PENYAKIT TROPIK
Oleh:
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Puji Kurniasih
Prajna Paramita
Frima Rifky Azzahroh
Siti Maryatul Kiptiyah
Mutia Faria Akhsanti
Moch Ardyan Pratama
Vipi Nurpila
25010112120044
25010112120088
25010112130181
25010112140286
25010112140353
25010112130393
25010114140383
dan
tabung
pernapasan). Kebanyakan
pasien
Mers
dari
penyakit
pernapasan,
CDC
merekomendasikan
tindakan
penularan virus Mers-Cov. Selain itu, masyarakat juga perlu menjaga asupan
nutrisi yang seimbang serta menjaga kebersihan tangan.6,7
Mers bisa menyerang siapa saja. Pasien Mers telah berkisar di usia
lebih muda dari 1 sampai 99 tahun. CDC terus memonitor situasi Mers global
dan bekerja dengan mitra untuk lebih memahami risiko virus ini, termasuk
sumber, bagaimana menyebar, dan bagaimana infeksi bisa dicegah. CDC
mengakui potensi Mers-CoV untuk menyebar lebih lanjut dan menyebabkan
lebih banyak kasus secara global di Amerika Serikat Kami telah menyediakan
informasi bagi wisatawan dan bekerja dengan departemen kesehatan, rumah
sakit, dan mitra lainnya untuk mempersiapkan ini.2,8
Sedangkan menurut dr. Ceva W. Pitoyo, staf pengajar Divisi
Pulmonologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI menyatakan bahwa
masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan virus ini. Virus Mers-Cov
bukan jenis virus yang terlalu mudah menular. Itulah mengapa kasusnya
belum ada di Indonesia. Penularan virus tersebut akan semakin tinggi jika
terjadi kontak yang intens dengan sumber virus, misalnya pada anggota
keluarga yang dekat atau perawat yang bertemu setiap hari. Sifat virus ini
berbeda dengan virus SARS yang dapat menular lewat udara.7
B. AGEN UTAMA
Middle East Respiratory Syndrome atau disingkat MERS adalah
penyakit virus pada pernapasan yang disebabkan oleh corona virus yang
disebut MERS-CoV. Virus ini pertama kali dilaporkan mewabah di Arab
Saudi pada tahun 2012. Corona virus adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada orang, corona virus
dapat menyebabkan penyakit mulai dalam tingkat keparahan seperti flu biasa
hingga Sindroma Pernapasan Akut atau SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome). MERS-CoV pertama kali terdeteksi pada bulan April 2012, ini
merupakan virus baru (novel coronaviruses) yang belum pernah terlihat pada
manusia sebelumnya. Pada kebanyakan kasus, virus ini telah menyebabkan
penyakit yang parah, bahkan setengah dari kasus yang tercatat mengalami
kematian. Hingga kemudian, corona virus ini dikenal sebagai Middle East
Respiratory Syndrome Coronaviruses (MERS-Cov). Nama itu diberikan
besar
menjadi
binatang
pembawa,
yang
kemudian
menularkannya pada manusia. Belum diketahui dengan jelas asal mula virus
ini menyebar, namun, beberapa peneliti menduga bahwa penyebaran virus
berasal dari salah satu jenis kelelawar yang banyak ditemukan di kawasan
Timur Tengah. 9
Unta hampir dipastikan menjadi sumber virus korona MERS di Timur
Tengah. Hasil penelitian di negara tersebut menunjukkan kebanyakan unta,
meski tidak semua, terinfeksi jenis virus yang secara genetik hampir identik
dengan virus yang menginfeksi manusia. Penelitian ini dilakukan oleh tim
dari Universitas Columbia, Universitas King Saud, dan EcoHealth Alliance.
Penyakit itu awalnya diyakini telah berpindah dari unta ke manusia, pertama
kali tampaknya menular lewat kontak yang dekat dengan hewan-hewan itu.
Akan tetapi akhir-akhir ini, para petugas kesehatan yang merawat penderita
MERS-CoV juga jatuh sakit akibat virus itu. Kesimpulan dicapai setelah para
peneliti menemukan adanya kecocokan genetik 100% pada virus yang
menginfeksi kelelawar jenis tersebut dengan manusia pertama yang terinfeksi.
Spekulasi lain yang terdapat di kalangan para peneliti menyebutkan bahwa
selain kelelawar, unta juga diduga kuat berkaitan dengan asal mula dan
penyebaran virus Corona, di mana ditemukan antibodi terhadap virus ini
dalam tubuh hewan khas Timur Tengah itu. Mekanisme penyebaran virus
Corona dari hewan ke manusia masih diteliti sampai saat ini, meskipun ada
dugaan bahwa manusia pertama yang terinfeksi mungkin pernah secara tidak
sengaja menghirup debu kotoran kering kelelawar yang terinfeksi. Saat ini,
para peneliti masih menyelidiki kemungkinan hewan lain yang menjadi
mediator penularan virus Corona guna menangani meluasnya penyebaran
penyakit ini, mengingat bahwa jenis virus ini dikatakan lebih mudah menular
antar-manusia dengan dampak yang lebih mematikan dibandingkan SARS. 9
C. EPIDEMIOLOGI
Kejadian atau penularan penyakit menular ditentukan oleh faktorfaktor yang disebut host, agent, dan environment. Demikian
pula
dalam
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya tak jauh berbeda dengan penyakit SARS, dengan indikasi
utama seperti demam, bersin, dan batuk, yang akhirnya berujung pada
kematian akibat beberapa komplikasi serius yang terjadi seperti Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multiorgan, gagal
ginjal, koagulopati konsumtif, dan perikarditis serta pneumonia berat.23
Kebanyakan orang yg terinfeksi MERS-CoV menunjukkan penyakit
pernapasan akut dengan gejala demam, batuk, dan sesak napas. Sekitar
setengah dari mereka meninggal dunia dengan beberapa orang yang
dilaporkan diketahui memiliki riwayat penyakit pernapasan ringan. Beberapa
gejala yang diakibatkan oleh koronavirus MERS adalah demam, batuk, napas
yang pendek-pendek, serta munculnya pneumonia dalam beberapa kasus.
Sebagian besar orang yang terinfeksi MERS-Cov berkembang menjadi
penyakit saluran pernapasan berat dengan gejala gejala demam, batuk, dan
napas pendek. Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal. Sebagian
dari penderita dilaporkan menderita penyakit saluran pernapasan tingkat
sedang. Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa mencakup: demam,
myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan, dan
gejala non-spesifik lainnya.9
Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam
di atas 38 C (100.4 F) dan kemudian terjadi sesak napas. Gejala tersebut
biasanya muncul 210 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga
pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul
antara 23 hari. Sekitar 1020% kasus membutuhkan ventilasi mekanis.
Awalnya tanda fisik tidak begitu terlihat dan mungkin tidak ada. Beberapa
pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian,
tachypnea dan lethargy kelihatan jelas. Namun, tidak semua gejala tersebut
akan terjadi pada setiap orang. Virus ini akan menyerang penderita yang
miliki kekebalan tubuh rendah. Mereka seperti lansia, orang yang mudah
lelah, anak kecil, serta mereka yang sedang dalam perjalanan. Sampai saat
ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan MERS-Cov.
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat
transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. 9
dalam 14 hari.
b. Probable Case
Pasien yang memenuhi criteria SUSPECT CASE tetapi tidak ada
kemungkinan untuk mendapatkan konfirmasi secara laboratorik
disebabkan baik karena pasien atau sampel yang tidak ada maupun
tidak ada tes yang tersedia untuk memeriksa adanya infeksi saluran
pernafasan lainnya
Kontak erat dengan kasus yang sudah terkonfirmasi dengan
laboratorium
setempat.25,26
c. Confirmed Case
Penderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium.25,26
G. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
1. Prinsip pencegahan infeksi dan strategi pengendalian berkaitan dengan
pelayanan kesehatan
a. Pengendalian administrative
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi IPC,
meliputi penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam
mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan
kesehatan. Kegiatan akan efektif biladilakukan mulai dari antisipasi alur
pasien sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana
pelayanan.
Pengendalian administratif dan kebijakan kebijakan yang
diterapkan pada ISPA meliputi pembentukan infrastruktur dan kegiatan
IPC yang berkesinambungan, membangun pengetahuan petugas
kesehatan, mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu,
menyediakan ruang tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan
pasien rawat inap, mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian
perbekalan digunakan dengan benar; prosedur prosedur dan kebijakan
semua aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada surveilans ISPA
diantara petugas petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari
pelayanan medis, dan pemantauan tingkat kepatuhan disertai dengan
mekanisme perbaikan yang diperlukan.
Langkah-langkah penting dalam pengendalian administratif,
meliputi identifikasi dini pasien dengan ISPA / ILI (Influenza like
Illness) baik ringan maupun berat yang diduga terinfeksi MERS-CoV,
diikuti dengan penerapan tindakan pencegahan yang cepat dan tepat,
serta pelaksanaan pengendalian sumber infeksi. Untuk identifikasi awal
semua pasien ISPA digunakan triase klinis. Pasien ISPA yang
rutin
pasien,
penggunaan
APD
harus
masker medis.
c. Kewaspadaan pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
pada
aerosol
tambahan
harus
dilakukan
saat
Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak steril,
gaun
Melakukan prosedur di ruang berventilasi cukup, yaitu disarana
sarana yang dilengkapi ventilasi mekanik,minimal terjadi 6 sampai
12 kali pertukaran udara setiap jam dan setidaknya 60 liter/ detik/
pasien
Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
serta
mengurangi
peluang
ketidakpatuhan
petugas
kesehatan
yang
merawat
pasien.
Mungkin
ruangan atau bilik pasien probabel atau konfirmasi terinfeksiMERSCoV, harus selalu:
Memakai mask medis / bedah.
Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah)
Memakai gaun lengan panjang, dan sarung tangan bersih, tidak
steril, (beberapa prosedur mungkin memerlukan sarung tangan
steril);
Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan sekitarnya dan segera setelah melepas APD.
Jika memungkinkan, gunakan peralatan sekali pakai atau yang
mematuhi
Kewaspadaan
standar
guna
meminimalisir
yang sesuai.
Pastikan bahwa petugas yang membawa/ mengantar spesimen telah
dilatih mengenai prosedur penanganan spesimen yang aman dan
pneumatik.
Bersama dengan form permintaan, tuliskan nama dari tersangka
infeksi secara jelas. Beritahu laboratorium sesegera mungkin bahwa
spesimen sedang diangkut.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai penanganan spesimen di
pengambilan
spesimen
manusia
yang
dicurigai
atau
kontak kontak yang mengalami gejala atau kasus kasus probabel harus
ditempatkan dalam pengamatan medis yang ketat bila diberikan perawatan
di rumah. Pasien dan anggota keluarga harus mendapat kan pengetahuan
tentang higiene perorangan dan dasar dasar langkah pencegahan infeksi
dan pengendalian infeksi serta harus selalu mentaati rekomendasi berikut
ini:
Sedapat mungkin membatasi kontak dengan orang yang sakit. Anggota
keluarga sebaiknya tinggal di ruangan yang berbeda dengan pasien atau
jika tidak memungkinkan jagalah jarak paling tidak 1 meter dari pasien
sesudah
menyiapkan
makanan,
sebelum
makan,
setelah
sarung tangan.
Sarung tangan, tissue, masker dan limbah lain yang berasal pasien atau
perawatan pasien harus dimasukkan dalam kantongan (ditempatkan
dalam kontainer yang ada di kamar pasien) sebelum dibuang ke tempat
sampah.
Hindari bentuk bentuk pajanan lain dengan pasien sakit atau bahan
terkontaminasi dilingkungan pasien sakit. Contoh, hindari penggunaan
bersama alat alat makan dan minum, handuk, waslap dsb. Alat makan
bagian air)
Bersihkan bak mandi dan toilet setiap hari dengan menggunakan