Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Severe acute respiratory syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat adalah
sondrom akibat inveksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan menunjukan gejala
gangguan pernafasan pada pasien yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS.

Penyakit yang pertama kali muncul di propinsi Guangdong-Cina ini merupakan penyakit
baru yang mengejutkan WHO. Ini disebabkan karena WHO baru mengetahui kasus tiga bulan
kemudian pada bulan februari 2003, meskipun pemerintah setempay sudah melakukan langkah
langkah penanggulangan kasus. Para ahli kesehatan berpendapat bahwa kecepatan laporan akan
sangat berpengaruh terhadap upaya pengendalianepid di dunia internasional.

Melalui pendekatan yang intensif, pemerintah Cina mengizinkan perwakilan


internasional mengadakan penyelidikan wabah dilokasi. Hasilnya, ditemukan lebih banyak kasus
dari yang dilaporkan. Beberapa bulan kemudian, berdasarkan laporan media tentang kasus
SARS, pemberitaan tentang kasus ini menjadi lebih terbuka.

Pada bulan Maret 2003, WHO mengumumkan kewaspadaan global terhadap penyakit
yang etiologi, diagnosis, dan pengobatannya belum diketahui dengan jelas saat itu.WHO
akhirnya memberi nama penyakit tersebut sebagai server acute respiratory syndrome (SARS)
BAB II

PEMBAHASAN

I.2 Epidemiologi
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada bulan November 2002 sampai Februari 2003 di
Provinsi Guang Dong, Cina. SARS dengan cepat menyebar ke Hong Kong, Vietnam, dan
Singapura sejak Februari 2003. Pada bulan Maret 2003, WHO menyatakan ancaman
global SARS dan mengeluarkan “travel advisory”. Pada bulan tersebut SARS sudah
menjangkit 15 negara termasuk Kanada. Pada Aprol 2003 penyakit ini sudah menyerang
20 negara.
Sampai maret 2003 penyakit ini sudah menyebabkan 2071 kasus dengan jumlah
kematian 100 orang (CFR = 3,75%). Kasus terbanyak terdapat di Cina sebesar 1279
kasus dengan jumlah kematian 53 orang, diikuti Hong Kong (928/25), Amerika Serikat
(148/0), Singapura (113/8), dan Kanada (91/10), kasus yang paling sedikit terdapat di
Australia, Belgia, Brasil, Irlandia, Rumania, Spanyol, dan Swis, yaitu masing masing 1
kasus dengan jumlah kematian 0.
Sampai saat ini kasus SARS di Indonesia belum di temukan. Dari 17 orang yang
dicurigai, hanya 9 orang penderita dan diobservasi sebagai SARS dan 7 orang sudah
diverifikasi bukan SARS. Di Jawa Tengah terdapat 8 kasus observasi SARS karena
adanya demam disertai dengan gangguan pernafasan dan riwayat datang dari negara yang
terjangkit SARS. Setelah diadakan pemeriksaan dan perawatan di lima rumah sakit
ternyata kasus tersebut bukan merupakan aspek atau problem.

I.3 Etiologi
Pada awalnya virus penyebab SARS didiga merupakan Paramyxovirus. Dalam
perkembangannya WHO kemudian menetapkan penyebab SARS adalah coronavirus.
Banyak penelitian yang dilakukan dengan menyntikan coronavirus pada kera ternyata
menunjukan gejala dan tanda yang sama dengan pasien SARS manusia.
Coronavirus adalah virus RNA, bentuk seperti sekrup, terbungkus oleh protein
amplop. Virus ini menyerang mamalia dan unggas. Kata ‘corona’ berarti ‘mahkota’,
dinamai demikian karena adanya struktur tonjolan tonjolan protein amplop yang hanya
dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Genom poly-adenylated dan ‘topi’ virus ini
adalah yang terbesar diantara virus-virus RNA lainnya. Corona mempunyai suatu metode
yang unik untuk bereplikasi. Virus ini mempunyai kemampuan untuk berkombinasi
secara genetik dengan anggota laindari keluarga coronavirus.
Coronavirus adalah virus penyebab influenza. Famili coronavirus terdiri dari dua
genus yaitu coronavirus dan torovirus, masing masing bisa menyerang manusia.
Informasi tentang torovirus sangat terbatas. Virus ini sering dihubngkan dengan penyakit
diare dan gastroentritis pada anak anak.
Struktur protein coronavirus tergantung pada subtipenya. Genom membentuk tiga
atau empat struktur protein yang berbeda. Coronavirus jenis OC43 hemaglutinin-esterase
(HE) sedangkan yang jenis HCV-229E tidak. Protein ini menyebabkan penggumpalan
eritrosit, dan dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak virusnya.
Semua coronavirus membentuk suatu protein nukleokapsid (N). Protein ini
mengikat RNA dan membentuk nukleokapsid yang berbentuk seperti skrup, dan mungkin
saja dilibatkan dalam sintesis RNA. Glikoprotein selaput (M) terlibat dengan formasi
amplop, protein paku (S) juga bertanggung jawab karena bergabung dengan sel sel
manusia. Mata rantai siklus coronavirus menjelaskan keterlibatan protein protein pada
setiap langkah dari tahapan siklus dinamis.
Hanya negara tertentu saja yang bisa melakukan pemeriksaan seperti PCR dan
kultur. Laboraturium rujukannya ada di Tronto, Kanda. Pemeriksaan penunjang untuk
menditeksi virus ini adalah:
1. Pemeriksaan tes antibodi (lgG/lgM)
2. Pemeriksaan molekular (PCR)
3. Pemeriksaan kultur

I.4 Penularan
Penularan terjadi melalui droplet (batuk, bersin atau berbicara) dari pasien yang telat
terinfeksi virus. Selain itu kontak erat dengan pasien juga dapat menularkan penyakit
dengan mekanisme yang belum diketahui secara pasti. Kontak erat menurut WHO adalah
mereka yang merawat, hidup bersama dengan pasien, atau kontak langsung dengan sekret
pernapasan, dan cairan tubuh pasien. Penularan melalui doplet dapat terjadi jika jarak
dengan pasien sekitar dua meter. Virus diketahui senang berada pada mukosasaluran
napas.
Seperti penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya, SARS mempunyai masa
inkubasi 3-10 hari dengan rata rata 7 hari. Dengan demikian, jika terjadi KLB,
pengamanan ketat terhadan lokasi kasus dilakukan selama 14 hari setelah kasus terakhir
dinyatakan sembuh.

I.5 Gejala, Tanda, dan Diagnosis


Gejala:
 Demam mendadak >38 derajat celcius
 Batuk
 Sesak napas/sukar bernafas/napas pendek
 Sakit kepala, kaku otot, anoreksia, lemah, bercak merah pada kulit, bingung, dan
diare

Gejala tersebut tidak khas dan mirip seperti gejala flu ainnya, tetapi secara cepat gejala
menjadi berat dan pasien dapat meninggal karena terjadi peradangan paru paru
(pneumonia). Masa inkubasi selama 2-10 hari.
Diagnosis:

1. Kasus suspek (suspect case)


 Demam >38 derajat celcius dengan:
Satu atau lebih gangguan pernapasan yaitu batuk, napas pendek, dan kesulitan
bernapas dengan satu atau lebih dari keadaan sebagai berikut:
 dalam 10 hari terakhir sebelum sakit mempunyai riwayat kontak erat
dengan seseorang yang telah didiagnosis sebagai pasien SARS
 dalam 10 hari terakhir sebelum sakit melakukan perjalanan ke tempat
yang dilaporkan ada penderita SARS

2. Kasus ‘mungkin’ (probable case)


 Kasus aspek dengan gambaran foto toraks menunjukan tanda tanda
pneumonia atau respiratory distress syindrome ATAU
 Seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernapasan yang tidak
jelas penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis
berupa ‘respiratory distress syndrome’ yang tidak jelas penyebabnya

I.6 Pengobatan
Suportif : vitamin C dan B kompleks
Simtomatik : analgesik, terapeutik dan profilaksis sesuai indikasi
Pemberian oksigen yang adekuat

Penggunaan antivirus seperti ribavirin sangat membantu. Akan tetapi mengngat


persediaan dan harganya yang mahal, obat ini belum bisa direkomendasikan secara luas.
Tidak semua penderita SARS harus dirawat dirumah sakit. Kasus suspek tanpa
riwayat kontak dan kasus dengan gejala klinis yang ringan cukup dirawat dirumah (home
isolation) dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut :
1. Penderita harus tetap dirumah, dan tetap memakai masker sampai 14 hari setelah dua
hari bebas panas
2. Pengukuran suhu tubuh perlu dilakukan 2 kali sehari apabila suhunya melebihi 38
derajat celcius, penderita harus segera dibawa kerumah sakit
3. Peralatan makan dan minum penderita harus dipisahkan
4. Penderita minum obat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
5. Anggota keluarga yang merawat penderita harus rajin cuci tangan sebelum makan
dan terus memakai masker
6. Apabila terdapat anggota keluarga yang demam pada saat penderita masih sakit
sampai 14 hari setelah penderita dinyatakan sembuh, anggota keluarga tersebut perlu
dirujuk kerumah sakit
Indikasi rawat kasus SARS adalah semua kasus probable dan kasus suspek
dengan riwayat kontak erat positif serta dengan kasus suspek gejala klinis yang berat:

1. Sesak nafas
2. Nadi cepat (>100 kali/menit)
3. Terdapat gangguan kesadaran
4. Keadaan umum (KU) lemah
5. Menurut pertimbangan dokter yang memeriksa

I.7 Pencegahan
Upaya pencegahan melalui pengawasan universal kasus SARS dimaksudkan untuk
mencegah penularan penyakit, penatalaksanaan kasus yang sesuai, dan penemuan kasus
sedini mungkin. Upaya ini di tunjukan kepada kelompok penderita, keluarga penderita,
orang orang yang baru kembali dari daerah yang terinfeksi, dan masyarakat umum. Trias
pencegahan influenza perlu dilakukan, yaitu:
1. Memakai masker apabila menderita flu
2. Menutup mulut dan hidung apabila batuk dan bersin
3. Tidak meludah di sembarang tempat
A. Penderita
Kelompok penderita SARS baik suspek maupun problem perlu diisolasi seperti yang
sudah di bahas sebelumnya, baik yang dirawat dirumah maupun yang perlu dirawat
dirumah sakit
B. Keluarga Penderita

Keluarga penderitta sangat rentan terhadapnpenularankarena faktor kedekatan


dengan penderita. Hal hal dibawah ini perlu diberikan perhatian, yaitu:

1. Memakai masker setiap berdekatan dengan penderita (sekitar 2 meter)


2. Pemisahan peralatan makan dan minum, mandi, tidur, dan pakaian penderita
dengan keluarga. Jika penderita sudah sembuh, peralatan tersebut boleh di
campur lagi setelah dicuci dengan air panas.
3. Desinfeksi kamar tidur dan kamar mandi penderita secara berkala
4. Pembakaran sampah atau barang bekas pakai penderita. Ini perlu dilakukan,
meskipun pembangunan ke tempat sampah umum sudah 8 jam pada suhu
ruangan
5. Pemeriksaan segera ke sarana pelayanan kesehatan apabila ada kasus demam
dengan penderita SARS dirumah
6. Pembatasan berpergian ketempat tempat umum. Meskipun tidak sedang
demam, keluarga masih mungkin menularkan penyakit apabila belum sampai
ada gejala
C. Orang yang Baru Datang dari Daerah yang Terinfeksi
Hal yang perlu diwapadai adalah masa 14 hari setelah meninggalkan daerah
terinfeksi SARS. Orang orang tersebut perlu dipantau terhadap adanya gejala
influenza, serpeti demam dan gangguan pernapasan. Masker mungkin perlu dipakai
untuk menjamin keamanan pribadi dan keluarga
D. Masyarakat Umum
Meskipun masyarakat umum beresiko kecil untuk tertular SARS, namun
kewaspadaan tetap diperlukan mengingat penularan bisa terjadi di tempat tempat
umum. Hal hal dibawah ini penting untuk dilakukan:
1. Menerapkan pola hidup sehat dan mengkonsumsi makanan bergizi,
berolahraga dan beristirahat cukup
2. Melakukan trias pencegahan influenza
3. Membudayakan cuci tangan sebelum makan
4. Menghindari menyeka atau menyentuh hidung, mulut, mata
5. Mengapa ventilasi udara, dan cahaya yang cukup di rumah
6. Tidak berbagi atau bergantian menggunkan barang pribadi, seperti handung,
selimut, dan peralatan mandi

I.8 Perbadaan SARS dan COVID19

Meski disebabkan oleh kelompok virus yang sama, yaitu coronavirus, ada perbedaan di
antara COVID-19, SARS, dan MERS. Tidak hanya masa inkubasi penyakitnya,
perbedaan ketiga penyakit ini juga ada pada kecepatan penularan serta pengobatannya.

COVID-19, SARS, dan MERS merupakan penyakit infeksi virus pada saluran
pernapasan yang bisa berakibat fatal. SARS (severe acute respiratory syndrome) pertama
kali mewabah di China pada tahun 2002. Pada akhir tahun 2019, muncul penyakit baru di
China yang dinamakan COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Penyakit ini telah
menyebabkan banyak kematian di berbagai negara.

A.Perbedaan COVID-19 dengan SARS dan Berdasarkan Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan oleh kuman untuk berkembang biak
di dalam tubuh seseorang hingga menimbulkan keluhan. Dengan kata lain, masa
inkubasi adalah rentang waktu antara terjadinya infeksi dan munculnya gejala.

Meskipun virus penyebab COVID-19, dan SARS, berasal dari keluarga virus yang
sama, yaitu coronavirus, kedua penyakit ini memiliki masa inkubasi yang berbeda.
Masa inkubasi penyakit SARS adalah 1–14 hari (rata-rata 4-5 hari). Sementara masa
inkubasi COVID-19 adalah 1–14 hari, dengan rata-rata 5 hari.
B. Perbedaan COVID-19 dengan SARS Berdasarkan Gejala dan Penyebaran

Pada derajat ringan, ketiga penyakit ini dapat menyebabkan demam, batuk, nyeri
tenggorokan, hidung tersumbat, lemas, sakit kepala, dan nyeri otot. Jika semakin
berat, gejala ketiganya dapat menyerupai pneumonia, yaitu demam, batuk parah,
kesulitan bernapas dan napas cepat. Perbedaan besar di antara kedua penyakit ini
adalah COVID-19 jarang disertai keluhan pilek dan keluhan pencernaan, seperti
buang air besar cair (menceret), mual, dan muntah.

Penyebaran coronavirus dari hewan ke manusia sebenarnya sangat jarang, tapi hal
inilah yang terjadi pada COVID-19, dan SARS. Manusia dapat tertular coronavirus
lewat kontak langsung dengan hewan yang terjangkit virus ini. Cara penyebaran ini
disebut transmisi zoonosis.

SARS diketahui ditularkan dari luwak ke manusia, sedangkan pada COVID-19,


ada dugaan bahwa hewan yang pertama kali menularkan penyakit ini ke manusia
adalah kelelawar.Seseorang dapat terjangkit virus Corona jika ia menghirup percikan
air liur yang dikeluarkan oleh penderita COVID-19 saat bersin atau batuk. Tidak
hanya itu, penularan juga dapat terjadi jika seseorang memegang benda yang telah
terkontaminasi percikan air liur penderita COVID-19 lalu memegang hidung atau
mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

SARS dan COVID-19 diketahui lebih mudah menyebar dari manusia ke manusia
daripada MERS. Dan jika dibandingkan dengan SARS, penularan COVID-19 dari
manusia ke manusia lebih mudah terjadi dan lebih cepat. Sejauh ini, angka kematian
akibat COVID-19 tidak lebih tinggi dibandingkan SARS. Angka kematian SARS
mencapai 10%, namun, penularan COVID-19 yang lebih cepat dibandingkan SARS
dan MERS membuat jumlah penderita penyakit ini meningkat tajam dalam waktu
singkat.

C. Perbedaan COVID-19 dengan SARS Berdasarkan Pengobatan

Sejauh ini, belum ada obat yang terbukti efektif dalam mengatasi COVID-19.
Beberapa obat antivirus, seperti oseltamivir, lopinavir, dan ritonavir, sudah dicoba
untuk diberikan kepada pasien COVID-19 sambil terus diteliti.

Pada penderita infeksi virus Corona dengan gejala yang berat, di samping obat
antivirus, mereka juga perlu mendapatkan terapi cairan (infus), oksigen, antibiotik,
serta obat-obatan lainnya sesuai gejala yang muncul. Penderita COVID-19 juga perlu
dirawat di rumah sakit agar kondisinya dapat dipantau dan tidak menularkan infeksi
ke orang lain.

Upaya pencegahan terhadap ketiga penyakit ini dapat dilakukan dengan rutin
mencuci tangan, menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, serta memasak
daging dan telur hingga matang sebelum dimakan. Selain itu, sebisa mungkin hindari
kontak dengan orang yang sedang batuk dan demam.
I.9 Rekomendasi
Diperlukan inisiatif pemerintah daerah untuk mengkoordinasi upaya pencegahan dan
penanggulangan dari semua unsur, baik pemerintah, LSM, swasta, maupun komponen
masyarakat. Kegiatan dibawah ini perlu dilakukan untuk mempercepat pengendalian
kasus:
1. Sosialisasi tentang penyakit SARS kesemua puskesmas dan rumah sakit serta sarana
pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan lainnya, antara lain balai pengobatan, praktik
swasta, klonik spesialis, dan klinik 24 jam.
2. Persiapan penyelidikanepidemiologi apabila ada tersangka
3. Himbauan kewaspadaan kepada masyarakat melalui media masa
4. Anjuran pemeriksaan kesehatan terhadap para pendatang dari negara negara yang
terinfeksi SARS

Anda mungkin juga menyukai