Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN KAMAR JENAZAH

Kamar jenazah merupakan sebuah fasilitas yang memiliki satu atau lebih kamar atau
bangunan, yang digunakan untuk penyimpanan mayat termasuk fasilitias penyimpanan tubuh
yang didinginkan, dapat juga termasuk ruangan untuk otopsi. Pada prinsipnya, Jenazah secara
etis diperlakukan penghormatan sebagai manusia, karena ia adalah manusia. Untuk
menghormati jenazah, sebuah kamar jenazah haruslah bersih dari kontaminasi khususnya
yang membahayakan petugas atau penyulit analisa kemurnian identifikasi. Demikian pula
aman bagi petugas yang bertugas termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi
karena penyakit mematikan.

Dalam pelayanannya, tidak jarang menghadapi situasi yang khusus. Peristiwa


kematian seseorang dan sikap sosial budaya keluarga orang tersebut dalam menghadapi
kematian akan mewarnai sarana dan prasarana kamar jenazah. Kondisi emosional seseorang
keluarga maupun kerabat dalam menghadapi kematian dapat mempengaruhi pelayanan di
kamar jenazah. Hal tersebut dapat membahayakan keselamatan dokter maupun petugas
kamar jenazah terkait, termasuk perusakan sarana dan prasarananya. Jika dikaitkan dengan
kasus forensik yang memerlukan pengamanan jenazah sebagai barang bukti, hal-hal yang
berkaitan dengan chain of custody memerlukan sarana dan prasarana khusus. Oleh sebab itu,
kamar jenazah seharusnya dikelola secara intgratif dengan sekaligus dipimpin oleh
pelayanan penuh 24 jam dalam sehari.

Pelayanan kamar jenazah dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori, yaitu :

1. Pelayanan jenazah purna-pasien atau “mayat dalam”


Cakupan dari pelayanan ini adalah pasien yang dinyatakan telah meninggal
yang berasal dari ruangan sebelum jenazahnya diserahkan kepada keluarga
atau pihak yang berkepentingan.
2. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban – mati atau “mayat luar”
Rumah sakit terutama Rumah Sakit pemerintah sering menjadi sarana bagi
dibawanya jenazah yang tidak dikenal atau memerlukan pemeriksaan identitas
yang memerlukan pemeriksaan forensik. Ada dua macam pemeriksaan yang
dilakukan yaitu pemeriksaan luar (visum luar) maupun pemeriksaan dalam
(Visum dalam) keduanya dengan atau tanpa dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan toksikologi, histopatologi anatomi, radiologi, dll.
3. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya : pencarian orang hilang, rumah
duka/penitipan jenazah
4. Pelayanan bencana atau korban mati massal
5. Pelayanan untuk keilmuan atau pendidikan/penelitian
Tujuan dari pelayanan di kamar jenazah adalah :
1. Pencegahan penularan penyakit
Apabila kamar jenazah menerima korban atau pasien yang meninggal karena
penyakit menular misalnya HIV/AIDS, maka dalam perawatan jenazah perlu
diterapkan prinsip – prinsip sebagai berikut :
a. Petugas yang merawat atau orang – orang disekitarnya jangan sampai
tertular
b. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (air seni, kotoran, darah,
dll) dapat menjadi sumber penularan
c. Penerapan Universal precaution, yaitu :
1) Menggunakan penutup kepala
2) Menggunakan goggles (kacamata pelindung)
3) Menggunakan masker
4) Menggunakan sarung tangan
5) Menggunakan skot / apron
6) Menggunakan sepatu boot
d. Alat yang dipakai merawat jenazah perlu di dekontaminasi dengna
klorin 0,5 % selama 10 menit
Pada kasus kematian tidak wajar dengan dugaan mengidap penyakit infeksi
menular (seperti HIV/AIDS), maka dalam melakukan pemeriksaan dalam
(autopsi) harus tetap mengacu pada prinsip Universal Precaution. Akan tetapi,
apabila dapat dikoordinasikan dengan penyidik supaya tidak dilakukan
pemeriksaan dalam, maka cukup dilakukan pemeriksaan luar saja.
2. Penegakkan hukum

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-


Undang No. 8 tahun 1981 (KUHAP) bahwa setiap dokter umum, dokter ahli
Kedokteran Kehakiman (Dokter Spesialis Forensik) atau ahli lainnya wajib
memberi bantuan kepada pihak yang berwajib untuk kepentingan peradilan
apabila diminta oleh kepolisia atau penyidik yang berwenang.
Pasien yang datang ke Rumah Sakit pada prinsipnya dibagi menjadi 2, yaitu

1. Pasien yang datang tanpa adanya tanda-tanda kekerasan

Pasien yang datang ke Rumah Sakit tanpa adanya tanda-tanda kekerasan


kemudian meninggal dunia, maka dapat langsung diberi surat kematian.
Kemudian dibawa ke kamar jenazah untuk dicatat ke dalam catatan registrasi.

2. Pasien yang mengalami kekerasan

Pasien yang ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan seperti kekerasan fisik,


kecelakaan, percobaan bunuh diri, pasien overdosis narkoba, selain dokter
harus menolong pasien, juga melapor kepada polisi atau meminta keluarga
pasien untuk melaporkan ke polisi terdekat. Apabila kemudian pasien tersebut
meninggal, maka dokter yang merawat tidak dapat memberikan surat kematian
akan tetapi jenazah dikirim ke kamar jenazah disertai surat pengantar yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan.

Apabila jenazah yang dikirimkan dari IGD dengan kecurigaan adanya tindak
kriminal atau sesuatu yang tidak wajar namun belum ada Surat Permohonan
Visum et Repertum (VeR), maka petugas kamar jenazah meminta keluarga
untuk melaporkannya ke polisi dimana peristiwa tersebut terjadi. Apabila
keluarga menolak, maka diberikan surat pernyataan dan tidak diberikan surat
kematian.

Apabila jenazah sudah dilengkapi dengan SPVeR, maka keluarga korban


diminta untuk membuat surat pernyataan tidak keberatan dilakukan tindakan
pembedahan mayat (otopsi), dan surat kematian akan diberikan setelah
tindakan autopsi selesai.

Dalam pelayanan di kamar jenazah, juga termasuk pengawetan jenazah. Tindakan


pengawetan jenazah adalah tindakan medis dengan pemberian bahan kimia tertentu ke
dalam sistem sirkulasi jenazah bertujuan membunuh virus/kuman penyakit, mencegah
pembusukan maupun untuk mempertahankan bentuk jenazah. Tindakan tersebut
dilakukan khususnya pada jenazah yang akan ditunda penguburan atau kremasinya
lebih dari 24 jam setelah kematian. Tindakan pengawetan jenazah memiliki potensi
menyebabkan rusak atau hilangnya barang bukti dari tubuh jenazah. Atas dasar itu,
maka sebelum melakukan tindakan pengawetan jenazah, petugas harus yakin bahwa
kematiannya wajar. Pada kematian tidak wajar, maka pengawetan jenazah harus
ditunda dan baru dapat dilakukan setelah pemeriksaan kedokteran forensik selesai
dilakukan. Setelah semua tindakan pengawetan jenazah dilakukan, maka petugas
pengawetan jenazah membuat dan menandatangani sertifikat pengawetan jenazah
(Certificate of Embalming) sebgai jaminan bahwa pengawetan telah dilakukan dengan
sebaik-baiknya oleh orang yang memiliki kewenangan dan keahlian untuk melakukan
pengawetan jenazah.

SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber daya manusia yang dibutuhkan di kamar jenazah adalah sebagai


berikut :

a. Dokter spesialis Forensik

b. Dokter umum

c. Dokter gigi khususnya Dokter Forensik Gigi

d. Teknisi Forensik

e. Teknisi Laboratorium Forensik

f. Tenaga Administrasi

g. Tenaga Pemusalaran Jenazah

h. Supir Kereta Jenazah

i. Pekarya
SARANA DAN PRASARANA DI KAMAR JENAZAH

Sarana yang harus disediakan di kamar jenazah adalah sebagai berikut :

1. Divisi Autopsi

Pada divisi Autopsi terdiri dari 2 ruangan, yaitu :

1. Ruang Jenazah yang belum membusuk

Ruang otopsi dengan luas 14 m x 6 m

Kamar pendingin berukuran 3,5 m x 6 m yang dapat


menampung sebanyak 12 jenazah yang belum membusuk

2. Ruang jenazah yang sudah membusuk

Ruang otopsi berukuran 6 m x 6 m dan kamar pendingin


berukuran 3,5 m x 6 m.

2. Divisi Toksikologi

Ruangan untuk pemeriksaan toksikologi berukuran 12 m x 6 m dan


digunakan untuk melakukan pemeriksaan Narkoba (kualitatif). Apabila
ada pemeriksaan toksikologi lain maka dikirimkan ke laboratorium
Forensik.

3. Divisi Patologi

Ruangan untuk divisi patologi berukuran 6 m x 2,5 m dan digunakan


untuk melakukan pemeriksaan histopatologi pada korban-korban yang
diotopsi atau memeriksa sampel bahan kiriman dari daerah lain.

4. Divisi Antropologi

Ruangan divisi antropologi digunakan untuk pemeriksaan tulang


dewasa dan berukuran 3,5 m x 6 m.

5. Divisi Serologi/Biomolekuler

Ruangan untuk divisi serologi/biomolekuler digunakan untuk


melakukan pemeriksaan golongan darah ABO, MN dan Rhesus dan
berukuran 6 m x 6 m.

6. Divisi Odontologi
Ruangan Divisi Odontologi digunakan untuk pemeriksaan odontogram
dan berukuran 2 m x 6 m.

Selain divisi-divisi tersebut diatas, instalasi Forensik juga perlu dilengkapi


oleh beberapa ruangan berikut, yaitu :

1. Ruangan satuan pengamanan (SATPAM)

2. Ruangan pegawai penerima jenazah baik dari dalam RS maupun luar


Rumah sakit

3. Ruangan persemayaman jenazah

4. Ruang tunggu keluarga

5. Ruang kuliah mahasiswa

6. Ruang Sekretariat

7. Ruang Tata Usaha untuk menangani Visum et Repertum, asuransi (jasa


raharja, dll), dll.

8. Ruang Arsip

9. Ruang rapat

10. Ruang staf

11. Ruang komputer

12. Ruang Informasi (media)

13. Ruang Musholla dan penyolatan jenazah

14. Garasi kereta jenazah

15. Laundry

Selain ruangan-ruangan dan divisi diatas, perlu juga dipikirkan apabila terjadi
suatu bencana yang berakibat pada korban mati massal untuk mencari ruang terbuka
yang dapat memuat sekitar 50 – 80 jenazah dalam waktu yang bersamaan.
Prasarana yang harus disediakan di Instalasi Forensik adalah :

1. Bangunan

Kriteria bangunan pada kamar jenazah adalah sebagai berikut :

a. Merupakan area tertutup yang tidak dapat diakses oleh orang


yang tidak berkepentingan

b. Jalur jenazah : berdinding keramik, lantai tidak berpori,


memiliki sistem pembuangan limbah, sistem sirkulasi udara,
dan sistem pendingin.

c. Hubungan antar jalur jenazah dengan petugas :

d. Hubungan antara area tertutup

2. Peralatan

Peralatan yang harus disediakan untuk mendukung kegiatan di kamar


jenazah terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. Mobile

Peralatan yang harus disediakan yang bersifat mobile adalah


sebagai berikut :

 Brankar jenazah yang terbuat dari bahan aluminium


atau stainless steel, hanya sedikit cekungan, memiliki
saluran pembuangan air, dapat merangkap sebagai meja
autopsi, serta mudah dibersihkan (brankar roda ataupun
brankar angkat).

 Ambulans jenazah

b. Non Mobile

Peralatan yang bersifat non mobile harus tersedia untuk


berbagai kondisi, yaitu :
1. Pada kondisi normal / sehari-hari

Alat – alat yang harus disediakan untuk sehari-hari yaitu


:

 Peralatan otopsi

 Peralatan embalming

 Peralatan radiologi portable (bila


memungkinkan dapat disediakan fluoroskop)

 Peralatan antropometri

 Sistem komunikasi internal (intercom) dan


eksternal (telepon, fax, email)

 Komputer : database, office, fasilitas internet

 Kantong mayat

 Sarung tangan panjang karet

 Apron plastik

 Masker

 Tutup kepala

 Formulir surat kematian

 Formulir identifikasi korban orang hilang

 Formulir identifikasi korban yang sudah


meninggal

 Label jenazah

2. Pada kondisi bencana

Pada kondisi bencana, ada kemungkinan akan jatuh


banyak korban, sehingga perlu persiapan dari tim
identifikasi untuk mendukung kegiatannya di lapangan.
Oleh sebab itu, diperlukan peralatan yang mudah
dibawa dan cepat, yaitu :

 Kit identifikasi bencana massal lapangan


 Perlengkapan laboratorium

 Viewer ( lampu baca foto )

PROSEDUR INSTALASI PEMULASARAN JENAZAH

A. DARI DALAM

1. Petugas Instalasi Pemulasaran Jenazah menerima jenazah dari petugas ruangan


Instalasi rawat jalan, Rawat Inap, IGD, ICU

2. Dilengkapi dengan bukti SKK (Surat Keterangan Kematian) yang telah di tanda
tangani dokter

3. Petugas Instalasi Pemulasaran Jenazah mengisi Berita Acara Pengambilan Jenazah


oleh keluarga dan menandatanganinya

4. Pihak keluarga juga menandatangani Berita Acara Pengambilan Jenazah

5. Petugas Instalasi Pemulasaran Jenazah memberikan penjelasan, kemudian


menyerahkan SKK (Surat Keterangan Kematian) Asli dan Lembar Asli Berita Acara
Pengambilan Jenazah kepada keluarga dan gelang identitas di buka/digunting

6. Petugas Instalasi Pemulasaran Jenazah memindahkan jenazah ke ambulance


jenazah sesuai prosedur pemindahan jenazah

7. Jenazah dapat di bawa pulang oleh keluarga

__________

B. DARI LUAR

1. Pengantar/ penanggung jawab jenazah menandatangani Surat Penitipan dengan


tujuan untuk di visum atau dititip

2. Jenazah kemudian diperiksa dokter dan dibuatkan SKK yang ditanda tangani oleh
dokter

3. Petugas Instalasi Pemulasaran Jenazah mengisi Berita Acara Pengambilan Jenazah


oleh keluarga dan menandatanganinya

4. Petugas Instalasi Pemulasaran Jenazah memberikan penjelasan, kemudian


menyerahkan SKK (Surat Keterangan Kematian) Asli dan Lembar Asli Berita Acara
Pengambilan Jenazah kepada keluarga
5. Jenazah dapat di bawa/ divisum

Anda mungkin juga menyukai