Anda di halaman 1dari 63

 SARS adalah

penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan


oleh virus Corona, dengan sekumpulan gejala
klinis yang berat.
Berpotensi menyebar sangat cepat, berimplikasi
besar terhadap tenaga kesehatan
 Jenis corona virus (CoV) yang menyebabkan
outbreak pada tahun 2003 adalah virus
baru
 SARS CoV : new (group IV) corona virus
 Merupakan “animal virus” yang berubah

sehingga mampu menginfeksi manusia dan


menembus “species barrier”
 Sensitif terhadap pelarut lemak, pengoksidan,

deterjen non ionik dan formaldehide


 Animal reservoir , human carrier
 November 2002:
 Wabah penyakit pernapasan misterius terjadi di Provinsi
Guangdong, China, membuat ratusan sakit parah dan
puluhan orang meninggal dunia.
 21 Februari 2003:
 Seorang dokter dari Guangdong menulari 12 orang di hotel
M Hongkong, penyakit menyebar ke Vietnam, Singapore,
Canada.
 15 Maret:
 Global Alert
 24 Maret:
 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ( CDC)
mengumumkan bahwa strain coronavirus menyebabkan
SARS.
 29 Maret:
 Dr Carlo Urbani, petugas WHO yang menagani kasus-kasus
pada awal kejadian di Hanoi, meninggal karena SARS
 5 Juli 2003 : epidemi berakhir
SARS CoV - infectivity

(MMWR 2003:52 (18): 405-11)


 Selama outbreak s.d 7 Agustus 2003 :
- 8422 kasus probabel, 916 kematian
- CFR : 11% (range : 0-52%)
- Indonesia dari 110 kasus diobservasi (10
provinsi) :
- 7 kasus suspek
- 2 kasus probabel
- tidak ada kematian akibat SARS di Indonesia
 Sebagian besar kasus terjadi pada petugas
kesehatan merawat pasien SARS dan anggota
keluarga dekat dari pasien SARS.
 Mortalitas keseluruhan 15%
mortalitas meningkat dengan peningkatan
usia (> 65 tahun - 50% kematian)
 Kontak membran mukosa dengan
droplet yang infeksius atau pajanan
bahan terkontaminasi
 Sangat efisien kontak erat/dekat
terjadi selama periode gejala respirasi
(+)
 Penularan utama : di RS (tindakan
invasif/aerosolisasi)
 Transmisi faecal-oral (?)
 Transmisi lewat kontak kasual/sosial bila
intens
 Indikasi jelas (konsultasi Dinkes)
 72 jam tidak didapatkan diagnosis alternatif

dan risiko terpajan virus SARS-CoV (+)


 Uji antibodi spesifik (EIA/Elisa), deteksi RNA

virus (PCR), deteksi virus (isolasi)


 Sensitif dan spesifik  tapi hati-hati dampak

dari negatif/positif semu


 Kendala : tidak bisa deteksi awal
 Diagnosis klinis
 Seseorang dengan riwayat :
demam (≥ 38▫C) dan
1 atau lebih gejala penyakit saluran pernapasan
bagian bawah (batuk, sulit bernafas, sesak nafas)
dan
gambaran radiologis menunjukkan infiltrat paru
yang konsisten dengan pneumonia atau ARDS ATAU
pemeriksaan otopsi konsisten dengan patologi
pneumonia atau ARDS tanpa diketahui penyebabnya
dan
tidak ada diagnosis alternatif yang dapat
menjelaskan penyakit tersebut
a) PCR positif terhadap SARS-CoV
- min 2 spesimen klinis (cth: nasofaring+faeces) atau
- 2 assay yang berbeda atau mengulangi PCR
menggunakan ekstrak RNA yang baru dari sampel klinis
yang asli setiap kali melakukan pemeriksaan

b) Serokonversi dengan Elisa atau IFA


- tes antibodi negatif pada keadaan akut diikuti oleh
tes yang positif pada fase konvalesens yang diperiksa
secara paralel ATAU
- peningkatan titer antibodi ≥4x antara fase akut dan
konvalesens yang diperiksa secara paralel
c) Isolasi virus
Isolasi pada biakan SARS Co-V dari setiap
spesimen DAN
konfirmasi PCR menggunakan metode yang
valid
 Demam > 38 C (>24 jam) 100%
 Menggigil 97%
 Otot kaku 55%
 Nyeri otot 81%
 Sakit kepala 84%
 Sakit tenggorokan 23%
 Pusing 61%
 Malaise 100%
 Anoreksia
 Confusion
 Diare
 Batuk non produktif 39%
 Sesak nafas
 Sulit bernafas
 Gagal nafas
Lab :
 Limfositopenia
 Leukosit menurun / normal
 Trombositopenia
 LDH
 Hepatic transaminase
 Foto toraks bisa normal sepanjang perjalanan
penyakit
 Sulit dibedakan dari pneumonia lain
 Diawali “small, unilateral, patchy, peripheral

shadow” meluas, bilateral dalam 1-2 hari


berupa infiltrat intersisial atau konfluens
 CLUE : bila dengan antibiotika terjadi

perburukan  curiga SARS


 Dasar : klinis+risiko terpapar
 Untuk kepentingan terapi dan pengendalian

penularan, tidak menunggu konfirmasi


 Waspadai :

- riwayat perjalanan
- lingkungan pekerjaan
- cluster pneumonia atipik
 SUSPECT CASE 
adalah seseorang setelah 1 Februari 2003 yang
menderita sakit dengan GEJALA :
- DEMAM TINGGI (>38C),
- dengan satu atau lebih gejala gangguan
pernafasan yaitu : batuk, nafas pendek, kesulitan
bernafas,
- dengan satu atau lebih keadaan sebagai berikut :
dalam 10 hari terakhir sebelum sakit mempunyai
riwayat kontak erat dengan seseorang yang
didiagnosis sebagai penderita SARS atau dalam
10 hari terakhir sebelum sakit melakukan
perjalanan ke “affected areas” 
 PROBABLE CASE 
ADALAH SUSPECT CASE DENGAN GAMBARAN FOTO
THORAX MENUNJUKKAN TANDA-TANDA
PNEUMONIA ATAU “RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME” 

 ATAU
◦ SESEORANG YANG MENINGGAL KARENA PENYAKIT
SALURAN PERNAFASAN YANG TIDAK JELAS
PENYEBABNYA DAN PADA PEMERIKSAAN AUTOPSI
DITEMUKAN TANDA PATOLOGIS BERUPA “
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME “ YANG TIDAK
JELAS PENYEBABNYA
 KONTAK ERAT : ADALAH ORANG YANGMERAWAT, TINGGAL
SERUMAH, ATAU BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN
CAIRAN SALURAN PERNAFASAN ATAU JARINGAN TUBUH
PENDERITA SARS

  AFFECTED AREAS: MENURUT WHO (14 April2003) ADALAH


KANADA (TORONTO),SINGAPURA,CINA
(GUANGDONG,SHANXI,BEIJING,HONGKONG,TAIWAN)
DAN VIETNAM (HANOI)
 Dua/lebih petugas kesehatan di suatu unit
kerja menunjukkan gejala sesuai definisi
kasus SARS dalam kurun 10 hari

 Tiga/lebih orang (petugas medis, staf RS,


pengunjung, pasien) di suatu unit kerja
terjangkit infeksi nosokomial dengan gejala
sesuai definisi kasus SARS dalam kurun 10
hari  Universal Precaution & Investigasi
 Suportif, bila perlu intensif
 Antiviral : Ribavirin 8 mg/kgBB IV 3x/hari

selama 5 hari, dilanjutkan oral 1200 mg


3x/hari selama 10-14 hari
 Kasus ringan : Ribavirin oral
 Asumsi : pneumonia atipik  Makrolide
 Perbaikan : kemungkinan non-SARS
 Perburukan : pertimbangkan SARS
 Percepatan perbaikan radiologis (?)
 Pilihan :
 - hidrokortison iv
 - metilprednisolon iv
 - metilprednisolon iv dilanjutkan per oral
 Respons terhadap regimen terapi bervariasi
Definisi :
MERS CoV : Penyakit sindrom
pernapasan yang disebabkan oleh
virus Corona yang menyerang saluran
pernapasan mulai dari ringan sampai
berat
(The Coronavirus Study Group of the International Committee on Taxonomy of
Viruses , May 2012)

Kasus pertama dilaporkan April 2012


di Arab Saudi
Situasi kasus MERS CoV mulai April 2012 – 4 october 2013

Negara Jumlah kasus (meninggal)


Prancis 2 (1)
Itali 1 (0)
Jordania 2 (2)
Qatar 5 (3)
Saudi Arabia 114 (47)
Tunisia 3 (1)
Inggris (UK) 3 (2)
Uni emirat Arab (UAE) 6 (2)
Total 130 (58)
 MERS-CoV pertama kali dilaporkan pada bulan September
2012 di Saudi Arabia
 Sejak Sept 2012 s/d 20 September 2013 jumlah kasus MERS-
CoV yg terkonfirmasi sebanyak 130 kasus dan meninggal 58
orang (CFR 44,6 %).
 9 negara terinfeksi : Perancis, Italia, Jordania, Qatar, Arab
Saudi, Tunisia, Jerman, Inggris dan Uni Emirat Arab
 Semua kasus berhubungan dg negara di Timur Tengah
(Jazirah Arab), baik secara langsung maupun tidak
langsung
 Median usia 50 tahun (range 14 bulan - 94 tahun)
 61 % kasus laki – laki
 Hingga saat ini belum ada laporan kasus di Indonesia.
 Indonesia mengirimkan sekitar 169.000 jemaah haji, tahun
2013 sekiktar 750.000 jamaah Umrah, dan > 1 juta TKI ke
Saudi Arabia setiap tahunnya  ada potensi masuknya
MERS-CoV ke Indonesia
 Virus ini dapat menular antar manusia secara
terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan
antar manusia yang berkelanjutan. Tidak
diketahui secara pasti mekanisme penularan.

 Kemungkinan penularannya dapat melalui :


 Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat
pasien batuk atau bersin.
 Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang
terkontaminasi virus.
 ISPA
 Seperti infeksi pernapasan akut berat (severe
acute respiratory infection/SARI
 Pneumonia
 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
disertai gagal ginjal, perikarditis dan
Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC).
 Pada pasien immunocompromise ditemukan
gejala awal demam dan diare.
Sebelum menentukan pasien suspek MERS CoV dilakukan:
 
 Anamnesis:
 demam suhu > 38 C, batuk dan sesak,
 riwayat bepergian dari negara Timur Tengah 14 hari sebelum
onset
 Pemeriksaan fisik:
 sesuai dengan gambaran pneumonia
 Radiologi:
 Foto toraks dapat ditemukan infiltrat, konsolidasi sampai
gambaran ARDS
 Laboratorium:
 ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab tenggorok dan
sputum
 Kasus dalam penyelidikan/Suspek
 Kasus Probable
 Kasus konfirmasi
A. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) dengan tiga gejala di bawah ini:
 Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
 Batuk,
 Pneumonia, ARDS berdasarkan gejala klinis atau gambaran radiologis
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan system
kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan
tanda tidak jelas. 
 DAN salah satu dari kriteria berikut :
 Adanya klaster penyakit yang sama dalam periode 14 hari, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali
ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
 Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah
merawat pasien ISPA berat (SARI / Severe Acute Respiratory Infection) ,
terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali
ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
 Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara
terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan
etiologi/penyebab penyakit lain. Adanya perburukan perjalanan klinis
yang mendadak meskipun dengan pengobatan yang tepat, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali
ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
B. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan
ke Timur Tengah atau negara terjangkit dalam
waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA
(Pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh
kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas)
C. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut
dengan berbagai tingkat keparahan (ringan –
berat) yang dalam waktu 14 hari sebelum
mulai sakit, memiliki riwayat kontak erat
dengan kasus konfirmasi atau kasus probable
infeksi MERS-CoV yang sedang sakit

Tidak perlu menunggu hasil tes untuk patogen


lain sebelum pengujian untuk MERS CoV.
Definisi dengan menggunakan kriteria klinis,
epidemiologis, dan laboratoris:
 Seseorang dengan pneumonia atau ARDS

dengan bukti klinis, radiologis atau


histopatologis
DAN
 Tidak tersedia pemeriksaan untuk MERS-CoV atau hasil
laboratoriumnya negative pada satu kali pemeriksaan
spesimen yang tidak adekuat.
 DAN
 Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus
konfirmasi MERS Co-V.
 Seseorang dengan pneumonia atau
ARDS dengan bukti klinis, radiologis
atau histopatologis
DAN
 Hasil pemeriksaan laboratorium inkonklusif
(pemeriksaan skrining hasilnya positif tanpa
konfirmasi biomolekular).
DAN
 Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan
kasus konfirmasi MERS Co-V.
Seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan
konfirmasi laboratorium ( PCR)
Infeksi Pernapasan akut (ISPA) 
 Demam > 38 C sakit tenggorokan, batuk, sesak/napas
cepat
 Kriteria napas cepat pada anak :
 Usia < 2 bulan : 60 x/menit atau lebih
 Usia 2-<12 bulan : 50x/menit atau lebih
 Usia 1 - <5 tahun : 40 x/menit atau lebih

Pneumonia berat
  Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk,
frekuensi pernapasan > 30 kali/ menit, gangguan
pernapasan berat, saturasi oksigen (SpO2) <90%
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
 Onset: akut dalam waktu 1 minggu dari timbulnya
gejala klinis atau perburukan gejala respirasi, atau
timbul gejala baru

 Gambaran radiologis (misalnya foto toraks atau CT


scan): opasitas bilateral, yang belum dapat
dibedakan apakah karena efusi, kolaps paru /
kolaps lobar atau nodul.

 Edema paru: kegagalan pernafasan yang belum


diketahui penyebabnya, apakah karena gagal
jantung atau overload cairan
Tingkat hipoksemia:
 ARDS ringan : 200 mm Hg
<PaO2/FiO2 ≤ 300 mm Hg
dengan PEEP atau CPAP≥ 5 cm
H2O;
 ARDS sedang : 100 mm Hg
<PaO2/FiO2 ≤ 200 mm Hg
dengan PEEP ≥ 5 cm H2O
 ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100
mm Hg dengan PEEP ≥ 5 cm H2O
 
Ketika PaO2 tidak tersedia,
rasio SpO2/FiO2 ≤ 315
menunjukkan ARDS.
 
 Sepsis
 Terbukti Infeksi atau diduga infeksi, dengan dua atau lebih
kondisi berikut:
 suhu> 38 ° C atau <36 ° C,
 HR> 90/min, RR> 20/min atau
 Pa CO2 <32 mm Hg,
 sel darah putih > 12 000 atau <4000/mm3 atau > 10% bentuk imatur
Sepsis berat
 Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi (asidosis laktat)
atau hipotensi.
 Disfungsi organ meliputi: oliguria, cedera ginjal akut, hipoksemia,
transaminitis, koagulopati, trombositopenia, perubahan kesadaran, ileus
atau hiperbilirubinemia.
Syok septik 
 Sepsis yang disertai hipotensi (Sistole <90 mm Hg)
meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan adekuat dan
terdapat tanda hipoperfusi.
Bahan pemeriksaan : 
 Spesimen dari saluran napas atas (hidung,
nasofaring dan/atau swab tenggorokan)
 Spesimen saluran napas bagian bawah
(sputum, aspirat endotracheal, kurasan
bronkoalveolar)
Tempat pemeriksaan :
Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta
Ambil spesimen serial dari beberapa tempat
dalam waktu beberapa hari (setiap 2-3 hari)
untuk melihat Viral shedding
Jenis pemeriksaan:
1. Kultur mikroorganisme sputum dan darah

2. Pemeriksaan virus influenza A dan B, virus influenza


A subtipe H1, H3, dan H5 (di negara-negara dengan
virus H5N1 ditemukan pada unggas), RSV, virus
parainfluenza, rhinoviruses, adenonviruses,
metapneumoviruses manusia, dan corona virus baru

 Pemeriksaan spesimen coronavirus baru


dilakukan dengan menggunakan reverse
transcriptase polymerase chain reaction (RT-
PCR)
Dilakukan juga:
 pemeriksaan darah untuk menilai viremia,
 swab konjungtiva jika terdapat konjungtivitis,
 urin
 tinja
 cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan

Data selama ini menunjukkan bahwa


spesimen saluran napas bawah cenderung
lebih positif daripada spesimen saluran
napas atas.
Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI
 Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda
depresi napas berat, hipoksemia ( SpO2 <90%) atau
syok.
 Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi
sampai SpO2 ≥ 90% pada orang dewasa yang tidak
hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil.
 Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker
harus tersedia di semua tempat yang merawat pasien
ISPA berat/SARI .

JANGAN membatasi oksigen dengan alasan ventilatory


drive terganggu.
Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia
Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga
terinfeksi MERS CoV, dapat diberikan antibiotik secara
empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis,
kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan.
Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien
ISPA berat/SARI tanpa syok
Pada pasien ISPA berat/SARI harus hati-hati dalam
pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan secara
agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama dalam
situasi terdapat keterbatasan ventilasi mekanis.
 Jangan memberikan kortikosteroid
sistemik dosis tinggi atau terapi
tambahan lainnya untuk pneumonitis
virus diluar konteks uji klinis

 Pemantauan secara ketat pasien dengan


ISPA berat/SARI bila terdapat tanda-
tanda perburukan klinis, seperti gagal
nafas, hipoperfusi jaringan, syok dan
memerlukan perawatan intensif (ICU)
 Belum ada vaksin yang tersedia.
 Pengobatan yang bersifat spesifik belum ada, dan
pengobatan yang dilakukan tergantung dari kondisi
pasien.
 Pencegahan dengan PHBS, menghindari kontak erat
dengan penderita, menggunakan masker, menjaga
kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan
dengan sabun dan menerapkan etika batuk ketika
sakit.
 Penerapan kewaspadaan standard,
kewaspadaan droplet
kewaspadaan airborne


 Pencegahan transmisi droplet.
 Pencegahan standar pada setiap pasien yang diketahui atau
dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien
dengan dicurigai, probable atau terkonfirmasi MERS-CoV
dimulai dari triase pada pasien dengan gejala infeksi
pernapasan akut yang disertai demam.
 Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur
minimal 1 meter antara setiap pasien yang tidak
menggunakan APD.
 Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.
 Terapkan etika batuk.
 Pencegahan airborne digunakan untuk prosedur yang
menimbulkan penularan aerosol (intubasi trakea,
pemasangan ventilasi non-invasif, tracheostomi dan bantuan
ventilasi dengan ambu bag sebelum intubasi)
 Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung
diri (APD) untuk menghindari kontak langsung
dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk
sekret pernapasan) dan kulit lecet atau luka.
 Kontak dekat dengan pasien yang mengalami gejala
pernapasan (misalnya batuk atau bersin) pada saat
memberikan pelayanan, gunakan pelindung mata
karena semprotan sekresi dapat mengenai mata.
 pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam,
 pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan
disinfeksi peralatan serta pembersihan lingkungan
 Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius
1 meter dari pasien.
 Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau
berkelompok dengan diagnosis penyebab
penyakit yang sama.
 Jika diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin
diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis
klinis yang sama dan berbasis faktor risiko
epidemiologi yang sama dengan pemisahan
minimal 1 meter.
 Batasi gerakan pasien dan pastikan bahwa pasien
memakai masker medis saat berada di luar
kamar.
 Pastikan bahwa petugas kesehatan
menggunakan APD (sarung tangan, baju
lengan panjang, pelindung mata, dan
respirator partikulat (N95 atau yang setara))
ketika melakukan prosedur tindakan yang
dapat menimbulkan aerosol.
 Bila mungkin, gunakan satu kamar

berventilasi adekuat ketika melakukan


prosedur yang menimbulkan aerosol.
 Dari data kasus konfirmasi yang dilaporkan ke
WHO terdapat penularan pada petugas
kesehatan yang merawat kasus MERS CoV,
petugas kesehatan merupakan salah satu
orang yang rentan terhadap penularan
MERS CoV.
 Diperlukan pengawasan petugas kesehatan
yang merawat pasien suspek MERS CoV
apabila mengalami gejala dalam kurun
waktu 14 hari setelah merawat pasien MERS
CoV agar diperlakukan seperti suspek MERS
CoV
Antisipasi Tindakan
Dampak
Mengurangi •Protokol penyapihan meliputi
hari penilaian harian kesiapan
penggunaan bernapas spontan
ventilasi •Protokol Sedasi untuk titrasi
mekanis pemberian obat penenang pada
invasif (IMV) target tertentu, dengan atau
tanpa interupsi harian infus obat
penenang
Antisipasi Tindakan
Dampak
Mengurangi •Intubasi oral adalah lebih baik daripada intubasi
nasal
kejadian
•Lakukan perawatan antiseptik oral secara teratur
ventilator-
•Jaga pasien dalam posisi semi-telentang
associated •Gunakan sistem penyedotan tertutup, kuras dan
pneumonia buang kondensat dalam pipa secara periodik
•Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap
pasien, ganti sirkuit jika kotor atau rusak
•Ganti alat heat moisture exchanger jika tidak
berfungsi, ketika kotor atau setiap 5-7 hari
•kurangi hari IMV
Antisipasi Tindakan
Dampak
Mengurangi Gunakan obat profilaksis (heparin 5000
kejadian unit subkutan dua kali sehari) pada pasien
tromboemboli tanpa kontraindikasi.
vena Pasien dengan kontraindikasi, gunakan
perangkat profilaksis mekanik seperti
Mengurangi Gunakan
intermitenchecklist
pneumaticsederhana selama
compression device .
kejadian infeksi pemasangan kateter IV sebagai pengingat
terkait kateter dari setiap langkah yang diperlukan untuk
aliran darah pemasangan yang steril dan pengingat
harian untuk melepas kateter jika tidak
diperlukan
Antisipasi Tindakan
Dampak

Mengurangi Rubah posisi pasien setiap dua


kejadian ulkus jam
karena tekanan
Mengurangi Berikan nutrisi enteral dini
kejadian stres ulcer (dalam waktu 24-48 jam
dan pendarahan pertama), berikan histamin-2
lambung receptor blocker atau proton-
Mengurangi pump inhibitors
Mobilisasi dini
kejadian
kelemahan terkait
ICU
 Penerapan kewaspadaan standard,
kewaspadaan droplet
kewaspadaan airborne


 Langkah-langkah penanganan pasien dengan severe
acute respiratory infections (SARI) yang dicurigai MERS:

1. Pencegahan dan kontrol infeksi


2. Pemberian oksigen
3. Pengambilan sampel sebelum pemberian antibiotik
4. Pemberian antibiotika segera yang sesuai untuk
community-acquired pathogens
5. Pemberian cairan intravena
6. Jangan memberikan steroid pada pasien dengan SARI
7. Pengawasan yang ketat

Anda mungkin juga menyukai