Anda di halaman 1dari 52

KEPERAWATAN MATRA

AYU NIRMALA DEWI, S.Kep.,Ns


KKP KELAS I DENPASAR
EVAKUASI KESEHATAN UDARA
 PENDAHULUAN
 DASAR HUKUM

 UU No.1 th 1962 ttg Karantina Laut

 UU No.2 th 1962 ttg Karantina Udara

 UU No.4 th 1984 ttg Wabah Penyakit Menular

 UU No.36 th 2009 ttg Kesehatan

 UU No. 6 th 2018 ttg Kekarantinaan Kesehatan

 Permenkes No. 2348/Menkes/Per/XI/2011 ttg Organisasi dan Tata Kerja


Kantor Kesehatan Pelabuhan
 Permenkes No.23 Th 2018 ttg Pelayanan dan Penerbitan ICV

 UMUM
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar : Wilayah kerja
Bandara dan Pelabuhan
UPT Kemenkes Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
UU N0.6 TH 2018 TTG KEKARANTINAAN KESEHATAN

 Kekarantinaan Kesehatan: Upaya mencegah dan


menangkal keluar dan masuknya penyakit dan atau
faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi
menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.

 Kedaruratan Kesehatan Masyarakat: Kejadian


kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan
ditandai penyebaran penyakit menular dan atau
kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir,
pencemaran biologi, kontaminasi kimia, bioterorisme,
dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan
berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas negara.
 Karantina: pembatasan kegiatan dan atau pemisahan
seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
meskipun belum menunjukkan gejala ataupun sedang
berada dalam masa inkubasi, dan atau pemisahan peti
kemas, Alat Angkut atau Barang apapun yang diduga
terkontaminasi dari orang dan atau barang yang
mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan
kontaminasi lain untuk mencegah kemungkinan
menyebar ke orang dan atau barang disekitarnya.
 Karantina Kesehatan di Pintu Masuk dan di Wilayah dilakukan
melalui kegiatan pengamatan penyakit dan faktor risiko
kesehatan masyarakat terhadap alat angkut, orang, barang, dan
atau lingkungan, serta respons terhadap kedaruratan kesehatan
masyarakat dalam bentuk tindakan kekarantinaan kesehatan.

 Tindakan Kekarantina Kesehatan:


1. Karantina, Isolasi, pemberian vaksinasi atau profilaksis,
rujukan, disinfeksi, dan atau dekontaminasi terhadap
orang sesuai indikasi.
2. Pembatasan sosial berskala besar

3. Disinfeksi, dekontaminasi, dan atau deratisasi terhadap


alat angkut dan barang.
4. Penyehatan, pengamatan, dan pengendalian terhadap
media lingkungan
EVAKUASI KESEHATAN UDARA (PENYAKIT
MENULAR PHEIC)
 PHIEC : Public Health Emergency of International Concern / Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia

PENATALAKSANAAN
SDM:
Dokter/dokter gigi, perawat, analis, Apoteker, Epidemiololog, Supir ambulance

SARANA & PRASARANA PERALATAN


Ambulance transport, tandu skop, tandu transport, APD (apron, masker,
handscoon, google, sefety boot), emergency kit, EKG, Vital Sign Monitor,
Oksigen porteble.

BAHAN
BBM ambulance, buku register, kartu label triage, infus set, spuit, urine
cateter, obat-obat emergency
DEMAM KUNING
ETIOLOGI: Flavivirus

CARA PENULARAN:
Siklus penularan dihutan nyamuk Haemogogus
Siklus penularan dikota manusia dan nyamuk Aedes aegypty

MASA INKUBASI
3-6 hari

PERJALANAN INTERNASIONAL
Daerah endemis afrika dan amerika selatan wajib memiliki ICV yg
masih berlaku, bila belum diimunisasi perlu dilakukan 6 hari
sebelum diijinklan melanjutkan perjalanan. ICV berlaku 10 hari
sampai seumur hidup setelah diimunisasi.
DIAGNOSTIK DAN GEJALA
 Stadium Awal:
Demam mendadak, menggigil, cefalgia, mialgia, nyeri
punggung, mual muntah. Denyut nadi lemah dan pelan
walau suhu meningkat. Kadang-kadang disertai ikterus
sedang, albuminuria dan anuria. Lekopenia terlihat jelas pada
hari ke5. kebanyakan infeksi membaik pada stadium ini.
Setelah remisi singkat selama beberapa jam hingga 1 hari.
Beberapa kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi.

 Stadium intoksikasi:
 Gejala perdarahan seperti mimisan, perdarahan gusi, muntah
darah hitam dan bercak darah hitam. Disertai gagal ginjal
dan hati. 20%-50% kasus ikterus berakibat fatal. Mortalitas
di daerah endemis pada penduduk asli adalah 5% dan
meningkat menjadi 20%-40% pada wabah tertentu
PENATALAKSANAAN SUSPEK
1. Petugas menyiapkan peralatan dan bahan
2. Petugas memakai APD lengkap

3. Tidak ada terapi spesifik. Pengobatan simtomatis:


Paracetamol jika panas, jk terjadi perdarahan berikan anti
hemoraghik.
4. Bila perlu lakukan oksigenasi dan rehidrasi

5. Lalu px dirujuk ke RS Rujukan Penyakit Menular.


AVIAN INFLUENZA
ETIOLOGI: Virus Avian Influenza

CARA PENULARAN:
Burung yang terinfeksi menularkan virus melalui saliva,
sekresi nasal dan feses.

DIAGNOSTIK dan GEJALA


INKUBASI: 1 minggu
GEJALA KLINIS:
Flu like syndrome (demam > 38C, batuk, nyeri telan dan
otot), infeksi mata, pneumonia dan penyakit saluran nafas
berat (distres pernafasan akut) disertai komplikasi berat dan
mengancam nyawa lainnya.
KASUS TERSANGKA (POSSIBLE CASE)
Mereka dengan gejala saluran nafas akut dan salah satu
dibawah ini:
 Kontak dgn penderita influenza A (H5N1) yang sudah
pasti selama masa penularan.
 Kurang dari 1 mg terakhir mengunjungi peternakan di
daerah KLB HPAI
 Bekerja di laboratorium yg memproses sample yg
disangka terinfeksi HPAI

KASUS PASTI (CONFIRMED CASE)


 Hasil biakan virus positif influenza A (H5N1)

 Hasil dgn pemeriksaan CPR untuk influenza H5 atau


peningkatan titer antibody spesifik H5 sebesar 4X
PENATALAKSANAAN SUSPEK
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan
 Petugas memakai APD lengkap
 Lakukan kewaspadaan standar thd kemungkinan
penyebaran melalui droplet.
 Pengobatan spesifik
• Oseltamivir 2X75 mg selama seminggu
• Amantadine/Rimantadine diberikan 48 jam pertama.
Diberikan 3-5 hr 5mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis. BB
lebih 45 kg diberikan 100mg 2 kali sehari.
 Pengobatan simptomastis: Paracetamol jika panas,
antitusif bila batuk, antihistamin.
 Bila perlu lakukan oksigenisasi dan rehidrasi
 Rujuk ke RS rujukan penyakit menular.
SARS (SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME)

DEFINISI: Syndroma pernafasan akut berat yg merupakan


penyakit infeksi pd jaringan paru manusia .

ETIOLOGI: Corona Virus

DIAGNOSTIK dan GEJALA


INKUBASI: 2-7 hr, dpt sampai 10 hr.
GEJALA KLINIS:
Gejala dimulai dgn gejala prodromal dari demam (>38˚C),
kadang disertai menggigil dan gejala penyerta lainnya spt:
sakit kepala, malaise dan nyeri otot. Pd saat onset, ada yg
disertai gejala pernafasan ringan. Khas adalah tidak
ditemukan rash, gejala neurologi dan gastrointestinal.
Fase saluran nafas bawah dimulai setelah 3-7 hr, berupa keluhan
batuk kering atau sesak nafas yg dpt disertai atau berkembang
menjadi hipoksemia. Pd 10%-20% kasus, penyakit menjadi berat
shg membutuhkan intubasi dan ventilasi.

RADIOLOGI:
Foto thorax dapat normal pada masa prodromal. Pada sejumlah
besar px, fase saluran nafas bawah ditandai dengan infiltrat awal
yg berupa infiltrat fokal yg berkembang menjadi lebih luas,
patchy, dan interstisial. Beberapa px menunjukan area
konsolidasi.

LABORATORIUM:
Limfosit menurun, Leukosit normal/menurun. Pada puncak fase
saluran nafas, leukopeni dan trombositopeni. Peningkatan
creatinin phosphokinase dan transaminase (2-6 kali)
PENATALAKSANAAN SUSPEK
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan.
 Petugas memakai APD lengkap

 Melakukan kewaspadaan standar thd kemungkinan


penyebaran melalui droplet.
 Pengobatan spesifik:

• Anti viral: Ribavirin 8mg/kg 8h IV selama 7-10 hr.

• Steroid: Hidrocortisone 2mg/kg/6 jam atau 4mg/kg/8 jam


IV.
• Antibiotik spectrum luas

 Pengobatan simptomastis: paracetamol jika panas, antitusif


bila batuk, antihistamin.
 Bila perlu lakukan oksigenisasi dan rehidrasi

 Rujuk ke RS rujukan penyakit menular.


CACAR (VARIOLA, SMALLPOX)
AGEN PENYEBAB:
DNA virus termasuk genus Orthopoxvirus, family Poxviridae
(Vaccinia, cacar sapi dan cacar monyet). Awal penyakit ini
tersebar di seluruh dunia, ttp sejak th 1978 tdk pernah lagi
ditemukan pd manusia.

RESERVOIR:
Saat ini virus variola hanya tersimpan didalam lemari
pendingin CDC Atlanta dan di State Research Center or
Virology and Biology di Koltsovo, Novosibirsk, Rusia.
Penyimpanan ini bertujuan untuk penelitian counterterrorism
thd kemungkinan penyimpanan virus oleh negara lain scr gelap
dan jatuh ke tangan teroris.
DIAGNOSTIK DAN GEJALA
MASA INKUBASI: 7-19 hr

CARA PENULARAN:
 Tidak mudah menular, diperlukan kontak erat dgn
penderita agar dpt menular. Penularan umumnya terjadi
saat wabah dimana 50% dari mereka yg tidak divaksinasi
akan tertular.
 Saat paling menular: periode preeruptive melalui droplet
aerosol dari lesi orofaringeal.
 Virus sangat stabil diluar tubuh dan dapat hidup sampai
18 bln dlm bola kapas.
 Jika digunakan sebagai senjata biologis, virus disebarkan
melalui udara.
MASA PENULARAN:
Mulai dari berkembangnya lesi kulit sampai menghilangnya
semua keropeng, sekitar 3 mg.

GAMBARAN KLINIS:
 Cacar : penyakit virus sistemik dgn gejala khas adanya erupsi
kulit.
 Masa prodromal 2-4 hr pertama dimana virus mudah
diisolasikan. Penyakit muncul mendadak dgn gejala demam,
tidak nafsu makan, sakit kepala, badan lemah, sakit pinggang
berat, kadang-kadang sakit perut dan muntah, gambaran klinis
menyerupai influenza.
 Kemudian demam mulai turun dan muncul ruam berisi virus
yg infeksius yg berkembang menjadi macula, papula, vesikula,
pustula dan selanjutnya mengering menjadi kusta (keropeng)
yg akan rontok setelah 3-4 mg.
Ruam muncul secara serentak dalam bentuk/stadium yg
sama (uniform), menyebar secara centrifugal, ruam kulit
terutama diwajah dan punggung, sedikit diperut dan dada.
Berbeda dgn cacar air (varicella) ruam kulit muncul dalam
stadium berbeda dan terutama pd bagisn tubuh yg tertutup
dan menyebar secara centripetal.
 Ada 2 tipe wabah cacar: Variola Minor (Alastrim) dgn
angka kematian <1% dan Variola Mayor (Ordinary) dgn
angka kematian pd orang yg belum divaksinasi 20%-40%.
 <3% pd Variola Mayor dpt terjadi kematian pd stadium
prodromal disertai perdarahan kulit, dibawah kulit dan
selaput lendir. Walaupun ruam yg biasanya muncul tdk
tampak, shg dpt disangka leukemia berat,
meningococcemia/ idiophathic trombocytopenic purpura.
PENATALAKSANAAN SUSPEK
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan.
 Petugas memakai APD lengkap

 Lakukan kewaspadaan standar thd kemungkinan penyebaran


melalui droplet, cairan vesikel
 Pengobatan simtomatis: Paracetamol jika panas, anti emetik
bila muntah, antitusif bila batuk, antihistamin.
 Bila perlu lakukan oksigenisasi dan rehidrasi

 Rujuk px ke RS Rujukan Penyakit Menular.


KASUS MONKEYFOX DI SINGAPORE
MEI TH 2019
POLIOMYELITIS AKUT
PENYEBAB:
Poliovirus genus enterovirus tipe 1,2,3 semua tipe dpt
menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 paling sering ditemukan dan
paling sering menyebabkan wabah. Sebagian besar kasus vaccine
associated krn tipe 2&3.

RESERVOIR:
Manusia, sumber penularan: penderita tanpa gejala (inapparent
infection) terutama anak2.

DIAGNOSTIK dan GEJALA


MASA INKUBASI:
7-14 hr, dgn rentang waktu 3-35 hr
MASA MENULAR:
 Setelah terpajan virus akan ditemukan dlm sekret tenggorokan dlm
wkt 36 jam dan pd tinja dlm wkt 72 jam.
 Virus akan tetap ditemukan dlm tenggorokan selama 1 mg dan dlm
tinja selama 3-6 mg.
 Penderita polio sangat menular selama bbrp hr sebelum & sesudah
gejala awal.
 Cara Penularan:

• Manusia ke manusia melalui oro-fekal

• Di daerah dgn sanitasi yg baik melalui sekret faring

• Penularan melalui makanan, susu dan barang yg terkontaminasi


dpt terjadi walaupun jarang.
GAMBARAN KLINIS
 Infeksi terjadi di saluran pencernaan lalu menyebar ke saluran
kelenjar limfe regional, sebagian kecil menyebar ke sistem
saraf.
 <1% terjadi flaccid paralysis, >90% tanpa gejala atau demam
yg tdk khas ± 1% terjadi meningitis aseptik.
 Gejala Minor: demam, sakit kepala, mual dan muntah

 Gejala Mayor: nyeri otot berat, kaku kuduk dan punggung,


flaccid maksimum tercapai dlm 3-4 hr. Kaki lebih sering
terkena daripada lengan, dpt terjadi paralisis otot menelan dan
otot pernafasan. Paralisis membaik pd fase penyembuhan ttp
bila masih ada setelah 60 hr mungkin bersifat permanen.
 Diagnosis pasti: isolasi virus dlm tinja, sekresi orofaring,
Liquor Cerebrospinal (LCS).
PENATALAKSANAAN SUSPEK
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan
 Petugas memakai APD lengkap

 Lakukan kewaspadaan standar thd kemungkinan penyebaran


penyakit melalui orofecal
 Pengobatan simptomastis: fisioterapi

 Rujuk ke RS Rujukan penyakit menular


MENINGITIS MENINGOKOKUS
ETIOLOGI:
Neissera Meningitidis

CARA PENULARAN:
Kontak langsung droplet hidung dan tenggorokan

MASA INKUBASI: 2-10 hr

GEJALA KLINIS:
Demam mendadak, nyeri kapala hebat, mual dan sering muntah,
kaku kuduk dan sering timbul ruam petekie, macula merah muda
atau sangat jarang vesikel. Sering terjadi delirium dan koma.
PENATALAKSANAAN SUSPEK
 Petugas menyiapkan peralatan dan bahan
 Petugas memakai APD lengkap

 Lakukan kewaspadaan standar thd kemungkinan penyebaran


penyakit melalui gigitan nyamuk.
 Terapi spesifik

Profilaksis:
Orang dewasa: Rifampisin 2X sehari selama 2 hr, Ceftriaxone
250mg IM dosis tunggal, atau Ciprofloxasin 500mg per oral
dosis tunggal. Penisillin parenteral, ampisilin, klorampenikol
juga efektif.
 Pasien di rujuk ke RS Rujukan Penyakit Menular
COVID-19
PENDAHULUAN
PADA JANUARI 2020
PENATALAKSAAN SUSPEK
PENCEGAHAN COVID-19 DENGAN
VAKSINASI, DI AWAL TAHUN 2021
PENATALAKSAAN ALUR PEMERIKSAAN
KEDATANGAN WISMAN TAHUN 2021
PENATALAKSAAN PENGAWASAN
KEDATANGAN DAN KEBERANGKATAN
PENUMPANG DOMESTIC
 HAC
 EHAC

 Peduli Lindungi ( PCR/Anti Gen, Vaksin, E-HAC


PENGAWASAN TERHADAP PESAWAT
DATANG DARI DAERAH PHIEC
PERSIAPAN
 SDM (sanitarian, epidemiolog, entomolog, dokter,
perawat, apoteker, analis dengan pelatihan
kekarantinaan udara)

 Sarana & Prasarana


Peralatan
1. Mobile Quarantine Clearance

2. Alat Komunikasi (HT)

3. APD (Ear protektor, helmet, sarung tangan, safety


shoes, masker N95)
4. Aerosol Aircraft

5. Ruang Karantina
6. Thermal Scanner

7. Body Cleaner

8. Rompi

Bahan
9. Formulir Check List Boarding

10.ATK

11.Checklist Obat dan P3K

12.ICV

13.Desinfektan

14.Surat keterangan laik terbang bagi penumpang yg sakit


1. Petugas KKP dibandara memperhatikan jadwal
penerbangan dan mengkonfirmasi tempat parkir kedatangan
pesawat kepada groundhandling
2. Petugas KKP mencatat kedatangan pesawat di buku register

3. Petugas KKP menginformasikan kepada ATC bahwa


pesawat berada dalam karantina dan harus parkir ditempat
ttt/isolated area
4. Petugas KKP dgn APD lengkap menuju pesawat

5. Setelah pintu pesawat dibuka petugas KKP memberi salam


kepada crew pesawat menjelaskan maksud dan tujuan
6. Petugas KKP melakukan pemeriksaan gendec dan validitas
sertifikat desinseksi pesawat
7. Bila sertifikat tidak ada/valid dilakukan tindakan
penyehatan faktor resiko disinseksi/disinfeksi dan
memeriksa keberadaan faktor risiko PHEIC
8. Petugas KKP menanyakan kepada crew pesawat apakah ada
penumpang yg sakit atau tidak.
9. Apabila terdapat penumpang/crew yg sakit penderita segera
dievakuasi di rujuk ke RS Rujukan (SOP evakuasi orang sakit
susp PHEIC).
a) Penumpang/crew yg sehat dipersilahkan turun dan
diarahkan menuju ruang thermo scanner.
b) Petugas KKP melakukan pengawasan terhadap penumpang
yg melewati thermo scanner
c) Apabila dari hasil pengawasan tersebut menunjukan panas
38 C, maka penanganan disesuaikan dgn SOP jenis penyakit
dan dilakukan pemeriksaan terhadap penumpang tersebut
d) Setelah penumpang/crew turun dari pesawat, maka pesawat
dilakukan desinfeksi dan desinseksi oleh BUS dan diawasi
oleh petugas KKP
EVAKUASI KESEHATAN UDARA NON
PHIEC (PENYAKIT TIDAK MENULAR)
PENYAKIT TIDAK MENULAR:
Pernafasan:
Proses mahluk hidup melakukan pertukaran gas dengan lingkungan .
Tujuan Utama : memasukan O2 ke dalam tubuh, membuang Co2
dari tubuh, menolong pertahanan suhu tubuh dan mempertahankan
keseimbangan asam basa di dalam tubuh.

Manusia sensitif terhadap kekurangan O2 hingga penurunan PO2


sebesar 25% di dlm atmosfer yg terjadi bila kita naik sampai
ketinggian 8.000 kaki sudah akan memberi pengaruh berupa
penurunan kecerdasan,.
Sedangkan suatu penurunan tekanan yg mendadak sampai ketinggian
50.000 kaki dimana PO2 tinggal 10% dari PO2 dipermukaan laut,
manusia akan pingsan dlm wkt 10 dtk dan meninggal dlm wkt 4-6
mnt.
1. HIPERVENTILASI
Pengertian: Suatu keadaan dimana ventilasi pernafasan
meningkat secara abnormal.

Etiologi: Serangan jantung, Shock hypovolemic,


Edema pulmonal, Asma, Cemas/takut

Tanda dan Gejala: Gatal pada bibir dan tangan, kram


pada tangan dan jari, pusing dan tidak sadar.

Penatalaksanaan: monitor penafasan, monitor tanda-


tanda shock (TTV, Spo2>95%), monitor irama jantung
PERSIAPAN EVAKUASI
Persiapan Alat:
Tabung O2 & Regulator Set, Masker Non Rebreething.
ASKEP:
Pengkajian :(Rw penyakit, Rw takut terbang)
Dx Kep :
1. Hambatan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi perfusi

2. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh yg menghambat ekspansi paru


(ketinggian penerbangan)
NOC :
Dx.1 : Status pernafasan ventilasi adekuat
Dx.2: Status pernafasan ventilasi adekuat
NIC:
Dx.1. Monitor TTV (TD, Nadi, Suhu, status pernafasan. Monitor Oksimetri
nadi, Monitor warna kulit, Monitor sianosis)
Dx.2. Monitor pernafasan (kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
pernafasan. Catat pergerakan dada. Monitor suara nafas tambahan. Palpasi
kesimetrisan paru, catat lokasi trakea. Auskultasi pernafasan).
2. ASHMA
Pengertian: Merupakan penyakit inflamasi kronik yg
menyerang jalan nafas yg mengakibatkan obsrtuksi jalan
nafas yg sifatnya reversible/ yg secara spontan dapat
kembali normal bila ditangani segera.

Etiologi: Faktor alergi, faktor lingkungan

Patofisiologi: Iritan Pulmonal Iritasi pulmonal


Konstriksi bronkus Hipersekresi dan edema mukosa jln
nafas

Manifestasi Klinik: sesak nafas, tachyspneu, suara nafas


wheezing, sulit bicara, retraksi otot penafasan saat
inspirasi, cyanosis
PENATALAKSANAAN
Hindari alergi, berikan lingkungan yg bebas dari polusi, berikan obat bronkodilator dan ekspektoran

PERSIAPAN AVAKUASI
Persiapan alat dan obat, Oksigen dan alat penghantar, Nebulaizer

ASKEP
Pengkajian: Kaji pola nafas, TTV, Rw allergen, Obat yg biasa digunakan bila terjadi serangan ashma.
Dx Kep:
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d Hiperventilasi

NOC:
Dx. 1. Status pernafasan ventilasi adekuat dan Respon alergi sistemik terkontrol
NIC:
2. Managemen Asma (monitor reaksi asma, tentukan pemahaman Px/Klg mengenai penyakit, Ajarkan
tehnik yg tepat untuk menggunakan pengobatan dan alat, Monitor kecepatan, irama dan kedalaman
pernafasan).
3. Managemen Alergi (identifikasi alergi yg diketahui, Dokumentasikan informasi ttg alergi,
Instruksikan px mengenai pengobatan alergi, instrusikan untuk mencegah penggunaan bahan yg
membuat alergi.
4. Monitor pernafasan (kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan pernafasan. Catat pergerakan dada.
Monitor suara nafas tambahan. Palpasi kesimetrisan paru, catat lokasi trakea. Auskultasi pernafasan,
Buka jalan nafas).
ASPEK THT PADA PENERBANGAN
 Hukum Boyle: penurunan atau peningkatan pada tekanan
lingkungan akan memperbesar atau menekan suatu
volume gas dlm ruang tertutup. Bila gas terdapat dlm
struktur yg lentur , maka struktur tersebut dapat rusak
krn ekspansi/kompresi. Barotrauma dpt terjadi ruang-
ruang berisi gas dlm tubuh(telinga tengah&paru-paru)
menjadi ruang tertutup.

 Tuba Eustakius secara normal selalu tertutup, namun


dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah,
menguap, dan dengan manuver Valsava. Pilek, rinitis
alergika merupakan predisposisi terhadap disfungsi tuba
eustakius
BAROTITIS
Pengertian:
Barotrauma (Barotitis Media atau Aerotitis): ggn telinga yg terjadi
akibat perubahan tekanan udara di telinga luar dan telinga tengah yg
dipisahkan oleh gendang telinga, atau terjadinya di bagian dalam
telinga yg disebabkan oleh tidak samanya tekanan udara di kedua
gendang pendengaran.

Gendang pendengaran memisahkan saluran telinga dan telinga bagian


dlm. Jika tekanan udara di saluran telinga dari udara luar dan tekanan
udara di telinga bagian dlm timpang, gendang pendengaran bisa
cedera.

Pada saat pesawat turun, Tuba Eustachii akan bekerja seperti klep dan
tetap tertutup meskipun tekanan udara berubah-ubah. Tuba eusthachii
hanya terbuka bila otot-otot berkontraksi/adanya tekanan positif yg
besar. Pembukaan Tuba Eustachii akan menyamakan tekanan udara.
ETIOLOGI
Kegagalan ventilasi auris media pada perubahan tekanan
atmosfir yg lebih rendah ke tekanan atmosfir lebih tinggi.
Penyebab tersering Common cold/Flu atau infeksi traktus
respiratoris bagian atas.

GEJALA KLINIK
1. Gejala descent/turun barotrauma
• Nyeri pd telinga yg terpapar

• Kadang ada bercak darah dihidung/nasofaring

• Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif

2. Gejala ascent/naik barotrauma


• Rasa tertekan/nyeri dalam telinga

• Vertigo

• Tinnitus/tuli ringan
KOMPLIKASI
Ruptur/perforasi gendang telinga, infeksi telinga akut, kehilangan
pendengaran yg menetap& vertigo.

PERSIAPAN EVAKUASI
Otoskop

ASKEP
Pengkajian: Rw penyakit THT
Dx Kep:
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologi

NOC:
Dx.1. Nyeri terkontrol, TTV dalam batas normal
NIC:
Manajemen nyeri (pengkajian nyeri komprehensif, Obs petunjuk non
verbal, Pastikan perawatan analgesik, Gali pengetahuan, Berikan
informasi, Ajarkan penggunaan tehnik non farmakologi)
TRAPED GAS
Pengertian
Pengembangan gas di dalam tubuh yang disebabkan
karenan perubahan tekanan disekitar kita.

Gas yg terdapat didalam tubuh akan terpengaruh oleh


perubahan tekanan udara diluar. Bila tekanan udara diluar
menjadi kecil pada waktu kita naik ketinggian, volume gas
dalam tubuh akan memperbesar (gas akan mengembang).
Sedangkan waktu turun dari ketinggian akan terjadi hal
sebaliknya. Hukum Boyle: volume gas berbanding terbalik
dgn tekanan yg diberikan pd gas tersebut
ETIOLOGI
Berada pada ketinggian dan perbedaan tekanan

TANDA DAN GEJALA


Nyeri abdoment, mual, nyeri gas, TD menurun, kehilangan kesadaran,
distensi abdomen.

PENCEGAHAN:
Menghindari makan dan minum yg menghasilkan gas (kacang-kacang,
kol, ketimun, bawang, minuman ringan, dll)

PENATALAKSANAAN
1. Menggunakan pesawat kabin bertekanan dgn ketinggian permukaan
laut.
2. Bila menggunakan colostomi sblm dievakuasi dgn pesawat kolostomi
harus dikosongkan
3. Pasang NGT
PERSIAPAN EVAKUASI
Persiapan Alat:
NGT, Suction, Kantong kolostomi, Spuit irigasi 10 ml

ASKEP
Pengkajian: Rw penyakit, rw takut terbang, kondisi px sebelum terbang, mengantisipasi
kebutuhan px saat terbang

Dx Kep:
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologi (gas terperangkap)

2. Ketidakefektifan Pola nafas b/d posisi tubuh yg menghambat ekspansi paru (ketinggian
terbang)
NOC:
Dx. 1. Nyeri terkontrol, TTV dalam batas normal
Dx. 2. Status pernafasan ventilasi adekuat
NIC:
Dx. 1. Manajemen nyeri (pengkajian nyeri komprehensif, Obs petunjuk non verbal, Pastikan
perawatan analgesik, Gali pengetahuan, Berikan informasi, Ajarkan penggunaan tehnik non
farmakologi)
Dx.2. Monitor pernafasan (kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan pernafasan. Catat
pergerakan dada. Monitor suara nafas tambahan. Palpasi kesimetrisan paru, catat lokasi trakea.
Auskultasi pernafasan).
SIMULASI EVAKUASI IBU HAMIL
DAFTAR PUSTAKA
 Aditama Y.T (2009). Standar Operasional Prosedur Nasional Kegiatan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Di Pintu Masuk Negara. Jakarta: Dirjen
PP&PL Kemenkes RI
 Gultom L dan Ambarwati D (2013). Modul Keperawatan Penerbangan.
Jakarta.
 Herdman, T.Heather (2018). Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta. EGC
 Moorhead S. dkk (2017). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
kelima. Indonesia. Mocomedia -Elsevier.
 Bulechek M.G dkk (2017). Nursing Interventions Classification (NIC)
Edisi keenam. Indonesia. Mocomedia-Elsevier
 Undang-Undang RI No.6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan
 Sugihantono. A(2019). Ini tentang Monkeyfox (MPX). Jakarta
www.depkes.go.id
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai