Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012 di Arab Saudi, virus
SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok virus Corona dan dapat menimbulkan
pneumonia berat akan tetapi berbeda dari virus MERS Cov. Informasi yang diperoleh
dari website Kementrian Kesehatan RI www.depkes.go.id memberitakan bahwasannya
virus ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah ditemukan sebelumnya.
Sehingga kelompok studi corona virus dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus
memutuskan bahwa novel corona virus tersebut dinamakan sebagai MERS-Cov, virus
ini tidak sama dengan corona virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS), namun mirip dengan corona virus yang terdapat pada kelelawar.
Manifestasi klinis
Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa mencakup: demam, myalgia,
lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-
spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah
demam di atas 38°C (100.4°F). Sesak napas bisa terjadi kemudian.Gejala
tersebut biasanya muncul 2–10 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga
pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul
antara 2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus membutuhkan ventilasi mekanis.
Awalnya tanda fisik tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa
pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian,
tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.
Penyebaran Virus Corona
Sampai saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan
MERS-Cov, karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke manusia
yang saling kontak dekat dengan penderita. Penularan dari pasien yang
terinfeksi kepada petugas kesehatan yang merawat juga diamati. Selain itu,
cluster dari kasus infeksi MERS-Cov di Arab Saudi, Jordania, the United
Kingdom, Prancis, Tunisia, dan Italia juga diinvestigas
Data terbaru dari CDC menunjukkan bahwa MERS terbukti bisa ditularkan antar
manusia. Meski begitu, tampaknya penyakit ini tak bisa menyebar sangat cepat
seperti SARS pada tahun 2003. Virus MERS terus mendapatkan pengawasan
ketat dari para ahli untuk berjaga-jaga jika virus ini berkembang menjadi
ancaman yang semakin berbahaya.
Karena penyebarannya yang semakin meluas sejak April 2012 hingga awal
tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan
sejak Mei lalu untuk mewaspadai ancaman penyebarannya.
Peneliti belum mengetahui secara pasti cara virus MERS ditularkan ke manusia,
namun virus ini sudah ditemukan pada kelelawar dan unta. Para pakar
mengatakan unta kemungkinan besar menjadi binatang pembawa, yang
kemudian menularkannya pada manusia.
Belum diketahui dengan jelas asal mula virus ini menyebar, namun, beberapa
peneliti menduga bahwa penyebaran virus berasal dari salah satu jenis
Kelelawar yang banyak ditemukan di kawasan Timur Tengah.
Unta hampir dipastikan menjadi sumber virus korona MERS di Timur Tengah.
Hasil penelitian di negara tersebut menunjukkan kebanyakan unta, meski tidak
semua, terinfeksi jenis virus yang secara genetik hampir identik dengan virus
yang menginfeksi manusia. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Universitas
Columbia, Universitas King Saud, dan EcoHealth Alliance.
Penyakit itu awalnya diyakini telah berpindah dari unta ke manusia, pertama kali
tampaknya menular lewat kontak yang dekat dengan hewan-hewan itu. Akan
tetapi akhir-akhir ini, para petugas kesehatan yang merawat penderita MERS
juga jatuh sakit akibat virus itu.
Saat ini, para peneliti masih menyelidiki kemungkinan hewan lain yang menjadi
mediator penularan virus Corona guna menangani meluasnya penyebaran
penyakit ini, mengingat bahwa jenis virus ini dikatakan lebih mudah menular
antar-manusia dengan dampak yang lebih mematikan dibandingkan SARS.
Penanganan
Hingga saat ini belum ada vaksin yang spesifik dapat mencegah infeksi MERS-
Cov. Selain itu, belum ditemukan juga metode pengobatan yang secara spesifik
dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh MERS-Cov. Perawatan
medis hanya bersifat supportive untuk meringankan gejala.
Antibiotik masih belum efektif. Pengobatan hingga kini masih bergantung pada
anti-pyretic, supplemen oksigen dan bantuan ventilasi.
Penggunaan steroid dan antiviral drug ribavirin, namun tidak ada bukti yang
mendukung terapi ini. Sekarang banyak juru klinik yang mencurigai ribavirin tidak
baik bagi kesehatan.
Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk penyakit lain seperti
AIDS, hepatitis, influenza dan lainnya pada coronavirus.
Pencegahan
Belum ada vaksin khusus yang dapat mencegah terjadinya penyakit ini.
Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin dan segera
buang tisu tersebut ke tempat sampah.
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
Gunakan masker dan jaga sanitasi tubuh dan lingkungan. Bila diperlukan bagi
penderita penyakit kronik, di kerumunan orang, badan tidak fit dan lain lain
gunakan masker.
Hindari bepergian atau naik kendaraan umum namun jika terpaksa maka jangan
menutup jendela atau pintu.
Cuci tangan dengan sabun dan jangan menyentuh mulut, hidung, dan mata
dengan tangan telanjang.
Jagalah keseimbangan gizi diet dan hendalah berolahraga secara teratur untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita.
Periksalah suhu badan Anda secara teratur dan tetaplah hati-hati dengan kondisi
kesehatan Anda.
Rajin rajin Cuci Tangan Pakai Sabun. Bila tangan tidak tampak kelihatan kotor
gunakan antiseptik.
Sejauh kita menjaga diri, memakai masker dan mencuci tangan secara teratur,
dilanjutkan dengan instruksi karantina maka kita semua dapat menghindari
infeksi. Tidak perlu terlalu panik atau mendiskriminasi tersangka atau penderita.
Tidak semua orang adalah pembawa virus, dengan lebih mengaja diri berarti
kamu sudah memberikan dukungan yang luar biasa kepada para pasien untuk
sembuh lebih cepat dan menambah sistem kekebalan tubuh.
Jemaah yang kembali harus diberi saran bahwa jika mereka mengalami sakit
saluran pernapasan akut disertai demam dan batuk (cukup mengganggu
kegiatan sehari-hari) pada periode 2 minggu (14 hari) setelah kembali untuk
segera mencari pengobatan dan memberitahu otoritas Kesehatan setempat.
Orang–orang yang kontak erat dengan jemaah atau pelancong yang mengidap
gejala–tanda sakit saluran pernapasan akut yang disertai demam dan batuk
(sehingga cukup mengganggu kegiatan sehari–hari), disarankan untuk melapor
ke otoritas Kesehatan setempat guna mendapat pemantauan MersCoV dengan
membawa kartu health alert yang dibagikan ketika berada diatas alat angkut atau
ketika tiba di bandara kedatangan.
Jika ada keluhan atau gejala seperti tersebut diatas segera hubungi petugas
kesehatan, baik selama di Arab Saudi maupun sampai 2 minggu sesudah
sampai Indonesia.
Meski vaksn belum ditemukan teapi ada harapan baru ketika Dalam sebuah
penelitian yang dimuat dalam jurnal Science Translational Medicine menemukan
dua antibodi, yaitu MERS-4 dan MERS-27, yang mampu memblokir sel-sel
dalam piring laboratorium yang terinfeksi virus MERS. Hal ini adalah awalnya.
Hasil mengisyaratkan bahwa antibodi ini, terutama yang dikombinasikan, dapat
menjadi kandidat menjanjikan untuk intervensi terhadap MERS. Peneliti telah
menemukan telah menemukan beberapa antibodi penetral yang mampu
mencegah bagian kunci dari virus untuk menempel pada pembawa dan
menginfeksi sel-sel tubuh manusia. Antibodi merupakan protein yang dibuat oleh
sistem kekebalan tubuh yang mengenali virus dan bakteri asing. Antibodi
penetral merupakan salah satu yang tidak hanya mengenali virus tertentu namun
juga mencegahnya menginfeksi sel inang, yang berarti tidak ada infeksi dari
orang atau binatang itu.