Anda di halaman 1dari 15

REFERAT OKTOBER 2020

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENAZAH COVID-19


DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

Meilany Cindyntowe Ntjali N 111 19 025


Wigia Hanalia Lopo N 111 19 049
Dhea Rizkhytha N 111 19 076

PEMBIMBING :

Dr. dr. Hj. Annisa Anwar Muthaher, S.H., M.Kes., Sp.F

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Meilany Cindyntowe Ntjali (N 111 19 025)
Wigia Hanalia Lopo (N 111 19 049)
Dhea Rizkhytha (N 111 19 076)
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Bagian : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Judul Referat : Pemeriksaan Laboratorium dan Jenazah COVID-19 Indonesia

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal


RSUD Kabelota Donggala
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Oktober 2020

Pembimbing Dokter Muda

Dr. dr. Hj. Annisa Anwar Muthaher, S.H., M.Kes., Sp.F

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan virus jenis baru yang


ditularkan antara hewan dan manusia. Virus ini pertama kali ditemukan di
Wuhan, China yang memiliki riwayat bekerja atau pengunjung yang sering
berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Namun sampai saat ini,
penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti. Jumlah kasus
COVID-19 mengalami penambahan yang cukup cepat dan terjadi penyebaran
ke luar wilayah Wuhan dan negara lain.3
Secara epidemiologi global sampai akhir bulan September 2020 WHO
melaporkan kasus COVID-19 mencapai lebih dari 32,7 juta kasus dan
991.000 kasus kematian. Dalam seminggu terakhir dilaporkan ada lebih dari 2
juta kasus baru dan 36.000 kematian. WHO juga melaporkan penularan
COVID-19 dari manusia ke manusia terjadi melalui droplet, kontak, dan
benda yang terkontaminasi. Untuk mencegah penyebaran infeksi ini
direkomendasikan untuk mencuci tangan secara teratur, menggunakan
masker, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak langsung
dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapa
pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.3
COVID-19 merupakan pandemi yang dapat menular dan bahkan dapat
mematikan. Ketika pasien COVID-19 meninggal, virusnya masih berbahaya
dan dapat menular kepada orang-orang yang melakukan kontak dengan
jenazah tersebut. Ada sejumlah laporan bahwa orang-orang yang bekerja atau
yang melakukan kontak dengan jenazah memiliki potensi terpapar agen
infeksi. Akibatnya, infeksi yang didapat saat bekerja dapat berdampak buruk
pada pekerja kamar jenazah. Untuk mencegah infeksi dari kontak dengan
jenazah karena penyakit menular dapat dilakukan dengan menerapkan
prosedur yang aman dan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,


fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan
prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi. Trombositopenia juga
kadang dijumpai, sehingga kadang diduga sebagai pasien dengue. Di
Singapura melaporkan adanya pasien positif palsu serologi dengue, yang
kemudian diketahui positif COVID-19. Karena gejala awal COVID-19 tidak
khas, hal ini harus diwaspadai.2

B. Jenazah COVID-19

Protokol Pengurusan Jenazah COVID-19


Dalam melakukan penatalaksanaan terhadap Jenazah pasien COVID-
19 perlu dipastikan bahwa petugas kesehatan, kamar jenazah dan tim
pemakaman harus menerapkan standar kewaspadaan.3
Pengurusan Jenazah3
• Pengurusan jenazah pasien COVID-19 dilakukan oleh petugas kesehatan
pihak Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
• Jenazah dimandikan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan APD agar
tidak tertular virus dari jenazah. Jenazah boleh dimandikan dengan
menuangkan air ke badan jenazah saja tanpa digosok. Bila tidak bisa
dilakukan, maka boleh tidak dimandikan dan diganti dengan ditayamumkan.
Dalam kondisi darurat, jenazah boleh tanpa dimandikan atau ditayamumkan.
• Jenazah pasien COVID-19 ditutup dengan kantong jenazah yang tidak
mudah tembus dan tidak ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian
luar kantong jenazah.
• Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi, kecuali untuk autopsi
dan hanya dapat dilakukan oleh petugas dengan APD lengkap.
• Keluarga pasien diizinkan untuk melihat jenazah dengan menggunakan APD
sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah.
• Petugas harus memberikan penjelasan kepada pihak keluarga terkait
Shalat Jenazah3
• Shalat jenazah dilakukan di Rumah Sakit Rujukan atau di masjid yang sudah
dilakukan proses pemeriksaan sanitasi secara menyeluruh dan melakukan
desinfektasi setelah shalat jenazah.
• Shalat jenazah dilakukan segera mungkin yaitu tidak lebih dari 4 jam, sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
• Shalat jenazah dapat dilakukan sekalipun oleh satu orang.
Penguburan Jenazah3
• Lokasi penguburan jenazah harus berjarak setidaknya 50 meter dari sumber
air tanah yang digunakan untuk minum dan berjarak setidaknya 500 meter
dari permukiman terdekat.
• Kedalaman penguburan jenazah yaitu 1,5 meter, lalu ditutup dengan tanah
setinggi 1 meter.
• Pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah setelah semua
prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik.

Dasar Pertimbangan1

 Bahwa penularan Covid-19 adalah melalui droplet (dan aerosol), fomites,


kontak erat, dan kemungkinan faeces. Tetapi karena perkembangan
Covid-19 belum seluruhnya diketahui (penularan melalui udara belum
terbukti, adanya penularan melalui aerosol, dan di sisi lain ditemukan
virus nCov-2 di benda mati hingga 9 hari), maka kewaspadaankesehatan
masyarakat tetap harus diterapkan.
 Bahwa selian pada penyakit tertentu seperti Ebola, Marburg, dan
Cholera, pada umumnya jenasah tidak infeksius. Jenasah Covid-19 dapat
infeksius apabila memperoleh perlakuan tertentu, terutama keluarnya
cairan/aerosol dari saluran nafas dan paru atau percikan lain.
 Bahwa keselamatan dan kesehatan setiap orang di dekat jenasah adalah
prioritas. Mereka harus memperhatikan kebersihan tangan, jarak dengan
jenasah dan jarak antar individu, dan alat perlindungan diri (APD).
 Bahwa martabat, budaya dan agama jenasah dan keluarganya harus tetap
dihormati dan dilindungi.
 Bahwa jenasah tidak direkomendasikan untuk diawetkan oleh WHO,
maka pemakaman sebaiknya dilakukan dalam 24 jam pertama. Namun
demikian diketahui juga bahwa formaldehyde merupakan bahan yang
lazim digunakan untuk menginaktivasi virus serta lazim digunakan utnuk
mendesinfeksi jenazah dengan penyakit menular
 Bahwa kematian pasien Covid-19 dapat terjadi di dalam maupun di luar
rumah sakit.
 Petugas agar mengelola situasi, menjaga keseimbangan antara hak
keluarga, kebutuhan untuk menyelidiki penyebab kematian, dan risiko
penularan.

Penyiapan dan Pembungkusan Jenasah Sebelum Dipindahkan ke Ruang


Pemulasaraan Jenasah1

 Seluruh kegiatan di bawah dapat dilakukan di ruang perawatan pasien


atau di ruang pemulasaraan jenasah sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
Pastikan bahwa pemindahan dari ruang perawatan pasien ke ruang
pemulasaraan jenasah menerapkan kewaspaan standar guna mencegah
penularan penyakit
 Pada kejadian kematian diluar rumah sakit, Petugas Pemeriksa Jenazah
(PPJ) melakukan penapisan dugaan penyebab kematian. Apabila
kematian dinyatakan berhubungan dengan COVID-19, maka jenazah
ditransportasikan ke rumah sakit setelah ditutup semua lubang tubuhnya
dan dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang kedap air.
 Pastikan bahwa perugas yang kontak dengan jenazah menerapkan
kewaspadaan standar sesuai dengan tingkat risiko dan kontaknya.
 Bila terdapat risiko percika cairan atau sekret, petugas harus memakai
penutup kepala, face shield atau google dan masker medis, dan gaun
yang tidak tembus cairan. Sesuai kepentingannya dapat dipakai coverall
dan masker N95.
 Peralatan medis dilepaskan dari jenasah, termasuk selang infus, kateter,
dan tube lain
 Pastikan bahwa cairan tubuh tidak keluar dari lubang tubuh (menutupnya
dengan kapas), dan bekas suntikan ditutup dengan plester kedap air
 Cegah keluarnya aerosol, dengan cara tidak terlalu banyak menekan
tubuh jenasah
 Embalming (pengawetan jenasah) tidak dianjurkan oleh WHO. Bila
memungkinkan dapat dilakukan desinfeksi jenazah yang dilakukan oleh
dokter atau petugas yang memiliki kompetensi untuk itu
 Terhadap jenasah beragama Islam, lakukan memandikan dan mengkafani
sesuai dengan Fatwa MUI no 18 tahun 2020. Sedangkan terhadap jenasah
beragama lain dapat dilakukan tata cara memandikan dan penyiapan
jenasah oleh petugas dengan mematuhi ketentuan di atas
 Bungkus jenasah dengan kain tidak tembus air dan/atau plastik, dan
pastikan tidaka da cairan yang keluar dari jenasah yang terbungkus
tersebut. Bagian luar bungkus jenasah dapat didesinfeksi sebelum
ditransportasikan
 Sebelum wajah jenasah ditutup, keluarga inti dapat melihat jenasah dari
jarak 2 meter, tidak menyentuh ataupun mencium jenasah, dan memathui
kewaspadaan standar (leberishan tangan masuk dan keluar ruangan,
masker medis, dan jaga jarak denga palyat lain minimum 2 meter atau 3
langkah)
 Jenasah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan dan pemlasaran jenasah
diatur dalam pedoman dari Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia

Persemayaman, Shalat Jenazah1

 Jenasah yang telah dibungkus sebagaimana di atas dapat dimasukkan ke


dalam peti mati
 Bagi jenasah beragama Islam, tata cara memasukkan jenasah ke dalam
peti amti dan tata cara menyalatkan jenasah dilakukan sesuai Fatwa MUI
No 18 tahun 2020
 Pelayat dapat hadir dan turut menyalatkan sepanjang mereka mematuhi
kewaspadaan standar (kebersihan tangan masuk dan keluar ruangan,
masker medis, dan jaga jarak dengan pelayat lain minimum 2 meter atau
3 langkah)
 Anak kecil dan orang dewasa bersuai 60 tahun atau lebih, dan orang yang
memiliki penyakit berisiko tinggi tidak diperkenankan melayat
 Pulang melayat, cuci tangan dan cuci muka dengan sabun sebelum makan
atau melakukan pekerjaan lain

Desinfeksi dan Kebersihan Lingkungan1

 Virus Covid-19 dapat masih infeksius di permukaan benda mati hingga 9


hari, oleh karena itu kebersihan peralatan dan lingkungan penting
dikerjakan
 Kamar jenasah harus tetap bersih dan cukup ventilasi
 Pencahayaan harus cukup. Peralatan dan furniture harus terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan dan didesinfeksi
 Peralatan yang digunakan untuk pemulasaraan harus segera dibersihkan
dan didesinfeksi
 Permukaan lingkungan tempat mempersiapkan jenasah agar segera dicuci
dengan sabun atau cairan deterjen, dan sesudahnya didesinfeksi dengan
sodium hipoklorit 0,5%, atau etanol 70% setidaknya 1 menit
 Petugas harus menggunakan APD sebagaimana di atas
 Limbah ditatalaksana sesuai standar

Pemakaman1

 Pengurusan adminstrasi pemakaman dilakuakan mengikuti tata cara


oemkaan yang diatur Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah
menetapkan lokasi Tempat Pemakaman bagi jenasah pasien yang
meninggal akibat COVID-19
 Ketentuan mengenai taman pemakaman mengikuti ketentuan Pemerintah
Daerah. Ketentuan umum WHO mengenai taman pemakaman
mensyaratkan jarak aman 250 meter dari sumur atau sumber air yang
digunakan untuk air minum, dan 30 meter dari sumber air lainnya
 Keluarga dan pekayat lain dapat menghadiri dengan mematuhi
kewaspadaan standar (kebersihan tangan, masker medis, dan jaga jarak
dengan pelayat lain minimum 2 meter atau 3 langkah)
 Bagi jenasah beragama Islam, pelaksanaan pemakaman dapat mengikuti
Fatwa MUI No 18 tahun 2020

Pengelolaan Risiko Infeksi di Kamar Jenazah

Praktik Kerja yang Aman di Kamar Jenazah3


Staf kamar jenazah harus menyadari risiko infeksi yang terkait dengan
jenazah dengan mendapatkan informasi dari tim medis yang bertanggung
jawab atas pasien tersebut. Ahli patologi dan teknikologis patologi anatomi
harus menilai risiko sebelum memulai pemeriksaan post-mortem, termasuk :
• sadar akan bahaya infeksi yang diketahui atau dicurigai;
• waktu post-mortem dan pemisahan sementara;
• sistem penempatan beberapa jenazah di kamar jenazah untuk menghindari
kontaminasi silang;
• jumlah staf yang dibutuhkan dan pengunjung yang harus dieksklusi.

Manajer kamar jenazah perlu memberikan wewenang kepada staf yang


biasanya tidak bekerja di kamar jenazah, seperti kuli angkut dan perawat
untuk memasuki area penyimpanan jenazah di luar jam kerja normal,
misalnya saat menempatkan jenazah di penyimpanan pendingin. Staf tersebut
membutuhkan instruksi yang tepat dari staf kamar jenazah yang kompeten
tentang praktik kerja yang aman yang sesuai dengan tugas yang mereka
lakukan yang mencakup penggunaan dan pembuangan APD yang sesuai.3

Alat Pelindung Diri (APD)

Tindakan pencegahan pengendalian infeksi standar termasuk


penggunaan APD oleh ahli patologi dan teknologis patologi anatomi selama
post-mortem3 :
• baju scrub bedah;
• gaun sekali pakai yang kedap air atau kedap cairan yang menutupi seluruh
lengan, dada dan kaki;
• apron plastik sekali pakai untuk menutupi badan dan kaki;
• sepatu boots tahan air;
• sarung tangan sekali pakai.
Tindakan pencegahan berbasis transmisi termasuk mengenakan APD
tambahan berikut selama post-mortem untuk mengurangi risiko infeksi yang
lebih tinggi3:
• pelindung mata untuk mencegah kontak terhadap droplet;
• masker wajah untuk melindungi mulut dan hidung dari kontaminasi percikan
langsung;
• sarung tangan pelindung tahan robek, perlindungan tambahan dapat
diberikan
dengan sarung tangan ganda, misalnya menutupi sarung tangan sekali pakai
dengan sarung tangan luar yang lebih tebal yang melebihi ujung gaun.

Kontrol Teknik dan Lingkungan Otopsi

Prosedur keselamatan untuk pasien COVID-19 yang meninggal harus


dengan prosedur yang digunakan untuk otopsi orang yang meninggal karena
penyakit pernapasan akut. Jika seseorang meninggal selama periode infeksi
COVID-19, paru-paru dan organ lain mungkin masih mengandung virus
hidup, dan perlindungan pernapasan tambahan diperlukan selama prosedur
yang menghasilkan aerosol (misalnya prosedur yang menghasilkan aerosol
partikel kecil, seperti penggunaan gergaji listrik atau pencucian usus). Jika
tubuh yang
dicurigai atau dikonfirmasi COVID-19 dipilih untuk diotopsi, fasilitas
perawatan kesehatan harus memastikan bahwa langkah-langkah keamanan
tersedia untuk melindungi selama melakukan otopsi.3
Otopsi dilakukan di ruangan dengan setidaknya ventilasi alami dengan
aliran udara minimal 160L/dtk/pasien atau ruang tekanan negatif dengan
setidaknya 12 pergantian udara per jam dan arah aliran udara terkontrol saat
menggunakan ventilasi mekanis. APD yang sesuai harus tersedia, termasuk
baju scrub, gaun lengan panjang pelindung tahan cairan, sarung tangan (baik
dua pasang atau satu pasang sarung tangan otopsi), dan pelindung wajah atau
kacamata, dan sepatu bot. Respirator partikulat (masker N95 atau FFP2 atau
FFP3 atau yang setara) harus digunakan dalam kasus prosedur yang
menimbulkan aerosol.3
Pembersihan dan Pengendalian Lingkungan Kamar Jenazah3

• Kamar jenazah harus selalu bersih dan memiliki ventilasi yang baik dengan
pencahayaan yang memadai. Permukaan dan instrumen harus terbuat dari
bahan yang dapat dengan mudah didesinfeksi dan dipelihara di antara otopsi;
• Instrumen yang digunakan selama otopsi harus dibersihkan dan didesinfeksi
segera setelah otopsi,
• Permukaan tempat jenazah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan sabun
dan air, atau larutan deterjen yang dibuat secara komersial;
• Setelah dibersihkan, disinfektan dengan konsentrasi minimal 0,1% (1000
ppm) natrium hipoklorit (pemutih), atau etanol 70% yang ditempatkan di
permukaan selama minimal 1 menit.
• Personel harus menggunakan APD yang sesuai, termasuk pelindung
pernapasan dan mata, saat menyiapkan dan menggunakan larutan desinfektan;
• Barang yang diklasifikasikan sebagai limbah klinis harus ditangani dan
dibuang dengan benar.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan. Pedoman Tata Laksana COVID-19. KEMENKES :


Jakarta. 2020.
2. Susilo, A., dkk. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 7 No. 1. 2020.
3. Harahap, I.L. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pada Jenazah Pasien
COVID-19. Jurnal Kedokteran. Vol. 9 No. 3. 2020.

Anda mungkin juga menyukai