mengalami penurunan jumlah yaitu ada 131 pasien, dan pada
tahun 2013 jumlah pasien terdapat 168. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aktivitas mandiri: personal hygiene terhadap kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Desain penelitian ini adalah metode eksperimen, khususnya Pre-
Experimental Design dengan pendekatan one group pre and posttest. Hasil penelitian menunjukan
terdapat pengaruh yang signifikan antara aktivitas mandiri: personal hygiene terhadap kemandirian
pasien DPD. Terlihat dari hasil variabel aktivitas mandiri: personal hygiene mandi dan berpakaian
(78.6%), berdandan (60.7%), makan (71.4%), BAK/BAB (92.9%). Pada karakteristik responden
DPD jenis kelamin terdapat (53.6%) pada perempuan, dan (46.4%) pada laki-laki, responden
bekerja (50.0%) dan tidak bekerja (50.0%), sedangkan pada usia responden DPD terbanyak adalah
pada usia remaja (16-24), dan paling sedikit dewasa muda (26-30). Rekomendasi hasil penelitian ini
adalah agar selalu melakukan aktivitas mandiri: personal hygiene untuk meningkatkan kemandirian
pasien DPD.
ABSTRACT
Self care deficit patient in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang sufferer from year to year has
increased, obtained data on the number of patients Self care deficit in 2011 there are 212, while in
the year 2012 decreased patients there are 131, and by 2013 the number of patients contained 168.
The research to determine the influence of the independent activity: personal hygiene of
independence of patient self care deficit in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. This research
design is particular experimental method pre experimental design approach one group pre and
posttest. Result of the research addressed a significant difference between independent activity:
personal hygiene of patient self care deficit. Seen from the result of the variable independent
activity: personal hygiene bathing and dressing (78.6%), dressing (60.7%), eating (71.4%), and
toileting (92.9%). The characteristics of respondent self care deficit sexes are (53.6%) female, and
(46.4%) male, respondent works (50.0%) and does not work (50.0%), whereas at the age of
majority is the age of the respondents self care deficit teens (16-24), and at least young adulthood
(26-30). Recomendationts resulting from this research is to always perform independent activity:
personal hygiene to increase independence self care deficit patient.
Key words : independent activity, personal hygiene, independence, and self care deficit
Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
sedangkan kategori baik sesudah (post) satunya adalah faktor citra tubuh adalah cara
lebih banyak yaitu 20 (71.4%) pandang sesorang terhadap bentuk tubuhnya
dibandingkan sebelum (pre) 11 (39.3%). citra tubuh sangat mempengaruhi dalam
praktik hygiene seseorang. Perempuan
PEMBAHASAN cenderung lebih peduli dengan citra
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tubuhnya karena pada dasaranya perempuan
bahwa responden penelitian sebagian besar cenderung ingin terlihat cantik dan
berusia remaja 16-24 tahun dengan jumlah sempurna dihadapan lawan jenis. Hal ini
13 (46.4%) dari total sampel 28 responden. bisa mempengaruhi praktik hyiene
Pada usia ini individu mulai beralih dari perempuan lebih baik daripada praktik
masa remaja awal menuju remaja akhir hygiene laki-laki.
dimana dia harus mulai melakukan
penyesuain diri dan menjadi pribadi yang Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
memiliki keinginan teguh untuk dirinya tingkat pendidikan responden terbanyak
sendiri. Apabila seseorang pada tahap ini adalah SMP dengan jumlah 10 responden
tidak mempunyai kemampuan yang baik (35.7%). Fenomena sekarang ini, dunia kerja
untuk menetapkan keputusan tentang sikap lebih banyak mencari sesorang yang
bijaksana untuk dirinya, mengakibatkan berpendidikan Diploma atau Sarjana,
depresi dan akan sangat berseiko tinggi sedangkan sesorang yang hanya
terkena gangguan jiwa salah satunya defisit berpendidikan SMP untuk pekerjaan kasar
perawatan diri. atau kelas bawah dan orang cenderung tidak
mau. Hal ini bisa berdampak terhadap
Menurut Freud (1969, dalam Santrock menurunya kepercayaan diri sesorang
2010) remaja akan mengalami perubahan maupun kesiapan kerja setelah lulus SMP,
yang berhubungan dengan perkembangan sehingga hal ini bisa mempengaruhi kondisi
psikologi, orangtua dan cita-cita mereka jiwa sesorang dan dapat terjadi gangguan
yang mengakibatkan timbulnya berbagai jiwa. Hal tersebut dibuktikan dengan
masalah dalam diri mereka. Masa remaja pendapat sebagian responden yang
adalah masa peralihan dari ketidakmatangan menyatakan ketidakpercayaan dirinya
pada masa anak-anak menuju kematangan terhadap orang-orang yang berependidikan
pada masa dewasa. Remaja mengalami lebih tinggi darinya.
proses perkembangan dimana proses
bertambahnya kematangan, seseorang dalam Sesuai teori yang dikemukakan oleh Hana
pengetahuan, watak, serta cara pandang (1978, dalam yudi, 2013, ¶15) yang
seseorang. berpendapat bahwa sesorang yang
berpendidikan tinggi dan memiliki
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 28 pengetahuan luas yang lebih dibutuhkan di
responden yang diteliti sebagian besar dalam dunia kerja disbanding seseorang
responden berjenis kelamin perempuan 15 yang memiliki pendidikan rendah.
(53.6%). Hal ini dikarenakan pengambilan
sampel di bangsal perempuan lebih banyak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
daripada di bangsal laki-laki. bahwa rata-rata pasien bekerja dan tidak
bekerja sama yaitu 14 responden (50.0%).
Jenis kelamin adalah perbedaan antara Fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak
perempuan dengan laki-laki secara biologis pengangguran karena terbatasnya lapangan
sejak sesorang lahir (Hungu, 2007). pekerjaan. Hal itu bisa mempengaruhi
Mekanisme koping yang dilakukan laki-laki sesorang terhadap kepercayaan dirinya
dan perempuan pun berbeda dalam dimana dia tidak bisa memenuhi tanggung
memecahkan masalah. Begitu juga dalam jawabnya untuk melakukan tanggung
melakukan kebersihan diri. Faktor yang jawabnya untuk berkarir. Hal ini akan
mempengaruhi personal hygiene salah
Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
berdampak pada kondisi jiwa sesorang yang mandiri: personal hygeiene dengan kategori
akan mengakibatkan gangguan jiwa. buruk mengalami peningkatan menjadi
Berdasarkan hasil penelitian sesudah kategori baik, ini dikarenakan adanya
diajarkan aktivitas mandiri: personal kepedulian pasien terhadap dirinya sendiri
hygiene (mandi dan berpakaian) diperoleh dan karena pemahaman yang diterima
hasil kemandirian personal hygiene (mandi pasien mengenai apa yang telah diajarkan
dan berpakaian) dengan kategori baik lebih oleh perawat dan peneliti sehingga dapat
banyak yaitu 22 (78.6%). diaplikasikan dengan baik oleh pasien.
Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Laili D.N