Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

PENANGANAN JENAZAH YANG TERPAPAR COVID-19


Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan klinik
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto

Disusun Oleh:
Bimantara Cakra A (1913020003)
Sekar Putri R (1913020004)
Siti H Nur Aissyah (1813020005)
M Rafid H Ifnu (1813020016)
Harleyna Rokhison (1813020037)

Pembimbing:
dr. Abdul Hakim N , Sp. KF

KEPANITERAAN KLINIK FORENSIK


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO
2020
PENDAHULUAN
• Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization
memberi nama virus baru tersebut Severa acute respiratory
syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya
sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19).
• Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan
apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus
terus bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat
kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien.
• Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat
menular dari manusia ke manusia.
• Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam
(suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,
fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti
diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari
pasien timbul sesak dalam satu minggu.
• Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan
atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa
hari.
• Anamnesis  demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak)
dan sulit bernapas atau sesak.
• Pemeriksaan fisik  inspeksi dapat tidak simetris statis dan
dinamis, fremitus raba mengeras, retraksi otot pernapasan,
redup pada daerah konsolidasi, suara napas bronkovesikuler
atau bronkial dan ronki kasar.
• Pemeriksaan radiologi  Pada stage awal, terlihat bayangan
multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas
menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang
menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di kedua
paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru
bahkan “white-lung” dan efusi pleura (jarang)
• Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah  swab
tenggorok, RT-PCR SARS-CoV-2
TATALAKSANA FARMAKOTERAPI
DAN NON FARMAKOTERAPI
Pencegahan dan kontrol infeksi
1. Hand hygiene
2. Penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah
kontak langsung dengan pasien (darah, cairan
tubuh, sekret termasuk sekret pernapasan, dan
kulit tidak intak)
3. Pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam
4. Managemen limbah medis
5. Pembersihan dan desinfektan peralatan di RS
6. Pembersihan lingkungan RS
Terapi dan monitoring
1. Isolasi pada semua kasus
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit.
4. Suplementasi oksigen
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6. Terapi cairan :
a. Kenali syok sepsis
b. Resusitasi cairan
c. Vasopressor
7. Pemberian antibiotik empiris
8. Terapi simptomatik
9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin
diberikan pada tatalaksana pneumonia viral atau
ARDS selain ada indikasi lain.
10. Observasi ketat
11. Pahami komorbid pasien
12. Belum ada tatalaksana spesifik untuk pasien
COVID 19
Pencegahan infeksi dan Pengendalian untuk
pengelolaan yang aman dari mayat dalam konteks
COVID-19 (WHO)
Pertimbangan utama
1. COVID-19 adalah penyakit pernafasan akut yang
disebabkan oleh COVID-19 virus yang dominan
mempengaruhi paru-paru.
2. Kecuali dalam kasus demam dengue (seperti Ebola,
Marburg) dan kolera, mayat umumnya tidak menular.
Hanya paru-paru pasien dengan influenza pandemi, jika
tidak ditangani dengan tepat selama otopsi, bisa menular.
3. Sampai saat ini tidak ada bukti orang telah terinfeksi dari
paparan tubuh orang yang meninggal karena COVID-19
Menyiapkan dan kemasan tubuh untuk transfer dari kamar pasien ke unit otopsi,
mayat, krematorium, atau situs pemakaman
1. Pastikan bahwa personil yang berinteraksi dengan tubuh (perawatan
kesehatan atau staf kamar mayat, atau tim penguburan) menerapkan
kewaspadaan standar, termasuk kebersihan tangan sebelum dan sesudah
interaksi dengan tubuh, dan lingkungan hidup; dan menggunakan APD yang
tepat sesuai dengan tingkat interaksi dengan tubuh, termasuk gaun dan
sarung tangan. Jika ada risiko percikan dari cairan tubuh atau sekret, personil
harus menggunakan perlindungan wajah, termasuk penggunaan pelindung
wajah atau kacamata dan masker medis;
2. Siapkan tubuh untuk transfer termasuk pemindahan semua lini, kateter dan
tabung lainnya.
3. Memastikan bahwa setiap cairan tubuh yang bocor dari lubang yang
terkandung.
4. Menjaga kedua gerakan dan penanganan dari tubuh seminimal mungkin.
5. Membungkus tubuh dengan kain dan transfer sesegera mungkin ke daerah
kamar mayat.
6. Tidak perlu untuk mensterilkan tubuh sebelum transfer ke daerah kamar
mayat; - kantong mayat tidak diperlukan, meskipun mereka dapat digunakan
untuk alasan lain (misalnya tubuh yang berlebihan kebocoran cairan); dan
7. Tidak ada peralatan transportasi khusus atau kendaraan diperlukan.
Rumah pemakaman / perawatan kamar mayat
1. Kesehatan pekerja perawatan atau staf mayat mempersiapkan diri
(misalnya mencuci tubuh, merapikan rambut, menggunting kuku,
atau mencukur) harus mengenakan APD yang sesuai menurut untuk
tindakan pencegahan standar (sarung tangan, kedap gaun pakai [atau
gaun sekali pakai dengan apron kedap], masker medis, pelindung
mata);
2. Jika keluarga ingin hanya untuk melihat tubuh dan tidak
menyentuhnya, mereka dapat melakukannya, menggunakan tindakan
pencegahan standar setiap saat termasuk kebersihan tangan. Berikan
petunjuk keluarga yang jelas tidak menyentuh atau mencium tubuh;
3. Pembalseman tidak dianjurkan untuk menghindari manipulasi
berlebihan tubuh;
4. Dewasa> 60 tahun dan orang imunosupresi tidak boleh langsung
berinteraksi dengan tubuh
Otopsi, termasuk rekayasa dan kontrol lingkungan
1. Prosedur keselamatan untuk orang meninggal terinfeksi COVID-19 harus
konsisten dengan yang digunakan untuk otopsi dari orang-orang yang telah
meninggal karena penyakit pernapasan akut. Jika seseorang meninggal selama
periode menular dari COVID-19, paru-paru dan organ lain mungkin masih
mengandung virus hidup, dan perlindungan pernapasan tambahan yang
diperlukan selama prosedur yang menimbulkan aerosol (misalnya prosedur yang
menghasilkan aerosol kecil-partikel, seperti penggunaan gergaji listrik atau
mencuci usus);
2. Jika tubuh dengan dicurigai atau dikonfirmasi COVID-19 dipilih untuk otopsi,
fasilitas perawatan kesehatan harus memastikan bahwa langkah-langkah
keamanan di tempat untuk melindungi orang-orang melakukan otopsi
3. Lakukan otopsi di ruang berventilasi memadai, yaitu pada ventilasi alami
setidaknya dengan setidaknya 160L / s / aliran udara pasien atau kamar tekanan
negatif dengan setidaknya 12 pertukaran udara per jam (ACH) dan arah aliran
udara terkontrol saat menggunakan ventilasi mekanik;
4. Hanya jumlah minimum staf harus terlibat dalam otopsi
5. APD yang sesuai harus tersedia, termasuk setelan scrub, lengan panjang cairan
tahan gaun, sarung tangan (baik dua pasang atau satu pasang sarung tangan
otopsi), dan pelindung wajah (sebaiknya) atau kacamata, dan sepatu bot. Sebuah
respirator partikulat (N95 masker atau FFP2 atau FFP3 atau yang setara) harus
Pembersihan lingkungan dan kontrol
1. Kamar mayat harus tetap bersih dan berventilasi baik setiap saat
2. Pencahayaan harus memadai. Permukaan dan instrumen harus terbuat dari
bahan yang dapat dengan mudah didesinfeksi dan dipelihara antara otopsi;
3. Instrumen yang digunakan selama otopsi harus dibersihkan dan didesinfeksi
segera setelah otopsi, sebagai bagian dari prosedur rutin;
4. Permukaan lingkungan, di mana tubuh disiapkan, pertama-tama harus
dibersihkan dengan sabun dan air, atau larutan deterjen disiapkan secara
komersial.
5. Setelah pembersihan, desinfektan dengan konsentrasi 0,1% (1000 ppm)
natrium hipoklorit (pemutih), atau 70% etanol harus ditempatkan pada
permukaan selama minimal 1 menit. desinfektan rumah sakit kelas juga dapat
digunakan selama mereka memiliki klaim label terhadap virus yang muncul
dan mereka tetap di permukaan sesuai dengan rekomendasi pabrikan;
6. Petugas harus menggunakan APD yang sesuai, termasuk perlindungan
pernapasan dan mata, ketika mempersiapkan dan menggunakan solusi
desinfektan; dan
7. Item diklasifikasikan sebagai limbah klinis harus ditangani dan dibuang dengan
benar sesuai dengan persyaratan hukum.
Pemakaman
1. Keluarga dan teman-teman dapat melihat tubuh
setelah itu telah dipersiapkan untuk dimakamkan,
sesuai dengan adat. Mereka seharusnya tidak
menyentuh atau mencium tubuh dan harus mencuci
tangan dengan sabun dan air setelah melihat itu.
2. Mereka bertugas dengan menempatkan tubuh
dalam kubur, di tumpukan kayu pemakaman, dll,
harus memakai sarung tangan dan mencuci tangan
dengan sabun dan air setelah pengangkatan sarung
tangan sekali pemakaman selesai.
Langkah langkah pemulasaraan jenazah
1. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani pasien
yang meninggal akibat penyakit menular.
2. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut
meninggal dalam masa penularan.
3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah
tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.
5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum
jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan APD. Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19).
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus
bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat
istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan penyakit menular
meninggal dunia.
8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
9. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh keluarga dan
Direktur Rumah Sakit.
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.
12. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di pemulasaraan
jenazah
KOMPLIKASI DAN PROGNOSA
Komplikasi
• Tidak berkomplikasi  Kondisi ini merupakan kondisi
teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak
spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam,
batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti
hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot
• Pneumonia ringan
• Pneumonia berat
• Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
• Sepsis
• Syok septik
Prognosis
• Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,
dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis
bahkan meninggal
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
Prinsip Pencegahan Infeksi dan Strategi Pengendalian
Berkaitan dengan Pelayanan Kesehatan

• Pengendalian administrative  Untuk identifikasi awal semua


pasien ISPA digunakan triase klinis. Pasien ISPA yang diidentifikasi
harus ditempatkan di area terpisah dari pasien lain, dan segera
lakukan kewaspadaan tambahan. Aspek klinis dan epidemiologi
pasien harus segera dievaluasi dan penyelidikan harus dilengkapi
dengan evaluasi laboratorium.
• Pengendalian Lingkungan  Harus dijaga jarak minimal 1 meter
antara setiap pasien dan pasien lain, termasuk dengan petugas
kesehatan (bila tidak menggunakan APD).
• Alat Pelindung Diri  APD yang digunakan merujuk pada
Pedoman Teknis Pengendalian Infeksi sesuai dengan
kewaspadaan kontak, droplet, dan airborne.
Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
• Kewaspadaan Standar
• Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Tambahan Ketika Merawat Pasien ISPA
• Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi pada Prosedur/ Tindakan Medik yang
Menimbulkan Aerosol
• Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Ketika Merawat Pasien dalam Pengawasan
dan Kasus Konfirmasi COVID-19
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terhadap
Orang dalam Pemantauan
• Selama proses 14 hari pemantauan, harus selalu proaktif
berkomunikasi dengan petugas kesehatan.
• Pemantauan ini dilakukan oleh petugas kesehatan layanan
primer berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
• Petugas melakukan pemantauan kesehatan terkini melalui
telepon namun idealnya dengan melakukan kunjungan secara
berkala (harian).
• Petugas kesehatan yang melakukan pemantauan
menggunakan APD minimal berupa masker.
• Pasien diberikan edukasi untuk menerapkan Perilaku Hidup
Bersih Sehat (PHBS).
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terhadap
Kontak Erat
• Kontak erat risiko rendah sebaiknya membatasi diri dan
tidak bepergian ke tempat umum, bila terpaksa dilakukan
sebaiknya menggunakan APD berupa masker bedah.
Kontak erat risiko tinggi harus menghindari bepergian ke
tempat-tempat umum.
• Orang-orang termasuk petugas kesehatan yang mungkin
terpajan dengan pasien dalam pengawasan atau konfirmasi
infeksi COVID-19 harus disarankan untuk memantau
kesehatannya selama 14 hari sejak pajanan terakhir dan
segera mencari pengobatan bila timbul gejala terutama
demam, batuk diserta gejala gangguan pernapasan lainnya.
PENUTUP
• Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi
nama virus baru Severa acute respiratory syndrome coronavirus-2
(SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease
2019 (COVID-19).
• Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales,
keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga
dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat
empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus,
deltacoronavirus dan gamma coronavirus.
• Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk
dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak
memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan
gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam
satu minggu.
• Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS,
syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau
disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,
gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
• Beberapa upaya pencegahan dan kontrol infeksi perlu diterapkan
prinsip-prinsip yaitu hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri
untuk mencegah kontak langsung dengan pasien (darah, cairan tubuh,
sekret termasuk sekret pernapasan, dan kulit tidak intak), pencegahan
tertusuk jarum serta benda tajam, managemen limbah medis,
pembersihan dan desinfektan peralatan di RS serta pembersihan
lingkungan RS.
• Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil
dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai