Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.J DENGAN PENYAKIT HIV DI RUANG


POLI KANDUNGAN RSUD PROVINSI KOTA MATARAM

Disusun oleh :
MELIAN ERYANTI
063STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2021
BAB I

KONSEP DASAR

1.1 Konsep Kehamilan


1.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti
setelah anak itu lahir (Sukarni & Wahyu, 2013 dalam Listyaningrum, 2020).
1.1.2 Tanda-Tanda Pasti Kehamilan
1. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dapat didengar pada minggu ke-17 hingga ke-18 dengan piranti
stetoskop laenec. Pada ibu hamil yang gemuk, denyut jantung janin
terdengar lebih lambat. DJJ sebenarnya dapat dideteksi lebih awal yakni
sekitar minggu ke 12 menggunakan alat berupa stetoskop ultrasonik.
Dengan melakukan auskultasi pada janin, bunyi-bunyi lain seperti bising
tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu juga dapat diidentifikasi.
2. Palpasi
Outline janin dapat dideteksi dengan jelas setelah minggu ke 22,
sedangkan setelah minggu ke 24, gerakan janin dapat dirasakan secara
jelas.
3. Tes Kehamilan Medis
Untuk memastikan kehamilannya,ibu dapat melakukan tes
dengan bantuan perangkat tes kehamilan, baik di rumah maupun
dilaboratorium dengan mengambil sampel urine atau darah ibu
(Sutanto&Yuni, 2017 dalam Listyaningrum, 2020).
1.1.3 Pembagian Umur Kehamilan
Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi sampai terjadinya persalinan
kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Hal
ini senada dengan penjelasan Manuba (2010 dalam Listyaningrum, 2020)
bahwa lama kehamilan belangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar
280-300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Usia kehamilan < 22 minggu dengan berat badan janin < 500 gram
disebut abortus (keguguran)
2. Usia kehamilan 22-28 minggu dengan berat janin 500-1000 gram disebut
imaturitas.
3. Usia kehamilan 29-36 minggu dengan berat badan janin 1000-2500 gram
disebut prematuritas
4. Usia kehamilan 37-42 minggu disebut aterm
5. Usia kehamilan >42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau
serotinus
1.2 Konsep HIV
1.2.1 Pengertian HIV
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang
menyebabkan infeksi HIV, sedangkan AIDS atau Acquired
Immunodeficiency Syndrome adalah tahap infeksi HIV paling tinggi. Dengan
kata lain, HIV adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS jika tidak diobati.
Tidak seperti beberapa virus lain, tubuh manusia tidak dapat menyingkirkan
HIV sepenuhnya, bahkan dengan pengobatan sekalipun. Jadi, jika seseorang
sudah terinfeksi HIV, maka HIV tersebut akan selamanya berada di dalam
tubuh (Haryono, 2019 dalam Listyaningrum, 2020).
1.2.2 Etiologi
Penyebab kelainan imun HIV/AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia
Virus (HTL-III yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mwngubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi
asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (Nurarif,
2016 dalam Listyaningrum, 2020).
Menurut Reeder (2011 dalam Listyaningrum, 2020), HIV/AIDS dapat
ditularkan melalui cara-cara berikut:
1. Melakukan hubungan seksual dengan seorang yang terinfeksi HIV/AIDS
2. Transfusi darah (darah penderita HIV/AIDS)
3. Memakai alat suntik, akupuntur, tato, tindik, silet potong rambut yang
sudah dipakai orang terinfeksi HIV/AIDS
4. Penularan dari ibu ke anak (hubungan prenatal)
5. Melalui air susu ibu
1.2.3 Tanda dan Gejala
Dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi HIV, seseorang mungkin
memeiliki gejala seperti flu, demam, menggigil atau ruam. Gejala-gejala
tersebut dapat berlangsung selama beberapa minggu setelah terinfeksi. Hiv
akan terus berkembang biak tetapi pada tingkat yang sangat rendah. Gejala
infeksi HIV seperti tanda infeksi opurtunistik, umumnya tidak muncul selama
bertahun-tahun. Tanpa pengobatan, infeksi HIV biasanya berkemabang
menjadi AIDS dalam 10 tahun atau lebih lama, meskipun mungkin
membutuhkan waktu lebih sedikit bagi sebagian orang (Haryono,2019 dalam
Listyaningrum, 2020).
1.2.4 Patofisiologi
Virus masuk ke dalam tubuh ibu hamil melalui perantara darah, semen,
dan sekret vagina. Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak
spesifik dengan spektrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala
(asimtomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada
stadium yang yang lebih lanjut. Setelah diawali dengan infeksi akut, maka
dapat terjadi berbagai infeksi oportunistik dan dapat dikatakan klien telah
masuk pada keadaan AIDS. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala
AIDS rata-rata baru timbul setelah 10 tahun infeksi pertama, bahkan bisa
lebih lama lagi. Transimisi HIV dari ibu kepada janin dapat terjadi pada saat
kehamilan mencapai 5-17% saat persalinan 10-20% dan saat pemberian ASI
10-20%. Kelainan yang dapat terjadi adalah rupture membrane premature
kematian janin, kelahiran premature, dan berat bayi lahir rendah
(Prawirohardjo,2009 dalam Listyaningrum, 2020).
1.2.5 Pathway

(Prawirohardjo, 2009 dalam Listyaningrum, 2020)


1.2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pada daerah di mana tersedia laboratorium pemeriksaan anti-HIV,
penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan serum atau cairan tubuh
lain (cerebrospinal fluid) penderita.
1. ELISA (enzyme linked immunosorbent assay)
ELISA digunakan untuk menemukan antibodi (Baratawidjaja).
Kelebihan teknik ELISA yaitu sensitifitas yang tinggi yaitu 98,1 %-100%
(Kresno). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.
Tes ELISA telah menggunakan antigen recombinan, yang sangat spesifik
terhadap envelope dan core (Hanum, 2009).
2. Western Blot
Western blot biasanya digunakan untuk menentukan kadar relatif
dari suatu protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau
molekul lain. Biasanya protein HIV yang digunakan dalam campuran
adalah jenis antigen yang mempunyai makna klinik, seperti gp120 dan
gp41 (Kresno, 2001).
Western blot mempunyai spesifisitas tinggi yaitu 99,6% - 100%.
Namun pemeriksaan cukup sulit, mahal membutuhkan waktu sekitar 24
jam (Hanum, 2009).
3. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibodi
maternal masih ada pada bayi dan menghambat pemeriksaan secara
serologis maupun status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok
risiko tinggi dan sebagai tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas
ELISA rendah untuk HIV-2 (Padila, 2014 dalam Listyaningrum, 2020).
1.2.7 Pencegahan
Menurut Eisanti (2018 dalam Listyaningrum, 2020) pencegahan dapat
dilakukan dengan cara:
1. Layanan ANC untuk ibu hamil
2. Konseling & tes HIV sukarela
3. Pemebrian ARV
4. Konseling pemberian makan bayi
5. Layanan persalinan yang aman
6. Dukungan psikososial dan perawatan
1.2.8 Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
a. Fisik
Aspek fisik pada PHIV ( pasien terinfeksi HIV ) adalah
pemenuhan kebutuhan fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang
terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi :
1) Universal Precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk
semua pasien setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam
rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi. Selama sakit,
penerapan universal precautions oleh perawat, keluraga, dan pasien
sendiri sangat penting. Hal ini di tunjukkan untuk mencegah
terjadinya penularan virus HIV.
Prinsip-prinsip universal precautions meliputi:
a) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila
mengenai cairan tubuh pasien menggunakan alat pelindung,
seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, penutup
kepala, apron dan sepatu boot. Penggunaan alat pelindung
disesuakan dengan jenis tindakan yang akan dilakukan.
b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
termasuk setelah melepas sarung tangan.
c) Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
d) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua
alat kedokteran yang dipakai (tercemar).
e) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
f) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara
benar dan aman.
2) Peran perawat dan pemberian ARV
a) Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
- Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya resistensi.
- Meningkatkan efektivitas dan lebih menekan aktivitas virus.
Bila timbul efek samping, bisa diganti dengan obat lainnya,
dan bila virus mulai rasisten terhadap obat yang sedang
digunakan bisa memakai kombinasi lain.
b) Efektivitas obat ARV kombinasi:
- AVR kombinasi lebih efektif karena memiliki khasiat AVR
yang lebih tinggi dan menurunkan viral load lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan satu jenis obat saja.
- Kemungkinan terjadi resistensi virus kecil, akan tetapi bila
pasien lupa minum dapat menimbulkan terjadinya
resistensi.
- Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih
kecil, sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil.
b. Psikologis (strategi koping)
Mekanisme koping terbentuk melalui proses dan mengingat.
Belajar yang dimaksud adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi)
pada pengaruh internal dan eksterna
c. Sosial
Dukungan social sangat diperlukan PHIV yang kondisinya sudah
sangat parah. Individu yang termasuk dalamdan memberikan dukungan
social meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga,
teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
2. Farmakologis
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV
perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan tubuh yang
tercemar HIV.
a. Pengendalian Infeksi Oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : didanosine, ribavirin,
diedoxycytidine, dan recombinant CD 4 dapat larut.
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

1.3 Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan HIV


1.3.1 Pengkajian
1. Identitas ibu meliputi nama, alamat, umur.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang muncul pada ibu hamil dengan HIV/AIDS
3. Riwayat kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. TB dan BB
c. TTV
d. Sistem kardiovaskuler (mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung)
e. Sistem hematologi (mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan
splenomegali)
f. Sistem urogenital (ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan
keluhan sakit pinggang)
g. Sistem muskuloskeletal (mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak)
h. Sistem kekebalan tubuh (mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening)
5. Analisa Data
N Symtom Etiologi Proble
o m
1 Ds: HIV Ansieta
Pasien mengatakan merasa s
bingung, merasa khawatir Sel CD4 rusak dan
dengan akibat dan kondisi jumlahnya menurun
yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi. Sistem imun menurun

Do: dan AIDS

Pasien tampak gelisah,


tegang dan sulit tidur. Rentan Infeksi

Defisit Pengetahuan

Ansietas.

1.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

1.3.3 Intervensi Keperawatan


N Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)
o keperaw Hasil (SLKI)
atan
(SDKI)
1 Ansietas 1) .Setelah dilakukan 1) Observasi
asuhan a. Identifikasi saat
keperawatan tingkat ansietas
selama 24 jam berubah
diharapkan pasien b. Identifikasi
tidak mengalami kemampuan
gangguan pola mengambil
tidur dengan keputusan
kriteria hasil: c. Monitor tanda-
Menunjukkan tanda ansietas
kemampuan 2) Terapeutik
meminta bantuan a. Ciptakan suasana
pada orang lain terapeutik untuk
meningkat, menumbuhkan
bantuan yang kepercayaan
ditawarkan orang b. Temani pasien
lain meningkat, untyk mengurangi
dukungan emsi kecemasan
yang disediakan c. Gunakan
oleh orang lain pendenkatan yang
meningkat, tenang dan
jaringan sosial meyakinkan
yang membantu 3) Edukasi
meningkat. a. Jelaskan prosedur
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
b. Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
klien
c. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
4) Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian obat
ansietas jika perlu

1.3.4 Implementasi
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan
yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau
hilangnya masalah ibu. Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa
kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau
mendokumentasikan rencana keperawatan, serta melanjutkan pengumpulan
data (Mitayani, 2011 dalam Listyaningrum, 2020)
1.3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, diaman perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi.
Disamping itu,perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang,
seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses
keperawatan dapat dimodifikasi (Mitayani, 2011 dalam Listyaningrum,
2020).
DAFTAR PUSTAKA

Listyaningrum, Ade Windhia.2020.Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ibu


Hamil Dengan HIV/AIDS Di Poli Kandungan RSUD Dr.R.Koesma Tuban.Surabaya

PPNI.(2018).SDKI,SLKI,SIKI Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta Selatan.Dewan Pengurus Pusat


PPNI

Anda mungkin juga menyukai