Anda di halaman 1dari 24

KESEHATAN DAERAH MILITER III / SILIWANGI

RUMAH SAKIT TK.II 03.05.01 DUSTIRA

PEDOMAN PENGELOLAAN JENAZAH DAN KAMAR


JENAZAH

RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 SALATIGA

SALATIGA

TAHUN 2015

Jl. Dr. muwardi no.50 salatiga


Telp & fax (0298)314616

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama, bahwa wilayah Indonesia akhir-akhir ini
dilanda bencana terutama karena ulah manusia yang menyebabkan terjadinya
korban massal.Kejadian yang menyebabkan korban massal tersebut dimana
hampir semua korbannya dirujuk ke rumah sakit ternyata tidak tertampung di
rumah sakit karena selama ini rumah sakit tidak mengantisipasi datangnya
korban mati massal secara bersamaan.Hal-hal tersebut membuka mata kita
semua betapa pentingnya mempersiapkan rumah sakit (sarana, prasarana,
SDM) untuk penanganan korban mati massal.Fasilitas kamar jenazah rumah
sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan jenazah, tetapi juga harus mampu
melakukan identifikasi korban massal serta mempunyai sarana informasi dan
komunikasi yang baik.
Penyimpanan jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya sebelum dikuburkan
sebagai penghormatan kepada korban.Kamar jenazah dapat diakses langsung
oleh masyarakat.
Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh rumah sakit khususnya
rumah sakit rujukan / Dustira selama ini tidak mengantisipasi adanya korban
mati massal karena memang belum ada pedoman / standar untuk kamar
jenazah serta pada waktu-waktu lalu belum merupakan kebutuhan sehingga di
rumah sakit fasilitas dan SDM yang tersedia sangat minim. Kamar jenazah
suatu rumah sakit, bukanlah satu-satunya “pintu keluar” pasien, karena masih
banyak “pintu kesembuhan”, “pintu kecutian”, dan “pintu transisi”. Walaupun
diakui bahwa kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang
telah benar-benar tanpa nyawa / ruh lagi.
Dalam pembahasan ini istilah jenazah (badan orang yang baru meninggal)
mencakup pula “mayat” (konotasi bias baru meninggal atau sudah lama
mati).Satu diantara contributor terbesar mayat di rumah sakit adalah yang
berasal dari luar rumah sakit yang dikenal sebagai kasus - mati
forensik.Pedoman ini disusun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
dihadapi saat ini dan merupakan pedoman minimal kamar jenazah bagi rumah
sakit yang seharusnya dikaitkan dengan pelayanan tipe rumah sakit yang
bersangkutan.

B. Tujuan Pedoman
1. Umum : untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban
mati sehari-hari dan pasca bencana
2. Khusus : Tersedianya Pedoman Kamar Jenazah di Rumah
SakitDustira yang dapat dipakai sebagai acuan oleh Rumah Sakit Dustira
dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi korban mati dan
keluarganya.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Prinsip Pelayanan Jenazah
Jenazah secara etis diperlukan penghormatan sebagaimana
manuasia,karena ia adalah manuasia.Martabat kemanusiaan ini secara
khusus adalah perawatan kebersihan sebagaimana kepercayaan /
adatnya,perlakuan sopan dan tidak merusak badan wadagnya tanpa
indikasi atau kepentingan kemanusiaan,termasuk penghormatan atas
kerahasiaannya.Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih dan bebas dari
kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas atau penyulit
analisa kemurnian identifikasi (termasuk kontaminasi DNA dalam kasus
forensic mati).Demikian pula aman bagi petugas yang bekerja, termasuk
terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit mematikan.
2. Ciri Khusus Pelayanan Jenazah
Situasi khusus peristiwa kematian seseorang dan sikap sosial budaya
keluarga orang tsb.menghadapi kematian akan mewarnai sarana dan
prasarana pelayanan. Rasa duka mendalam sering melibatkan suasana
kekagetan, kesedihan atau haru luar biasa yang dapat menjurus pada
keputus asaan keluarga / kenalan, kesibukkan atau bahkan kebingungan
untuk jenazah segera dikubur (bagi orang islam disunnahkan sebelum 24
jam), kemendadakan mengkonfirmasi keputusan dari pelbagai famili dan
handai taulan, rasa ingin tahu masyarakat pada kasus kematian khusus,
atau bahkan mereka yang mencari keluarga / kenalannya yang hilang. Hal-
hal tersebut memunculkan suasana yang seringkali emosional, dengan
ekses kemarahan yang dapat membahayakan keselamatan dokter dan atau
petugas kamar jenazah terkait, termasuk perusakan sarana dan
prasarananya.Dikaitkan dengan kasus forensic yang memerlukan
pengamanan jenazah sebagai barang bukti, hal-hal yang berkaitan dengan
chain of custody memerlukan sarana dan prasarana khusus.
Dengan perkembangan dunia yang anomik (kematian akibat risk
society, buah dari “juggernaut syndrome” sebagaimana ditunjukkan oleh
terror bom) yang semakin banyak menyebabkan kematian tidak wajar
(pembunuhan, kecelakaan, bunuh diri) siapapun, kamar jenazah
seharusnya menjadi “outlet” yang dikelola integratif dengan sekaligus
dipimpin oleh pelayanan penuh 24 jam dalam sehari.
Demikian pula dalam pembahasan tentang ruang, secara implisit
tercakup pula sarana dan prasarana kenyamanan seperti AC, ventilasi
ruangan yang baik, air yang mengalir lancar, cahaya terang atau lampu
terang di malam hari, dengan ruang publik dilengkapi oleh toilet umum
dan sarana telepon umum.
3. Jenis Pelayanan Terkait Kamar Jenazah
Pelayanan jasa (services) yang terkait dengan kamar jenazah dapat
dikelompokkan kedalam lima kategori yaitu :
a. Pelayanan jenazah purna-pasien atau “mayat dalam”
Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan
kesehatan yang dilakukan rumah sakit, setelah pasien dinyatakan
meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga atau
pihak berkepentingan lainnya.
b. Pelayanan kedokteran forensic terhadap korban mati atau “mayat luar”
Rumah sakit pemerintah sering merupakan sarana bagi dibawanya
jenazah atau mayat tidak dikenal atau memerlukan pemeriksaan
identitas dari luar kota setempat yang memerlukan pemeriksaan
forensik. Ada dua jenis pemeriksaan forensik, yakni visum luar
(pemeriksaan luar) dan visum dalam (pemeriksaan otopsi), keduanya
dengan atau tanpa diikuti pemeriksaan penunjang seperti patologi
anatomic, radiologik, toksikologi / farmakologik, analisa
mikrobiologik, dll.
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (otopsi forensik)
dilakukan di ruangan otopsi.Keduanya dilakukan di meja otopsi (kalau
dapat merangkap brankas lemari pendingin).Pelayanan campuran
(korban mati yang pernah dirawat).
c. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya : seperti pencarian orang hilang,
rumah duka / penitipan jenazah.
d. Pelayanan bencana atau peristiwa dengan korban mati massal.
e. Pelayanan untuk kepentingan keilmuan atau pendidikan / penelitian.
4. Tujuan Pelayanan
a. Pencegahan Penularan Penyakit
Apabila kamar jenazah menerima korban yang meninggal karena
penyakit menular misalnya HIV / AIDS, maka dalam perawatan
jenazah perlu diterapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya
menjadi tertular.
2) Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah,
kotoran, dll) bisa mengandung kuman sehingga menjadi sumber
penularan.
3) Penerapan universal precaution :
 Menggunakan tutup kepala
 Menggunakan kacamata goggles
 Menggunakan masker
 Sarung tangan
 Skot / celemek
 Sepatu laras panjang (boot)
4) Alat yang dipakai merawat jenazah diperlukan khusus dengan cara
dekontaminasi (direndam) dengan klorin 0,5% selama 10 menit.

Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga


mengidap penyakit menular (misal HIV / AIDS) maka pelaksanaan
otopsi tetap mengacu pada prinsip-prinsip universal precaution.Tetapi
apabila dapat dikoordinasikan dengan penyidik untuk tidak dilakukan
otopsi, cukup pemeriksaan luar.

D. Batasan Operasional
1. Sasaran pelayanan kamar jenazah adalah pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan baik pasien dinas, askes maupun pasien umum yang
meninggal di rumah sakit dustira dan menggunakan jasa rumah sakit
dustira.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kamar jenazah meliputi kegiatan rutin yang meliputi :
a. Mencatat data pasien sehari-hari yang meninggal
b. Mendoakan pasien yang telah meninggal
c. Pembelian kain kafan
d. Menyediakan cairan formalin
e. Pemulasaraan jenazah yang meliputi :
1) Memandikan
2) Mewudhukan
3) Mengkafani
4) Mensholatkan (apabila diminta oleh keluarga)
5) Dimasukkan kedalam peti (apabila diminta oleh keluarga)
6) Diserahterimakan kepada keluarga
7) Diangkut oleh ambulance kereta jenazah sampai tujuan

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang-undang RI No. 8 tahun 1981 tentang Kewajiban Dokter
(Dokter Spesialis Forensik)
5. SK Menkes RI No. 1333 Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.
6. SK Dirjen Pelayanan, Medik Departemen Kesehatan RI No.
YM.00.03.2.2.571 tentang Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut :
Tabel Personil Kamar Jenazah
Berdasarkan Status Kepegawaian

No. Status Kepegawaian Jumlah


1 PNS 1 orang
2
KHL 2 orang
3 Pegawai Luar 1 orang

Tabel Personil Kamar Jenazah


Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah


1 SMA 2 orang
2 SMP 1 orang
3 Pensiunan 1 orang

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan SDM yang diperlukan pada kamar jenazah terdiri
dari:
a. Dokter Spesialis Forensik
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi khususnya Forensik Gigi
d. Teknisi Forensik
e. Teknisi Laboratorium Forensik
f. Tenaga Administrasi
g. Tenaga Pemulasaraan Jenazah
h. Supir Kereta Jenazah
i. Pekarya
C. Pengaturan Jaga
Jaga dilakukan secara stand by di rumah diluar jam dinas karena
keterbatasan atau minimnya tenaga.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
1. Ruang petugas kamar jenazah
2. Ruang pemandian jenazah
3. Ruang autopsi
4. Ruang upacara jenazah
5. Ruang rumah duka jenazah
6. Ruang kamar mandi (WC)
7. Musholla
8. Pos penjagaan
9. Garasi ambulance jenazah

B. Standar Fasilitas
1. Lemari besi
2. Lemari kayu
3. Kursi lipat
4. Bangku panjang
5. Meja jenazah
6. Meja tulis
7. Telepon
8. Jam dinding
9. Kulkas jenazah
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pasien yang datang ke rumah sakit pada prinsipnya dibagi dua yaitu:
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan (apabila meninggal dunia, langsung
diberi surat kematian. Kemudian dicatatat dalam buku register)
2. Pasien yang mengalami kekerasan (misalnya karena percobaan bunuh
diri,kecelakaan dan pembunuhan,pasien over dosis narkoba disamping dokter
menolong pasien,dokter melapor polisi atau menyuruh keluarga pasien untuk
melapor polisi.Apabila pasien meninggal dokter tidak member surat kematian
tetapi korban dikirim ke kamar jenazah dengan disertai surat pengantar yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan)

Apabila kamar jenazah menerima korban dari IRD tetapi belum ada Surat
Permohonan Visum et Repertum (SPVeR),maka petugas menyuruh keluarga
korban untuk melapor ke Polisi dimana peristiwa tersebut terjadi.Apabila keluarga
menolak lapor ke polisi dan tetap bersikeras membawa jenazah,maka diberikan
surat pernyataan dan tidak diberikan surat kematian.

Apabila jenazah sudah dilengkapi dengan SPVeR,maka keluarga korban


diminta membuat surat pernyataan tidak keberatan untuk dilakukan otopsi(bedah
jenazah).Setelah otopsi dibuatkan surat kematian.

TATA LAKSANA EMBALMING DAN PENGIRIMAN JENAZAH


Embalming atau pengawetan jenazah dilakukan dengan formalin. Pengiriman
jenazah harus dilakukan embalming(hati-hati dalam pengiriman jangan disertai
dengan barang illegal, seperti narkoba).Harus dibuat berita acara pemetian kayu
perlu dilibatkan polisi.

ALUR PELAYANAN PENERIMAAN JENAZAH


JENAZAH DI UGD/RUANGAN

LAPOR KE EVAKUASI JENAZAH

EVAKUASI JENAZAH LAPOR KE UR JENAZAH

JENAZAH DIEVAKUASI

AMBULANCE UNTUK PULANG KAMAR JENAZAH

PERAWATAN JENAZAH OLEH UR JENAZAH

PEMBAYARAN ADMINISTRASI YANMASUM/KASIR

LAPOR KE EVAKUASI JENAZAH

JENAZAH DIPULANGKAN DENGAN AMBULANS OLEH UR EVAKUASI


BAB V
LOGISTIK

Logistik atau peralatan yang harus disediakan untuk mendukung kegiatan


/aktivitas pada kamar jenazah adalah:

1. Blangkar jenazah
2. Blangkar roda dan blangkar angkat
3. Seperangkat paket kafan
4. Plastik bening
5. Gunting
6. Handuk
7. Waslap
8. Celemek
9. Kain penutup jenazah/aurat
10. Kasa
11. Plester
12. Sarung tangan sampai pergelangan
13. Sarung tangan sampai sikut
14. Masker
15. Tutup kepala
16. Sepatu Bot
17. Kaca mata goggle
18. Kantong mayat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Untuk meningkatkan kualitas keselamatan pasien (jenazah) baik dalam


pemulasaraan maupun tidak, perlu diperhatikan sebagai berikut:

1. Ketika jenazah diangkat dari blangkar ketempat pemandian


2. Ketika jenazah pakaiannya dibuka untuk dimandikan
3. Ketika jenazah disiram air
4. Ketika jenazah digosok dengan sabun
5. Ketika jenazah dipijit-pijit perutnya supaya keluar kotoran/najis
6. Ketika jenazah dilap dengan handuk
7. Ketika jenazah diangakat untuk dikafani
8. Ketika jenazah dikafani
9. Ketika jenazah diikat dengan tali kain kafan
10. Ketika jenazah diangkat keblangkar dan dimasukan ke dalam kereta
jenazah(itu semuanya diajarkan dalam agama islam)
11. Petugas wajib menjaga kekurangan/kerahasiaan atau aib jenazah
12. Petugas wajib memberitahukan kepada keluarga,apabila jenazah hendak
dipulasara masih mengenakan barang-barang yg berharga.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Personil/petugas kamar jenazah harus lebih hati-hati dalam menangani


jenazah, baik jenazah yang mengidap penyakit menular ataupun tidak.Karena bisa
saja dikatakan tidak mengidap penyakit menular,ternyata belum terdeteksi/belum
terdiagnosa bahwa pasien/jenazah tersebut mengidap penyakit menular.Apalagi
penyakit mematikan seperti HIV-AIDS.

Untuk itu perlu dukungan dan perhatian penuh dari komando atas/ pimpinan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan/pasilitas di unit kamar jenazah untuk
menjaga keselamatan petugas dari penyakit menular tersebut/mematikan,dengan
cara menggunakan perlengkapan APD(Alat Pelindung Diri) yang lengkap,
sekaligus untuk menunjang kelancaran tugas di bagian kamar jenazah seperti :
petugas perlu diantar jemput mobil dinas apabila dibutuhkan dinas pada luar jam
dinas,apalagi pada malam hari,untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Dalam teknis pelayanan jenazah harus diusahakan sebaik


mungkin/semaksimal mungkin khususnya kepada jenazah,diantaranya:jangan
sampai jenazah terlantar karena umpamanya kesalahan prosedur.Kemudian segera
bacakan do’a kepada mayit muslim.Harus selalu ada stok untuk kebutuhan
pemulasaraan, seperti : paket kapan jangan kurang, minimal punya lima
paket,kalau dinas umpamanya menyediakan dua paket,sedangkan malam hari
umpamanya ada tiga jenazah yang mau dipulasara, kemana kita/petugas hendak
mencari kekurangannya.Begitu juga stok formalin,peti jenazah dan tidak kalah
penting SDM(Sumber Daya Manusia) di bagian kamar jenazah harus orang-orang
yang punya wawasan agama,karena yang namanya jenazah itu berhubungan
dengan akhir kehidupan/pintu akhirat.Maka disitulah kita petugas harus benar-
benar tahu dalam urusan pemulasaraan jenazah, terutama bagi jenazah seorang
muslim,kita memulasaranya termasuk pardu kifayah(bisa menggugurkan dosa
sebagian muslim lain,juga sebaliknya kalo orang islam sama sekali tidak ada yang
mau dalam pemulasaraan jenazah seorang muslim,maka berdosalah semua.
Disamping itu kita selalu menjaga kebersihan sekitar ruang kamar jenazah dan
keamanan, agar supaya ada suasana nyaman bagi keluarga duka.

Dalam suasana duka umumnya keluarga pada panik,bingung,kadang rasa haru


yang berlebihan,sehingga menimbulkan emosi yang tidak terkedali.Untuk itu
petugas kamar jenazah perlu memberikan dorongan moril spiritual kepada
keluarga duka dengan do’a, dengan kata-kata yang santun,sehingga bisa
menyentuh hati membawa ketenangan,kesabaran,dan ketawakkalan.
BAB IX

PEMBIAYAAN

Pada umumnya jenazah yang diterima di kamar jenazah adalah mayat tak
dikenal terutama dari kalangan tidak mampu sehingga Rumah Sakit sulit untuk
menarik pembiayaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pasien atau
keluarganya.Pembiayaan cuma-cuma bagi orang tidak mampu tidak berlaku untuk
mayat.

Asuransi belum menjangkau pelayanan di kamar jenazah, kalaupun ada


asuransi yang memberikan dana yang telah termasuk dalam tanggungannya
memerlukan waktu untuk pencairannya / pembayaran.

Oleh karena itu kamar jenazah sulit untuk memenuhi biaya


operasionalnya.Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan agar kamar jenazah
dapat memenuhi biaya operasionalnya terutama menghadapi persaingan-
persaingan yang ketat saat ini. Dengan melakukan “cross subsidi” dengan
pelayanan lainnya yang dilakukan di kamar jenazah.

Pembiayaan pada pelayanan kamar jenazah saat ini sepenuhnya dibebankan


pada keluarga pasien. Seperti halnya pelayanan kesehatan lainnya, sebaiknya
pelayanan kemar jenazah mendapat dukungan pembiayaan pemerintah melalui
dana untuk pasien tidak mampu untuk kasus-kasus massal dan dukungan dana
dari asuransi seperti Asuransi Kesehatan Indonesia, Asuransi Tenaga Kerja, dan
lain-lain.

Perlu disusun peraturan-peraturan pemerintah untuk mendukung


pengembangan pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat sehat dan aman (safe community).
Kegiatan-kegiatan yang dapat merupakan sumber pemasukan dalam
pembiayaan di Instalasi Kamar Jenazah/ Forensik antara lain :
 Pemulasaraan Jenazah
 Pelayanan Embalming
 Pelayanan Ambulans Jenazah
 Mayat untuk pendidikan
 Harvesting
 Peti Mati
 Ruang Upacara (Rumah Duka)
 Jasa Packing dan Transportasi
BAB X

PENUTUP

Kamar jenazah merupakan salah satu unsure pada Sistem Penanggulangan


Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan peningkatan kesadaran hukum, hak asasi manusia serta cara berfikir
yang kritis dan rasional. Untuk itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik termasuk pelayanan terhadap jenazah dan keluarganya.

Fasilitas kamar jenazah rumah sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan
jenazah tetapi juga harus mampu melakukan identifikasi korban massal serta
merupakan sarana informasi dan komunikasi yang baik.

Standar Kamar Jenazah ini dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam
mengembangkan Instalasi Kamar Jenazah sehingga dapat diketahui sumber daya
manusia dan fasilitas yang dimiliki oleh setiap tingkat dari klasifikasi kamar
jenazah.

Perlu disusun peraturan-peraturan pemerintah untuk mendukung


pengembangan pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat agar terwujud masyarakat sehat dan aman (safe community).
KESEHATAN DAERAH MILITER 1V DIPONEGORO

RUMAH SAKIT TK.1V 04.07.03

PROGRAM KERJA PENGELOLAAN


JENAZAH DAN KAMAR JENAZAH
PROGRAM KERJA DAN EVALUASI KEGIATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PEMULASARAAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR.ASMIR

TARGET PENCAPAIAN
URAIAN KEGIATAN MENKES 129/2008 RS DR.ASMIR TW I TW II TW III TW IV KET

PEMULASARAAN JENAZAH
WAKTU TANGGAP (RESPONSE TIME) ≤ 2 JAM
PELAYANAN PEMULASARAAN
JENAZAH
PROGRAM KERJA KAMAR JENAZAH

I. PROGRAM KERJA HARIAN


 Mencatat data pasien yang meninggal sehari-hari
 Pemulasaraan jenazah apabila ada permintaan keluarga duka baik pada
jam dinas maupun diluar jam dinas

II. PROGRAM KERJA BULANAN


 Melaporkan data pasien yang meninggal selama sebulan baik yang
dipulasara, diformalin, maupun yang sewa kamar rumah duka

III.PROGRAM KERJA TAHUNAN


 Melaporkan data pasien yang meninggal per bulan selama satu tahun
terhitung bulan Januari 2015 – Desember 2015
Keterangan
No. Bulan / Tahun Jumlah Rumah
Pulasara Formalin Visum
Duka
1. Januari 2015 63 orang 10 1 - -
2. Februari 48 orang 5 2 - -
3. Maret 59 orang 2 1 - -
4. April 53 orang 4 - - -
5. Mei 60 orang 4 2 1 -
6. Juni 55 orang 9 1 1 -
7. Juli 55 orang 8 3 1 -
8. Agustus 58 orang 5 - - -
9. September 48 orang 4 1 - -
10. Oktober 56 orang 9 4 4 -
11. November 48 orang 4 2 2 -
12. Desember 67 orang 7 2 - -
TOTAL 670 orang 71 19 9 -
TABEL JUMLAH JENAZAH

RUMAH SAKIT DR.ASMIR TAHUN 2015

Anda mungkin juga menyukai