Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MAKALAH COVID 19

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat


Dosen Pengampu : Ns. Tengku Isni Yuli Lestari Putri, M.Kep

Oleh :
UMIATUN
UTARI WIJAYANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYIRAH


PROGRAM STUDI S1 KEPERWATAN
PEKANBARU
2022
A. PENGERTIAN

Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2


(SARSCoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena
infeksi virus ini disebut Covid 19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan
ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru- paru yang berat, hingga kematian.
Severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS- CoV-2) yang lebih
dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari corona virus yang menular
ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang
dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui(Handayani, 2020). Corona virus
adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan(Kemenkes, 2020).

B. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien Covid19, diantaranya yaitu
demam, batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala (Lapostolle dkk,
2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk (2020), gejala klinis
yang paling sering terjadi pada pasien Covid19 yaitu demam (98%), batuk (76%),
dan myalgia atau kelemahan (44%). Gejala lain yang terdapat pada pasien, namun
tidak begitu sering ditemukan yaitu produksi sputum (28%), sakit kepala 8%, batuk
darah 5%, dan diare 3%, sebanyak 55% dari pasien yang diteliti mengalami
dispnea. Gejala klinis yang melibatkan saluran pencernaan juga dilaporkan oleh
Kumar dkk (2020). Sakit abdominal merupakan indikator keparahan pasien 8
dengan infeksi Covid19. Sebanyak 2,7% pasien mengalami sakit abdominal, 7,8%
pasien mengalami diare, 5,6% pasien mengalami mual dan/atau muntah.

Computerised Tomographytoraks (CT toraks) pada pasien dengan Covid19


pada umumnya memperlihatkan opasifikasi ground-glass dengan atau tanpa
gabungan abnormalitas. CT toraks mengalami abnormalitas bilateral, distribusi
perifer, dan melibatkan lobus bawah. Penebalan pleural, efusi pleura, dan
limfadenopati merupakan penemuan yang jarang didapatkan (Gennaro dkk, 2020).

Individu yang terinfeksi namun tanpa gejala dapat menjadi sumber


penularan SARS-CoV-2 dan beberapa diantaranya mengalami progres yang cepat,
bahkan dapat berakhir pada ARDS dengan case fatality rate tinggi (Meng dkk,
2020). Penelitian yang dilakukan oleh Meng dkk tahun 2020 menunjukkan bahwa
dari 58 pasien tanpa gejala yang dites positif Covid19 pada saat masuk RS,
seluruhnya memiliki gambaran CT-Scan toraks abnormal. Penemuan tersebut
berupa gambaran opasitas ground-glass dengan distribusi perifer, lokasi unilateral,
dan paling sering mengenai dua lobus paru. Setelah follow up dalam jangka waktu
singkat, 27,6% pasien yang sebelumnya asimptomatik mulai menunjukkan gejala
berupa demam, batuk, dan fatigue

C. PENULARAN

Penularan Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak


dengan virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu
analisis mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan
durasi antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis tersebut mendapatkan
hasil penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di sekitarnya, tetapi kemungkinan
penularan di masa inkubasi menyebabkan masa kontak pasien ke orang sekitar 9
lebih lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat
lebih besar (Handayani, 202

D. PATOFISIOLOGIS

Kebanyakan Covid 19 menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Covid


19 menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya
menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam.
Covid 19 disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan
ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak
sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan
musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Covid 19. Covid 19 pada
kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute
respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS)
(PDPI,2020).

Covid 19 hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak
bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Covid 19 setelah menemukan sel host
sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai
oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama dalam
menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Huang dkk, 2020). Pada
studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-
2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral
dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum
tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel
endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi
replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi 10 dan transkripsi
dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi
virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Huang dkk, 2020).

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian


bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu
menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari
saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel
gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit
sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).

E. PENCEGAHAN

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus


Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah
dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus
ini, yaitu:

 Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang


lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
 Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk
saat pergi berbelanja bahan makanan.
 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah
atau di tempat umum.
 Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
 Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
 Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
 Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang
tisu ke tempat sampah.
 Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP


(orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:

 Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk


sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar
mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
 Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
 Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu
pihak rumah sakit untuk menjemput.
 Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai
Anda benar-benar sembuh.
 Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
 Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
 Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau
sedang bersama orang lain.
 Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.

Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di


rumah sakit, seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, perlu
ditangani secara berbeda dengan beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-
19. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan virus Corona selama Anda berada
di rumah sakit. Konsultasikan dengan dokter mengenai tindakan terbaik yang perlu
dilakukan.

F. PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT


Terapi suportif dini dan pemantauan

 Terapi oksigen segera pada ISPA berat dan distress pernapasan, hipoksemia,
atau syok
– Mulai dari 5 liter/menit dengan nasal kanul dan titrasi untuk mencapai
target SpO2 ≥ 90 % (pada ibu hamil ≥ 92 - 95%)
– Pada anak dengan tanda kegawatdaruratan (obstruksi napas atau apneu,
distress pernapasan berat, sianosis sentral, syok, koma, atau kejang)
diberikan oksigen selama resusitasi dengan target SpO2 ≥ 94%
– Semua pasien ISPA berat dipantau dengan pulse oksimetri dan sistem
oksigen harus berfungsi dengan baik, dan semua alat-alat (nasal kanul,
masker) harus digunakan sekali pakai
– Terapkan kewaspadaan kontak saat memegang alat
 Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA berat tanpa
syok

Pasien dengan ISPA berat harus hati-hati dalam pemberian cairan


intravena, karena resusitasi cairan yang agresif dapat memperburuk oksigenasi,
terutama dalam kondisi keterbatasan ketersediaan ventilasi mekanik

 Pemberian antibiotik empirik berdasarkan kemungkinan etiologi. Pada kasus


sepsis (termasuk dalam pengawasan COVID-19) berikan antibiotik empirik
yang tepat secepatnya dalam waktu 1 jam

Pengobatan antibiotik empirik berdasarkan diagnosis klinis (pneumonia


komunitas, pneumonia nosokomial atau sepsis), epidemiologi dan peta kuman,
serta pedoman pengobatan. Terapi empirik harus di de-ekskalasi apabila sudah
didapatkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan penilaian klinis

(Ampisilin, Ampisilin-gentamisin, Ceftriakson)

 Jangan memberikan kortikosteroid sistemik secara rutin untuk pengobatan


pneumonia karena virus atau ARDS di luar uji klinis kecuali terdapat alasan
lain

Penggunaan jangka panjang kortikosteroid sistemik dosis tinggi dapat


menyebabkan efek samping yang serius pada pasien dengan ISPA berat/SARI,
termasuk infeksi oportunistik, nekrosis avaskular, infeksi baru bakteri dan
replikasi virus mungkin berkepanjangan. Oleh karena itu, kortikosteroid harus
dihindari kecuali diindikasikan untuk alasan lain

 Lakukan pemantauan ketat pasien dengan gejala klinis yang mengalami


perburukan seperti gagal napas, sepsis dan lakukan intervensi perawatan
suportif secepat mungkin.

 Pahami pasien yang memiliki komorbid untuk menyesuaikan pengobatan dan


penilaian prognosisnya

Perlu menentukan terapi mana yang harus dilanjutkan dan terapi mana yang
harus dihentikan sementara. Berkomunikasi secara proaktif dengan pasien dan
keluarga dengan memberikan dukungan dan informasi prognostik

 Tatalaksana pada pasien hamil, dilakukan terapi suportif dan penyesuaian


dengan fisiologi kehamilan

Persalinan darurat dan terminasi kehamilan menjadi tantangan dan perlu kehati-
hatian serta mempertimbangkan beberapa faktor seperti usia kehamilan, kondisi
ibu dan janin. Perlu dikonsultasikan ke dokter kandungan, dokter anak dan
konsultan intensive care.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unjaya.ac.id/4334/9/BAB%20II_2217120_NIKMATUL
%20HORIYAH_Keperawatan.pdf
https://www.kompasiana.com/ratnanirmala/5e7617a3097f3676b41aebf2/latar-belakang-
dan-perkembangan-virus-corona https://www.alodokter.com/virus-corona
https://unimugo.ac.id/?p=1547

Anda mungkin juga menyukai