Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Covid-19

COVID19 atau Corona Virus Disease 2019 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus corona jenis baru. Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar
virus yang dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari yang ringan hingga
yang parah. Dari segi gejala, keluarga virus ini umumnya menyerang sistem
pernapasan manusia. Setidaknya ada dua jenis virus corona yang juga menyerang
masyarakat Indonesia dan tingkat penyebarannya cukup tinggi, yakni East
Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus (SARS-CoV). Dan baru-baru ini ada coronavirus baru
yang disebut penyakit COVID19. Menurut WHO (2020) berdasarkan panduan
Surveilans Global, definisi COVID19 dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian
yakni: (1) kasus terduga atau suspect case, (2) kasus probable atau probable case,
dan (3) kasus terkonfirmasi atau pasien yang sudah terbukti positif melalui tes
laboratorium. Sementara di Indonesia definisi klasifikasi kasus COVID19 ini
dibedakan menjadi: (1) pasien dalam pengawasan atau PdP, (2) orang dalam
pemantauan atau OdP, dan (3) orang tanpa gejala atau OTG (Kemenkes RI,
2020).8
2.1.1 Definisi Covid-19

Coronavirus disease 2019 (COVID19) adalah jenis penyakit baru yang


belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-
19 disebut SarsCoV2. Virus corona bersifat zoonosis (menular antara hewan dan
manusia). Penelitian mengatakan bahwa SARS ditularkan dari musang ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Sementara itu, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 masih belum diketahui (Kemenkes, 2020).8 Tanda
dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala penyakit saluran
pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata
adalah 5-6 hari, dengan masa inkubasi terlama adalah 14 hari. Dalam kasus
COVID-19 yang parah, dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda dan gejala klinis yang dilaporkan
pada sebagian besar kasus adalah demam, sesak napas pada beberapa kasus, dan
radiografi menunjukkan infiltrat pneumonia yang luas di kedua paru (Kemenkes,
2020).8

2.1.2 Etiologi Covid-19

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus
ini terutama menginfeksi hewan, termasuk kelelawar dan unta. Virus corona yang
menyebabkan COVID-19 termasuk dalam genus Betacoronavirus. Hasil analisis
filogenetik menunjukkan bahwa virus ini termasuk dalam subgenus yang sama
dengan virus corona penyebab wabah Penyakit Pernafasan Akut Parah (SARS),
yang disebut Sarbecovirus, pada 2002-2004. Atas dasar ini, Komite Internasional
untuk Taksonomi Virus mengusulkan nama SARSCoV2.. .(Susilo et al. 2020)9
2.1.3 Patofisiologi Covid-19

Virus dapat melewati selaput lendir, terutama lapisan hidung dan laring,
dan kemudian melakukan perjalanan melalui saluran udara ke paru-paru. Virus ini
juga menyerang organ target yang mengekspresikan enzim pengubah angiotensin
2 (ACE2), seperti paru-paru, jantung, sistem ginjal, dan saluran pencernaan.
Protein S pada SARSCoV2 memfasilitasi masuknya virus corona ke dalam sel
target. Masuknya virus tergantung pada kemampuan virus untuk mengikat
angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), reseptor membran ekstraseluler yang
diekspresikan pada sel epitel, dan tergantung pada priming protein S ke protease
seluler, yaitu protease transmembran serin 2 (TMPRSS2).(Nur Indah Fritriani
2020)10
2.1.4 Manifestasi Klinis Covid-19

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gejala umum yang


akan dialami oleh mereka yang terkena COVID-19 adalah demam dengan suhu
tubuh di atas 38 derajat Celcius, gejala batuk, sesak napas parah yang memerlukan
perawatan intensif di rumah sakit. Namun, setiap gejala yang muncul berbeda
untuk setiap pasien. Selain itu, dalam beberapa kasus gejala dapat diperburuk jika
pasien adalah orang tua dan memiliki riwayat penyakit penyerta lain atau
komplikasi penyakit lain, misalnya penyakit paru obstruktif kronik, diabetes,
kolesterol tinggi, penyakit jantung. Penyebaran virus corona ini juga dengan cepat
menyerang seseorang yang memiliki daya tahan tubuh lemah.
1. Anamnnesis
Pasien mungkin mengalami gejala infeksi saluran pernapasan ringan hingga
berat, seperti demam, batuk atau sesak napas, atau bahkan sesak napas. Bepergian
ke dan/atau dari Wuhan/China dalam 14 hari terakhir atau melakukan kontak
dekat dengan pasien COVID-19 atau mengunjungi tempat yang diketahui
merawat pasien COVID19 atau melakukan kontak dengan hewan/produk hewani
seperti unggas, mamalia, ular, dan mamalia lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran pasien pada tahap awal biasanya dalam keadaan tenang,
penurunan kesadaran biasanya terjadi pada pasien COVID-19 yang parah. Tanda-
tanda vital pasien umumnya peningkatan denyut nadi, respirasi, dan suhu.
Tekanan darah bisa dalam batas normal atau lebih rendah. Pemeriksaan fisik dada
menunjukkan retraksi otot-otot pernapasan, peningkatan sensasi, kusam di daerah
konsolidasi, suara napas bronkovesikular atau bronkial, atau suara crunch yang
keras.
2.1.5 Diagnostik Covid-19

1. Kimia darah : Darah perifer lengkap, analisa gas darah, faal hepar, faal
ginjal, gulas darah sewaktu, elektrolit, faal hemostasis.
2. Radiologi : Foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks bisa didapati
gambaran pneumonia.
3. Mikrobiologi : Swab saluran napas atas, aspirat saluran napas bawah
(sputum, kurasan bronkoalveolar) untuk RT-PCR virus.
4. Biakan mikroorganisme dan uji sensitivitas dari spesimen saluran napas, dan
darah.

2.1.6 Penatalaksanaan Covid-19


Sampai saat ini tidak ada pengobatan spesifik anti-COVID-19 untuk
pasien dalam pengawasan ataupun konfirmasi COVID-19.
Implementasi Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) merupakan bagian penting dari
manajemen klinis pasien dan harus dimulai ketika pasien dirawat di rumah sakit
(instalasi gawat darurat, IGD).
Standar pencegahan PPI terdiri atas :
a. Kebersihan tangan (hand hygiene) :dengan prinsip ‘6 Langkah
5 Momen’ sesuai panduan WHO.
b. Alat pelindung diri (APD) :mulai dari masker
(surgical atau N95), sarung tangan karet, kacamata pelindung (googles),
hingga pakaian/jubah pelindung infeksi sekali pakai.
c. Pencegahan tertusuk jarum atau benda tajam :terutama pada staff
kesehatan dan pasien,
d. Pembersihan/perawatan lingkungan rumah sakit : untuk memastikan kondisi
selalu bersih terutama pada ruangan yang digunakan untuk penangan pasien
infeksius.
e. Pencucian dan disenfektan peralatan medis :sebagain sarana
pencegahan berpindahnya patogen dari alat kesehatan yang sudah digunakan.
f. Manajemen pembuangan limbah medis :sampah medis infeksius
dibuang pada tempat sampah berwarna kuning dan diberi label ‘limbah
infeksius’, sementara sampah biasa (non-infeksius) dibuang pada tempat
sampah dengan warna gelap dan diberi label ‘sampah non-infeksius’.
Implementasi PPI di ruangan:
a. Triase :masker medis untuk pasien suspek
infeksius, adanya ruang isolasi, praktek kebersihan tangan.
b. Pencegahan transmisi droplet :masker medis untuk petugas kesehatan,
ruang khusus untuk pasien dengan kemungkinan etiologi atau diagnosis klinis
yang sama, pelindung mata, hingga pembatasan aktivitas bagi pasien untuk
tidak keluar dari ruang.
c. Pencegahan kontak :kebersihan tangan, menggunakan APD
lengkap dan segera dilepas setelah selesai di luar ruangan, penggunaan alat
sekali pakai jika memungkinkan, hindari kontak dengan daerah yang tidak
secara langsung terkait pasien seperti gagang pintu, ventilasi ruangan yang
adekuat, dan hindari mobilisasi pasien oleh petugas.
d. Pencegahan airborne pada alat prosedur saluran napas (suction, intubasi,
bronkoskopi, RJP) :gunakan ruangan tunggal bertekanan negatif, penggunaan
APD lengkap mulai dari masker N95, sarung tangan, pakaian pelindung,
kacamata pelindung.
2.1.7 Klasifikasi Covid-19

Dibagi menjadi OTG, ODP, PDP dan Kasus Terkonfirmasi.


a. Kasus Terkonfirmasi adalah pasien terinfeksi COVID-19 dengan hasil tes
positif melalui pemeriksaan PCR.
b. Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam
ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus PDP atau
konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari
setelah kasus timbul gejala.
2.1.8 Pencegahan Covid-19

WHO merekomendasikan untuk melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari:


a. Cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun & air.
b. Menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk/bersin.
c. Rekomendasi jarak minimal satu meter.
d. Melakukan etika batuk atau bersin.
e. Berobat jika ada keluhan yang sesuai kategori suspek.
f. Pasien rawat inap dengan kecurigaan COVID-19 juga harus diberi jarak
minimal satu meter dari pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan
etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci tangan.
2.2 Konsep Pasien

Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis, kata
pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris,
patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti
dengan kata kerja pati yang artinya "menderita", orangsakit (yang dirawat dokter),
penderita (sakit).11 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang
yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter.

2.2.1 Definisi Pasien

Beberapa pengertian pasien menurut para ahli, yaitu:

1. Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya


menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti
pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan yang dikemukakan oleh
Prabowo (dalam Wilhamda, 2011) . 
2. Sedangkan (Aditama, 2002) berpendapat bahwa pasien adalah mereka yang
diobati dirumah sakit. 
3. Menurut (Soejadi, 1996) pasien adalah individu terpenting dirumah sakit.

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pasien
adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan
pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang
ditetapkan oleh tenaga kesehatan atau para medis yang di obati dirumah sakit.

2.2.2 Jenis Pasien

Menurut DepKes RI Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam


Medis Rumah Sakit di Indonesia Revisi II (2006; 33-34), pasien di rumah sakit
dapat dikategorikan sebagai pasien rawat jalan (pasien poliklinik dan pasien gawat
darurat) dan pasien rawat inap.

Dilihat dari segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah sakit dapat
dibedakan menjadi:

1. Pasien yang dapat menunggu


a. Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian
b. Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat.
2. Pasien yang segera ditolong (pasien gawat darurat)
Sedangkan menurut jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi:

3. Pasien baru
Adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit untuk
keperluan mendapatkan pelayanan kedokteran.

4. Pasien lama
Adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan
mendapatkan pelayanan kesehatan. Kedatangan pasien ke rumah sakit dapat
terjadi karena:Dikirim oleh dokter praktek di luar rumah sakit.

1. Dikirim oleh rumah sakit lain, puskesmas, atau jenis pelayanan kesehatan
lainnya.
2. Datang atas kemauan sendiri
2.2.3 Hak Pasien

Menurut (UU no.44 Tahun 2009: UU tentang Rumah Sakit pasal 31 dan
32 ) Setiap pasien mempunyai hak :11

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di


Rumah Sakit.
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standart profesi
dan standart prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik ( SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit.
i. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk data –
data medisnya.
j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaannya yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
Rumah Sakit.
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya.
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
q. Menggugat atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart baik secara perdata
ataupun pidana, dan
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan.

Menurut UU RI No.38 Tahun 2014 dalam praktik keperawatan, pasien berhak :12
a. Mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
Keperawatan yang akan dilakukan.
b. Meminta pendapat Perawat lain atau tenaga kesehatan lainnya.
c. Mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, dtandar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang – undangan.
d. Memeberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperwatan yang akan
diterimanya.
e. Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya. Pengungkapan
rahasia kesehatan klien dilakukan atas dasar : Kepentingan kesehatan klien,
pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegak
hukum, persetujuan klien sendiri , kepentingan pendidikan dan penelitian, dan
ketentuan Peraturan Perundang – undangan.
2.2.4 Kewajiban Pasien

Menurut (UU no.44 Tahun 2009: UU tentang Rumah Sakit dengan


kewajiban pasien yakni setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah
Sakit atas pelayanan yang diterimanya selain itu ketentuan lebih lanjut mengenai
kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Mentri.

Menurut (UU no. 29 Tahun 2004 : UU tentang Praktik Kedokteran),


pasien dalam menerima pelayanan mempunyai kewajiban :

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.


b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku sarana pelayanan kesehatan.
d. Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima.

Menurut UU RI No.38 Tahun 2014 dalam praktik keperawatan, pasien


berkewajiban:

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang


masalah kesehatannya.
b. Memetuhi nasehat dan petunjuk perawat.
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki


kewajiban menerima pelayanan pada praktik kedokteran yaitu memberikan
informasi, mematuhi nasihat, mematuhi ketentuan, dan memberikan imbalan atas
pelayanan yang diterima, memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur
tentang masalah kesehatannya, mematuhi nasehat dan petunjuk perawat,
mematuhi ketentuan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan, memberikan
imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

2.3 Konsep Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan ialah suatu bentuk koordinasi dan integrasi


sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan juga obyektifitas asuhan keperawatan serta pelayanan
keperawatan.
Selain itu, pengelola keperawatan juga dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan juga pengawasan
dalam mencapai suatu tujuan.
Tidak hanya itu, Pengelola juru rawat juga memahami serta memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.

2.3.1 Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi


sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2000).13 Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan.14

Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,


pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan
Huston, 2010).15 Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
adalah kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha
keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana
perawat manajer menjalankan profesi mereka. 16

Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat


pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan
bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan
dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah
pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga
tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan),
manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen
bawah (kepala ruang perawatan). 17

Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh manajer


keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya. Manajemen keperawatan adalah
proses kerja setiap perawat untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan
terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah merencanakan, mengatur,
mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya
manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien
(Gillies, 2000).18

2.3.2 Prinsip Manajemen Keperawatan

Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan


untuk memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2000) menyatakan
bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:

a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan

b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif

c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan

d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer


perawat

e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial

2.3.3 Fungsi Manajemen Keperawatan

Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk


menyikapi posisi masing masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). 19

Fungsi manajemen pertama sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925)


yaitu perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan pengendalian. Luther
Gulick (1937) memperluas fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), personalia (staffing), pengarahan
(directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan
pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi POSDCORB. 19,20

Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses


manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). 21

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi yang mendasar dari manajemen keperawatan.


Perencanaan ialah kondisi dan integrasi sumber daya dalam keperawatan dengan
menerapkan suatu tahap manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan
tujuan layanan keperawatan. Artinya dalam perencanaan keperawatan ini
membantu untuk menjamin bahwa pasien akan menerima pelayanan keperawatan
yang mereka inginkan. Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan menurut
Suarli dan Bahtiar (2009), yaitu:22

1. Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecenderungan masa


depan (peluang dan tantangan)
2. Menetapkan tujuan (estabilishing objektive), menyusun acara yang urutan
kegiatannya menurut skala prioritas
3. Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya
menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat
4. Menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan sumber yang
tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu dengan tepat
5. Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang paling tepat

Pengorganisasian dilakukan setelah langkah perencanaan.


Pengorganisasian menjadi langkah selanjutnya dalam menetapkan tugas dan
wewenang serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam
rangka mencapai tujuan. Perawat harus memiliki lebih banyak pengawasan untuk
menghindari terjadinya kesalahan. Kepala ruangan harus lebih banyak
mengkoordinasikan staf atau perawatnya

Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan pelayanan dan


asuhan keperawatan di ruang rawat inap (Swanburg, 2000) meliputi :

a. Struktur organisasi

Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur, bentuk dan bagan.
Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi
ruang rawat inap untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf
atasan baik vertikal maupun horizontal. Juga dapat dilihat posisi tiap bagian,
wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk organisasi
disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.

b. Pengelompokam kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus


diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan
spesifikasi tertentu. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk memudahkan
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang
mereka miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan klien. Ini yang disebut dengan
metoda penugasan keperawatan. Metoda penugasan tersebut antara lain : metode

fungsional, metode alokasi klien/keperawatan total, metode tim keperawatan,


metode keperawatan primer, dan metode moduler.

c. Koordinasi kegiatan

Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama


yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana
kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua tim
atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan di ruang rawat inap.

d. Evaluasi kegiatan

Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah


pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang berkewajiban untuk memberi
arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan
uraian tugas dengan jelas untuk masing-masing staf dan standar penampilan kerja.

e. Kelompok kerja

Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan
dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan
keterikatan dalam kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai
tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan.

d. Ketenagaan

Ketenagaan artinya pengatur staf dan penjadwalan yang merupakan komponen


utama dalam mengelola keperawatan. Manager harus merencakan ketenagaan
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya tersebut harus
dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada
fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Berdasarkan pada filosofi para kepala
ruangan dalam hal mengembangkan fungsi ketenagaan menurut Gillies (2000)
adalah sebagai berikut:

1. Memberikan seorang staf perawat yang professional secara keseluruhan dalam


ruangan
2. Memberikan staf yang tepat dengan perbandingan perawat 1:1 dengan pasien
untuk setiap jam kerja
3. Tenaga kesehatan lain dengan perbandingan 2:1 dengan pasien setiap ruangan
4. Melibatkan seluruh staf perawat dalam menyusun program ketenagaan
5. Membagi tenaga perawat secara merata dalam hal jadwal libur, jam
kerja,waktu putaran, waktu istirahat.
2. Pengarahan

Pengarahan ialah langkah kerja seorang manajer, dimana manajer berusaha


memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama dan
bernegosiasi. Pada pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan para
juru rawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan
keperawatan. Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012),
yaitu:23

a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari
keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
dibangun antara manajer dan staf
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak
terpisahkan dalam organisasi
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
d. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat,
lengkap dan cepat.
e. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima

(Swanburg, 2000).

3. Pengendalian

Tahap pengendalian merupakan fungsi yang terus menerus berjalan dari


manajemen yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan. Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang
telah ditentukan dan tindakan yang diambil untuk mengoreksi ketidak cocokkan
antar standar dan kinerja. Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala
ruangan menurut depkes (1994), adalah sebagai berikut:24

1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:


a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
c. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang
akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan,
mingguan, harian).
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau
tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama
dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
b. Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan
tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk
berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah)
mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta
obat – obatan secara efektif dan efisien.
c. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta

mencatat kegiatan lain di ruang rawat.

2.3.4 Proses Manajemen Keperawatan

Pada proses manajemen dalam keperawatan biasanya disesuaikan dengan


pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan
dan berinteraksi dan juga dipengaruhi oleh lingkungan. Sebab hal tersebut
merupakan suatu sistem dan terdiri dari lima elemen yakni input, proses, output,
kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari suatu proses mengelola
keperawatan antara lain informasi, personil, peralatan dan fasilitas.
Proses manajemen dalam keperawatan adalah suatu grup atau kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana
yang memiliki tugas serta wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan juga pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Sedangkan outputnya sebagai asuhan keperawatan, pengembangan
riset dan staf.

2.3.5 Lingkup Manajemen Keperawatan

Manajer keperawatan yang efektif selayaknya bisa memahami serta


memfasilitasi tugas perawat pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer
keperawatan mengelola kegiatan terkait keperawatan meliputi sebagai berikut :24

a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.


b. Mengetahui suatu intervensi juru rawat yang dilakukan dengan dasar
diagnosa.
c. Menerima akuntabilitas suatu kegiatan kepengasuhan yang dilaksanakan oleh
perawat .
d. Menerima akuntabilitas hasil-hasil kegiatan juru rawat.
e. Dapat mengendalikan lingkungan praktek pengasuhan.

Menurut Suyanto, 2008 keperawatan ini terdiri atas :

1. Mengelola Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan manajerial, yaitu sebagai berikut:

a. Mangelola puncak (kepala bidang keperawatan).

b. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor).

c. Manajemen bawah (kepala ruang perawatan).

2. Mengelola Asuhan Keperawatan

Mengelola asuhan keperawatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan


proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan suatu konsep – konsep
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
atau evaluasi.

Jadi, dalam manajemen keperawatan nilai profesional diperlukan dalam


mengimplementasikan praktek keperawatan profesional, memahami dan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau kajian literatur


(literature review), yaitu serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data. Pustaka.fokus penelitian kepustakaan ini adalah menemukan
berbagai teori tentang topik penelitian yang digunakan untuk menganalisis dan
menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif, yaitu
penguraian secara teratur data yang telah di peroleh, kemudian diberikan
pemahaman dan penjelasan.

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung. Data
tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang tealah dilakukan oleh peneliti -
peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa buku dan laporan
ilmiah yang terdapat didalam artikel atau jurnal yang berkaitan dengan topik
penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah studi pustaka, metode dengan melakukan


penelusuran menggunakan data base penelitian keperawatan atau kesehatan di
Google Schoolar, dicari berdasarkan kata kunci tiap variabel yang dipilih yaitu
implementasi,manajemen keperawatan,covid19. Pencarian berbatas dalam kurun
waktu tertentu yaitu dalam kurun waktu 5 tahun (2015-2020).

3.4 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian pada penelitian literatur review adalah melakukan
komplikasi beberapa penelitian, setelah itu menganalisis, dan menyimpulkan
sehingga mendapatkan kesimpulan mengenai studi literatur.
DAFTAR PUSTAKA

8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19. Jakarta: Kemenkes RI
9. Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen,
L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F.,
Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
10. Li T. Diagnosis and clinical management of severe acute respiratory
syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) infection: an operational
recommendation of Peking Union Medical College Hospital (V2.0): Working
Group of 2019 Novel Coronavirus, Peking Union Medical Colle. Emerg
Microbes Infect. 2020;9(1):582–5.
11. Lt Col Renee I. Matos and Col Kevin K Chung. Clinical Management of
COVID -19. 2020;50.
12. Nursalam, (2012). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jilid I. Jakarta : Salemba Medika.
13. Fiscbach, Documentating Care : Commu- nication, The Nursing Process and
Documentation Standards, F A Da- vis Company, Philadelphia, 1991
14. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Jakarta: Salemba Medika
15. H
16. Lk
17. K
18. J
19. H
20. H
21. H
22. H
23. H
24. h

Anda mungkin juga menyukai