Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

PENGARUH AKTIVITAS MANDIRI: PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEMANDIRIAN


PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

Desy Nur Laili, *Dwi Heppy Rochmawati, **Targunawan

*Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang


**Dosen Fakultas Ikip Veteran Semarang

ABSTRAK

Penderita Defisit Perawatan Diri (DPD) di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan, diperoleh data jumlah pasien defisit perawatan diri pada tahun 2011
ada 212, sedangkan ditahun 2012 mengalami penurunan jumlah yaitu ada 131 pasien, dan pada
tahun 2013 jumlah pasien terdapat 168. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aktivitas mandiri: personal hygiene terhadap kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Desain penelitian ini adalah metode eksperimen, khususnya Pre-
Experimental Design dengan pendekatan one group pre and posttest. Hasil penelitian menunjukan
terdapat pengaruh yang signifikan antara aktivitas mandiri: personal hygiene terhadap kemandirian
pasien DPD. Terlihat dari hasil variabel aktivitas mandiri: personal hygiene mandi dan berpakaian
(78.6%), berdandan (60.7%), makan (71.4%), BAK/BAB (92.9%). Pada karakteristik responden
DPD jenis kelamin terdapat (53.6%) pada perempuan, dan (46.4%) pada laki-laki, responden
bekerja (50.0%) dan tidak bekerja (50.0%), sedangkan pada usia responden DPD terbanyak adalah
pada usia remaja (16-24), dan paling sedikit dewasa muda (26-30). Rekomendasi hasil penelitian ini
adalah agar selalu melakukan aktivitas mandiri: personal hygiene untuk meningkatkan kemandirian
pasien DPD.

Kata kunci : aktivitas mandiri: personal hygiene, kemandirian, dan DPD

ABSTRACT
Self care deficit patient in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang sufferer from year to year has
increased, obtained data on the number of patients Self care deficit in 2011 there are 212, while in
the year 2012 decreased patients there are 131, and by 2013 the number of patients contained 168.
The research to determine the influence of the independent activity: personal hygiene of
independence of patient self care deficit in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. This research
design is particular experimental method pre experimental design approach one group pre and
posttest. Result of the research addressed a significant difference between independent activity:
personal hygiene of patient self care deficit. Seen from the result of the variable independent
activity: personal hygiene bathing and dressing (78.6%), dressing (60.7%), eating (71.4%), and
toileting (92.9%). The characteristics of respondent self care deficit sexes are (53.6%) female, and
(46.4%) male, respondent works (50.0%) and does not work (50.0%), whereas at the age of
majority is the age of the respondents self care deficit teens (16-24), and at least young adulthood
(26-30). Recomendationts resulting from this research is to always perform independent activity:
personal hygiene to increase independence self care deficit patient.

Key words : independent activity, personal hygiene, independence, and self care deficit

PENDAHULUAN sekedar keadaan tanpa penyakit (Hidayat,


World Health Organitation (WHO), 2011, hlm.53). Orang dinyatakan memiliki
menekankan kesehatan sebagai suatu jiwa yang sehat apabila mampu
keadaan sejahtera yang positif bukan mengendalikan diri dalam menghadapi

Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

stressor di lingkungan sekitar dengan Semarang, diperoleh data jumlah pasien


selalu berpikir positif dalam keselarasan defisit perawatan diri pada tahun 2011 ada
tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, 212, sedangkan ditahun 2012 mengalami
baik secara internal maupun eksternal yang penurunan jumlah yaitu ada 131 pasien,
mengarah pada kestabilan emosional dan pada tahun 2013 jumlah pasien
(Hidayat, 2011, hlm.55). Saat ini gangguan terdapat 168. Menurut penelitian yang
jiwa diidentifikasi dan ditangani sebagai dilakukan Indarini Dyah pada tahun 2008
masalah medis. Terdapat berbagai sumber dengan judul: Hubungan dukungan sosial
stressor yang dapat mengakibatkan keluarga dengan perilaku perawatan diri
terjadinya berbagai masalah kesehatan pasien halusinasi di ruang rawat inap RS
jiwa, baik yang berat maupun yang ringan Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Hasil
(Kelliat, 2009, hlm.1). analisa peneliti didapatkan pasien yang
mengalami perilaku perawatan diri yang
Berdasarkan dari data yang diluncurkan baik yaitu 71 pasien (62,8%) dan yang
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mengalami perilaku perawatan diri yang
oleh Balitbang Kementrian Kesehatan kurang baik 42 pasien (37,2%).
(Kemenkes) Trihono, mengatakan, dari
temuan di lapangan terlihat prevalensi Berdasarkan fenomena di atas, penulis
penderita gangguan jiwa berat sebanyak tertarik untuk melakukan penelitian
1,7/1000 orang. Pasien yang mengalami tentang: Pengaruh aktivitas mandiri:
gangguan jiwa seringkali kurang personal hygiene terhadap kemandirian
mempedulikan perawatan diri. Dalam teori pasien defisit perawatan diri di RSJD Dr.
Orem mengemukakan mengenai Amino Gondohutomo Semarang.
perawatan diri , yang merupakan aktivitas
dan inisiatif dari individu serta Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
dilaksanakan oleh individu itu sendiri dapat diketahui bahwa kemandirian pasien
dalam memenuhi serta mempertahankan dalam melakukan perawatan diri dapat
kehidupan kesehatan serta kesejahteraan. dipengaruhi oleh beberapa latihan aktivitas
mandiri: personal hygiene, sehingga
Menurut Fitria defisit perawatan diri pertanyaan penelitian ini adalah “Adakah
adalah suatu kondisi pada seseorang yang pengaruh aktivitas mandiri : personal
mengalami kelemahan kemampuan dalam hygiene terhadap kemandirian pasien
melakukan atau melengkapi aktivitas defisit perawatan diri di RSJD Dr. Amino
perawatan diri secara mandiri seperti Gondohutomo Semarang?”.
mandi (hygiene), berpakaian atau berhias,
makan, dan BAB dan BAK (toileting). Tujuan penelitian ini adalah untuk
Kebersihan diri sangat dipengaruhi oleh mengetahui adanya pengaruh aktivitas
nilai individu dan kebiasaan. Oleh karena mandiri : personal hygiene terhadap
itu, personal hygiene sangat perlu kemandirian pasien defisit perawatan diri
diterapkan, mengingat banyak manfaat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
yang ada untuk pencegahan segala Semarang. Dengan beberapa tujuan khusus
penyakit yang bisa ditimbulkan. Menurut diantarnya untuk mengetahui kemandirian
Anggriana T.W tahun 2010, personal pasien DPD sebelum dan sesudah
hygiene adalah perawatan diri dimana diajarkan aktivitas mandiri: personal
seseorang merawat fungsi-fungsi tertentu hygiene (mandi dan berpakaian,
seperti mandi, toileting, kebersihan tubuh berdandan, makan, BAK/BAB) dan untuk
secara umum dan berhias. mengetahui pengaruh aktivitas mandiri:
personal hygiene (mandi dan berpakaian,
Berdasarkan studi pendahuluan yang berdandan, makan, dan BAK/BAB)
peneliti lakukan pada tanggal 8 Januari terhadap kemandirian pasien DPD.
2014 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

METODOLOGI PENELITIAN No Jenis Frekuen Persen


Desain yang digunakan dalam penelitian Kelamin si tase
ini adalah metode eksperimen, khususnya (%)
Pre-Experimental Design dengan
pendekatan one group pre and posttest. 1 Laki-Laki 13 46.4
Penelitian ini dilaksanakan di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang kepada 2 Perempu 15 53.6
28 responden dengan masalah defisit an
perawatan diri. Kegiatan penelitian Total 28 100.0
dilaksanakan dari tanggal 10 April hingga
tanggal 3 Mei 2014. Analisa data yang
Berdasarkan Tabel 5.2, menunjukan bahwa
digunakan yaitu analisa univariat dan
responden berjenis kelamin perempuan
analisa bivariat menggunakan uji t
lebih banyak yaitu 15 (53.6 %) , di
dependent dengan nilai p <0.05.
bandingkan laki-laki yaitu 13 (46.4%).
HASIL PENELITIAN
Tabel 5.3
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan
sebagai berikut:
terakhir responden di RSJD Dr. Amino
Tabel 5.1
Gondohutomo Semarang dengan tahun 2014
Distribusi frekuensi berdasarkan usia
n= 28
responden di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang tahun 2014 No Kategori Frekuensi Persentase
n= 28 (%)

No Kategori Freku Persent 1 SD 9 32.1


ensi ase (%)
2 SMP 10 35.7
1 Remaja 13 46.4
3 SMA 9 32.1
2 Dewasa 7 25.0
muda Total 28 100.0
3 Dewasa 8 28.6
tua
Total 28 100.0 Berdasarkan Tabel 5.3, menunjukan bahwa
responden dengan tingkat pendidikan
Menengah Pertama lebih banyak yaitu 10
Berdasarkan Tabel 5.1, menunjukan (35.7%),di bandingkan pendidikan Dasar 9
bahwa responden kategori remaja paling dan pendidikan Menengah Atas 9 (32.1%).
banyak yaitu 13 (46.4 %), dibandingkan Tabel 5.4
kategori dewasa muda 7 (25.0 %). Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan
responden di RSJD Dr. Amino
Tabel 5.2 Gondohutomo Semarang tahun 2014
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis n= 28
kelamin responden di RSJD Dr. Amino No Kateg Freku Persentase
Gondohutomo Semarang tahun 2014 ori ensi (%)
n= 28
1 Bekerj 14 50.0
a
2 Tidak 14 50.0
bekerja
Total 28 100.0

Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

Berdasarkan Tabel 5.4, menunjukan bahwa 11 (39.3%), sedangkan kategori baik


responden dengan kategori bekerja dan sesudah (post) lebih banyak yaitu 17
tidak bekerja, sama yaitu, 14 (50.0%). (60.7%) dibandingkan sebelum (pre) 2
(7.1%).
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi berdasarkan Tabel 5.10
kemandirian personal hygiene (mandi dan Distribusi frekuensi berdasarkan
berpakaian) sebelum dan sesudah diajarkan kemandirian personal hygiene (makan)
aktivitas mandiri: personal hygiene (mandi sebelum dan sesudah diajarkan aktivitas
dan berpakaian) di RSJD Dr. Amino mandiri: personal hygiene di RSJD Dr.
Gondohutomo Semarang tahun 2014 Amino Gondohutomo Semarang tahun 2014
n= 28 n= 28

No Kate Pre Post No Kateg Pre Post


gori ori
F (%) F (%) F (%) F (%)
1 Bai 12 42.9 22 78.6 1 Baik 10 35.7 20 71.4
k 2 Buruk 18 64.3 8 28.6
2 Bur 16 57.1 6 21.4 Total 28 100 28 100.0
uk
Total 28 100.0 28 100.0 Berdasarkan Tabel 5.10, didapatkan bahwa
responden dalam kemandirian (makan)
Berdasarkan Tabel 5.6, didapatkan bahwa sebelum (pre) kategori buruk lebih banyak
responden dalam kemandirian (mandi dan 18 (64.3%) dibandingkan sesudah (post) 8
berpakaian) sebelum (pre) kategori buruk (28.6%), sedangkan kategori baik sesudah
lebih banyak 16 (57.1%) dibandingkan (post) lebih banyak yaitu 20 (71.4%)
sesudah (post) 6 (21.4%), sedangkan dibandingkan sebelum (pre) 10 (35.7%).
kategori baik sesudah (post) lebih banyak
yaitu 22 (78.6%) dibandingkan sebelum Tabel 5.12
(pre) 12 (42.9%). Distribusi frekuensi berdasarkan
kemandirian responden melakukan personal
Tabel 5.8 hygiene (BAK/BAB) sebelum dan sesudah
Distribusi frekuensi berdasarkan diajarkan aktivitas mandiri: personal
kemandirian responden bedandan sebelum hygiene (BAK/BAB) di RSJD Dr. Amino
dan sesudah diajarkan aktivitas mandiri: Gondohutomo Semarang tahun 2014
personal hygiene (berdandan) di RSJD Dr. n= 28
Amino Gondohutomo Semarang tahun 2014
n= 28 No Kategori Pre Post
F (%) F (%)
No Kategori Pre Post 1 Baik 11 39.3 20 71.
F (%) F (%) 4
1 Baik 2 7.1 17 60.7 2 Buruk 17 60.7 8 28.
2 Buruk 26 92.9 11 39.3 6
Total 28 100 28 100
Total 28 100. 28 100.
0 0
Berdasarkan Tabel 5.12, didapatkan bahwa
responden dalam kemandirian personal
Berdasarkan Tabel 5.8, didapatkan bahwa
hygiene (BAK/BAB) sebelum (pre)
responden dalam kemandirian (berdandan)
kategori buruk lebih banyak 17 (60.7%)
sebelum (pre) kategori buruk lebih banyak
dibandingkan sesudah (post) 8 (28.6%),
26 (92.9%) dibandingkan sesudah (post)

Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

sedangkan kategori baik sesudah (post) satunya adalah faktor citra tubuh adalah cara
lebih banyak yaitu 20 (71.4%) pandang sesorang terhadap bentuk tubuhnya
dibandingkan sebelum (pre) 11 (39.3%). citra tubuh sangat mempengaruhi dalam
praktik hygiene seseorang. Perempuan
PEMBAHASAN cenderung lebih peduli dengan citra
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tubuhnya karena pada dasaranya perempuan
bahwa responden penelitian sebagian besar cenderung ingin terlihat cantik dan
berusia remaja 16-24 tahun dengan jumlah sempurna dihadapan lawan jenis. Hal ini
13 (46.4%) dari total sampel 28 responden. bisa mempengaruhi praktik hyiene
Pada usia ini individu mulai beralih dari perempuan lebih baik daripada praktik
masa remaja awal menuju remaja akhir hygiene laki-laki.
dimana dia harus mulai melakukan
penyesuain diri dan menjadi pribadi yang Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
memiliki keinginan teguh untuk dirinya tingkat pendidikan responden terbanyak
sendiri. Apabila seseorang pada tahap ini adalah SMP dengan jumlah 10 responden
tidak mempunyai kemampuan yang baik (35.7%). Fenomena sekarang ini, dunia kerja
untuk menetapkan keputusan tentang sikap lebih banyak mencari sesorang yang
bijaksana untuk dirinya, mengakibatkan berpendidikan Diploma atau Sarjana,
depresi dan akan sangat berseiko tinggi sedangkan sesorang yang hanya
terkena gangguan jiwa salah satunya defisit berpendidikan SMP untuk pekerjaan kasar
perawatan diri. atau kelas bawah dan orang cenderung tidak
mau. Hal ini bisa berdampak terhadap
Menurut Freud (1969, dalam Santrock menurunya kepercayaan diri sesorang
2010) remaja akan mengalami perubahan maupun kesiapan kerja setelah lulus SMP,
yang berhubungan dengan perkembangan sehingga hal ini bisa mempengaruhi kondisi
psikologi, orangtua dan cita-cita mereka jiwa sesorang dan dapat terjadi gangguan
yang mengakibatkan timbulnya berbagai jiwa. Hal tersebut dibuktikan dengan
masalah dalam diri mereka. Masa remaja pendapat sebagian responden yang
adalah masa peralihan dari ketidakmatangan menyatakan ketidakpercayaan dirinya
pada masa anak-anak menuju kematangan terhadap orang-orang yang berependidikan
pada masa dewasa. Remaja mengalami lebih tinggi darinya.
proses perkembangan dimana proses
bertambahnya kematangan, seseorang dalam Sesuai teori yang dikemukakan oleh Hana
pengetahuan, watak, serta cara pandang (1978, dalam yudi, 2013, ¶15) yang
seseorang. berpendapat bahwa sesorang yang
berpendidikan tinggi dan memiliki
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 28 pengetahuan luas yang lebih dibutuhkan di
responden yang diteliti sebagian besar dalam dunia kerja disbanding seseorang
responden berjenis kelamin perempuan 15 yang memiliki pendidikan rendah.
(53.6%). Hal ini dikarenakan pengambilan
sampel di bangsal perempuan lebih banyak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
daripada di bangsal laki-laki. bahwa rata-rata pasien bekerja dan tidak
bekerja sama yaitu 14 responden (50.0%).
Jenis kelamin adalah perbedaan antara Fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak
perempuan dengan laki-laki secara biologis pengangguran karena terbatasnya lapangan
sejak sesorang lahir (Hungu, 2007). pekerjaan. Hal itu bisa mempengaruhi
Mekanisme koping yang dilakukan laki-laki sesorang terhadap kepercayaan dirinya
dan perempuan pun berbeda dalam dimana dia tidak bisa memenuhi tanggung
memecahkan masalah. Begitu juga dalam jawabnya untuk melakukan tanggung
melakukan kebersihan diri. Faktor yang jawabnya untuk berkarir. Hal ini akan
mempengaruhi personal hygiene salah

Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

berdampak pada kondisi jiwa sesorang yang mandiri: personal hygeiene dengan kategori
akan mengakibatkan gangguan jiwa. buruk mengalami peningkatan menjadi
Berdasarkan hasil penelitian sesudah kategori baik, ini dikarenakan adanya
diajarkan aktivitas mandiri: personal kepedulian pasien terhadap dirinya sendiri
hygiene (mandi dan berpakaian) diperoleh dan karena pemahaman yang diterima
hasil kemandirian personal hygiene (mandi pasien mengenai apa yang telah diajarkan
dan berpakaian) dengan kategori baik lebih oleh perawat dan peneliti sehingga dapat
banyak yaitu 22 (78.6%). diaplikasikan dengan baik oleh pasien.

Pengetahuan tentang hygiene akan Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas


mempengaruhi praktik hygiene seseorang. mandiri: personal hygiene (makan)
Permasalahan yang sering terjadi adalah diperoleh hasil kemandirian personal
ketiadaan motivasi karena kurangnya hygiene (makan) adalah dengan kategori
pengetahuan. Sebagai seorang perawat baik sebanyak 20 (71.4%).
dalam hal ini yang bisa dilakukan adalah
mendiskusikanya dengan pasien, memeriksa Beberapa faktor penyebab defisit
kebutuhan praktik hygiene pasien dan perawatan diri salah satunya faktor
memberikan informasi yang tepat dan presipitasi defisit perawatan diri adalah
adekuat pada pasien. kurang penurunan motivasi, kerusakan
kognisi atau persepsi, cemas, lelah atau
Hal ini memberikan gambaran bahwa lemah yang dialami individu sehingga
tingkat kemandirian personal hygiene menyebabkan individu kurang mampu
(mandi dan berpakaian) sesudah menerima melakukan perawatan diri.
aktivitas mandiri: personal hygiene, pasien
dengan kategori buruk mengalami Hal ini memberikan gambaran bahwa
peningkatan menjadi kategori baik, kemandirian personal hygiene (makan)
dikarenakan penerimaan yang positif dari responden sesudah diajarkan aktivitas
pasien terhadap pengajaran aktivitas mandiri: personal hygeiene dengan kategori
mandiri: personal hygiene (mandi dan buruk mengalami peningkatan menjadi
berpakaian) yang diberikan oleh perawat kategori baik, ini dikarenakan adanya rasa
dan peneliti. penghormatan terhadap dirinya sendiri, dan
karena pemahaman yang diterima pasien
Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas mengenai apa yang telah diajarkan oleh
mandiri: personal hygiene (berdandan) perawat dan peneliti sehingga dapat
diperoleh hasil kemandirian personal diaplikasikan dengan baik oleh pasien.
hygiene (berdandan) adalah dengan kategori
baik sebanyak 17 (60.7%). Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas
mandiri: personal hygiene (BAK/BAB)
Citra tubuh adalah cara pandang seseorang diperoleh hasil kemandirian personal
terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat hygiene (BAK/BAB) adalah dengan
mempengaruhi dalam praktik hygiene kategori baik sebanyak 26 (92.9%).
seseorang. Ketika seorang perawat
dihadapkan pada pasien yang tampak Perawatan genitalia merupakan bagian dari
berantakan, tidak rapi, atau tidak peduli mandi lengkap. Oleh karena itu sangat
dengan hygiene dirinya, maka dibutuhkan penting mengenai edukasi cara menjaga
edukasi tentang pentingnya hygiene untuk kebersihan daerah genetalia. Perawat dapat
kesehatan. melatih pasien dan mendukung agar
kemampuan pasien dalam perawatan dirinya
Hal ini memberikan gambaran bahwa meningkat.
kemandirian personal hygiene (berdandan)
responden sesudah diajarkan aktivitas

Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

Hal ini memberikan gambaran bahwa sebelum diajarkan aktivitas mandiri:


kemandirian personal hygiene (BAK/BAB) personal hygiene, kategori buruk sebanyak
pasien sesudah diajarkan aktivitas mandiri: 60.7%, dan kategori baik 39.3%. Sedangkan
personal hygeiene dengan kategori buruk sesudah diajarkan aktivitas mandiri:
mengalami peningkatan menjadi kategori personal hygiene kategori baik 92.9% dan
baik, ini dikarenakan adanya rasa kategori buruk 7.1%.
penghormatan terhadap dirinya sendiri dan
fisiknya, dan karena pemahaman yang baik 5. Pengaruh aktivitas mandiri: personal
diterima pasien mengenai apa yang telah hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan,
diajarkan oleh perawat dan peneliti sehingga makan, BAK/BAB) terhadap kemandirian
dapat diaplikasikan dengan baik oleh pasien pasien DPD di RSJD Dr. Amino
mengenai aktivitas mandiri: personal Gondohutomo Semarang dalam penelitian
hygiene (BAK/BAB) yang benar. didapatkan bahwa ada perubahan
kemandirian pasien dalam melakukan
SIMPULAN aktivitas mandiri: personal hygiene (mandi
Berdasarkan hasil penelitian dalam dan berpakaian, berdandan, makan, dan
pembahasan maka disimpulkan sebagai BAK/BAB) hal itu ditunjukan dengan
berikut: adanya perubahan nilai kategori buruk ke
1. Kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. baik sesudah diajarkan aktivitas mandiri:
Amino Gondohutomo Semarang dalam personal hygiene (mandi dan berpakaian,
melakukan personal hygiene (mandi dan berdandan, makan, dan BAK/BAB) pada
berpakaian) sebelum diajarkan aktivitas pasien DPD di RSJD Dr. Amino
mandiri: personal hygiene, kategori buruk Gondohutomo Semarang. Ada perbedaan
sebanyak 57.1%, dan kategori baik 42.9% . yang signifikan antara kemandirian personal
Sedangkan sesudah diajarkan aktivitas hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan,
mandiri: personal hygiene kategori baik makan, dan BAK/BAB) sebelum dan
78.6% dan kategori buruk 21.4%. sesudah diajarkan aktivitas mandiri:
personal hygiene (mandi dan berpakaian,
2. Kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. berdandan, makan, dan BAK/BAB) dengan
Amino Gondohutomo Semarang dalam nilai p=0.000.
melakukan personal hygiene (berdandan)
sebelum diajarkan aktivitas mandiri: SARAN
personal hygiene, kategori buruk sebanyak Berdasarkan hasil penelitian yang telah
92.9%, dan kategori baik 7.1%. Sedangkan dilakukan, maka peneliti mengusulkan saran
sesudah diajarkan aktivitas mandiri: sebagai berikut:
personal hygiene kategori baik 60.7% dan 1. Bagi pelayanan keperawatan
kategori buruk 39.3%. a. Perawat
Berdasarkan penelitian ini, didapatkan hasil
3. Kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. bahwa aktivitas mandiri: personal hygiene
Amino Gondohutomo Semarang dalam (mandi dan berpakaian, berdandan, makan,
melakukan personal hygiene (makan) dan BAK/BAB) yang diajarkan perawat
sebelum diajarkan aktivitas mandiri: sesuai dengan rencana penelitian yaitu sekali
personal hygiene, kategori buruk sebanyak per hari selama 3 hari mempengaruhi
64.3%, dan kategori baik 35.7%. Sedangkan peningkatan kemandirian personal hygiene
sesudah diajarkan aktivitas mandiri: (mandi dan berpakaian, berdandan, makan,
personal hygiene kategori baik 71.4% dan dan BAK/BAB). Oleh karena itu diharapkan
kategori buruk 28.6%. perawat dapat lebih memperhatikan dan
mengajarkan setiap hari kepada pasien
4. Kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. defisit perawatan diri yang seharusnya
Amino Gondohutomo Semarang dalam dilakukan sesuai rencana tindakan
melakukan personal hygiene (BAK/BAB) keperawatan dan secara berkesinambungan

Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

sehingga dapat terbentuk rasa percaya


pasien terhadap perawat.

b. Bagi keluarga 2. Bagi penelitian selanjutnya


Peneliti mengaharapkan agar keluarga dapat Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
membantu meningkatkan kemandirian dapat memilih sampel dengan
personal hygiene (mandi dan berpakaian, menambahkan beberapa kriteria inklusi
berdandan, makan, dan BAK/BAB) pada ataupun kriteria eksklusi, sehingga sampel
pasien dengan masalah keperawatan defisit dapat mewakili populasi yang ada.Bagi
perawatan diri dengan mengajarkan aktivitas penelitian selanjutnya, diharapkan hasil
mandiri: personal hygiene (mandi dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar
berpakaian, berdandan, makan, BAK/BAB untuk pengembangan dan tindak lanjut
yang baik dan benar). penelitian selanjutnya.

Hidayat, A.A. (2007). Riset


DAFTAR PUSTAKA
Familia, P. (2006). Membuat prioritas keperawatan dan teknik penulisan

melatih anak mandiri. ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Yogyakarta: Penerbit Isro’in, L., Andarmoyo, S. (2012).

Kanisius Personal hygiene

Fitria, N. (2009). Prinsip dasar dan konsep, proses dan

aplikasi penulisan aplikasi dalam praktik

laporan pendahuluan keperawatan.

dan strategi Yogyakarta: Graha

pelaksanaan tindakan Ilmu

keperawatan (LP dan Kelliat, A.B. (2010). Model praktik

SP) untuk 7 diagnosis keperawatan

keperawatan jiwa berat profesional jwa. Jakarta

bagi program S-1 : EGC

keperawatan. Jakarta : Notoadmojo, S. (2012). Metodologi

Salemba Medika penelitian kesehatan.

Hidayat, A.A. (2006). Pengantar Jakarta: Rineka Cipta

kebutuhan dasar Potter, P.A. (2006). Buku ajar

manusia aplikasi fundamental

konsep dan proses keperawatan konsep,

keperawatan. Jakarta : proses, dan praktik

Salemba Medika edisi4. Jakarta:EGC

Laili D.N
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

Riyanto, A. (2011). Aplikasi Widianti, T.A., & Saryono. (2010).


metodologi penelitian Catatan kuliah
kesehatan. Yogyakarta : kebutuhan dasar
Nuha Medika manusia (KDM).
Sugiyono. (2013). Cara mudah Yogyakarta : Nuha
menyusun: skripsi, tesis, Medika
dan disertasi. Bandung:
Alfabeta

Laili D.N

Anda mungkin juga menyukai