Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

DIET BAGI PENDERITA


DIABETES MELITUS (DM)
Disusun Oleh :

dr. Armiyetti

NIP. 19720713 200501 2 004

Makalah Ini Diterima Dan Disahkan


Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Untuk Kenaikan Pangkat

Disahkan oleh:

KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA PEKANBARU

dr. ZAINI RIZALDY,S

NIP.19720810200121 1 005
1
LEMBAR PENGESAHAN

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.RIZA GUSNIWATY


DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS (DM)

Disusun Oleh :

dr. Armiyetti

NIP.19720713 200501 2 004

Makalah Ini Diterima Dan Disahkan

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Untuk Kenaikan Pangkat

Disahkan oleh:

KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA PEKANBARU

dr. ZAINI RIZALDY, S


NIP. 19720810 200212 1 005

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat-Nya kepada kita semua,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

ini yang berjudul “DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS (DM)”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengambil dari berbagai sumber bacaan.

Penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini.

Atas masukan saran atau kritiknya,penulis mengucapkan terima kasih banyak.

Pekanbaru, Desember 2020

Dr. Armiyetti

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 6

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 6


B. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 7

A. Pengertian .................................................................................................................... 7
B. Epidemiologi ................................................................................................................ 8
C. Fisiologi umum ............................................................................................................. 8
D. Patofisiologi .................................................................................................................. 9
E. Penatalaksanaan ........................................................................................................... 11
F. Penatalaksanaan Diet .................................................................................................... 11
G. Peranan Makanan dan Gizi ........................................................................................... 12
H. Tujuan dan Syarat Diet ................................................................................................. 14
I. Diagnosis Diabetes Mellitus ......................................................................................... 16
J. Klasifikasi Diabetes Mellitus ....................................................................................... 18
K. Faktor Resiko Terjadinya Diabetes Mellitus ................................................................ 22
L. Diabetes Mellitus Sebagai Permasalahan Kesehatan Masyarakat ............................... 25

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 31

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 31
B. Saran .............................................................................................................................. 31

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : dr. Armiyetti

NIP : 19720713 200501 2 004

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi 13 Juli 1972

Pendidikan : S1. Kedokteran

Jabatan : Dokter Umum Puskesmas Sail

Unit Kerja : Dinas Kesehatan

Instansi : Kota Pekanbaru

Menyatakan bahwa makalah ini benar saya yang membuat untuk melengkapi persyaratan
kenaikan pangkat periode Juli- Desember 2020.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya data yang tidak benar benar, maka saya
akan bertanggung jawab, dan diberi sanksi.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat tanpa tekanan dari pihak manapun.

Pekanbaru, Desember 2020

Yang Membuat Pernyataan,

Dr. Armiyetti

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data
dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun
2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia (IDF, 2011). Diabetes mellitus telah
menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. Internasional diabetes federation (IDF)
memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka
mengidap DM. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di
asia tenggara (IDF, 2009) jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun
(IDF, 2011) ada beberapa jenis Diabetes Melitus yaitu Diabetes Melitus tipe I, Diabetes
Melitus II, Diabetes Melitus tipe Gestasional dan Diabetes Melitus tipe lainnya. Jenis
Diabetes Melitus yang paling banyak di derita adalah Diabetes Melitus tipe II (DM tipe
II) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pancreas dan atau gangguan fungsi insulin
(resistensi insulin) (depkes, 2005). Diabetes Melitus biasanya disebut dengan the silence
killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan
mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk atau gangrene, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, struk dan
sebagainya. (Depkes, 2005)

B. Tujuan Penulisan

Tujuan :
1. Untuk mengetahui konsep diabetes mellitus
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus
3. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan dimasyarakat Diabetes Mellitus

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Diabetes melitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan


kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Dalam bidang kesehatan, istilah gizi (sering disebut pula
nutrisi) diartikan sebagai sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup untuk
memanfaatkan makanan guna pembentukan energi dan pemeliharaan tubuh. Nutrien
atau zat-zat gizi merupakan substansi biokimia yang digunakan tubuh dan harus
diperoleh dengan jumlah yang adekuat dari makanan yang kita makan. Umumnya
makanan diambil tubuh lewat mulut, dicernakan dan diserap dalam saluran cerna untuk
kemudian menjalani proses metabolisme. Dalam rumah sakit terdapat beberapa istilah
lain yang berhubungan dengan gizi seperti diet rumah sakit, perencanaan makan, status
gizi, terapi diet, nutrisi enteral dan parenteral. Istilah diet yang benar adalah “pengaturan
jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap sehat”. Status
gizi merupakan keadaan kesehatan yang ditentukan oleh nutrien yang diterima dan
dimanfaatkan oleh tubuh, jika kesehatan status kesehatan diperiksa oleh dokter atau
perawat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang (radiologi dan
laboratorium) maka status gizi dinilai oleh ahli gizi lewat wawancara gizi seperti food
recal, pemeriksaan antropometrik (berat badan, indeks masa tubuh, lingkaran perut dll)
dan penunjang lainnya (laboratorium, body composition analysis). Dokter spesialis gizi
klinik dapat melakukan Subjective Global Assesment (SGA) yang meliputi anamnesis
tentang asuhan diet, perubahan berat badan, keadaan saluran cerna, kapasitas fungsional
serta penyakit yang berkaitan dengan gizi dan pemeriksaan fisik baik secara klinis,
biokimia atau laboratorium maupun komposisi tubuh terapi diet merupakan preskripsi
atau terapi yang memanfaatkan diet yang berbeda dengan diet orang normal untuk
mempercepat kesembuhan dan memperbaiki status gizi.

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolic dengan etiologi


multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan memengaruhi 4
metabolisme karbohidrat, protein serta lemak. Patofisiologi DM berpusat pada gangguan
sekresi insulin dan/atau gangguan kerja insulin. Penyandang DM akan ditemukan dengan

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


berbagai gejala seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan
polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan. Hiperglikemia dapat tidak
terdeteksi karena penyakit DM tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan
menyebabkan kerusakan vascular sebelum penyakit ini terdeteksi. DM jangka panjang
menimbulkan rangkaian gangguan metabolic yang menyebabkan kelainan patologis
makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi mikrovaskuler yang berkaitan dengan
DM meliputi retinopati, nefropati, dan neuropati. Penyandang DM menghadapi
peningkatan risiko untuk menderita penyakit kardiovaskular, serebrovaskular dan
penyakit vascular perifer.

B. Epidemiologi

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12


juta orang. Tujuh juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis; sisanya
tidak terdiagnosis. Di amerika serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru
didiagnosis setiap tahunnya. Diabetes terutama prevalen di antara kaum lanjut usia. Di
antara individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka
ini mencakup 15% populasi pada panti lansia. Di Amerika Serikat, diabetes merupakan
penyebab utama kebutaan yang baru di antara penduduk berusia 25 hingga 74 tahun dan
juga menjadi penyebab utama amputasi di luar trauma kecelakaan. Tiga puluh persen
pasin yang mulai mendapatkan terapi dialisis setiap tahun menderita penyakit diabetes.
Diabetes berada dalam urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian akibat panyakit
arteri koroner yang tinggi pada para penderita diabetes. Beban ekonomi untuk diabetes
terus meningkat akibat besarnya biaya medis dan bertambahnya populasi lansia. Angka
rawat inap bagi penderita diabetes adalah 2,4 kali lebih besar pada orang dewasa dan 5,3
kali lebih besar pada anak-anak bila dibandingkan dengan populasi umum. Separuh dari
keseluruhan penderita diabetes yang berusia lebih dari 65 tahun dirawat di rumah sakit
setiap tahunnya. Komplikasi yang serius dan dapat membawa kematian sering turut
menyebabkan peningkatan angka rawat inap bagi para penderita diabetes.

C. FISIOLOGI UMUM

Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu dari empat 4
tipe sel dalam pulau-pulau Langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik atau
hormon untuk menyimpan kalori (storage hormone). Apabila seseorang makan makanan,

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati serta
lemak.

Dalam sel-sel tersebut, insulin menimbulkan efek berikut ini:

1. Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot ( dalam bentuk glikogen)
2. Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa
3. Mempercepat pengangkutan asam-asam amino (yang berasal dari protein makanan) ke
dalam sel

Insulin juga menghambat pemecahan pemecahan glukosa, protein dan lemak


yang disimpan. Selama masa “puasa” (antara jam-jam makan dan pada saat tidur malam),
pankreas akan melepaskan secara terus-menerus sejumlah kecil insulin bersama dengan
hormon pankreas lain yang disebut glukagon (hormon ini disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau Langerhans). Insulin dan glukagon secara bersama-sama mempertahankan kadar
glukosa yang konstan dalam darah dengan menstimulasi pelepasan glukosa dari hati. Pada
mulanya, hati menghasilkan glukosa malalui pemecahan glikogen (glikogenolisis).

Setelah 8 hingga 12 jam tanpa makanan, hati membentuk glukosa dari pemecahan zat-zat
selain karbohidrat yang mencakup asam-asam amino (glukoneogenesis).

D. Patofisiologi diabetes

Diabetes tipe I.

Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin


karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskupun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa
dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai 4
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pmecahan glukosa yang disimpan dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia.

Diabetes Tipe II.

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada perumukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun, jika sel-sel beta tidak mampu mngimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Untuk
sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit diabetes tipe II yang dideritanya
ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan
laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes
selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi diabetes

jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer)
mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis ditegakkan. Penanganan primer diabetes tipe II
adalah dengan menurunkan berat badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan
obesitas. Latihan merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan efektivitas
insulin. Diabetes dan kehamilan. Diabetes yang terjadi selama kehamilan perlu mendapat
4
perhatian khusus. Wanita yang sudah diketahui menderita diabetes sebelum terjadi nya
pembuahan harus mendapatkan penyuluhan atau konseling tentang penatalaksanaan
diabetes selama kehamilan. Pengendalian diabetes yang buruk (hiperglikemia) pada saat

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


pembuahan dapat disertai timbulnya malformasi kongenital. Karena alasan inilah, wanita
yang menderita diabetes harus mengendalikan penyakitnya dengan baik sebelum konsepsi
terjadi dan sepanjang kehamilannya. Dianjurkan agar wanita yang menderita diabetes
sudah memulai program terapi yang intensif (pemeriksaan kadar gluksosa darah empat
kali per hari dan pemberian suntikan insulin tiga hingga empat kali per hari) dengan
maksud untuk mencapai kadar hemoglobin A1C yang normal tiga bulan sebelum
pembuahan. Pemantauan yang ketat dan pemeriksaan oleh dokter spesialis untuk
kehamilan berisiko tinggi sangat dianjurkan

E. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin


dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuroapatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius
pada pola aktivitas pasien.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

Penanganan di sepanjang perjalanan penyakit diabetes akan bervariasi karena


terjadinya perubahan pada gaya hidup, keadaan fisik dan mental penderitanya. Karena
itu, penatalaksanaan diabetes meliputi pengkajian yang konstan dan modifikasi rencana
penanganan oleh profesional kesehatan di samping penyesuaian terapi oleh pasien sendiri
setiap hari.

F. Penatalaksanaan diet

Prinsip umum diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari 4
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan
untuk mencapai tujuan berikut ini:

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


1. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3. Memenuhi kebutuhan energi
4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar
glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar


glukosa darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang
dikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda merupakan hal penting. Di samping itu,
konsistensi interval waktu diantara jam makan dengan mengkonsumsi camilan (jika
diperlukan), akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian
keseluruhan kadar glukosa darah. Bagi pasien-pasien obesitas (khususnya pasien diabetes
tipe II), penurunan berat badan merupakan kunci dalam penanganan diabetes. Secara
umum penurunan berat badan bagi individu obesitas menjadi faktor utama untuk
mencegah timbulnya penyakit diabetes. Bahkan penurunan berat yang hanya 10% dari
total berat badan dapat memperbaiki kadar glukosa darah secara signifikan. Untuk
pasien-pasien diabetes yang obesitas dan tidak menggunakan insulin, konsistensi dalam
hal volume makanan atau penentuan jam makan tidak begitu menentukan. Sebaliknya,
fokus utamanya terletak pada penurunan keseluruhan jumlah kalori yang dimakan.

G. Peranan Makanan dan Gizi

Makanan memiliki peranan yang fundamental dalam tradisi agama, budaya


dan etos pada sebagian besar masyarakat. Terapi gizi di dalam rumah sakit dipandang
sebagai asuhan fundamental yang tidak boleh diabaikan untuk mempercepat
kesembuhan kedati dalam kenyataannya sering terjadi hal sebaliknya. Perbedaan dengan
pemberian obat, perbedaan makanan memiliki makna yang emosional dan simbolik bagi
banyak orang. Karena itu tidaklah mengherankan jika keputusan untuk memulai,
menunda atau menghentikan terapi gizi menjadi persoalan kontroversial. Kontroversi
tersebut telah menjadi perhatian yang banyak diperdebatkan dalam dasawarsa terakhir 4
ini. Ilmu kedokteran modern berpandangan bahwa terapi nutrisi enteral dan parentral
bukan lagi pemberian makan melainkan sudah menjadi terapi medis seperti halnya

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


pengobatan dan tindakan medis yang lain. Ada beberapa faktor yang memengaruhi
bagaimana seseorang memilih makanannya. Faktor-faktor tersebut adalah kesenangan
serta ketidaksenangan (food like and dislike), kebiasaan (food habit), daya beli serta
ketersediaan makanan (purchasing power and food availability) kepercayaan serta
ketahayulan (food beliefe and food fadism), aktualisasi diri (self-actualization) faktor
agama serta psikologis yang paling akhir serta sering dianggap tidak penting,
pertimbangan gizi serta kesehatan. Pedoman “Empat Sehat Lima Sempurna” dari
Almarhum Prof. Poerwo Soedarmo maupun “Makanan Triguna” yang sudah dikenal
baik oleh petugas kesehatan/gizi di puskesmas serta ibu-ibu PKK di posyandu, dan yang
paling akhir “13 Pesan Dasar Gizi Seimbang”, semuanya ini

merupakan pedoman sederhana bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan status


gizi serta kesehatan yang baik. Pengertian Makanan Triguna adalah bahwa makanan
atau diet sehari-hari harus mengandung:

1. Hidrat arang dan lemak sebagai zat tenaga


2. Protein sebagai zat pembangun
3. Vitamin serta mineral sebagai zat pengatur

Rekomendasi berikkut ini mungkin bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan


dalam pelayanan gizi di rumah sakit:

a. Makan makanan secara beragam dan seimbang untuk menjamin kecukupan energi,
protein, vitamin, mineral dan serat makanan yang penting bagi kesehatan yang bik.
b. Makan dengan memperhatikan berat badan yang optimal untuk menghindari
kemungkinan terkena sindrom metabolik, tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
stroke, penyakit kanker tipe tertentu, diabetes (Tipe II) dan dislipidemia.

Khususnya bagi mereka yang memiliki kebiasaan makan berlebihan:

a. Memilih makanan rendah lemak, rendah lemak jenuh dan rendah kolesterol untuk
mengurangi risiko penyakit jantung dan penyakit kanker tipe tertentu.
b. Memilih makanan yang banyak mengandung buah-buahan, sayuran dan produk sereal
utuh untuk mendapatkan vitamin, mineral, serat makanan serta hidratarang kompleks 4

yang diperlukan dan akan membantu mengendalikan asupan lemak/kalori yang


berlebihan.

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


c. Menggnakan gula dengan jumlah yang tidak berlebihan dan hanya jika diperlukan.
Asupan gula yang berlebihan dapat mengakibatkan konsumsi kalori yang terlampau
banyak dan konsumsi nutrien lain yang terlalu sedikit di samping menyebabkan
kerusakan gigi.
d. Menggunakan garam dan natrium dengan jumlah yang tidak berlebihan untuk
membantu mengurangi risiko tekanan darah tinggi.

Khususnya bagi mereka yang asupan gizinya kurang:

a. Meningkatkan asupan kalori dan lemak (terutama lemak tidak jenuh) sesuai dengan
kebutuhan. Kelompok masyarakat yang rentan terhadap kekurangan gizi, seperti
anak-anak dan ibu hamil/ menyusui, membutuhkan kalori lebih banyak sehingga perlu
didahulukan pada distribusi makanan dalam keluarga.
b. Memperhatikan adsupan protein, terutama dari sumber protein yang bermutu tetapi
tidak mahal dan mudah diperoleh seperti telur (protein hewani) dan tahu atau tempe
(protein nabati)

Memperhatikan asupan vitamin dan mineral alalmi dengan mengutamakann sayuran yang
harganya lebih murah daripada buah dua hingga tiga porsi sehari. Kebiasaan lalap
sayuran

mentah dan memakan buah segar (jeruk, jambu, pepaya dll). Perlu dianjurkan dengan
memperhatikan kebersihannya. Beberapa jenis vitamin (misalnya, vitamin C) akan
teroksidasi jika dimasak/ dipanaskan sehingga harus diperoleh dari buah segar atau
sayuran mentah.

H. Tujuan dan syarat diet

Tujuan utama yang diharapkan dari pengaturan diet ini adalah untuk membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang
lebih baik. Sedangkan tujuan khusus yang diharapkan dari pengaturan diet pada
penderita diabetes mellitus ini adalah:

1. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan 4


asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik oral
dan tingkat aktifitas.

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


2. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik selama kehamilan
dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat badan memadai diartikan
sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka
pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh
petugas kesehatan.
4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek, masalah
yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik diabetes seperti :
penyakit ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit jantung.
5. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka diet yang diberikan harus memenuhi syarat
sebagai berikut:

a. Jumlah energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin,
tinggi badan, aktivitas fisik, proses pertumbuhan, dan kelainan metabolik.
b. Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya,
yaitu berkisar 60 – 70% dari total konsumsi. Makanan/minuman yang mengandung
gula dibatasi, dan digunakan jenis karbohidrat kompleks/makanan yang berserat.
c. Protein berkisar 12 – 20%, dan digunakan protein yang bernilai biologi tinggi (nilai
cernanya tinggi).
d. Lemak berkisar antara 20 – 25%, dan lemak jenuh serta kolestrol tidak dikonsumsi.
e. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya.

Makanan-makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita Diabetes Mellitus:

1) Sumber Karbohidrat kompleks

Seperti beras/nasi, kentang, singkong, terigu, tapioka, gula, hunkue, makaroni, mie,
bihun, roti, dan biskuit.
4

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


2) Protein Hewani

Ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, ikan, dan telur maksimal 2x/minggu.

3) Sayuran

Semua sayuran dianjurkan terutama yang berserat tinggi atau berwarna hijau seperti
bayam, kangkung, daun singkong, dll.

4) Buah

Semua buah dianjurkan terutama yang berserat tinggi menurut jumlah yang sudah
ditentukan.

Makanan-makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita Diabetes


Mellitus adalah:

a. Makanan dan minuman yang mengandung gula murni seperti gula pasir/gula merah,
susu kental manis, dodol, cake, selai, sirup, kue tart, jelly, dll.
b. Makanan yang digoreng dan menggunakan santan kental (mengandung lemak jenuh).
c. Makanan yang mengandung banyak garam seperti ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan seperti saus, kecap, abon, sarden kaleng, buah kalengan, dll.

I. Diagnosis Diabetes Mellitus

Standardisasi kriteria bagi penegakan diagnosis dan klasifikasi DM yang diusulkan oleh
The National Diabetes Data Group Of The USA (NDDG) dan komite pakar pada WHO
menghasilkan keseragaman hingga taraf tertentu bagi berbagai penelitian global terhadap
kelainan metabolic tersebut. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan 75 gram glukosa
digunakan untuk membedakan antara DM dan bukan DM. Pada penelitian populasi The
US National Health And Nutrition Examination Survey (NHANES) III, angka prevalensi
DM yang tidak terdiagnostik adalah 6.34% ketika diagnosis ditegakkan dengan kriteria
WHO (yang berdasarkan kadar BSG 2 jam pp), tetapi angka tersebut hanya sebesar 4.4%
jika didasarkan pada nilai cut off kadar glukosa darah puasa (FPG, Fasting Plasma
Glucose) 126 mg/dl (7.0 mmol.I) atau lebih. Kelompok penelitian The Diabetes 4
Epidemiology: Collaborative Analysis Of Diagnostic Criteria In Europa (DECODE)
yang menganalisis data dari 16 negara eropa menemukan adanya angka prevalensi DM

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


dibawah jumlah sebenarnya jika digunakan kriteria FPG dengan koefisien keselarasan
(Corcodance) hanya sebesar 28% sensitivitas FPG untuk penegakan diagnosis DM juga
rendah pada populasi Asia.

Tabel 20.2 Nilai Laboratorium untuk Penegakan Diagnosis Diabetes Mellitus dan
Kategori Hiperglikemia yang lain

Kadar Glukosa, mmol/I (mg/dl)


Darah Utuh

vena kapiler plasma (vena)

Diabetes Mellitus
puasa atau >6.1 (>110) >6.1(>110) >7.0(>176)
2 jam setelah makan (postglucose
load) >10.0 (>180) >11.1(>200) >11.1(>200)
atau keduanya

toleransi glukosa terganggu


kadar puasa (jika diukur) dan <6.1(<110) <6.1(<110) <7.0(<126)
2 jam setelah makan (postglucose
load) >6.7(>120) >7.8(>140) >7.8(>140)
<10.0(<180) <11.1(<200) <11.1(<200)

glikemia puasa terganggu


Puasa >5.6(>100) >5.6(>100) >6.1(>110)
2 jam postpradial (jika diukur) <6.1(<110) <6.1(<110) <7.0(<126)
<6.7(<120) <7.8(<140) <7.8(<140)

1. Cara Penegakan Diagnosis

a. Gejala DM seperti rasa haus serta poliuria dan hasil pemeriksaan glukosa
sewaktu> 200 mg/dl (11.1 mmol/l)
b. Atau EPG (kadar glukosa puasa )>126 mg/dl (7.0 mmol/l)
c. Atau glukosa plasma 2 jam setelah makan (2 jam pp) >200 mg/dl (11.1 mmol/l)
selama pelaksanaan TTGO.
d. Untuk keperluan skrining pada populasi dapat digunakan kriteria kadar glukosa
4
puasa atau 2 jam pp sesudah pemberian per oral 75 gram glukosa.

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


Ibu hamil yang memenuhi kriteria WHO untuk DM atau TGT diklasifikasi sebagai
penderita DM gestasional.. skrining untuk DM gestasional tidak diperlukan pada wanita
yang berusia kurang dari 25 tahun dan mempunyai risiko yang rendah. Toleransi glukosa
harus diklasifikasi ulang dengan TTGO 75 gram pada 6 minggu atau lebih sesudah
melahirkan. The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan skrining
dengan mengukur kadar glukosa plasma 1 jam sesudah pemberian oral 50 gram glukosa
pada usia kehamilan antara 24 dan 28 minggu. Jika kadar glukosa tersebut paling sedikit
7.8 mmol/l (140 mg/dl), pemeriksaan TTGO selama 3 jam penuh harus dilaksanakan.
Setiap dua dari empat nilai glukosa plasma selama tes yang memenuhi atau melebihi
nilai-nilai yang terlihat dibawah ini menunjukan diagnosis DM gestasional:

Waktu Mg/dl Mmol/l

1 rasa 95 5,3

1 jam setelah makan 180 10,0

2 jam setelah makan 155 8,6

3 jam setelah makan 140 7,8

Kadar hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) merupakan indeks status glikemik selama 2-3
bulan yang lampau. Pemeriksaan ini dianjurkan sebagai alat untuk memantau
pengendalian glukosa darah.

J. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi yang ada sekarang ini meliputi berbagai stadium klinis dan tipe
etiologi penyakit DM serta kategori hiperglikemia lainnya. Istillah DM yang tergantung
insulin (IDDM, Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan yang tidak tergantung insulin
(NIDDM, Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus) kini sudah tidak digunakan lagi.
Klasifikasi etiologi DM diperhatikan dalam tabel 20.1.
4

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


1. Diabetes Mellitus tipe I

Diabetes melitus merupakan kumpulan keadaan yang disebabkan oleh


kegagalan pengendalian gula darah. DM tipe 1 ditandai oleh penurunan kadar insulin
(insulinopenia) yang disebabkan oleh destruksi sel-sel. Pasien DM tipe I memerlukan
insulin untuk tetap bertahan hidup tanpa adanya insulin dari luar, pasien tersebut akan
mengalami ketoasidosis, koma dan kematian. penyandang Diabetes Tipe 1 memerlukan
pemberian insulin dari luar sehingga dinamakan pula diabetes tergantung insulin (DMTI)
sedangkan pada Diabetes Tipe 2, produksi insulin mungkin masih cukup atau hanya
berkurang sehingga bisa diatasi dengan obat-obat hipoglikemik yang dapat mengurangi
resistensi insulin dan/atau yang merangsang sel-sel beta pankreas untuk memproduksi
insulin. Diabetes tipe 1 terutama ditandai dengan penurunan berat badan serta gejala 3 P
(polifigia, polidipsia, poliuria) dan umumnya ditemukan pada usia kanak-kanak hingga
remaja, sedangkan diabetes tipe 2 terutama dicirikan oleh tubuh yang gemuk dan usia
menengah ke atas. Namun, tipe 2 dapat bercampur atau berubah menjadi tipe 1 setelah
sel-sel beta menjadi lelah karena terus-menerus dirangsang oleh obat-obat (golongan
sulfonil urea) sehingga tidak lagi mampu memproduksi insulin. Pada perubahan dari tipe
2 menjadi tipe 1, tubuh pasien akan berubah

dari gemuk menjadi kurus tanpa dapat dipengaruhi oleh peningkatan asupan kalori dari
makanannya.

2. Diabetes Mellitus tipe II

Bentuk DM yang paling sering ditemukan dan ditandai oleh gangguan pada
sekresi serta kerja insulin. Kedua efek ini terdapat pada DM klinis. Penyebab yang
jumlahnya banyak dan bervariasi untuk terjadinya kelainan ini telah teridentifikasi. DM
tipe II juga memiliki perubahan multifaktorial. Mayoritas pasien DM yang tidak
terganntung dengan insulin dan kebanyakan di antara mereka menderita diabetes pada
usia dewasa. Pada DM tipe II sering terdapat resistensi insulin dengan insulinopenia
relative yang kadang-kadang pada saat-saat stress memerlukan insulin. Obesitas dan
obesitas pada bagian perut umumnya terlihat pada pasien-pasien DM tipe II.
Ketoasidosis jarang ditemukan dan jika terlihat, keadaan ini berhubungan dengan stress 4
atau penyakiit lain yang menjangkiti pasien DM. pasien DM juga cenderung mengalami
komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Faktor etiologi meliputi faktor genetic,

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


usia, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Prinsip penanganan termasuk perencanaaan
makan dan exercise pada Diabetes Melitus Tipe 2 sama seperti pada diabetes melitus tipe
1, kecuali pemberian insulin yang mutlak diperlukan pada diabetes tipe 1.

Pasien DM Tipe 2 (diabetes melitus tak tergantung insulin, DMTTI)


cenderung berusia lebih tua (>25 tahun) dan mempunyai berat badan yang lebih tinggi.
Banyak di antara pasien-pasien ini memiliki riwayat diabetes yang kuat dalam keluarga.
Karena itu, tujuan utama terapi diet pada DM Tipe 2 adalah menurunkan dan atau
mengendalikan berat badan di samping mengendalikan kadar gula dan kolesterol seperti
disebutkan di atas. Semua ini harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan mencegah atau paling tidak menunda terjadinya komplikasi akut maupun kronis.
Penurunan berat badan pada pasien-pasien DM Tipe 2 yang mengalami obesitas
umumnya akan menurunkan resistensi insuliin. Dengan demikian, penurunan berat badan
akan meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel dan memperbaiki pengendalian
glukosa darah

.a. Nutrisi preventif

Intervensi gizi yang bersifat preventif untuk mengurangi risiko terjadinya DM tipe 2
harus berfokus pada:

1) Pencegahan obesitas pada pasien-pasien yang berisiko diabetes


2) Asupan serat pangan 25 gram /1000 kalori, khususnya serat larut atau solubel dapat
membantu mengendalikan kadar glukosa darah dan menambah rasa kenyang
3) Menghindari asupan kalori yang berlebihan
4) Olahraga teratur (yaitu, 3 kali seminggu atau lebih selama waktu >30 menit dengan
intensitas 50-60% dari frekuensi jantung maksimal [220-usia) ternyata dapat
mencegah atau menunda onset diabetes pada mereka yang mempunyai predisposisi
untuk terkena penyakit ini.

b. Nutrisi kuratif

Intervensi diet untuk mengendalikan glukosa darah merupakan salah satu intervensi
penting bagi pasien-pasien DM Tipe 2. 4

Tujuan intervensi diet/gizi DM Tipe 2:

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


1) Mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah agar komplikasi diabetes dapat
dicegah atau ditunda
2) Mendapatkan dan mempertahankan berat badan normal atau ideal
3) Menghasilkan status gizi yang adekuat

Menghasilkan kebugaran dan rasa nyaman tubuh karena pengendalian gula dara dapat
menghilankan keluhan mudah lelah, sering pusing atau sakit kepala, kram, kesemutan,
gatal-gatal dan sebagainya.

Tabel 20.1 klasifikasi etiologi kelainan glikemia (diabetes mellitus)

Tipe I Ditandai dengan kegagalan produksi insulin


yang parsial atau total oleh sel-sel dan
pancreas. Faktor penyebab masih belum
dimengerti dengan jelas tetapi beberapa
virus tertentu, penyakit autoimun dan faktor
genetic mungkin turut berperan.

Tipe II Ditandai dengan resistensi insulin ketika


hormone insulin diproduksi dengan jumlah
yang tidak memadai atau dengan bentuk
yang tidak diabetes ini dan proses
terjadinnya berkaitan dengan obesitas.

Tipe spesifik lainnya Defek genetic pada fungsi sel


Defek genetic pada kerja insulin
Penyakit pada kelenjar eksrosin pancreas
Endokrinopati
Ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia
Infeksi
Bentuk immune-mediated diabetes yang
langka kadang-kadang sindrom genetic lain
yang disertai diabetes.
Diabetes gestasional Bentuk diabetes yang terjadi selama
kehamilan. Kebanyakan, tapi tidak
semuanya akan sembuh setelah melahirkan.

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


3. Diabetes Gestasional

Intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan hierglikemia dengan keparahan


yang beragam dan onset atau deteksi pertama kali pada saat hamil. Definisi ini berlaku
tanpa memandang apakaah hormone insulin digunakan atau tidak dalam penanganannya
ataukah keadaan tersebut tetap bertahan setelah kehamilan berakhir. Intoleransi glukosa
dapat mendahului kehamilan tetapi keadaan yang tidak diketahui sebelumnya. Diabetes
mellitus yang timbul selama kehamilan. Diagnose diabetes mellitus :

a. Kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl atau ditambah gejala khaas diabetes
( polyuria, polydipsia, polipagia. )
b. Glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih pada dua kali pemeriksaan pada saat yang
berbeda.

K. Faktor Risiko Terjadinya Diabetes

DM tipe II merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetic dan


lingkungan yang memberikan konstribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya
penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup,
sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah.

1. Faktor Genetik

Bukti adanya komponen genetic berasal dari koefisien keselarasan


(Corcodance) DM yang meningkat kepada kembar monozigot, prevalensi DM yang
tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes mellitus dan prevalensi
DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu. Keterkaitan DM dengan banyak gen
kandidat telah teridentifikasi pada berbagai populasi, tetapi tidak ada gen yang terlihat
sebagai gen utama di dalam proses terjadinya kelainan tersebut. DM tipe 2 merupakan
kelainan poligenik dan tidak memiliki hubungan yang jelas dengan gen Human
Leucocytes Antigen (HLA). Munculnya diabetes yang biasa muncul ketika dewasa pada
usia muda (MODY, Maturity Onset Diabetes In The Young) merupakan bentuk
monogenic DM tipe II dengan usia onset yang dini, yaitu kurang dari usia 25 tahun.
Kelainan ini diturunkan secara autosomal domain dan mutasi disebutkan terjadi paling 4

sedikit pada lima gen. varian genetic lainnya adalah kehilangan pendengaran yang
diwariskan secara materal pada diabetes mellitus (MIDDM, Maternally Inherited

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


Deafness In Diabetes Mellitus) yang merupakan cirri khas DM tipe I dan tipe II. Tuli
neuro sensori berhubungan dengan onset DM yang dini dan bentuk ini ditandai oleh
pewarisan materal yang kuat. Hanya anak perempuan yang dapat mewariskan penyakit
ini kepada keturunan, kendati kedua gender sama-sama dapat terkena.

2. Faktor risiko lingkungan

Sejumlah penelitian epidemiologi dari berbagai bagian dunia memperlihatkan bahwa


faktor-faktor risiko lingkungan yang utama untuk terjadinya DM meliputi.

a. Usia
b. Obesitas dan obesitas bagian perut
c. Resistensi insuin
d. Faktor-faktor makanan atau gizi
e. Jarang melakukan aktivitas fisik
f. Urbanisasi dan modernisasi

1) Usia

Pertambahan usia merupakan faktor risiko yang penting untuk DM. Dalam
semua penelitian epidemiologi pada berbagai populasi, pravelensi Dm memperlihatkan
peningkatan yang spesifik menurut usia.pada populasi eropa,usia pada saat onset DM
umumnya berkisar antara 50-60 tahun,namun usia ini secara signitifkan lebih rendah
pada penduduk asli amerika dan india yang angka prevelensi DM-nya tinggi.

2) Obesitas dan obesitas pada bagian perut

Obesitas smerupakan faktor resiko utama untuk terjadinya DM Hubungannya


dengan DM tipe II sangatlah kompleks.Meskipun angka obesitas yang diukur melalui
indeks masa tubuh ( IMT ) umumnya rendah pada orang-orang india,namun angka
tersebut berkaitan erat dengan toleransi glukosa pada populasi perkotaan maupun
pedesaan.Sekalipun masih berada di dalam kisaran berat badan yang dapat
diterima,namun kenaikan berat badan dapat meningkatkan risiko DM,khususnya jika ada
predisposisi familial.keadaan ini dapat terjadi karena efek yang merugikan dari usia dan 4
berat badan terhadap tingginya derajat resistensi insulin pada beberapa populasi seperti
orang-orang india asia.Distribusi lemka tubuh lebih penting artinya sebagai predictor

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


DM ketimbang obesitas. Adispositas tubuh bagian atas ( upper body adiposity ) yang
diukur melalui rasio pinggang/panggul ( WHR,waist-hip ratio ) memiliki keterkaitan
yang lebih erat dengan DM pada sejumlah penelitian cross sectional dan
propektif.Beberapa hasil penelitian dari India memiliki adispositas badan atas ( upper-
body adisposity ) yang lebih tinggi.Nilai cut off batas atas untuk IMT yang normal bagi
orang-orang india adalah 23 kg/m2.

3) Resistensi insulin

Defek pada sekresi dan kerja insulin merupakan dua faktor patogenik yang
utama pada DM. Kerja insulin dibawah normal pada jaringan yang diantarai insulin
mengakibatkan berkurangnya pembuangan glukosa,sekalipun pada mereka yang bukan
diabetes keadaan ini mengakibatkan hiperinsulinemia kompensasi. Karena itu, kita sulit
membedakan secara biologis antara resistensi insulin dan hiperinsulinemia kompensasi
pada orang-orang yang bukan diabetesi. orang india memiliki respons insulin plasma
yang lebih tinggi selama berpuasa dan pada saat bereaksi terhadap stimulasi jika
dibandingkan dengan orang eropa dan kelompok etnis lainnya. Hal tersebut merupakan
indikasi yang menunjukan keadaan resistensi insulin pada orang india. Sejumlah
penelitian prospektif pada beberapa populasi

berisiko tinggi memberika bukti yang menunjukan bahwa resitensi insulinmendahului


terjadinya keadaan hipoglikemia. Disamping itu, orang india memiliki kecenderungan
untuk mengalami sekelompok abnormalitas yang terkait, yaitu adispositas pada bagian
perut, obesitas, hiperinsulinemia, dislipidemia, hipertensi, dan intoleransi glukosa.

4) Faktor diet

Pola makan atau diet merupakan determain penting yang menentukan obesitas
dan juga mempengaruhi resistensi insulin dengan demikian,pola makan memainkan
peranan yang penting dalam proses terjadinya DM tipe II.Dengan urbanisasi terjadilah
perubahan gaya hidup dan kebiasan makan.Konsumsi makanan yang tinggi energy dan
tinggi lemak,selain aktivitas fisik yang rendah,akan mengubah keseimbangan energy
dengan disimpannya energy sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan.
4

Asupan energy yang berlebihan itu sendiri akan meningkatkan resistensi


insulin, sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan yang signitifkan Diet tinggi kalori,

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DM tipe II.Diet yang akan energy
dan rendah serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi insulin kendati
pada populasi berisiko rendah seperti orang-orang eropa.masyarakat india selatan oleh
orang-orang dilokasi urban yang memiliki angka DM yang jauh lebih tinggi ketimbang
teman mereka dipedesaan.

L. Diabetes Sebagai Permasalahan Kesehatan Masyarakat

1. Diabetes Tipe I

DM tipe I terjadi tiba-tiba dengan hiperglikemia yang berat dan biasanya tipe
ini terdapat ketonuria atau ketosis ketika diagnosis ditegakkan. Onset DM tipe I pada
umumnya terjadi pada usia kanak-kanak dan dewasa muda, kendati dapat pula terjadi
pada segala usia. Penderita DM tipe I juga biasanya mengalami ketergantungan seumur
hidup pada insulin. Meskipun DM tipe I merupakan bentuk penyakit diabetes yang
paling ekstrem, namun penyakit ini tidak dapat dicegah dengan intervensi diet.

2. Diabetes Tipe II

Laporan WHO menyatakan bahwa jumlah orang dewasa yang menderita DM


di dunia akan meningkat dari 135 juta pada tahun 1995 menjadi 300 juta pada tahun
2025. Peningkatan terbesar jumlah ini akan terjadi di negara-negara berkembang. Di
negara-negara maju akan terdapat peningkatan sebesar 42% yaitu dari 51 juta menjadi 72
juta, sementara dinegara-negara berkembang terjadi peningkatan sebesar 170% yaitu dari
84 juta menjadi 228 juta. Peningkatan angka prevalensi yang tertinggi antara tahun 1995
dan 2025 akan terjadi di cina (68%) dan india (59%). Negara-negara timur tengah akan
mengalami peningkatan sebesar 30% dan untuk amerika latin serta kepulauan karibia
diproyeksikan

akan terjadi peningkatan sebesar 41%. Meskipun perbandingan internal untuk


menunjukan pola-pola yang terus berubah, namun perlu diperhatikan adanya kelompok-
kelompok etnis tertentu yang retan.

3. Toleransi Glukosa Terganggu 4

Rasio prevelensi TGT terhadap DM bervariasi pada berbagai populasi dan


biasanya berkisar disekitar 1 ( yaitu,prevelensi TGT sama dengan prevelensi DM ). Hasil

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


pengamatan yang menunjukan tingginya prevelensi TGT mengandung makna yang
sangat penting karena sekitar 35% penduduk yang menyandang TGT akan menjadi
diabetisi dalam periode mean 5 tahun.Lebih lanjut,para penyandang TGT juga membawa
risiko kardiovaskuler yang tinggi.pada ras-ras tertentu seperti ras afrika di kamerun
( daerah perkotaan dan pedesaan ),prevelensi DM masih rendah padahal prevelensi TGT
terlihat terus meningkat. Kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT, impaired glucose
tolerance) merupakan tahap terjadinya gangguan pada regulasi glukosa karena keadaan
ini dapat terlihat pada setiap kelainan hiperglikemia dan TGT sendiri bukan DM.

4. Komplikasi Diabetes

DM tipe II hipertensi merupakan dua keadaan yang umumnya saling berkaitan


keberadaan kedua keadaan tersebut secara bersama-sama akan memperbesar risiko
kardiovaskuler,komplikasi renal dan retina pada DM.Pemeriksaan skrining untuk
retinopati dan mikroalbuminuria harus dilakukan pada saat diagnosis DM tipe II dibuat
dan sesudah itu dilakukan,setiap tahun sekali.Dua buah penelitian landmark yang
dilakukan akhir-akhir ini,yaitu the Diabetes Control and complication Trial ( DCCT )
pada DM tipe I dan The United Kingdom Propective Diabetes Study ( UKPDS ) pada
DM tipe II,secara konklusif memperlihatkan bahwa pengendalian kadar glukosa darah
dan tekanan darah yang ketat akan mengurangi komplikasi vascular secara signitifkan
pada DM.Beberapa faktor yang turut menyebabkan terjadinya DM dan penyakit jantung
koroner seperti obesitas,berkurangnya aktivitas fisik dan diet yang tidak tepat merupakan
unsur-unsur yang dapat diubah.saat ini sudah tersedia pedoman untuk mengubah faktor-
faktor risiko ini berdasarkan pada beberapa hasil penelitian prospektif jangka panjang.

M. Pencegahan dan pengelolaan diabetes

Cara utama untuk mengelola DM tipe I adalah pemberian insulin eksogen


(suntik insulin). Manajemen diet bagi DM tipe I dan II hampir identk.Rekomendasi
paling akhir untuk distribusi makronutrien pada diet DM dirangkumkan pada tabel
20.5.Dengan memperhitungkan peranan utama obesitas dan kurangnya aktivitas fisik
dalam etiologi DM tipe II,gizi kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat besar
dalam program pemcegahannya. 4

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


1. Tujuan Pengelolaan Diabetes

Tujuan pengelolaan diabetes atau manajemen diabetes adalah membuat pasien


terbebas dari keluhan serta gejala diabetes dan memungkinkannya untuk hidup secara
normal tanpa menanggung komplikasi vascular yang berkaitan dengan penyakit
tersebut.Pendekatan tim yang multiaspek sangat penting untuk mencapai semua tujuan
ini.komponen dalam sejumlah penanganan DM,meliputi :

a. Terapi gizi yang mencakup modifikasi diet


b. Exercise ( olahraga dan aktivitas fisik )
c. Manajemen obat
d. Edukasi DM

2. Terapi Gizi Dan Modifikasi Diet

a. Tujuan terapi gizi adalah :

1) Untuk mencapai outcome metabolic yang optimal dan mempertahankanya.


Outcome metabolic yang optimal meliputi : kadar glukosa yang normalprofil lipid
yang menguntungkan,dan tingkat tekanan darah yang dapat diterima untuk
mengurangi risiko penyakit pada pembuluh darah makro serta mikro.
2) Untuk mencegah dan mengatasi komplikasi DM yang kronis dengan mengubah
asupan nutrient dan pola hidup agar selaras bagi pencegahan serta penanganan
obesitas, dislipidemia, penyakit kardiovaskuler, hipertensi,dan nefropati.
3) Untuk memperbaiki kesehatan melalui pemilihan makanan yang sehat dan
aktivitas fisik
4) Untuk memberikan saran spesifik yang diperlukan bagi kelompok
minoritas,seperti :
a. orang muda dengan DM tipe I dan II
b. ibu hamil dan menyusui
c. manula
d. pasien DM yang mendapat suntikan insulin

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


b. Karbohidrat

Sejumlah faktor mempengaruhi respons glikemia terhadap makanan Faktor-


faktor tersebut meliputi jumlah karbohidrat,jenis gula,sifat pati,cara memasak dan
mengolah makanan serta bentuk makanannya,di samping komponen pangan
lainnya.Banyak penelitian yang menyelidiki masalah ini menyimpulkan bahwa jumlah
total karbohidratnya.pada pasien DM tipe II dengan berat badan yang
normal,penggantian sebagaian karbohidrat dengan lemak tak jenuh tunggal ( MUFA )
akan mengurangi kenaikan gula darah setelah makan dan kadar trigliserid dalam
darah.Namun penigkatan asupan lemak dalam diet yang tidak tepat dikhawatirkan dapat
menaikkan berat badan pasien.Karena itu,kontribusi karbohidrat dan

lemak MUFA bagi asupan energy harus ditentukan bagi masing-masing pasien dengan
didasarkan pada hasil pengkajian gizi, profil metabolic dan tujuan penangannya.

c. Indeks glikemik

Makanan sumber karbohidrat akan dicerna dan diabsorbsi dengan kecepatan


yang berbeda-beda sehingga karbohidrat dengan jumlah yang sama tidak memberikan
efek yang sama dalam hal kadar gula darah, produksi insulin, ataupun kadar lemak darah.
efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah kompleks. Secara umum, sumber-
sumber gula yang dimurnikan ( refined sugars ) akan diserap lebih cepat daripada
karbohidrat yang berasal dari pati (Starch) atau makanan yang berserat seperti sereal dan
buah. Variabilitas yang cukup besar pada efek glikemia terdapat diantara berbagai
makanan yang komposisinya tampak sama dan kedaan ini dapat ditentukan kuantitanya
melalui indeks glikemik (IG). IG memberikan cara untuk membandingkan respons
glukosa darah setelah mengomsumsi sejumlah karbohidrat yang ekuivalen dan dapat
dicerna dari makanan.

d. Serat

Sebagaimana halnya dengan populasi umum, kepada penyandang DM 4


disarankan untyk memilih jenis-jenis bahn pangan yang banyak berserat, seperti Whole
Grain, buah dan sayuran karena jenis makanan ini akan memberikan vitamin, mineral,

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


serat pangan, serta substansi lain yang penting bagi kesehatan. Pada penyandang DM tipe
II tampaknya diperlukan konsumsi serta dalam jumlah yang sangat besar untuk
memberikan manfaat metabolic pada pengendalian gula darah, hiperinsulinemia dan
kadar lipid plasma, namun volume serat yang sangat besar itu mungkin tidak dapat
diterima bagi kebanyakan orang.

e. Protein

Pada penyandang DM tipe II yang terkontrol, protein yang dikomsumsinya


tidak akan meningkatkan kadar glukosa plasma, kendati protein itu sendiri memiliki
potensi yang sama seperti potensi karbohidrat sebagai stimulant sekresi insulin. Tidak
ada bukti untuk menganjurkan modifikasi asupan protein yang lazim (15-20% dari total
energy per hari) jika fungsi ginjal normal.

f. Lemak

Tujuan diet yang utama dalam kaitannya dengan lemak makanan pada
penyandang DM adalah membatasi asupan lemak jenuh dan kolestrol dari makanan.
Lemak jenuh merupakan determainan diet yang penting untuk menentukan kadar LDL-
kolestrol di dalam plasma. Lebih lajut, penyandang DM tampaknya lebih senditif
terhadap kolestrol dalam makanan ketimbang populasi yang bukan diabetisi.
Pengikutsertaan latihan fisik dalam manajemen DM akan menghasilkan penurunan kadar
total kolestrol, LDL-kolestrol serta trigliserida yang lebih besar dan mencegah penurunan
kadar HDL-kolestrasi yang

menyertain diet rendah lemak. Untuk mendapatkan manfaat asam-asam lemak n-3 yang
kardioprotektif dapat dianjurkan dua atau ketiga kali menu ikan per minggu. Asupan
asam lemak tak jenuh Trans (yang terbentuk ketika minyak nabati menjalani
hidrogenasi) harus dikurangi karena jenis lemak ini memberikan efek yang merugikan
pada kadar LDL-kolestrol plasma.

g. Alkohol

Pasien DM harus mematuhi tindakan pencegahan mengenai pemakaian 4


alcohol yang berlaku pada populasi umum. Alkoholdapat memberikan efek

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


hiperglikemik maupun hipoglikemik pada DM. efek ini ditentukan oleh jumlah alcohol
yang diminum dengan cepat.

3. Aktivitas fisik atau exercise

Latihan fisik dalam manajemen DM sama pentingnya seperti modifikasi diet. Ketika
kita menilai aktivitas fisik seseorang. Aktivitasnnya ditempat kerja, aktivitasnya selama
perjalanan dari dan tempat kerja dan aktivitasnya dalam melakukan pekerjaan sehari-hari
di rumah harus turut diperhitungkan. Latihan fisik tambahan dapat dianjurkan kepada
orang-orang dengan gaya hidup sendetari (tidak banyak melakukan aktivitas fisik).
Latihan fisik akan meningkatkan asupan glukosa oleh otot sebagai sumber oksidasi
glukosa yang maksimal. Latihan secara teratur akan memperbaiki metabolisme glukosa
dan sensitivitas insulin, selain memperbaiki pula tekanaan darah dan profil lipid darah.
latihan fisik akan mempercepat penurunan berat badan pada orang-orang yang berat
adanya berlebih dan membantu mempertahankan berat badan yang normal jika upaya ini
dilakukan bersama dengan modifikasi diet atau pola makan

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akiat kekurangan hormone
insulin baik absolute maupun relative.

Ada dua jenis diabetes mellitus yaitus diabetes mellitus tipe I dan Diabetes
Mellitus tipe II. Diabetes tipe I diakibatkan karena terjadiya kerusakan pancreas sehingga
insulin harus didatangkan dari luar, sedangkan diabetes tipe II atau disebut dengan DM
yang tidak tergantung pada insulin yang disebabkan karena insulin yang tidak dapat
bekerja dengan baik. Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa terbentuk dari makanan
yang dikonsumsi insulin yaitu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar
glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada diabetes,
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin.Sebelum membicarakan pedoman diet, ada
beberapa istilah dalam bidang gizi dan diet yang perlu didefinisikan. Dalam bidang
kesehatan, istilah gizi (sering disebut pula nutrisi) diartikan sebagai sebuah proses dalam
tubuh makhluk hidup untuk memanfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh-
tumbuh dan pemeliharaan tubuh. Ilmu gizi mempelajari proses tersebut.

B. Saran

Bagi penderita Diabetes Mellitus atau kencing manis sebaiknya menjaga pola
makan dan diet agar kadar gula dalam darah bisa terkontrol dengan baik. Selain menjaga
pola makan dan diet penderita DM juga bisa menggunakan kombinasi obat anti diabetes
seperti melformain dengan glibenclamid untuk mengetahui efek penurunannya terhadap
kadar gula darah.
4

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti


DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC

Gibney J. Michael, dkk. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC

Smeltzer,Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner&Suddarth.


Jakarta:EGC

DIET BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS | dr.Armiyetti

Anda mungkin juga menyukai