MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. E DENGAN KEHAMILAN DENGAN HIV DI
PUSKESMAS GARUDA KOTA PEKANBARU
Oleh:
KISMAWATI S.ST
NIP. 1971110171991032003
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini penyakit HIV/AIDS masih merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah kesehatan global dan menjadi salah satu perhatian khusus dalam
program Milenium Development Goals (MDGs) 2010 point ke 6 yaitu pengendalian
HIV/AIDS, malaria dan infeksi lainnya. Berdasarkan data terakhir yang dikeluarkan
oleh World Health Organization (WHO) dan United Nation on HIV/AIDS (UNAIDS)
2013 jumlah penderita HIV di dunia mencapai 34 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia,
Menurut data yang dikeluarkan setiap tiga bulan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit (Ditjen PP) dan Penyehatan Lingkungan (PL) Kementrian Kesehatan RI
melaporkan pada triwulan pertama dan kedua tahun 2014 ( Januari sampai Juni)
terdapat terdapat 15.534 penderita HIV dan 1.700 penderita AIDS. Pada triwulan
ketiga (Juli sampai September) menambahkan angka yang besar yaitu 7.335 jiwa
penderita HIV dan 176 jiwa penderita AIDS.
Penularan vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya
sewaktu hamil, sewaktu persalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air
Susu Ibu (ASI). Penularan HIV secara vertikal atau ibu ke anak salah satunya
dipengaruhi oleh jumlah sel CD4 ibu yang rendah yaitu <200 sel/ml.
1
3
Focus pelayanan Antenatal care pada ibu hamil adalah menjaga kesehatan ibu dan
janin terbebas dari kesakitan dan kematian. Penularan HIV / AIDS haruslah dicegah
terhadap ibu dan janin serts penolong persalinan.
Pemeriksaan kehamilan sebagai salah satu upaya penuruan AKI bertujuan untuk
melihat serta memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala. Setiap
hasil pemeriksaan diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan selama kehamilan, Semua wanita dianjurkan untuk melakukan asuhan
kehamilan sejak dini. (Astuti, 2017).
Antenatal Care (ANC) merupakan program terencana berupa observasi, edukasi,
dan penangangan medis pada ibu hamil, dengan tujuan: menjaga agar ibu sehat selama
kehamilan, persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan serta mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil hingga mampu menghadapi proses persalinan persiapan
pemberian ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Astuti, 2017)
Pelayanan antenatal di Indonesia dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan selama
masa kehamilan ibu sesuai dengan kebijakan pemerintah yang didasarkan atas
ketentuan WHO yaitu 1 kali di trimester pertama, 1 kali di trimester II dan 2 kali di
trimester III (Astuti, 2017)
Dari hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny E, yang berkunjung ke puskesmas
dilakukan pemeriksaan tes HIV hasilnya positif reaktif. Dan diberikan asuhan
kebidanan dan memberikan edukasi kepada pasien, tentang penatalaksanaanya dan
anjuran persalinan dengan rujukan ke RSUD
4
3. Waktu
Waktu yang diperlukan yaitu pada tanggal 17 Agustus 2019 – 20 Maret
2020
1.5 Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kebidanan dalam asuhan
kebidanan kehamilan dengan kehamilan dengan HIV sesuai dengan teori yang
ada.
2. Bagi Ny. “E”
Ibu mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi selama masa kehamilan. Selain itu ibu juga dapat menambah
pengetahuan dalam menghadapi masa kehamilan yang sehat meskipun dengan
masalah HIV,dan agar kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai tambahan pengetahuan dan pemahaman dalam menerapkan
manajemen asuhan kebidanan dalam kehamilan dengan positif reaktif HIV.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Tanda-Tanda Kehamilan
Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian
terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan.
1) Tanda tanda dugaan kehamilan
a) Amenorhea
b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
c) Ngidam (menginginkan makanan tertentu)
d) Syncope (pingsan)
e) Kelelahan
f) Payudara tegang
5
7
g) Sering miksi
h) Konstipasi atau obstipasi
i) Pikmentasi kulitEpulis
j) Parises
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat
diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita
hamil.
Tanda kemungkinan ini terjadi atas hal-hal berikut:
a) Pembesaran perut
b) Tanda hegarTanda goodel
c) Tanda chadwick
d) Tanda piscaseckKontaksi braxton hicks
e) Teraba ballotement
f) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
3) Tanda-tanda pasti kehamilan
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin,
yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan atas hal-hal
berikut ini:
a) Gerakan janin dalam rahim pada usia 20 minggu
b) DJJ (denyut jantung janin) pada usia 12 minggu
c) Pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan,Pemeriksaan rontgen
terlihat adanya rangka janin (Sulistyawati, 2013).
c. Manfaat Antenatal Care Integrasi
Manfaat antenatal care menurut Pratiajati, 2009 yaitu :
1) Menjadi pedoman umum bagi penentu kebijakan di daerah dalam melaksanakan
program pelayanan asuhan antenatal yang terintegrasi.
2) Meningkatkan efektivitas pola kerjasama antar unit atau program yang akan
diintegrasikan dalam model pelayanan asuhan antenatal terintegrasi di masa
mendatang.
8
3) Meningkatkan efek sinergi dalam rangka mencapai target penurunan angka kematian
ibu dan perinatal melalui berbagai kegiatan intervensi yang ada dalam model pelayanan
asuhan antenatal terintegrasi sesuai dengan karakteristik kebutuhan dan potensi yang
tersedia di daerah atau fasilitas kesehatan.
4) Menjadi panduan/ pedoman bagi pemberi pelayanan dalam melaksanakan asuhan
antenatal terintegrasi
d. Program-program Antenatal Care Integrasi :
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi
meliputi :
1) Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
2) Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
3) Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
4) Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
5) Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
6) Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
7) Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
8) Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
3. Penularan HIV/ AIDS Menurut Effendi dan Makhfudli, 2009 HIV dapat ditularkan
melalui
- Hubungan seksual
- Pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV
- Menerima transfusi darah yang tercemar HIV
- Dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang dikandungnya
4. Stadium HIV/AIDS Secara klinik gambaran yang terlihat terbagi dalam 4 tahap
urutan yaitu:
a. Tahap infeksi primer (primary infection)
10
Yaitu beberapa minggu dari saat infeksi ditandai dengan gejala umum seperti
sakit pada tenggorokan, nyeri otot, sendi, rasa lemah. Terdapat satu masa
transisi virus antigenemia yaitu antigen virus tidak dapat dideteksi di dalam
serum darah pengidap sebelum terbentuknya zat anti terhadap virus HIV. Sesaat
setelah terjadinya infeksi HIV pertama kali virus akan bereplikasi dalam
kelenjar limfe regional, terjadi peningkatan jumlah virus secara cepat di dalam
plasma. Fase ini disertai dengan penyebaran HIV ke organ limfoid, saluran
cerna dan organ genetalia. Setelah mencapai puncak viremia, jumlah virus akan
mmenurun bersamaan dengan berkembangnya respon imunitas seluler
berhubungan dengan kondisi penyakit pada 60- 90% pasien. Penyakit muncul
dalam kurun waktu 3 bulan setelah infeksi, dengan gejala klinis menyerupai
glandular fever like illness dengan ruam, demam, nyeri kepala, malaise dan
limfadenopati luas. Fase ini akan mereda secara spontan dalam 14 hari.
b. Tahap infeksi dini/infeksi HIV asimtomatis
Yaitu tahap masa laten virus dan lamanya berlangsung beberapa tahun sampai
5-10 tahun. Biasanya Asimtomatik/beberapa dengan pembesaran kelenjar limfe.
Komplikasi dermatologis biasa terjadi seperti dermatitis seboroik terutama pada
garis rambut/lipatan nasolabial dan munculnya atau memburuknya seseorang
dengan penyakit psoriasis. Pada stadium ini bisa muncul kondisi yang
berhubungan dengan aktivasi imunitas seperti purpura trombositopenia
idiopatik, polimiositis, sindroma Gullain-Barre dan Bell’s palsy.
c. Tahap infeksi menengah
Yaitu tahap reaktivasi virus HIV dengan munculnya kembali antigen HIV dan
turunnya jumlah limfosit T4. Ada juga yang menyebut sebagai fase AIDS
Related Complex yaitu sutau keadaan yang ditandai dengan tanda-tanda
konstitusional yang menetap sekurang-kurangnya 3 bulan dan hasil
laboratorium minimal satu macam tanpa gejala infeksi oportunistik. Tanda-
tanda tersebut meliputi: peningkatan suhu badan 380C berlangsung terus-
menerus, penurunan berat badan sekitar 10% atau lebih, kelelahan sampai
hilangnya aktivitas dan keluarnya keringat pada malam hari. Komplikasi
dermatologis, oral dan konstitusional lebih sering terjadi pada fase ini.
11
d. Tahap sakit HIV berat (severe HIV atau full blown AIDS)
Yaitu ditandai oleh infeksi oportunistik dan neoplasma dengan angka kematian
yang tinggi dan persisten terhadap terapi. (Nursalam, 2009, p. 45).
5. Pencegahan HIV/ AIDS (Effendi dan Makhfudli, 2009).
a. Melakukan hubungan seksual dengan pasangan tetap.
b. Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual beresiko
tinggiseperti dengan pekerja seks komersil (PSK)
c. Hindari hubungan seksual diluar nikah
d. Hindari transfuse darah yang tidak jelas sumber asalnya
e. Gunakan alat-alat medis dan nonmedis yang terjamin sreril
6. Pengobatan HIV/AIDS
HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan
terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada
pasien untuk menghentikan aktifitas virus, memulihkan sistem imun dan
mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan
menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa
memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/
AIDS.
a. Tujuan pemberian ARV :
- Menghentikan replikasi HIV.
- Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik.
- Memperbaiki kualitas hidup.Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena
infeksi HIV (Nursalam, 2009).
b. Jenis obat ARV
- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI). Obat ini sebagai analog
nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA
(proses ini dilakukan oleh virus HIV agar bisa bereplikasi).
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi
( BKKBN, 2007).
b. Strategi PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission) Ada 4 Prong
(strategi) dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi : ( BKKBN, 2007)
- Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif Dengan konseling
pranikah, mendapatkan informasi HIV dan AIDS, dan seks bebas.
- Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif. Dengan
mendapatkan layanan konseling dan tes HIV sukarela dan Pemakaian
kontrasepsi yang aman dan efektif
- Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke janin yang
dikandungnya.
a. Ibu mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang terpadu
b. Pemberian obat anti retroviral (ARV) untuk mengoptimalkan kesehatan ibu
dan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi dengan cara menurunkan
kadar virus HIV serendah mungkin.
c. Ibu menjalani persalinan dengan cara seksio Caesar
d. Ibu memberikan susu formula kepada banyinya.
- Pemberian dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV positif
beserta bayi dan keluarganya yang meliputi :
a. Pemberian ARV jangka panjang
b. Merujuk ke fasilitas pelayanan
c. Pengobatan dan perawatan
d. Dukungan operasi Caesar
e. Dukungan pemberian susu formula
f. Dukungan dari suami dan keluarga
2.4 Respon Imun Neonatus
Sistem kekebalan tubuh bayi yang baru lahir secara anatomi memiliki defisiensi
fungsional, belum terpapar oleh antigen dari luar dan sering mengalami
ketidakmampuan dalam mengkopi agen mayor infeksi. Merupakan perkembangan
immunologi termasuk dalam menghadapi berbagai virus seperti cytomegalovirus,
13
hepatitis B dan virus herpes simplek. Ketiga infeksi tersebut bersifat kronik, menjadi
karier dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit neonates yang fatal.
Pada saat system kekebalan tubuh neonatus tidak matang, menyebabkan system
sel T tidak berfungsi dengan baik terutama terhadap infeksi HIV, peranan antibody dan
system makrofag rendah. Sistem antibody pada janin bersifat dorman, digantikan oleh
system kekebalan tubuh dari Ig G ibu melalui transplasenta dan sekresi IgA dari air
susu ibu. Rendahnya kadar IgG dan IgA dari ibu dengan kehamilan cenderung
melahirkan premature dan juga antibody neutralizing yang rendah. Yang paling utama
adalah defek selT sehingga berpengaruh pada fungsinya sebagai produksi sitokin,
respon sel T sitotoksik, lambatnya sistem penolakan terhadap se lasing dan tropism
terhadap replikasi virus intraselular. T-helper-1 (TH-1) berperan terhadap respon imun
selular, bila terjadi defisiensi akan terjadi pula defisiensi dari interferon (IFN-y). terjadi
pula defisiensi respon segala tipe sitotoksik termasuk CDS CTL. Oleh Luzuriaga pada
tahun 1991 dikatakan terdapat defisiensi CDS T-sel pada bayi yang terinfeksi HIV di 1
tahun pertama kehidupan
14
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
METODE SOAP
- Keluhan Utama : Ibu ingin memeriksa kandungan nya, mual muntah pagi
hari. Batuk berdahak dan demam
- Ibu G5P3A1H3
- HPHT : 15 juni 2019 TP : 22 -maret-2020 UK :
8-9 mg
- Gerakan janin : (+)
- Ibu tidak memiliki riwayat penyakit sistemik (asma, jantung, diabetes, hipertensi,
dll) dan penyakit keturunan.
b. Data Objektif
- Keadaan emosional : Stabil
15
c. Assassement
Ibu : G5P3A1H3, UK 8-9 minggu , Keadaan umum ibu baik.dengan HIV
reaktif (+)
16
d. Planning/Penatalaksanaan
Jam 10:00 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu hamil dengan hasil
labor postif HIV (ibu mengerti).
2. Menjelaskan dan menginformasikan kepada ibu tentang kehamilannya ini
mesti sering di lakukan pemeriksaan karena ibu postif HIV (ibu faham dan
bersedia)
3. Memberikan dukungan dan supor mental kepada ibu terkait kondisi
kehamilannya yang positif HIV (sudah dilakukandan ibu merasa senang)
4. Mengajak suami dan anggota keluarga lebih aware dalam merawat
kehamilan ibu ini, dan Menjelaskan cara pencegahan dan penuarannya
dalam keluarga (suami mendukung dan berjanji akan lebih peduli dalam
menjaga kehamilan istrinya)
5. Menjelaskan dan menginformasikan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya
saat trimester awal kehamilan (ibu mengerti).
6. Menjelaskan dan menginformasikan kepada ibu tentang kehamilannya ini
yang ke-5 memiliki risiko karena jaraknya cukup dekat dengan anaknya
yang kecil (Ibu mengerti).
7. Menginformasikan kepada ibu untuk tetap menjaga asupan makanan
seimbang seperti sayuran dan buah-buahan serta memberikan pujian kepada
ibu karena HB yang telah meningkat baik (ibu mengerti).
8. Memberitahu ibu bahwa akan dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad untuk
mendapatkan terapi obat ARV untuk mencegah aktivitas virus berkembang
didalam tubuh ibu hamil. (ibu mengerti dan bersedia dirujuk).
a. Data subjektif
- Keluhan : Ibu merasa sedikit lemes, badan meriang dan terasa sakit
kepala. Perut bagian bawah agak nyeri
- Menurut ibu, dia selalu rutin mengkonsumsi obat ARV nya dirumah,
(lamivudine (3TC) 150 mg dan zidovudine (ZDV) 250 mg, nevirapine
(NVP) 200 mg, indinavir 800 mg dan nelfinavir 750 mg. dosis yang
diberikan masing masing 2x1
- Menurut ibu dia disuruh cek labor darah sebulan lagi oleh dokter di
Rumah sakit umum.
b. Data Objektif
- Keadaan emosional : Stabil
- Keadaan Kesadaran : Composmentis
- Usia Kehamilan : 32-33 Minggu
- Lila : 22,5 cm BB 50 kg
- TTV : TD : 90/70 mmHg S : 37,8 ºC
N : 82 x/i R : 20 x/i
- Pemeriksaan head to toe : Normal
- Palpasi Uterus
Leopold I : TFU pertengahan pusat dengan PX, teraba bagian lunak
melenting kemungkinan adalah bokong.
Leopold II : Teraba bagian memanjang, keras di sisi kanan perut ibu
kemungkinan adalah punggung, dan teraba bagian kosong
disisi kiri perut ibu kemungkinan adalah ekstremitas.
Leopold III : Pada bagian perut bawah ibu teraba bulat, keras, melenting
kemungkinan adalah kepala dan belum masuk PAP.
Leopold IV : convergen
TFU : 26 cm
TBJ : 2170 gram (26-12x155=2170)
- Auskultasi DJJ
Frekuensi : 136 x/i
18
Irama : teratur
Punctum max : 3 jari di bawah pusat perut kanan ibu
- Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,3 gr%
Tes kehamilan : (+)
Protein urine : Negatif
Glukosa urine : Negatif
Golongan Darah : A
HIV : (+) reaktif
c. Assassment
Ibu : G5P3A1H3, UK 32-33 minggu, Keadaan umum ibu sedang. Ibu dengan
HIV dan KEK
Janin : Janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala letak memanjang,
Keadaan umum janin baik.
Masalah : dengan gangguan ketidaknyaman pada kepala dan perut (sakit).
d. Planning
Jam : 10:55 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu mengalami kehamilan
dengan HIV dan KEK dan keadaan janin baik dan normal (ibu mengerti).
2. Menjelaskan bahwa perlu adanya peningkatan kualitas hidup penderita HIV
dengan meningkatkan gizi dan nutrisi seimbang (ibu mengerti).
3. Memberikan pemahaman dengan ibu dan suami bagaimana cara
meningkatkan daya imunitas tubuh agar tidak semakin lemah dan terhindar
dari penyakit (ibu mengerti).
4. Mengingatkan ibu untuk bersabar menerima kondisinya dengan HIV dan
KEK (ibu memahami)
5. Menjelaskan cara mengurangi rasa sakit pada kepala dan perut ibu dengan
mengurangi aktivitas yang berat dan cukup istirahat dirumah, hindari stress
dan banyak fikiran negative (ibu faham dan akan melakukan anjuran bidan).
19
a. Data subjektif
Keluhan : Ibu mengalami keluhan kontraksi kuat dibagian perut nya, dan
merasakan tanda atau keluhanan persalinan seperti blood show.
b. Data Objektif
- Keadaan emosional : Stabil
- Keadaan Kesadaran : Composmentis
- Usia Kehamilan : 39-40 Minggu
- Lila : 22,5 cm BB : 52,5 kg
- TTV : TD : 100/70 mmHg S : 36,8 ºC
N : 82 x/i R : 20 x/i
- Pemeriksaan head to toe : Normal
- Palpasi Uterus
Leopold I : TFU 4 jari dibawah PX, teraba bagian lunak melenting
kemungkinan adalah bokong.
Leopold II : Teraba bagian memanjang, keras di sisi kanan perut ibu
kemungkinan adalah punggung, dan teraba bagian kosong
disisi kiri perut ibu kemungkinan adalah ekstremitas.
Leopold III : Pada bagian perut bawah ibu teraba bulat, keras, tidak
terlalu melenting kemungkinan adalah kepala dan sudah
masuk PAP.
Leopold IV : Sejajar
TFU : 31 cm
TBJ : 2945 gram (31-12x155=2945)
Kontraksi : 3x10 m 40 detik
- Auskultasi DJJ
Frekuensi : 136 x/i
Irama : teratur
Punctum max : 3 jari di bawah pusat perut kanan ibu
- Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,8 gr%
21
c. Assassment
Ibu : G5P3A1H3, UK 39-40 minggu, inpartu, ibu dengan HIV, Keadaan umum
ibu baik.
Janin : Janin hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala letak memanjang,
Keadaan umum janin baik.
d. Planning
Jam : 09:50 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu akan segera melahirkan, dan janin
dalam keadaan baik dan normal (ibu mengerti).
2. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang proses persalinan yang akan
dijalaninya akan dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap
(ibu mengerti).
3. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap menjaga asupan makanan
seimbang seperti sayuran dan buah-buahan agar ibu bertenaga selama
memghadapi proses persalinannya (ibu mengerti).
4. Merujuk ibu untuk bersalin di RSU Arifin Ahmad Pekanbaru, karena sudah
ada ketetapan SOP alur rujukan pasien dengan HIV reaktif /positif (ibu
mengerti).
22
BAB IV
PEMBAHASAN
mengkonsumsi sayuran dan buah-buhan, agar stamina dan daya imunitas tubuh
penderita HIV ini semakin meningkat.
Berkalaborasi dengan dokter puskesmas untuk penanganan kehamilan dengan
HIV, dengan merujuk pasien ke RSUD Arifin ahmad guna penanganan dan
pemberian terapi lebih lanjut untuk mendapatkan terapi ARV dan profilaksis.
Kunjungan ke-2 ini dilakukan ibu pada tanggal 11 Februari 2020 usia
kandungan 32-33 minggu, ibu belum merasakan tanda persalinan serta ibu dan bayi
dalam keadaan normal dengan letak posisi janin yang baik dengan presentasi kepala.
Tapi ibu saat ini mengeluh nyeri perut bagian bawah, sakit kepala dan badan
meriang. Terdapat gangguan gizi pada ibu ini LILA yaitu 22,5 cm.
Tatalaksana ibu hamil dengan HIV yang sudah dilakukan adalah : dengan
memberikan penjelasan tentang proses perilaku hidup sehat (PHBS) dirumah agar
dapat menjaga daya imunitas tubuh, meningkatkan makanan gizi seimbang dan
bernutrisi pada ibu. Menganjurkan ibu untuk mematuhi aturan konsumsi obat-obatan
ARV (anti retro viral), disesuaikan dengan dosis yang diberikan, serta mengurangi
kontak hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dengan suami, edukasi
perbikan gizi dan nutrisi seimbang yang dapat menambah stamina dan imunitas
tubuh, serta menganjurkan atau memberitahukan agar ibu mempersiapkan
persalinannnya / proses melahirkannya di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Disamping itu ibu ini juga mengalami KEK terdapat LILA 22,5 cm, dan
penatalakasanaan yang dianjurkan adalah meningkatkan konsumsi protein (TKTP)
agar massa otot bertambah dan perkembangan janinnya lebih baik, dilakukan
pengawasan dan pemantauan berat badannya dengan menganjurkan setiap minggu
kepuskesmas, dilakukan pemantauan 4x terjadi kenaikan 0,5 kg/minggu pada ibu,
dari 50 Kg menjadi 52 kg.
Disamping itu menanyakan dan memantau ulangterhadap gejala-gejala HIV
yang terkait dengan kondisinya sekarang seperti Diare kronis atau berulang, batuk,
penurunan BB > 10% selama 3 bulan terakhir, badan lemes dan lain-lain. Sejauh
penilaian penulis saat kunjungan kedua dan pemantauan sebelumnya, pasien ini
24
sudah ada peningkatan imunnya, sudah jarang terjadi keluhan diare, batuk sudah
berkurang, nafsu makan sudah mulai ada, berat badanpun naik 2 kg selama 4 kali
pemanatauan. Hal ini penunlis duga akibat kepatuhan pasien dalam megikuti anjuran
bidan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya serta kepatuhan dalam
memgkonsusmsi obat ARV nya sehingga imunitasnya sudah lebih membaik
Disamping itu tetap memgontrol makanan dan kadar CD4 didlaam darah
pasien, melalui anjuran pemeriksaan rutin darah pasein di laboratorium puskesmas.
Pada saat penulis memberikan edukasi dan konseling kepada ibu dan tentang
cara perawatan diri dalam mencegah imunitas menjadi rendah, masalah/komplikasi
dan tanda bahaya yang mesti diwaspadai dalam masa kehamilan, dll, terdapat respon
positif keluarga dan pasien dalam memahami anjuran bidan. Sejauh penilaian dan
evaluasi kunjungan Anc ini ibu dan suami sangat terbuka dan mau melakukan saran
penulis dalam meningkatkan kesehatan bayi mereka.
4.3 Asuhan Kebidanan Kehamilan dengan HIV (Kunjungan III)
Kunjungan ketiga pada tanggal 20 maret 2020 usia kandungan 38-39 minggu,
ibu mengalami tanda-tanda persalinan, dan segera dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad
Kota Pekanbaru.
Persalinan Ny E harus dilakukan difasilitas pelayanan yang lengkap dan
mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan baik dan tepat, agar tidak menulari orang
dan keluarganya.
Prinsip PI harus dilakukan secara ketat pada pelayanan pertolongan persalinan
pada penderita HIV, bekerja secara safety dan aman akan menghindai penularan
antar orang dan alat instrument yang terkontaminasi.
Pemberian ASI dari ibu ke bayi pasca persalinan sebaiknya dihindari dalam
menghindari kontak penukaran kepada bayi. Pemberian asuhan pasca bersalin pada
ibu dengan HIV bertujuan
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2) Mendeteksi masalah, mengobati, komplikasi pada ibu maupun bayinya
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari
4) Memberi pelayanan KB (Saleha, 2009)
25
Dengan penemuan kasus ibu hamil dengan HIV ini hendaknya membuata
petugas kesehatan binsa menerapkan standar asuhan kebidana lebih bijaksan, jika
sekiranya alat-alat tidak mencukupi dilapangan misalnya di BPM, dipuskesmas,
maka dianjurkan pasien dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang lebih
lengkap, agar mendaptkan pemeriksaan lebih lanjut dan tetap mendapatkan
pengobatan ARV dan tatalaksana persalinan dan nifas yang tepat pada penderita
HIV.
26
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit HIV
secara dini pada setiap ibu hamil yang melakukan ANC serta dapat memberikan
pelayanan asuhan kebidanan komprehensif terhadap pasien sesuai dengan teori
yang ada.
2. Bagi pasien
27
DAFTAR PUSTAKA