PEMULASARAN JENAZAH
6
A. Prinsip Pemulasaran Jenazah
7
(masker dan kacamata), gaun pelindung, apron, dan pelindung kaki
seperti sepatu boot.
4. Semua alat-alat yang telah dipakai harus direndam dilarutan clorin
0,5% selama 10 menit. Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban
yang diduga mengidap penyakit menular maka pelaksanaan otopsi tetap
mengacu pada prinsip-prinsip universal precaution. Tetapi apabila
dapat dikoordinasikan dengan penyidik untuk tidak dilakukan outopsi,
cukup pemeriksaan luar.
5. Penegakan hukum Dalam rangka proses penyidikan dan penegakan
hukum untuk kedapentingan peradilan ilmu kedokteran forensik dapat
dimanfaatkan dalam membuat terangnya perkara pidana yang
menimbulkan korban manusia, baik korban hidup maupun korban mati.
Pemeriksaan otopsi umumnya diperlukan apabila korban dari tindak
perkara pidana tersebut korban mati.
1. Kategori biru
Perawatan jasad dilakukan dengan prosedur standar karena penyebab
kematian bukan penyakit menular. Jenazah tidak perlu dibawa
dengan kantong khusus. Keluarga juga dibolehkan melihat jenazah
secara langsung saat pemakaman.
8
2. Kategori kuning
Perawatan jenazah dilakukan dengan lebih hati-hati karena ada risiko
paparan penyakit menular. Tubuh harus dibawa dengan kantong
jenazah, tetapi keluarga boleh melihat jenazah saat pemakaman.
Kategori ini biasanya diberikan bila kematian disebabkan oleh HIV,
hepatitis C, SARS atau penyakit lain sesuai anjuran tenaga
kesehatan.
3. Kategori merah
Perawatan jenazah harus dilakukan dengan ketat. Jenazah harus
dibawa dengan kantong jenazah dan keluarga tidak dibolehkan
melihat jenazah secara langsung. Proses pemakaman dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang berwenang. Kategori merah biasanya
diberikan apabila kematian disebabkan oleh antraks, rabies, ebola,
atau penyakit lain sesuai saran tenaga kesehatan. COVID-19
termasuk dalam kategori ini.
9
c. Kematian Seluler
4 menit menyebabkan kematian sel neuron
8 jam menyebabkan kematian otot
10
12. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di
pemulasaran jenazah.
A. Jenazah dari dalam rumah sakit dengan diagnosis ISPA, ISPB, pneumonia,
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) dengan atau tanpa
keterangan kontak dengan penderita COVID-19 yang mengalami
perburukan kondisi dengan cepat.
B. Jenazah Pasien Dalam Pemantauan (PDP) dari dalam rumah sakit sebelum
keluar hasil swab.
C. Jenazah dari luar rumah sakit, yang memiliki riwayat yang termasuk ke
dalam Orang Dalam Pengawasan (ODP) atau Pasien Dengan Pemantauan
(PDP). Hal ini termasuk pasien DOA (Death on Arrival) rujukan dari
rumah sakit lain.
11
c. Brankar jenazah dengan tutup yang dapat dikunci.
5. Sebelum petugas memindahkan jenazah dari tempat tidur perawatan ke
brankar jenazah, dipastikan bahwa lubang hidung dan mulut sudah tertutup
serta Iuka-Iuka akibat tindakan medis sudah tertutup plester kedap air, lalu
dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik
pernbungkus. Kantong jenazah harus tertutup sempurna.
6. Setelah itu jenazah dapat dipindahkan ke brankar jenazah, lalu brankar
ditutup dan dikunci rapat
7. Semua APD yang digunakan selama proses pemindahan jenazah dibuka
dan dibuang di ruang perawatan
8. Jenazah dipindahkan ke kamar jenazah Selama perjalanan, petugas tetap
menggunakan masker surgikal
9. Surat Keterangan Kematian atau Sertifikat Medis Penyebab Kematian
dibuat oleh dokter yang merawat dengan melingkari jenis penyakit
penyebab kematian sebagai penyakit menular.
10. Jenazah hanya dipindahkan dari brankar jenazah ke rneja pemulasaraan
jenazah di kamar jenazah oleh petugas yang menggunakan APD lengkap.
12
d. Penutup kepala atau head cap
e. Goggle atau face shield
f. Hand schoen non steril
g. Bahan desinfeksi jenazah dengan penyakit menular menggunakan
larutan formaldehyde 10% atau lebih dengan paparan minimal 30 menit
dengan Teknik intraarterial (bila memungkinkan), intrakavitas dan
permukaan saluran pernapasan. Setelah dilakukan tindakan desinfeksi,
dipastikan tidak ada cairan yang menetes atau keluar dan lubang-
lubang tubuh. Bila terdapat penolakan penggunaan formaldehyde, maka
dapat dipertimbangkan penggunaan klorin dengan pengenceran 1:9 atau
1:10 untuk teknik intrakavitas dan permukaan saluran napas.
h. Semua lubang hidung dan mulut ditutup/disumpal dengan kapas hingga
dipastikan tidak ada cairan yang keluar
i. Pada jenazah yang masuk dalam kriteria mati tidak wajar, maka
desinfeksi jenazah dilakukan setelah prosedur forensik selesai
dilaksanakan.
13
e. APD yang digunakan pada saat pemeriksaan mayat/pemeriksaan luar
terdiri dari:
Shoe cap atau sepatu boots
Apron plastik
Masker surgikal
Penutup kepala atau head cap
Kaca mata/ goggle atau face shield
Hand schoen/sarung tangan
f. APD yang digunakan pada saat pemeriksaan bedah mayat/pemeriksaan
dalam terdiri dari:
Shoe capl sepatu boots
Apron lengan panjang/gaun
Masker N-95
Penutup kepaa head cup
Kaca mata goggle atau face shield
Sarung tangan/hand schoen.
A. Pemandian Jenazah
Jenazah yang masuk dalam lingkup pedoman ini dianjurkan dengan
sangat untuk dipulasaran di kamar jenazah.
Tindakan pemandian jenazah hanya dilakukan setelah tindakan
desinfeksi.
Petugas pemandi jenazah menggunakan APD lengkap.
Petugas pemandi jenazah dibatasi hanya sebanyak dua orang.
Keluarga yang hendak membantu memandikan jenazah hendaknya
juga dibatasi serta menggunakan APD sebagaimana petugas pemandi
jenazah.
14
Jenazah dimandikan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
Setelah jenazah dimandikan dan dikafankan/diberi pakaian, jenazah
dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan plastik
dan diikat rapat.
Bila diperlukan pemetian, maka dilakukan cara berikut:
Jenazah dimasukkan ke dalam peti jenazah dan ditutup rapat
( pinggiran peti disegel dengan sealantisi-silikon dan dipaku/disekrup
sebanyak 4-6 titik dengan jarak masing-masing 20 cm. Peti jenazah
yang terbuat dari kayu harus kuat, rapat, dan ketebalan petiminimal 3
cm.
B. Shalat Jenazah
15
C. Penguburan Jenazah
Lokasi penguburan harus berjarak setidaknya 50 meter dari sumber air
tanah yang digunakan untuk minum, dan berjarak setidaknya 500
meter dari pemukiman terdekat.
Jenazah harus dikubur pada kedalaman 1,5 meter, lalu ditutup dengan
tanah setinggi satu meter.
Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, maka
pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah.
16
E. Pedoman mengafani jenazah yang terpapar COVID-19 dilakukan
sebagai berikut:
Setelah jenazah dimandikan atau ditayamumkan atau karena dlarurah
syar’iyah tidak dimandikan atau ditayamumkan, maka jenazah
dikafani dengan menggunakan kain yang menutup seluruh tubuh dan
dimasukan ke dalam kantong jenazah yang aman dan tidak tembus air
untuk mencegah penyebaran virus dan menjaga keselamatan petugas.
Setelah pengafanan selesai, jenazah dimasukan kedalam peti jenazah
yang tidak tembus air dan udara dengan dimiringkan ke kanan
sehingga saat dikuburkan jenazah menghadap ke arah kiblat.
Jika setelah dikafani masih ditemukan najis pada jenazah, maka
petugas dapat mengabaikan najis tersebut.
17
H. Protokol Pengurusan Jenazah pasien COVID-19 Bagi yang Beragama
Katolik :
1. Pengurusan jenazah pasien COVID-19 dilakukan oleh petugas
kesehatan pihak rumah sakit yang telah ditetapkan oleh kementrian
kesehatan.
2. Jenazah pasien COVID-19 dipakaikan pakaian sepantasnya lalu
dimasukkan ke dalam kantung jenazah bahan dari plastik (tidak dapat
tembus air) dan kemudian dimasukkan ke dalam peti jenazah.
3. Jenazah yang sudah dimasukkan ke dalam peti tidak boleh dibuka lagi
kecuali dalam keadaan mendesak seperti autopsi dan hanya dapat
dilakukan oleh petugas berwenang.
4. Jenazah disemayamkan tidak lebih dari 4 jam.
5. Khusus mengenai penghantaran jenazah ke pemakaman mengikuti
prosedur yang diatur oleh pemerintah. Dalam hal ini Dinas Kesehatan
sehingga petugas gereja untuk urusan ibadah pemakaman harus
mengikuti prosedur tersebut.
6. Ibadah pemakaman diatur oleh petugas gereja sesuai dengan prosedur
ibadah pemakaman biasa dengan hanya mengikutsertakan perwakilan
keluarga yang jumlahnya disesuaikan berdasarkan saran atau petunjuk
petugas kesehatan.
7. Selama ibadah pemakaman, seluruh petugas gereja dan perwakilan
keluarga harus mengikuti prosedur kesehatan menyangkut sanitasi,
physical distancing, dan hal-hal lainnya yang diatur dalam pencegahan
infeksi COVID-19.
18
3. Jenazah yang akan ditransportasikan sudah menjalani prosedur desinfeksi
dan telah dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus dengan
plastik yang diikat rapat, serta ditutup semua lubang-lubang tubuhnya.
4. Persyaratan transportasi menggunakan jalur udara mengikuti peraturan
kargo udara yang telah ditetapkan.
19
c. Penyemprotan desinfektan dilakukan pada daerah-daerah yang
terpapar sebagai berikut:
Meja pemeriksaan
Meja tulis
Punggung kursi
Keyboard computer
Gagang pintu
Lantai dan dinding ruangan
Brankar jenazah
Tombol lift
Permukaan dalam mobil jenazah
Desinfeksi ruangan dilakukan seminggu sekali.
Desinfeksi permukaan brankar, meja pemeriksaan, permukaan
dalam mobil jenazah dan seluruh permukaan yang berkontak
dengan jenazah, dilakukan setiap selesai digunakan
Desinfeksi alat-alat yang tidak berkontak langsung dengan jenazah,
dilakukan satu kali sehari.
Desinfeksi mobil jenazah dilakukan dengan menyemprotkan cairan
desinfektan secara menyeluruh ke permukaan dalam mobil jenazah.
20
- Keluarga dan kerabat tetap menjalankan kewaspadaan physical
distancing.
21