Anda di halaman 1dari 20

MK : Gizi dan Diet

Semester/TA : II/2020-2021

DOSEN : Femmy Lumi, S.Psi, S.Pd, M.Kes

Yohanis Tomastola, S.ST, M.Kes

MAKALAH
“PERANAN PERAWAT DALAM PENGATURAN MAKANAN PASIEN”

Kelompok 8

Nama Nim

1. Martha Kairupan 711440119074 (Ketua)


2. Jevita Charlina Ratu 711440119065 (Sekertaris)
3. Nadia Enjelina Aseng 711440119020 (Anggota)

PRODI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MANADO
2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Gizi dan Diet tentang
“ Peranan Perawat Dalam Pengaturan Makanan Pasien”. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing karena dengan adanya tugas ini, sehingga
dapat menambah wawaasan kami.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Gizi dan Diet Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan
makalah inidengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.

 Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, maka dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya
membangun guna kesempurnaan makalah ini di masa akan datang.
dan penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Manado, Februari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………….……1
Latar Belakang.........................................................................1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……………………………………3
A. Pengertian Diet...................................................................3
B. Fungsi Diet……………………………………………….3
C. Faktor Seseorang Melakukan Diet……………………….4
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Seseorang Gagal Diet.5

BAB III : PEMBAHASAN……………………………………………7


BAB IV : PENUTUP………………………………………………….16
A. Kesimpulan……………………………………………...16
B. Saran……………………………………………………16
Daftar Pustaka :…………………………………………………………….17
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Begitu banyak sesorang mempunyai alasan untuk diet. Salah satunya yang
paling sering kita dengar adalah untuk menurunkan berat badan atau badan terlihat
lebih ideal. Namun, jika seseorang melakukan diet yang salah tanpa info diet yang
benar bisa membahaykan tubuh nya sendiri. Bukan hanya itu, diet juga bisa dilakukan
karna hal medis misalnya saja seseorang mangalami penyakit diabetesmilitus
diharuskan diet gula karena gula darah dalam tubuhnya tinggi.
Sehingga dianjurkan bagi penderita diabetes militus untuk tidak
mengkonsumsi terlalubanyak makanan yang mengandung karbohidrat karna
karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa yang merupakan bentuk gula. Begitu juga
dengan seseorang yang minum obat pelangsing untuk melakukan diet. Sebaiknya teliti
dahulu apa saja yang terkandung dalam obat tersebut. Jangan sampai obat tersebut
bukannya menurunkan berat badan tapi malah menyebabkan gangguan pada ginjal.
Ada baiknya melakukan diet dengan hal yang baik sehingga tidak dapat
menimbulkan efek yang buruk. Misalnya dengan mengatur pola makan dengan benar
dan berkonsultasi kepada ahli gizi atau dokter tentang diet yang benar dan mengetahui
tentang diet yang baik jika menderita suatu penyakit tapi ingin menurunkan berat
badan menjadi ideal. Tidak ada salahnya melakukan diet jika dilakukan dengan benar.
Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di
rumah sakit membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah
pengaturan makanan yang sesuai standar untuk pasien yang menderita penyakit
khusus seperti : diabetes mellitus, jantung, ginjal, hati, hipertensi, dan lainlainnya
yang bertujuan untuk membantu penyembuhan pasien dengan pemberian nutrisi dari
makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier, 2012).
Panjangnya alur pemenuhan kebutuhan gizi dari mulai anamnesis status
gizi hingga konsumsi memungkinkan adanya ketidaksesuaian dari kebutuhan gizi
yang telah ditetapkan dengan makanan yang disajikan.
Agar kegiatan asuhan gizi dapat berjalan dengan optimal, maka perlu dukungan
pimpinan rumah sakit,
komite medik, dan staf serta adanya koordinasi dan komunikasi antar anggota tim
(Depkes RI, 2004). Rosen tahun 2001 dalam penelitiannya mengatakan bahwa
98% dokter sependapat bahwa salah satu tugas penting ahli gizi adalah menjamin
kepuasan pasien dengan pelayanan gizi, 93% dokter juga meyakini bahwa
pemberian penjelasan tentang nutrisi kepada petugas rumah sakit adalah kegiatan
penting, dan 99% dokter berpendapat bahwa konseling pasien hendaknya
dimasukkan ke dalam pendidikan ahli gizi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diet

Diet adalah pengaturan jenis dan jumlah makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan serta status nutrisi dan membantu menyembuhkan
penyakit (Hartono, 2000) setiap diet termasuk makanan, tetapi tidak semua makanan
masuk dalam kategori diet. Dalam diet jenis dan banyaknya makanan ditentukan dan
dikendalikan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia aturan makan khusus untuk kesehatan
dan sebagainya dan biasanya atas petunjuk dokter.
Diet adalah usaha menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi. Terdapat 3
klasifikasi dari diet, diet untuk:

1.      Menurunkan berat badan


2.      Meningkatkan berat badan
3.      Pantangan terhadap makanan tertentu
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada
saluran pencernaan. Adapun gangguan saluran pencernaan itu meliputi falatulensi,
diare, gastrities dan tipoid. Jadi, diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seseorang atau organisme tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang
asal individu atau keyakinan yang dianut masyarakat tertentu.

B.     Fungsi Diet

Pola diet berfungsi untuk memenuhi 6 nutrisi utama yang dibutuhkan tubuh,
yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Pola diet diatur dengan
cara menyesuaikan porsimakan sesuai dengan kebutuhan jenis makanan yang boleh
atau tidak boleh dikonsumsi. Jumlah dan variasi makanan yang tepat akan
memberikan nutrisi yang tepat untuk pemeliharaan kesehatan tubuh dan mencapai
berat badan yang ideal.
            Dahulu kita sering mendengar selogan makan 4 sehat 5 sempurna untuk
memenuhi 6 nutrisi utama tersebut diatas. Sekarang, menurut Food Guide
Pyramid ada 6 group makanan utama yang dapat dikonsumsi untuk mencapai nutrisi
seimbang. Makanan tersebut adalah sbb:

1. Roti, sereal, nasi, dan pasta sebagai sumber utama karbohidrat.


2. Daging, unggas, ikan , telur, biji-bijian kering, dan kacang-kacangan sebagai
sumber protein.
3. Lemak dan minyak sebagai sumber lemak.
4. Sayur-sayuran.
5. Buah-buahan.
6. Susu, yogurt dan keju.

Proporsi dari tiap kelompok makanan disesuaikan berdasarkan umur, jenis kelamin,
dan berat badan.

C.     Faktor Seseorang Melakukan Diet

Ada beberapa alasan seseorang melakukan diet, berikut ini adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi seseorang melakukan diet:

1. Kadar lemak tinggi


Apabila kadar lemak seseorang tinggi, maka diperlukan suatu program diet untuk
menurunkan berat tubuh supaya tidak terjadi obesitas. Lemak merupakan zat gizi
yang akan disimpan didalam kulit sebagai cadangan energi, jika lemak tertimbun
banyak, bisa terjadi peningkatan massa tubuh, proses metabolismepun akan
cenderung lebih berat dilakukan oleh tubuh.

2. Hasrat diri
Diet kadang memiliki tujuan dari pribadi untuk meningkatkan atau menurunkan
massa tubuh supaya sesuai dengan rentang normal IMT (indeks massa tubuh). Hasrat
diri untuk melakukan diet ini biasanya dilakukan oleh model atau artis untuk menjaga
bentuk tubuhnya.
3. Tekanan darah

Jika tekanan darah terlalu tinggi (hipertensi), harus ada pantangan-pantangan


untuk makanan tertentu supaya tekanan kembali menjadi normal.

4. Pola makan
Diet juga dipengaruhi oleh pola makan, jika seseorang memiliki pola makan
tidak teratur, seseorang tersebut akan berusaha kembali mengatur pola makannya
dengan cara melakukan diet.
5. Gangguan penyakit
Seseorang terkena gangguan seperti gangguan cerna, diabetes dan lainnya
akan melakukan diet untuk menjaga asupan nutrisi agar tidak memperparah
gangguan tersebut.

D.    Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Seseorang Gagal Diet

Ada beberapa faktor yang umumnya menyebabkan kegagalan diet yaitu :

a. Kurang motivasi

Faktor motivasi sangat memegang peranan dalam berhasilnya sebuah program


diet. Seseorang yang sedang jatuh cinta dan ingin memiliki berat badan ideal agar
menarik perhatian orang yang dicintainya memiliki motivasi yang lebih kuat
dibandingkan orang yang ingin memiliki berat badan ideal karena ingin menggunakan
sebuah gaun dengan model tertentu

b. Tidak disiplin atau tidak konsisten

Banyak orang yang menjalankan program diet dengan tidak disiplin. Ketika diet
menjauhi makanan habis-habisan, begitu angka timbangan turun segera
merayakannya dengan makan secara berlebihan akibatnya beratnya selalu bertambah
setelah dietnya berhasil, bahkan lebih gemuk dibandigkan sebelum diet.

c. Ganti kata-kata negatif dengan kata positif

Otak kita diciptakan tidak menerima kata-kata negatif artinya bila anda
berkata ;”aku tidak lapar” program yang diterima oleh otak adalah “aku lapar”. Ini
sebabnya orang yang tengah menjalankan program diet justru sering merasa lapar.
Sebaiknya anda berkata pada tubuh anda “aku kenyang”.

d. Tidak mau berubah


Bila anda ingin merubah berat badan anda rubah dulu kebiasaan buruk anda.
Ganti kebiasaan ngemil dengan berolahraga. Ganti makanan yang banyak
mengandung karbohidrat dan lemak dengan makanan berserat tingi.
e. Tidak dibarengi dengan berolahraga

Diet harus selalu dibarengi dengan berolahraga karena olahraga membantu


membakar kalori dan mengencangkan kulit anda ketika anda sudah mendapatkan
berat badan ideal. Setelah berolahraga anda akan merasa sangat lapar hal ini
disebabkan karena tubuh anda sudah banyak membakar kalori dan sedang mencari
sumber kalori pengganti. Bila sehabis olahraga anda makan maka tubuh akan
menyerap seluruh kalori dari makan tersebut karena itu makanlah dua jam setelah
berolahraga. Pada saat itu tubuh sudah membakar cadangan karbohidrat dan tidak
menyerap habis karbohidrat dari makanan yang sedang anda makan.

            Pada dasarnya tubuh kita pelit, dia tidak mau melepaskan cadangan kalori
ketika dibutuhkan, dia lebih suka mencari kalori baru dengan mengirimkan sinyal
lapar pada otak. Bila kebutuhan kalori yang dicarinya tidak ditemukan barulah dia
akan membakar cadangan kalori yang ada. Itu sebabnya orang yang telah berolahraga
namun tetap tidak turun barat badannya atau malahan beratnya bertambah. Bila anda
tidak tahan dengan rasa lapar minumlah jus buah atau sereal.

f. Buat perencanaan diet yang terukur dan ada batas waktunya

Tentukan berapa berat yang ingin anda turunkan dan berapa lama anda ingin
mencapai berat tersebut misalnya, anda ingin menurunkan berat badan sebanyak 12
kg dalam waktu 6 bulan. Hal yang harus anda lakukan adalah membagi target tersebut
lebih kecil yaitu anda harus menurunkan berat badan sebanyak 2 kg per bulan. Anda
perkecil lagi target yang harus dicapai dengan menargetkan berat badan anda harus
turun 0,5 kg per minggu. Maka dalam 6 bulan berat badan anda akan turun 12 kg. 
BAB III

PEMBAHASAN

Kolaborator dengan Tim kesehatan lain

Peran Perawat sebagai kolaborator: Peran ini dilakukan karena perawat


bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-
lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

I. Komunikasi dengan Tim kesehatan lain


    Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai
anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien
juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan
lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini
berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi,
delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan
komunikasi, termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah
kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan
kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk
membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan
interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol,
serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan
dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus
dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja.
(Potter & Perry, 2009).
Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat
berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan
memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi.
Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah salah satu
faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan kerja dengan
para profesional lain membantu mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien.
Keberhasilan kelompok bergantung pada hubungan baik diantara  tim, terutama
pemimpin tim dengan anggota tim yang lain.  Untuk mendorong terjadinya
komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip komunikasi menurut
WHO, 1999 :
Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan
mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan
jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti. Komunikasi
mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim tidak
diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu
meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini
sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
       
KONSEP UMUM

Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja


samadengan tenaga kesehatan lain ( Collaborator ) Perawat bekerjasama dengan tim
kesehatan lain dan keluarga dalammenentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan guna memenuhikebutuhan kesehatan pasien.

1.    Konflik dalam berkomunikasi


          Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk
menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam banyak
contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui penggunaan teknik
komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis sebagai suatu proses kerja sama
untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti langkah :
1. Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan
tentang isu-isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk
masalah perawatan kesehatan.
2. Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa
masalah mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan
informasi penting tentang pendekatan interpersonal yang terbaik untuk
digunakan.
3. Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu
secara berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.

2.         Komunikasi antara  perawat-dokter
     Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama
dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di
mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat
diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan
yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. 
        Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh : Ketika
perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah,
perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana
perawatan diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter
dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah
memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari
pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat berkomunikasi
dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut
untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan
yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila
dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas
secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak
bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data
asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk
mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut
kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.

Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:


1.   Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama dan
posisi, mengidentifikasi         klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain yang
terlibat dalam masalah dengan nama. 
2. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah), 
3. Menyatakan tujuan , 
4. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan praktek
klinik, 
5. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk
pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon,
menentukan kerangka waktu pelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).
3.    Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
    Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga
kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural merupakan hubungan yang
terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan
tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
       Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi
klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana
merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan interpersonal perawat dengan
perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi
komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan
dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

4.         Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi.


   Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat bekerja
dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli
terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan
fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan
dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk
klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh : Perawat merawat seseorang
yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis
respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk
belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan
belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
5.         Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
             Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di
ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau
dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif
jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan
setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan
keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus
selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari
semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku
referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus
berkonsultasi pada ahli farmasi.
                 Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara
bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan
apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan
pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis
obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang
dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat
berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat
izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja
hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien
atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.
6.         Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.
        Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang
bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah pihak.

Peran Tim Asuhan Gizi


Dalam upaya pelayanan gizi yang optimal di rumah sakit diperlukan kerja
sama dan keterlibatan berbagai profesi yang terkait dalam penerapan asuhan gizi.
Berbagai profesi tersebut terlibat dalam satu tim yang disebut sebagai tim asuhan gizi.
Setiap anggota tim akan memberikan kontribusi sesuai dengan keahlian masing-
masing. Setiap anggota tim diharapkan saling melengkapi satu sama lain sehingga
terlaksana asuhan gizi yang optimal. Tim asuhan gizi tersebut dibentuk di setiap rawat
inap di rumah sakit.
Tim asuhan gizi ini dipimpin oleh seorang dokter dengan anggota yang terdiri
dokter, nutritionis/dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain. Tim ini
menyelenggarakan pelayanan gizi paripurna kepada klien/pasien yang membutuhkan
terapi gizi baik rawat jalan maupun rawat inap.

Adapun profesi yang terlibat dalam tim asuhan gizi sebagai berikut:
1. Dokter
Dokter berperan sebagai ketua tim asuhan gizi yang bertanggung jawab dalam
aspek gizi yang terkait dengan kondisi klinis klien/pasien. Menentukan diet
klien/pasien bersama nutritionis/dietisien. Memberikan penjelasan kepada
pasien/klien & keluarga tentang peranan terapi gizi. Merujuk pasien/klien untuk
konseling/terapi gizi. Melakukan pemantauan dan evaluasi berkala bersama anggota
tim selama masa perawatan.
2. Nutritionis/Dietisien
Dietisien adalah orang yang punya keahlian khusus tentang hubungan antara
makanan, zat-zat gizi, kesehatan dan penyakit. Mengkaji status gizi klien/pasien
berdasarkan data rujukan. Melakukan anamnesa diet klien/pasien.
Nutritionis/Dietisien akan menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan
yang disesuaikan dengan kebiasaan makan untuk keperluan terapi. Memberikan saran
kepada dokter berdasarkan pemantauan/evaluasi terapi gizi. Memantau masalah yang
berhubungan asuhan gizi bersama perawat. Memberikan penyuluhan, motivasi dan
konseling gizi pada klien/pasien dan keluarga. Nutritionis/Dietisien memberikan
masukan kepada dokter tentang produk-produk diet atau suplementasi gizi baik yang
berkaitan dengan ketersediaan, komposisi, kegunaan dan kesesuaiannya untuk
keadaan tertentu.
3. Perawat
Perawat melakukan kerja sama dengan dokter dan nutritionis/dietisien dalam
memberikan pelayanan gizi kepada klien/pasien. Perawat merupakan penghubung
utama antara pasien dengan anggota tim lainnya, karena adanya kontak secara terus
menerus dengan pasien. Membantu klien/pasien pada waktu makan. Melakukan
pengukuran antropometri untuk menetukan dan mengevaluasi status gizi klien/pasien.
Memantau masalah asuhan gizi bersama nutritionis/dietisien. Pemantauan, mencatat
dan melaporkan asupan makanan dan respon klinis terhadap diet yg diberikan.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian makanan per oral, enteral, maupun
parenteral dan memberikan laporan secara lisan/tertulis tentang kemungkinan akibat
yang kurang baik karena pemberian makanan tersebut.
4. Farmakolog
Farmakolog adalah orang yang bertanggung jawab terhadap obat-obatan dan
cairan parenteral yang dibutuhkan. Melaksanakan permintaan obat dan cairan
parenteral berdasarkan resep dokter. Mendiskusikan hal-hal penting dengan tim
(interaksi obat & kesehatan). Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan
obat dan cairan parenteral bersama perawat. Pemantauan interaksi obat dan makanan
bersama perawat, nutritionis/dietisien dan dengan tim tenaga kesehatan lain (Rontgen,
Laboratorium dll yang sesuai kebutuhan).

5. Tenaga Kesehatan Lain (Ahli patologi klinik, rontgen, Laboratorium dll yg sesuai
kebutuhan)
Tim kesehatan lainnya seperti ahli patologi klinik bertanggung jawab terhadap
pemeriksaan biokimia yang dilakukan terhadap pasien. Begitupun dengan tenaga
kesehatan lainnya. Mereka bertanggung jawab sesuai dengan profesi dan keahlian
masing-masing bekerja bersama-sama yang tujuannya adalah mendukung proses
asuhan gizi.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi orang secara teratur
setiap hari. Diet dapat juga bearti jumlah dan jenis makanan yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu, seperti menurunkan berat badan atau menaikkan berat badan. Ada
baiknya jika melakukan diet berkonsultasi dahulu kepada dokter atau ahli gizi. Bisa
juga menemukan info tepat tentang bagaimana cara melakukan diet yang benar.

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan suatu refrensi atau informasi bagi
mahasiswa keperawatan khususnya dan kalangan umum untuk melanjutkan
pendidikan selanjutnya. Mohon maaf bila banyak kekurangan dalam makalah ini dan
mohon kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

https://evilprincekyu.wordpress.com/2013/03/18/komunikasi-perawat-dengan-tenaga-
kesehatan/

http://gizidietetik.com/peran-tim-asuhan-gizi/

http://davidsaputra1994.blogspot.co.id/2015/10/peran-perawat-dalam-pelaksanaan-
diet.html

Anda mungkin juga menyukai