PENDAHULUAN
1
MERS-CoV meninggal dunia dan lebih dari 85% kasus penyakit
menular MERS-CoV ini berasal dari Arab Saudi. ((Benny Yong dan
Livia Owen, 2015).
Banyak warga negara Indonesia yang berada di Arab Saudi terutama
sebagai jama’ah umrah/haji, sehingga memungkinkan terjadinya
penyebaran penyakit ini di Indonesia, karena jumlah jama’ah umrah/haji
dari Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data
dari Kementerian Agama Republik Indonesia, rata-rata jumlah jama’ah
umrah dari Indonesia adalah 195 orang per hari dan rata-rata jumlah haji
dari Indonesia adalah 154.000 orang per tahun, dan dari data haji
internasional, rata-rata jumlah jama’ah haji/umrah dari Arab Saudi
adalah 700.000 orang per tahun (Benny Yong dan Livia Owen, 2015).
Real Time PCR memungkinkan dilakukannya deteksi dan
kuantifikasi (sebagai nilai absolut dari hasil perbanyakan DNA atau
jumlah relatif setelah dinormalisasi terhadap input DNA atau gen-gen
penormal yang ditambahkan) sekaligus terhadap sekuens spesifik dari
sampel DNA yang dianalisa. Real Time PCR (qPCR) atau dapat pula
disebut kuantitatif PCR real time (qPCR) atau PCR kinetik adalah teknik
laboratorium berdasarkan PCR, yang digunakan untuk mengamplifikasi
dan secara simultan mengukur molekul DNA target. Untuk satu atau
lebih urutan tertentu dalam sampel DNA, Real Time-PCR
memungkinkan deteksi dan kuantifikasi secara bersamaan. Kuantitas
yang didapat berupa jumlah salinan mutlak atau jumlah relatif ketika
dinormalisasi untuk DNA yang dimasukkan atau gen normalisasi
tambahan.(van boheemen, 2012)
2
Mengetahui tentang pemeriksaan Mers-Cov dan mengetahui kelebihan serta
kekurangan metode Real-Time PCR .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
MERS-CoV adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
korona jenis baru yang ditemukan di wilayah timur tengah. Penyakit
pernapasan yang timbul antara lain adalah pneumonia (infeksi jaringan
paru-paru).
MERS-CoV merupakan singkatan dari Middle East Respiratory
Syndrome Corona Virus. Terjemahan bebasnya, sindrom pernapasan
Timur Tengah akibat virus korona.
Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency
Committee Concerning MERS CoV merupakan situasi serius dan perlu
perhatian besar namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan
masyarakat International. (Kupferschmidt K,2015)
2.1.2. Etiologi
Awalnya, virus ini dinamakan Human Coronavirus-EC, tapi kemudian
oleh konsensus global diubah menjadi MERS-CoV.Virus ini merupakan
spesies beta Coronavirus garis keturunan C yang baru saja ditemukan
dan menginfeksi manusia. Struktur genom MERS-CoV
menggambarkan dipeptil-peptidase 4 (DPP4, atau CD26) diidentiikasi
sebagai reseptor host-sel untuk entry sel.2 MERS-CoV berasal dari
keluarga Corona virus. (Slamet,dkk.2013)
Coronavirus pada manusia pertama kali diklasifikasikan pada
pertengahan 1960-an. Alpha, beta, gamma dan delta merupakan sub
kelompok Corona virus.
Saat ini ada enam Corona virus yang dapat memengaruhi manusia
yaitu:
3
1. Corona virus Alpha : Corona virus 229E manusia dan Coronavirus
NL63 manusia (HCoV-NL63,New Havencoronavirus).
2. Corona virus Beta : Corona virus OC43 manusia, Corona virus
HKU1 manusia, SARS-CoV, dan MERS-CoV.
MERS-CoV pertama kali dilaporkan di Arab Saudi. Asal virus ini masih
belum diketahui. Studi awal menunjukkan bahwa MERS-CoV mungkin
berhubungan dengan virus Zoonosis yang ditemukan di kelelawar,10 tetapi
bukti yang terbaru menunjukkan bahwa virus ini mungkin lebih banyak
ditemukan pada unta.11-16 Corona virus biasanya menginfeksi satu jenis
spesies atau yang terkait erat. Hal ini berdasarkan penyelidikan 2 kasus
manusia yang terinfeksi MERS-CoV bulan Oktober 2013 dan dilakukan
pemeriksaan pada unta Dromedaris di sebuah peternakan di Qatar yang
terkait dengan 2 kasus tersebut.MERS-CoV Secara virologi dikonfirmasi
melalui specimen hidung unta tersebut.17 Kemungkinan penularan MERS
dapat melalui kontak langsung dari percikan dahak dan tidak langsung
melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus (Slamet,dkk.2013).
2.1.3. Epidemologi
Sampai Juni 2015 terdapat 1.334 kasus MERS-CoV yang dikonfirmasi
dengan laboratorium dan 471 kematian telah dilaporkan ke WHO
(World Health Organization, 2015)
Terdapat 26 negara yang melaporkan kasus MERS, yaitu: Saudi Arabia,
Iran, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab,
Yaman (Timur Tengah); Austria, Perancis, Jerman, Yunani, Italia,
Belanda, Turki, Inggris (Eropa); Aljazair, Tunisia, Mesir (Afrika); Cina,
Malaysia, Republik Korea,Thailand,Filipina (Asia); dan Amerika
Serikat Sebagian besar dari kasus Ini terjadi di Arab Saudi Sebuah
4
pernyataan Dari WHO Pada bulan April 2014 menunjukkan bahwa 75%
dari kasus MERS yang dilaporkan tampaknya merupakan kasus
sekunder yang diperoleh dari orang lain yang terinfeksi Pada Tahun
2015 Ini dan masih berlanjut,wabah MERS Telah melanda Korea
Selatan dan pada tingkat lebih rendah di China,terdapat 172 kasus yang
dikonfirmasi dan 27 kematian terkait telah dilaporkan
(World Health Organization, 2015).
2.1.4. Patogenitas
5
Gambar 2. Patogenesis Virus MERS
Belum diketahui dengan jelas asal mula virus ini menyebar, namun,
beberapa peneliti menduga bahwa penyebaran virus berasal dari
salah satu jenis Kelelawar yang banyak ditemukan di kawasan Timur
Tengah. Unta hampir dipastikan menjadi sumber virus korona
MERS di Timur Tengah. Hasil penelitian di negara tersebut
menunjukkan kebanyakan unta, meski tidak semua, terinfeksi jenis
virus yang secara genetik hampir identik dengan virus yang
menginfeksi manusia. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari
Universitas Columbia, Universitas King Saud, dan EcoHealth
Alliance.Penyakit itu awalnya diyakini telah berpindah dari unta ke
manusia, pertama kali tampaknya menular lewat kontak yang dekat
dengan hewan-hewan itu. Akan tetapi akhir-akhir ini, para petugas
kesehatan yang merawat penderita MERS juga jatuh sakit akibat
virus itu.
6
Kesimpulan dicapai setelah para peneliti menemukan adanya
kecocokan genetik 100 persen pada virus yang menginfeksi
kelelawar jenis tersebut dengan manusia pertama yang terinfeksi.
2.1.5. Penularan
Berikut adalah cara penularan dari virus MERS. Virus ini dapat
menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi
penularan antar manusia yang berkelanjutan. Kemungkinan
penularannya dapat melalui :
Sumber penularan
Sumber penularan masih belum diketahui tetapi sumber virus berasal
dari binatang.MERS-CoV ini ditemukan pada unta di Qatar, Mesir
dan Saudia Arabia, dan kelelawar di Saudia Arabia.
7
Unta di beberapa negara dengan hasil positif antibodi terhadap
MERS-CoV ini yang awalnya unta ini sudah terinfeksi MERS-CoV,
tetapi dengan hasil ini belum yakin apakah unta menjadi sumber
utama virus MERS tersebut (Kupferschmidt K, 2015).
2.1.6. Pencegahan
Pencegahan MERS dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat,
menghindari kontak erat dengan penderita, menggunakan masker,
menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan memakai
sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit (Slamet, dkk.2013).
Langkah pencegahan infeksi MERS-CoV sama dengan pencegahan
infeksi pada penyakit flu burung dan Emerging infectious Disease
lainnya yang mengenai saluran napas.
Hal yang harus dilakukan dalam pengendalian infeksi MERS-CoV :
Tindakan pencegahan transmisi droplet.
Tindakan pencegahan standar diterapkan pada setiap pasien yang
diketahui atau dicurigai memiliki infeksi pernapasan akut termasuk
pasien dengan dicurigai,probable atau terkonfirmasi MERS-CoV.
Pencegahan infeksi dan tindakan pengendalian harus dimulai ketika
pasien masuk triase dengan gejala infeksi pernapasan akut yang disertai
demam.
Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter
antara setiap pasien ISPA dan pasien lainnya yang tidak menggunakan
alat pelindung diri (APD).
Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.
Terapkan etika batuk.
Tindakan pencegahan Airborne digunakan untuk prosedur yang
menimbulkan penularanaerosol. Risiko penularan pada petugas
kesehatan meningkat ketika dilakukan tindakan intubasi trakea.
Peningkatan risiko penularan SARS juga dilaporkan saat melakukan
ventilasi non invasif, trakeostomi dan bantuan ventilasi dengan
ambubag sebelum intubasi. Secara hirarkis pencegahan dan penularan
infeksi menurut infection prevention and control (IPC), yaitu
pengendalian administratif, pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan
penggunaan alat pelindung diri (APD) (Slamet,dkk.2013)
Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi:
8
1.Kewaspadaan standar (standard precaution) yang diterapkan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang aman bagi semua pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih
lanjut.
2.Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi tambahan ketika
merawat pasien ISPA yaitu semua individu termasuk pengunjung dan
petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan pasien ISPA
3.Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
prosedur/tindakan medik yang menimbulkan aerosol (< 5 mikron)
4.Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi ketika merawat
pasien probable atau konfirmasi terinfeksi MERS-CoV dengan
membatasi jumlah petugas kesehatan, anggota keluarga dan pengunjung
yang melakukan kontak dengan pasien suspek, probable atau
konfirmasi terinfeksi MERS-CoV serta menunjuk tim petugas
kesehatan terampil khusus yang akan memberi perawatan secara
eksklusif kepada pasien.
5.Durasi tindakan isolasi untuk pasien harus diberlakukan selama gejala
penyakit masih ada dan dilanjutkan selama 24 jam setelah gejala hilang.
6.Pengumpulan dan penanganan Spesimen laboratorium adanya
komorbiditas, termasuk stadium akhir penyakit ginjal yang menjalani
hemodialisis, diabetes, maupun penyakit kronis jantung, paru di mana
semuanya diketahui dapat meningkatkan angka kematian
(Slamet,dkk.2013).
9
Real Time PCR (qPCR) adalah suatu metode analisa yang
dikembangkan dari reaksi PCR. Dalam ilmu biologi molekular, Real
Time PCR (juga dikenal sebagai quantitative real time polymerase
chain reaction (Q-PCR/qPCR) atau kinetic polymerase chain
reaction), adalah suatu teknik pengerjaan PCR di laboratorium
untuk mengamplifikasi (memperbanyak) sekaligus menghitung
(kuantifikasi) jumlah target molekul DNA hasil amplifikasi
tersebut(Kost, 2002).
B. Prinsip
Cara kerja Real Time PCR mengikuti prinsip umum reaksi PCR;
utamanya adalah DNA yang telah diamplifikasi dihitung setelah
diakumulasikan dalam reaksi secara real time sesudah setiap siklus
amplifikasi selesai.
Prinsip kerjanya didasarkan pada deteksi fluoresensi yang
diproduksi oleh molekul reporter yang meningkat sejalan dengan
berlangsungnya proses PCR. Hal ini terjadi karena akumulasi
produk PCR pada tiap siklus amplifikasi. Molekul reporter dengan
fluoresensi meliputi pewarna yang berikatan pada double-stranded
DNA (menggunakan SYBR®Green atau EvaGreen®Reagents )
atau menggunakan probe spesifik sekuens/sequence specific probes
(Molecular Beacons or TaqMan® Probes). Terdapat 2 (dua) metode
kuantifikasi yang umum digunakan antara lain :
(1) Menggunakan zat pewarna fluoresensi yang akan terinterkalasi
dengan DNA rantai ganda (dsDNA) misalnya SyBr Green.
(2) Probe (penanda) yang berasal dari hasil modifikasi DNA
oligonukleotida yang akan berpendar (flourensensi) ketika
terhibridisasi dengan DNA komplemen, misalnya probe FRET
(Hybridisasi) dan probe TaqMan. Dalam setiap pengamatan proses
PCR, sinyal fluoresensi yang dipancarkan akan meningkat secara
proporsional setiap siklus PCR telah berhasil dilakukan sejalan
dengan bertambahnya produk DNA (DNA hasil amplifikasi) yang
dihasilkan.
10
C. PCR meliputi tiga tahap utama:
1. Tahap pertama adalah reverse transcription (RT) atau transkripsi
balik dimana RNA ditranskrip balik menjadi cDNA menggunakan
enzim reverse transcriptase dan primer. Tahap ini sangat penting
dalam kaitannya dengan performa PCR untuk amplifikasi cDNA
dengan bantuan DNA polymerase sebab DNA polymerase hanya
dapat bekerja pada templet yang berupa DNA. Tahapan RT (Reverse
Transcripsion) dapat dilakukan dalam tabung yang sama dengan PCR
(one-step PCR) atau pada tabung yang terpisah (two-step PCR)
menggunakan suhu berkisar 40°C sampai 50°C, tergantung pada
karakteristik reverse transcriptase yang digunakan.
2. Tahap berikutnya adalah denaturasi dsDNA at 95°C, pada tahap ini
dua untai DNA akan terpisah dan primer dapat mengikat pada untai
tersebut jika temperaturnya diturunkan kemudian yang selanjutnya
akan dimulai rantai reaksi baru. Kemudian suhu diturunkan hingga
mencapai suhu anealing yang bervariasi tergantung primer yang
digunakan, konsentrasi, probe dan konsentrasinya jika digunakan, dan
juga konsentrasi kation. Perhatian utama saat memilih temperatur
anealing optimal adalah melting temperatur ™ dari primer dan probe
(jika digunakan). Temperatur annealing dipilih untuk PCR tergantung
langsung pada panjang dan komposisi dari primer tersebut. Hal ini
merupakan hasil dari perbedaan ikatan hidrokarbon antara A-T (2
ikatan) dan G-C (3 ikatan). Temperatur annealing biasanyaberkisar 5
derajat di bawah Tm terendah dari pasangan primer yang digunakan.
3. Tahap akhir adalah Amplifikasi PCR yang merupakan proses dimana
dilakukannya perpanjangan DNA menggunakan Primer yang
memerlukan Taq DNA polymerase yang termostabil, biasanya pada
suhu 72°C, yang merupakan suhu optimal untuk aktivitas enzim
polymerase. Lamanya masa inkubasi tiap temperatur, perubahan suhu
dan jumlah siklus dikontrol secara terprogram menggunakan
programmable thermal cycler. Analaisa produk PCR tergantung pada
kebutuhann PCR. Jika menggunakan PCR konvensional, maka produk
PCR dapat dideteksi dengan agarose gel electrophoresis dan ethidium
bromide (atau dye nukleotida lainnya).
11
BAB III
METODOLOGI KERJA
RealStar®
MERS-CoV RT-PCR Kit 1.0
1. Pipet 15 μl Master Mix ke setiap sumur yang dibutuhkan dari optik
yang sesuai Plat reaksi 96-baik atau tabung reaksi optik yang sesuai.
2. Tambahkan 10 μl sampel (eluat dari ekstraksi asam nukleat) atau 10 µl
dari kontrol (Kontrol Positif atau Negatif).
Pengaturan Reaksi
Master Mix 15 μl
Sampel atau Kontrol 10 μl
Total Volume 25 μl
3. Pastikan bahwa setidaknya satu Kontrol Positif dan satu Kontrol
Negatif digunakan per run.
4. Mencampur sampel dan kontrol secara menyeluruh dengan Master
Mix dengan dipipet naik dan turun.
5. Tutup pelat reaksi 96-baik dengan tutup yang sesuai atau film perekat
optik dan tabung reaksi dengan tutup yang tepat.
6. Centrifuge plat reaksi 96-baik dalam centrifuge dengan rotor piring
mikrotiter selama 30 detik pada sekitar 1000 x g (~ 3000 rpm).
7. Memprogam alat Real-Time PCR dan didapatkan hasil.
Setting
Volum Reaksi 25 μl
12
Tingkat AMP default
Referensi Pasif Tidak ada
I IC JOE™ (None)
nternal Control
P + +/- +
ositive Control
Negative Control - + -
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
dan penyebaran virus. Meskipun pengujian MERS-CoV rRT-PCR terbukti
sensitif dan spesifik,namun ada beberapa keterbatasan. Pertama, hanya dua
spesimen otentik dari pasien dengan infeksi MRS-CoV yang dikonfirmasi
secara independen yang tersedia untuk pengujian. pengujian validasi harus
dibatasi pada penggunaan instrumentasi, reagen, dan prosedur tertentu.
15
tidak diikuti secara ketat. Akses ke berbagai tes rRT-PCR yang menargetkan
berbagai wilayah genom MERS-CoV, dengan beberapa tes disimpan dalam
cadangan untuk konfirmasi hasil tes positif, sangat penting untuk mencegah
salah mengidentifikasi kasus MERS-CoV.
BAB V
PENUTUP
16
MERS-CoV terdeteksi lebih sering dengan viral load yang lebih tinggi pada
spesimen saluran pernapasan bawah daripada spesimen dari saluran
pernapasan bagian atas.
DAFTAR PUSTAKA
Rha B, Rudd J, Feikin D, Watson J, Curns AT, Swerdlow DL, dkk. Update on the
epidemiology of Middle East Respiratory Syndrome Corona-virus (MERS-CoV)
infection, and guidance for the public, clinicians, and public health authorities.
MMWR 2015; 64(3):61-2.
17
(MERS) in the United States. [cited 2015 June 22]. Available from:
http://www.cdc.gov/media/releases/2014/p0502-US-MERS.html.
Van Boheemen S, de Graaf M, Lauber C, Bestebroer TM, Raj VS, Zaki AM,
Osterhaus AD, Haagmans BL, Gorbalenya AE, Snijder EJ, Fouchier RA. 2012.
Genomic characterization of a newly discovered coronavirus associated with acute
respiratory distress syndrome in humans. mBio 3:e00473-12. 10.1128/mBio.00473-
12 [PMC free article] [PubMed] [CrossRef]
18