SALATIGA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama, bahwa wilayah Indonesia akhir-akhir ini
dilanda bencana terutama karena ulah manusia yang menyebabkan terjadinya
korban massal.Kejadian yang menyebabkan korban massal tersebut dimana
hampir semua korbannya dirujuk ke rumah sakit ternyata tidak tertampung di
rumah sakit karena selama ini rumah sakit tidak mengantisipasi datangnya
korban mati massal secara bersamaan.Hal-hal tersebut membuka mata kita
semua betapa pentingnya mempersiapkan rumah sakit (sarana, prasarana,
SDM) untuk penanganan korban mati massal.Fasilitas kamar jenazah rumah
sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan jenazah, tetapi juga harus mampu
melakukan identifikasi korban massal serta mempunyai sarana informasi dan
komunikasi yang baik.
Penyimpanan jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya sebelum dikuburkan
sebagai penghormatan kepada korban.Kamar jenazah dapat diakses langsung
oleh masyarakat.
Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh rumah sakit khususnya
rumah sakit rujukan / Dustira selama ini tidak mengantisipasi adanya korban
mati massal karena memang belum ada pedoman / standar untuk kamar
jenazah serta pada waktu-waktu lalu belum merupakan kebutuhan sehingga di
rumah sakit fasilitas dan SDM yang tersedia sangat minim. Kamar jenazah
suatu rumah sakit, bukanlah satu-satunya “pintu keluar” pasien, karena masih
banyak “pintu kesembuhan”, “pintu kecutian”, dan “pintu transisi”. Walaupun
diakui bahwa kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang
telah benar-benar tanpa nyawa / ruh lagi.
Dalam pembahasan ini istilah jenazah (badan orang yang baru meninggal)
mencakup pula “mayat” (konotasi bias baru meninggal atau sudah lama
mati).Satu diantara contributor terbesar mayat di rumah sakit adalah yang
berasal dari luar rumah sakit yang dikenal sebagai kasus - mati
forensik.Pedoman ini disusun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
dihadapi saat ini dan merupakan pedoman minimal kamar jenazah bagi rumah
sakit yang seharusnya dikaitkan dengan pelayanan tipe rumah sakit yang
bersangkutan.
B. Tujuan Pedoman
1. Umum : untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban
mati sehari-hari dan pasca bencana
2. Khusus : Tersedianya Pedoman Kamar Jenazah di Rumah
SakitDustira yang dapat dipakai sebagai acuan oleh Rumah Sakit Dustira
dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi korban mati dan
keluarganya.
D. Batasan Operasional
1. Sasaran pelayanan kamar jenazah adalah pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan baik pasien dinas, askes maupun pasien umum yang
meninggal di rumah sakit dustira dan menggunakan jasa rumah sakit
dustira.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kamar jenazah meliputi kegiatan rutin yang meliputi :
a. Mencatat data pasien sehari-hari yang meninggal
b. Mendoakan pasien yang telah meninggal
c. Pembelian kain kafan
d. Menyediakan cairan formalin
e. Pemulasaraan jenazah yang meliputi :
1) Memandikan
2) Mewudhukan
3) Mengkafani
4) Mensholatkan (apabila diminta oleh keluarga)
5) Dimasukkan kedalam peti (apabila diminta oleh keluarga)
6) Diserahterimakan kepada keluarga
7) Diangkut oleh ambulance kereta jenazah sampai tujuan
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang-undang RI No. 8 tahun 1981 tentang Kewajiban Dokter
(Dokter Spesialis Forensik)
5. SK Menkes RI No. 1333 Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.
6. SK Dirjen Pelayanan, Medik Departemen Kesehatan RI No.
YM.00.03.2.2.571 tentang Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan SDM yang diperlukan pada kamar jenazah terdiri
dari:
a. Dokter Spesialis Forensik
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi khususnya Forensik Gigi
d. Teknisi Forensik
e. Teknisi Laboratorium Forensik
f. Tenaga Administrasi
g. Tenaga Pemulasaraan Jenazah
h. Supir Kereta Jenazah
i. Pekarya
C. Pengaturan Jaga
Jaga dilakukan secara stand by di rumah diluar jam dinas karena
keterbatasan atau minimnya tenaga.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
1. Ruang petugas kamar jenazah
2. Ruang pemandian jenazah
3. Ruang autopsi
4. Ruang upacara jenazah
5. Ruang rumah duka jenazah
6. Ruang kamar mandi (WC)
7. Musholla
8. Pos penjagaan
9. Garasi ambulance jenazah
B. Standar Fasilitas
1. Lemari besi
2. Lemari kayu
3. Kursi lipat
4. Bangku panjang
5. Meja jenazah
6. Meja tulis
7. Telepon
8. Jam dinding
9. Kulkas jenazah
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pasien yang datang ke rumah sakit pada prinsipnya dibagi dua yaitu:
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan (apabila meninggal dunia, langsung
diberi surat kematian. Kemudian dicatatat dalam buku register)
2. Pasien yang mengalami kekerasan (misalnya karena percobaan bunuh
diri,kecelakaan dan pembunuhan,pasien over dosis narkoba disamping dokter
menolong pasien,dokter melapor polisi atau menyuruh keluarga pasien untuk
melapor polisi.Apabila pasien meninggal dokter tidak member surat kematian
tetapi korban dikirim ke kamar jenazah dengan disertai surat pengantar yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan)
Apabila kamar jenazah menerima korban dari IRD tetapi belum ada Surat
Permohonan Visum et Repertum (SPVeR),maka petugas menyuruh keluarga
korban untuk melapor ke Polisi dimana peristiwa tersebut terjadi.Apabila keluarga
menolak lapor ke polisi dan tetap bersikeras membawa jenazah,maka diberikan
surat pernyataan dan tidak diberikan surat kematian.
JENAZAH DIEVAKUASI
1. Blangkar jenazah
2. Blangkar roda dan blangkar angkat
3. Seperangkat paket kafan
4. Plastik bening
5. Gunting
6. Handuk
7. Waslap
8. Celemek
9. Kain penutup jenazah/aurat
10. Kasa
11. Plester
12. Sarung tangan sampai pergelangan
13. Sarung tangan sampai sikut
14. Masker
15. Tutup kepala
16. Sepatu Bot
17. Kaca mata goggle
18. Kantong mayat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
KESELAMATAN KERJA
Untuk itu perlu dukungan dan perhatian penuh dari komando atas/ pimpinan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan/pasilitas di unit kamar jenazah untuk
menjaga keselamatan petugas dari penyakit menular tersebut/mematikan,dengan
cara menggunakan perlengkapan APD(Alat Pelindung Diri) yang lengkap,
sekaligus untuk menunjang kelancaran tugas di bagian kamar jenazah seperti :
petugas perlu diantar jemput mobil dinas apabila dibutuhkan dinas pada luar jam
dinas,apalagi pada malam hari,untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
PEMBIAYAAN
Pada umumnya jenazah yang diterima di kamar jenazah adalah mayat tak
dikenal terutama dari kalangan tidak mampu sehingga Rumah Sakit sulit untuk
menarik pembiayaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pasien atau
keluarganya.Pembiayaan cuma-cuma bagi orang tidak mampu tidak berlaku untuk
mayat.
PENUTUP
Fasilitas kamar jenazah rumah sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan
jenazah tetapi juga harus mampu melakukan identifikasi korban massal serta
merupakan sarana informasi dan komunikasi yang baik.
Standar Kamar Jenazah ini dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam
mengembangkan Instalasi Kamar Jenazah sehingga dapat diketahui sumber daya
manusia dan fasilitas yang dimiliki oleh setiap tingkat dari klasifikasi kamar
jenazah.
TARGET PENCAPAIAN
URAIAN KEGIATAN MENKES 129/2008 RS DR.ASMIR TW I TW II TW III TW IV KET
PEMULASARAAN JENAZAH
WAKTU TANGGAP (RESPONSE TIME) ≤ 2 JAM
PELAYANAN PEMULASARAAN
JENAZAH
PROGRAM KERJA KAMAR JENAZAH