Anda di halaman 1dari 6

PEMULASARAN JENAZAH PADA PASIEN

HIV, HEPATITIS, SARS, MERS-CoV

1
Wukhrifah Dewi Hanapi2Yacoba Patandianan3Raja Al Fath Widya Iswara
1
Kepanitraan Klinik FK UHO
2
Kepanitraan KlinikFK UHO
3
Bagian Ilmu Forensik Medikolegal Fakultas Kedokteran UHO

ABSTRAK
Kamar jenazah adalah layanan rumah sakit yang digunakan untuk mengamankan dan menyelamatkan mayat
manusia yang menunggu identifikasi atau pemindahan untuk otopsi, pemakaman atau ritual pasca kematian
lainnya. Kamar jenazah merupakan sumber infeksi yang potensial, tidak hanya untuk ahli patologi anatomi
otopsi, tetapi juga untuk pengunjung dan petugas pemulasaran jenazah.
Pemulasaran jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, yang meliputi persiapan jenazah untuk
diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-
barang milik pasien.

PENDAHULUAN Patogen yang dapat menular melalui


darah, terutama virus, sebagian besar
Kamar jenazah merupakan sumber berasal dari inokulasi melalui kulit.
infeksi yang potensial, tidak hanya untuk Beberapa virus, seperti Human
ahli patologi anatomi otopsi, tetapi juga Immunodeficiency Virus (HIV), Hepatitis
untuk pengunjung dan petugas B, dan Hepatitis C, bertahan dalam jangka
pemulasaran jenazah. Beberapa studi telah waktu yang lama dalam tubuh jenazah
melaporkan bahwa dengan berakhirnya setelah kematian pasien. Human
kehidupan seseorang, mikro-organisme Immunodeficiency Virus (HIV) misalnya,
patogenik tertentu masih dapat dilepaskan telah dilaporkan dapat bertahan hidup
dari tubuh jenazah, yang jika tidak hingga enam belas hari setelah kematian,
diwaspadai dapat ditularkan kepada dan dalam empat belas hari masih berada
orang–orang yang menangani jenazah dalam limpa bila berada dalam suhu
tersebut. Penularan mikro-organisme kamar. Virus tersebut masih dapat
patogenik tersebut dapat melalui inhalasi ditemukan dan diisolasi dari tulang
aerosol, tertelan, inokulasi direk / tusukan kranial, otak, cairan serebrospinal, kelenjar
benda tajam, luka pada kulit, dan getah bening, limpa, dan darah dalam
membrana mukosa mata, hidung, dan waktu lima hari setelah kematian
mulut. Terlebih lagi, setelah meninggal meskipun jenazah berada dalam suhu
akan didapatkan sawar darah-otak dan 6⁰C.3
sistem retikulo-endotelial yang sudah tidak Petugas pemulasaran jenazah
berfungsi lagi, sehingga patogen dapat merupakan salah satu anggota dari kamar
menyebar dengan lebih mudah dalam jenazah yang memiliki resiko tinggi untuk
tubuh jenazah.2 tertular infeksi dapatan dari kamar jenazah,
karena merekalah yang bertugas untuk
Personel yang bertugas menangani merawat mayat sebelum dimakamkan.
jenazah baik secara langsung maupun Salah satu faktor yang meningkatkan
tidak langsung beresiko terjangkit infeksi resiko terjadinya infeksi dapatan dari
blood-borne virus seperti Human kamar jenazah adalah ketidaktahuan
Immunodeficiency Virus (HIV), Hepatitis mengenai potensi bahaya dan resiko yang
B, Hepatitis C, dan Tuberkulosis serta dapat terjadi. 3
infeksi dari patogen–patogen lainnya. 2
PEMBAHASAN 6. Jenazah yang sudah dibungkus tidak
A. Definisi boleh di buka lagi.
Pemulasaran jenazah adalah 7. Jenazah tidak boleh dibalsem atau
perawatan pasien setelah meninggal, yang disuntik untuk pengawetan atau autopsi,
meliputi persiapan jenazah untuk kecuali oleh petugas khusus.
diperlihatkan pada keluarga, transportasi 8. Dalam hal tertentu autopsi hanya dapat
ke kamar jenazah dan melakukan disposisi dilakukan setelah mendapat persetujuan
(penyerahan) barang-barang milik pasien. dari pimpinan Rumah Sakit.
jika pasien meninggal karena kekerasan b. Persiapan sebelum memandikan jenazah
atau dicurigai akibat kriminalitas, medis Persiapan tempat
perawatan jenazah setelah pemeriksaan  Fasilitas kesehatan: Tempat atau lokasi
lengkap melalui otopsi. pemandian jenazah diusahakan harus:
B. Prinsip Pemulasaran Jenazah o Berdekatan dengan saluran
Jenazah secara etis diperlakukan pembuangan air/parit dan air harus
penghormatan sebagaimana manusia, mengalir ke instalasi pembuangan air
karena jenazah adalah manusia. Martabat limbah (IPAL) rumah sakit/fasilitas
kemanusiaan ini secara khusus adalah kesehatan.
perawatan keberhasilan sebagaimana o Tersedia bak pemandian jenazah.
kepercayaan/adatnya, perlakuan sopan dan  Rumah: Tempat atau lokasi pemandian
tidak merusak badannya tanpa indikasi jenazah diusahakan harus:
atau kepentingan kemanusian, termasuk o Berdekatan dengan saluran
penghormatan atas kerahasiaannya. Oleh pembuangan air/parit (permukaan
karenanya kamar jenazah harus bersih dan tanah).
bebas dari kontaminasi khususnya hal o Jika tak ada parit, galilah lubang
yang membahayakan petugas atau penyulit serapan untuk pembuangan air.
analisa kemurnian identifikasi (termasuk o Tersedia meja pemandian jenazah.
kontaminasi DNA dalam kasus forensik c. Embalming
mati). Demikian pula aman bagi petugas
yang bekerja, termasuk terhadap resiko Embalming (pengawetan jenazah)
penularan jenazah terinfeksi karena menurut The International Conference of
penyakit mematikan.5 Funeral Service Examining Boards adalah
C. Proses Pemulasaran Jenazah suatu proses dimana dilakukan pemberian
bahan-bahan kimiawi (penanganan
a. Ketentuan umum penanganan jenazah : kimiawi) pada tubuh orang mati untuk
1. Semua petugas/keluarga/masyarakat mengurangi munculnya dan
yang menangani jenazah sebaiknya berkembangnya mikroorganisme, untuk
telah mendapatkan vaksinasi sementara menghambat dekomposisi
Hepatitis-B sebelum melaksanakan organik, dan untuk mengembalikan tubuh
pemulasaraan jenazah (catatan: orang mati pada posisi fisik yang dapat
efektivitas vaksinasi Hepatitis-B diterima.13 Pengawetan jenazah dapat
selama 5 tahun). dilakukan langsung pada kematian wajar,
2. Hindari kontak langsung dengan akan tetapi pada kematian tidak wajar
darah atau cairan tubuh lainnya. pengawetan jenazah baru boleh dilakukan
3. Luka dan bekas suntikan pada setelah pemeriksaan jenazah atau autopsi
jenazah diberikan desinfektan. selesai dilakukan.14
4. Semua lubang-lubang tubuh, ditutup Orang yang melakukan tindakan
dengan kasa absorben dan diplester embalming disebut embalmer. Embalmer
kedap air. adalah seorang individu yang memenuhi
5. Badan jenazah harus bersih dan syarat untuk disinfeksi atau memelihara
kering. jenazah dengan suntikan atau aplikasi
eksternal antiseptik, desinfektan atau Hepatitis C virus, dan Human
cairan pengawet, mempersiapkan jenazah Immunodeficiency Virus.
untuk transportasi dalam kasus dimana  Resiko elektrik: timbul dari alat
kematian disebabkan oleh penyakit kelengkapan yang salah atau kurang
menular atau infeksi sehingga tubuh terpelihara. Bahaya listrik dapat timbul
jenazah dapat dipertahankan dalam kurun dari kontak air dengan listrik dan juga
waktu tertentu.13 ketika menyiapkan peralatan listrik.
 Risiko kimia: terkait dengan bahan
Pengawetan jenazah perlu dilakukan kimia berbahaya dan / atau bahan kimia
pada keadaan adanya penundaan yang mudah terbakar, bisa berupa
penguburan atau kremasi lebih dari 24 larutan fiksatif, pelarut, dan disinfektan
jam. Hal ini penting karena di Indonesia yang banyak digunakan di kamar
yang beriklim tropis, dalam 24 jam mayat mayat. Uap yang muncul dari larutan
sudah mulai membusuk, mengeluarkan formalin terkena udara sehingga
bau, dan cairan pembusukan yang dapat menyengat dan menyebabkan iritasi
mencemari lingkungan sekitarnya. Jenazah untuk mata dan saluran pernapasan
perlu dibawa ke tempat lain. Untuk dapat bahkan pada konsentrasi yang sangat
mengangkut jenazah dari suatu tempat ke rendah. Paparan pada kulit dapat
tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah menyebabkan iritabilitas. The Control
tersebut aman, artinya tidak berbau, tidak of Substances Hazardous to Health
menularkan bibit penyakit ke sekitarnya Regulations 1999 (COSHH)
selama proses pengangkutan.13 mensyaratkan bahwa paparan
d. Risiko Kerja Pemulasaran Jenazah formaldehid dikendalikan serendah
Kontak dengan mayat dapat terjadi mungkin di bawah batas paparan
selama pemindahan mayat, penyimpanan, maksimum 2 ppm (2,5 mg m-3) di udara
pencucian, pembalseman atau mempersiapkan atau menurut referensi selama 15 menit.
mayat untuk dikembalikan ke keluarga.
Menurut NHS resiko yang berhubungan
 Resiko radiasi: bahan radioaktif untuk
dengan petugas kamar jenazah dibagi menjadi: diagnosis dan / atau perawatan yang
14 masih ada dalam tubuh jenazah atau
 Risiko fisik: kecelakaan dan cedera dari peralatan pencitraan yang
dapat dikaitkan dengan penggunaan digunakan dalam kamar mayat.
peralatan. Resiko juga berhubungan Mayoritas investigasi diagnostik
dengan mengangkat tubuh jenazah yang dilakukan dengan radioaktif isotop
obesitas, tergelincir dan jatuh karena dikenal sebagai Teknesium 99m,
adanya cairan di lantai dan luka baik Iodine-131 untuk mengobati kanker
karena benda tajam atau fragmen tiroid dan Strontium 89 untuk metastase
tulang. tulang. Hampir semua memiliki waktu
 Risiko infeksi: timbul dari paparan agen paruh yang relatif panjang, kecuali
infeksi. Bahan infeksius dapat tersebar Teknesium 99m yang memiliki masa
dalam bentuk aerosol dan / atau cairan yang singkat hanya enam jam dan
tubuh. Infeksi dapat terjadi sebagai dengan demikian jenazah mendapat
akibat dari mengisap, menelan, perlakuan setelah 48 jam dari
inokulasi atau percikan agen infeksius pemberian substansi. Sedangkan bahaya
ke dalam mata. Infeksi yang dapat yang terkait dengan radiasi eksternal
terjadi seperti Viral Haemorrhagic untuk investigasi diagnostik relatif kecil
Fever Grup 4 yaitu, Demam Lassa, dan tidak memerlukan persiapan
Crimean / Kongo Haemorrhagic khusus.
Dengue, Ebola, Marburg virus, Virus
Hendra, Nipah Virus, Rabies, M.
tuberculosis, virus Hepatitis B,
B. HIV/AIDS 3) Prinsip dalam pemulasaraan
1) Definisi jenazah ODHA :
HIV (Human Immunodeficiency 1. Selalu menerapkan Kewaspadaan
Virus) adalah virus yang menyerang Universal (memperlakukan setiap
sistem kekebalan tubuh manusia dan cairan tubuh, darah dan jaringan tubuh
kemudian menimbulkan AIDS. HIV manusia sebagai bahan yang infeksius).
menyerang salah satu jenis dari sel-sel 2. Pastikan jenazah sudah didiamkan
darah putih yang bertugas menangkal selama kurang lebih 4 (empat) jam
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk sebelum dilakukan perawatan jenazah.
sel T-4 atau sel T-Helper atau disebut juga Ini perlu dilakukan untuk memastikan
sel CD-4. HIV tergolong dalam kelompok kematian seluler (matinya seluruh sel
retrovirus yaitu kelompok virus yang dalam tubuh).
mempunyai kemampuan untuk mengkopi 3. Tidak mengabaikan budaya dan
cetak materi genetik di dalam materi agama yang dianut keluarga.
genetik sel-sel yang ditumpanginya. 4. Tindakan petugas mampu mencegah
Melalui proses ini, HIV dapat mematikan penularan.6
sel-sel CD-4. Sedangkan AIDS (Acquired C. HEPATITIS B
Immune Deficiency Syndrome) adalah 1) Definisi dan Etiologi
kumpulan gejala penyakit akibat Hepatitis adalah suatu penyakit yang
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh.6 disebabkan oleh virus hepatitis B, suatu
2) Masa Penularan Post Mortem anggota famili Hepadnavirus yang
Media penularan HIV pada pasien hidup dapat menyebabkan peradangan hati
hampir sama dengan pada pasien yang akut atau kronis yang dapat berlanjut
telah meninggal. Dalam hal ini yang menjadi sirosis hati atau kanker hati.7
memiliki resiko besar untuk mendapat 2) Masa Penularan Post Mortem
paparan HIV adalah ahli patologi, dokter Hepatitis B mempunyai angka
yang melakukan otopsi dan asisten otopsi. transmisi paling tinggi diantara virus
Beberapa cara tentang penularan HIV parenteral dengan rata-rata sekitar 100
yaitu:6 kali lebih besar dari pada HIV. Hepatitis
a) Penularan melalui hubungan seksual B dapat menjadi infeksi laten dengan
dengan seorang pengidap HIV tanpa peningkatan resiko penyakit kronik dan
perlindungan atau menggunakan karsinoma hepatobilier atau infeksi akut
kontrasepsi (kondom). dengan angka kesembuhan yang tinggi.
b) HIV dapat menular melalui transfusi Risiko kontaminasi sangat tinggi
dengan darah yang sudah tercemar untuk petugas kesehatan dari pada
HIV. populasi umum. Risiko paling tinggi
c) Seorang ibu yang mengidap HIV terdapat pada orang yang berkontak
bisa pula menularkannya kepada bayi dengan darah atau orang yang
yang dikandung, itu tidak berarti melakukan tindakan invasif. CDC
HIV /AIDS merupakan penyakit menemukan resiko infeksi umum per
turunan, karena penyakit turunan orangan pada autopsi sekitar 5%
berada di gen-gen manusia sedangkan jika darahnya terkontaminasi
sedangkan HIV menular saat darah dengan antigen HbeAg terjadi
atau cairan vagina ibu membuat peningkatan menjadi 30%. HBV
kontak dengan cairan atau darah terdapat dalam semua cairan tubuh
anaknya. termasuk saliva, darah, cairan semen
d) Penularan melalui pemakaian jarum dan cerebrospinal.7
suntik, jarum tindik dan peralatan Infeksi biasanya terjadi secara
lainnya yang sudah dipakai oleh parenteral (lewat jarum suntik) tetapi
pengidap HIV. dapat juga terjadi lewat paparan
jaringan mukosa dengan cairan diukur hingga 36 jam post-mortem
terinfeksi (partikel dari cairan tindakan karena ketidaktersediaannya sampel
selama pembukaan rongga kepala yang untuk pengecekkan 48 jam. Hasil pada
dapat dengan mudah mencapai 36 jam post-mortem pun memberikan
konjunctiva atau rongga mulut). Tidak hasil positif.7
seperti HIV, HBV dapat hidup diluar E. SARS (Severe Acute Respiratory
tubuh selama 7 hari pada darah kering Syndrome)
atau pada cairan tubuh yang telah Definisi
mengering. Penelitian yang dilakukan Severe Acute Respiratory Syndrome
oleh Cussenot bahwa pada HBV, 9 (SARS) adalah sekumpulan gejala
korban meninggal dimasukkan dalam klinis yang berat oleh karena infeksi
sampel terdapat 5 sampel terbukti saluran nafas yang disebabkan oleh
positif untuk HBsAg, dan terus virus Corona. SARS berpotensi untuk
menunjukkan hasil positif sampai 48 menyebar dengan sangat cepat sehingga
jam, dan 8 dari sampel didapatkan hasil menimbulkan implikasi yang besar bagi
reaktif untuk anti-HBc sampai 48 jam para tenaga kesehatan. Selanjutnya,
dan 1 sampel bertahan sampai 36 jam dengan meningkatnya jumlah
post-mortem (sampel dengan 48 jam penerbangan international selama
tidak tersedia).7 beberapa dekade terakhir,
D. Hepatitis C memungkinkan terjadinya penyebaran
infeksi SARS yang luas hingga lintas
1) Definisi dan Etiologi
benua dan menjadi suatu ancaman
Hepatitis C adalah infeksi virus pada
international.8
organ hati dan ditemukan dalam darah
penderita. Penyebab utama penyakit
F. MERS-CoV (Middle East
hati kronis, termasuk sirosis dan kanker
Respiratory Syndrome Coronavirus)
hati adalah virus hepatitis C. HCV
Definisi
merupakan virus RNA yang
MERS-CoV adalah singkatan
digolongkan dalam Flavivirus bersama
dari Middle East Respiratory Syndrome
sama dengan virus hepatitis G, yellow
Corona Virus. Virus ini merupakan
fever, dan dengue. Virus ini umumnya
jenis baru dari kelompok Coronavirus
masuk kedalam darah melalui transfusi
(Novel Corona Virus). Virus ini
atau kegiatan-kegiatan yang
pertama kali dilaporkan pada bulan
memungkinkan virus ini langsung
Maret 2012 di Arab Saudi. Virus SARS
terpapar dengan sirkulasi darah.7
tahun 2003 juga merupakan kelompok
2) Masa penularan Post mortem
virus Corona dan dapat menimbulkan
Penelitian yang dilakukan oleh pneumonia berat akan tetapi berbeda
Cussenot bahwa pada HCV dari total 20 dari virus MERS-CoV. MERS-CoV
orang meninggal (14 laki-laki, 6 adalah penyakit sindrom pernapasan
perempuan) berusia 32-81 tahun, yang yang disebabkan oleh virus Corona
dilakukan penelitian. Tiga kasus harus yang menyerang saluran pernapasan
dikeluarkan dari studi karena keluarga mulai dari yg ringan sampai berat.10
tidak memberikan persetujuan. 17 G. Pencegahan Infeksi di Ruang
subjek sisanya terbukti anti-HCV positif Pemulasaran Jenazah
pada saat pemeriksaan pertama kali Setiap jenazah harus dianggap
(sesaat datang, 12 atau 24 jam post- berpotensi infeksius dan perlu ditangani
mortem, dan 1 kasus 36 jam post- sesuai dengan tindakan pencegahan yang
mortem). Ke-16 subjek ini tetap disarankan, teknik prosedural dan
menunjukkan hasil positif sampai 48 mengetahui prinsip profilaksis sebelum
jam post-mortem. 1 subjek hanya dapat terpapar. Seluruh area otopsi dan isinya
harus ditetapkan sebagai tanda peringatan of Oncology Nursing, 2013: Hal. 647-
Biohazard dan tepat ditempatkan di tempat 5
jenazah. Oleh karena itu kesadaran akan 5. Komisi Penanggulangan AIDS
keselamatan di kamar jenazah adalah Provinsi Jawa Tengah. Tata Cara
langkah pencegahan yang efektif. Pemulasaran Jenazah Orang
Dengan HIV dan AIDS. 2012.
SIMPULAN 6. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu
Pemulasaran jenazah atau perawatan bagi Penyakit Dalam, jilid II, edisi VI.
orang yang meninggal merupakan salah Jakarta: Interna Publishing. 2016.
satu bagian dari keseluruhan rangkaian Hal 1221-1228
perawatan yang diberikan kepada pasien di 7. World Health Organization
akhir kehidupan dan mereka yang dekat (WHO). Cumulative Number of
dengan pasien. Prinsip dalam Reported Probable Cases of SARS.
pemulasaraan jenazah infeksius seperti 2003.
HIV, Hepatitis, SARS, dan MERS-CoV 8. World Health Organization
Selalu menerapkan Kewaspadaan (WHO). Pencegahan dan
Universal (memperlakukan setiap cairan Pengendalian Infeksi Saluran
tubuh, darah dan jaringan tubuh manusia Pernapasan Akut (ISPA) yang
sebagai bahan yang infeksius). Dalam Cenderung Menjadi Epidemi dan
pemulasaran jenazah diterapkan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
kewaspaadaan umum dan kewaspadaan Kesehatan. 2003.
terhadap risiko infeksi dan penularan 9. Kementrian Kesehatan Republik
berbagai penyakit. Indonesia. Pedoman Umum
Kesiapsiagaan Menghadapi
Middle East Respiratory Syndrome
DAFTAR PUSTAKA Corona-virus (MERS-CoV). 2013.
10. Kementerian Kesehatan Republik
1. Kazungu, J., Nanyingi, M., Indonesia. Situasi dan analisis HIV
Katongole, S,P., Robert, A., AIDS. 2014
Wampande, L.N. The State of 11. Kusa KS. Awareness of Risks,
Mortuary and Mortuary Services Hazards and Preventions in
inPublic Health Facilities of South autopsy practice. A review.
Western Uganda. International JEMDS. 2013.
Journal of Public Health Research 12. Putro, BH. Hubungan Tingkat
2015; 3(6): 360-369 Pendidikan Petugas Pemulasaran
Jenazah dengan Pengetahuan
2. Kementrian Kesehatan Republik Infeksi Dapatan dari Kamar
Indonesia. Pedoman Jenazah. Semarang, Indonesia.
Penyelenggaraan Jenazah pada 2014.
ODHA. Kementrian Kesehatan RI.
2017.

3. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Standar Kamar Jenazah.
Jakarta: Departemen Kesehatan. 2004.
Hal 204-207
4. Olausson J dan Ferrell BR. Care of
the Body After Death: Nurses’
Perspectives of the Meaning of Post-
Death Patient Care. Clinical Journal

Anda mungkin juga menyukai