Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

INFEKSI DAPATAN PADA INSTALASI


KEDOKTERAN FORENSIK
FITRAH HAYATI - H1AP12018, NURHAPSARI - H1AP12019, OLIVIA KURNIA PUTRI -
H1AP12029, SUCI MENTARI - H1AP12045, WENNY EFRINA - H1AP12008

Supervisor:
dr. Wian Pisia A, MH, Sp.KF

Residen Pembimbing:
dr. Yudhitya Meglan H
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kasus meninggal Peningkatan prevalensi
HIV, Hepatitis B dan C, Penularan dapat
karena penyakit infeksi
Tuberkulosis, dan infeksi terjadi melalui cairan-
semakin meningkat H5N1, infeksi bakteri atau cairan yang keluar dari
terutama di negara HTCV pada pekerja di dalam tubuh jenazah.
berkembang. ruang autopsi.

Pencegahan infeksi dengan


menegakkan kewaspadaan
universal dan pengembangan
peraturan Occupational Safety
and Health Adminsitration
(OSHA).

Langkah-langkah pencegahan infeksi


merupakan hal yang perlu diberikan dan
dikuasai bagi setiap petugas pemulasaran
jenazah .
RUMUSAN MASALAH
Apa sajakah infeksi dapatan yang ada di
kamar jenazah?

Bahaya apa saja yang dapat ditimbulkan


dari infeksi dapatan kamar jenazah?

Bagaimana cara mencegah terjadinya


infeksi dapatan dari kamar jenazah?
Tujuan
■ Mengetahui jenis infeksi dapatan yang ada di kamar jenazah.
■ Mengetahui bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan dari
infeksi dapatan dari kamar jenazah.
■ Mengetahui cara pencegahan infeksi dapatan dari kamar
jenazah.

Manfaat
■ Diharapkan melalui penulisan ini dapat memberikan
pengetahuan dan manfaat kepada semua pihak, khususnya
kepada penulis, teman sejawat dan petugas pemulasaran
jenazah untuk mencegah infeksi dapatan dan meningkatkan
kualitas pelayanan di kamar jenazah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
INFEKSI
■ Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan
bersifat sangat dinamis.
■ Mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentan
(suspectable host) dapat terjadi melalui dua cara:
– Transmisi langsung (direct transmission)
– Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
■ Vehicle-borne
■ Vector-borne :
■ Cara mekanis
■ Cara biologis
■ Food-borne
■ Water-borne
■ Air-borne
INFEKSI DAPATAN
INSTALASI KEDOKTERAN
FORENSIK
DEFINISI INFEKSI NOSOKOMIAL

■ Noso = penyakit
■ Komeo = rumah sakit
 Infeksi yang didapat di rumah sakit,
tanpa adanya tandaa-tanda infeksi
sebelumnya dan pertama kali muncul
kurang dari 48 jam.
Pengertian Infeksi Dapatan dari Kamar Jenazah

Infeksi yang didapat dari jenazah, dimana


didalam tubuh jenazah masih terdapat kuman
patogen yang berpotensi menimbulkan penyakit
bila menginfeksi manusia yang masih hidup.

Source
TIGA KOMPONEN PADA
INFEKSI NOSOKOMIAL

Susceptible Means Of
Host Transmission
Rute Infeksi
■ Luka akibat cedera jarum suntik
■ Percikan darah atau cairan tubuh lainnya ke luka terbuka.
■ Kontak darah atau cairan tubuh lainnya dengan selaput
lendir mata, hidung atau mulut.
■ Menghirup dan menelan partikel aerosol.
Risiko dan Bahaya dalam Kamar jenazah
Penyakit Terkena cipratan / kontak Aerosol: Agen mikobakteri. Darah
Menular dekat. / cairan tubuh: HIV, Hepaitis B,
Permukaan kulit yang rusak. Hepatitis C & infeksi parasit.
Permukaan mukosa. Penyalahgunaan narkoba
Darah, cairan tubuh dan intravena: merupakan risiko
jaringan dari jenazah dengan terbesar penularan virus, agen
penyakit infeksi dan pecandu bakteri seperti staphylococcus
narkoba. streptococcus dan salmonella
Isolation Precautions ( Standard precaution)
PENCEGAHAN / TINDAKAN
PENCEGAHAN
Vaksinasi
hepatitis B

Patogen yang ada di


darah
Pencegahan
akses individu
dengan defisiensi
imun dan individu
yang memiliki
luka terbuka.
PENCEGAHAN / TINDAKAN
PENCEGAHAN
Ventilasi yang
Agen yang disebarkan oleh memadai di
aerosol misalnya kamar post-
Mycobacterium tuberculosis mortem.

Imunisasi BCG

Pemakaian masker
respirator N-95
Penggunaan Pakaian Pelindung
Sarung tangan
Penggunaan
pemeriksaan
Pakaian Pelindung

Pelindung
saluran nafas

Pelindung
terhadap
Pelindung percikan: visor,
seluruh tubuh : apron, sepatu
gaun/mantel bot karet
Klasifikasi Agen Infeksius Pada Jenazah

Advisory committee on dangerous pathogens (ACDP)


INFEKSI BAKTERI
Mycobacterium
tuberculosis

•Tuberkulosis lebih menular pada


otopsi dibandingkan selama hidup
•Disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis dengan
Masa masa inkubasi 2-10 minggu.
Penularan •Basil tetap hidup dan menular
dari setidaknya 24-48 jam setelah jenazah
yang terinfeksi dilakukan embalming
Jenazah •Dalam penelitian lain, jenazah yang
sudah dilakukan embalming masih
dapat menularkan bakteri hingga 60
jam.
INFEKSI JAMUR
■ Infeksi jamur bersifat invasif dan menginduksi infeksi
opportunistik pada pasien yang imunokompromais.
■ Infeksi jamur penyebab kematian yang teridentifikasi saat
otopsi memiliki proporsi yang sangat sedikit, dari data
epidemiologi didapatkan hanya 5,9 % di India (Sarodeh et al.,
1993) dan 16,4% di United State (Bond et al., 2003)
■ Pada pasien yang immunocompromised, infeksi jamur invasif atau
Invasive Fungal Infection (IFI) adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas.
1) Aspergillus

 Masuknya spora jamur aspergillus ke manusia pada umumnya melalui inhalasi,


cara lain melalui terpapar secara lokal akibat luka operasi, kateter intravena
dan armboard yang terkontaminasi.
 Inhalasi spora jamur aspergillus dapat menyebabkan infeksi yang invasif pada
paru maupun sinus dan sering diikuti perluasan infeksi secara hematogen ke
organ lain.
2) Candida

 Sumber utama infeksi Candida adalah flora normal dalam tubuh pada pasien
dengan immunocompromise, dan luar tubuh seperti pada bayi baru lahir yang
mendapatkan infeksi Candida dari jalan lahir.
 Candida atau kandidiasis, dapat bersifat akut atau subakut mengenai mulut,
vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia, endokarditis, atau meningitis
INFEKSI VIRUS
HIV-AIDS
Potensi penularan:
Cairan tubuh (darah, air mani,
ekskresi vagina, CSS, sinovial,
pleural, peritoneal, perikardial,
ketuban)

Masa penularan post mortem:


Tubuh tidak didinginkan: 24- 36
jam
Didinginkan 6oC : 6 hari
Didinginkan 2oC : 16,5 hari
Hepatitis B

Potensi penularan:
Semua cairan tubuh
(Risiko penularan lebih besar
dari HIV)

Masa penularan post


mortem:
Virus bertahan 7 hari pada
cairan tubuh yang mengering
Hepatitis C

Potensi penularan:
Cairan tubuh

Masa penularan postmortem:


Hasil pemeriksaan HCV tetap
positif sampai 48 jam
postmortem
KESIMPULAN

Resiko untuk terjadinya penularan infeksi pada


petugas kesehatan di ruang pemulasaran jenazah
terhadap jenazah yang mengalami infeksi memiliki
prevalensi yang semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Penularan tersebut dapat melalui udara,
penetrasi ke kulit dan sebagainya. Tindakan untuk
mencegah terjadinya penularan infeksi dapat berupa
penerapan kewaspadaan universal meliputi
penggunaan alat pelindung diri yang tepat, perilaku
dan tindakan mencegah infeksi.
Daftar Pustaka
1. Hostiuc S, Curca GC, Ceausu M, Rusu MC, Niculescu E, Dermengiu D.
Infectious risks in autopsy practice. Romanian J Legal Med
2011;(19):183-8.
2. Komisi Penangggulangan AIDS. Tata cara pemulasaran jenazah orang
dengan HIV dan AIDS. Jawa Tengah. 2012.
3. Darmadi. Infeksi Nosokomial, Problematika dan
Pengendaliannya.Jakarta: Salemba Medika, 2008
4. Charles V, Wetli. Autopsy safety. Center of Forensic Sciences, Happauge
and Departement of Pathology, State University. New York. Laboratory
Medicine 2001;32(8).
5. OSHA Compliance Guidelines for Funeral Home. Atlanta; Georgia
Institute of technology. Available from
https://www.funeralcourse.com/wp-
content/uploads/southcarolina/SC-OSHA-Compliance-Guidance-
Funeral- Homes-6hr.pdf
6. Darmadi. Infeksi Nosokomial, Problematika dan Pengendaliannya.
Jakarta. Salemba Medika, 2008.
7. Kluwer, W. Healthcare – associated infections: A public health problem.
Nigerian Medical Journal: Journal Of The Nigeria Medical Association, vol.
53, no. 2, pp. 1-2, 2012.
8. Creely KS (2004). Infection risk and Embalming. Reaserch Report.
Institutes Occupational Medicine.
9. The Royal College of Pathologist (2002). Guidelines on autopsy practice
main document.pdf ; Chapter 6 (6.5, 6.7, 6.8), Health dan safety – infection.
Available from: www.rcpath.org/publications-media/publications/guidelines-
on-autopsy-practice.
10. J. L. Burton (2003). Health and safety at necropsy. J Clin Pathol. April;
56(4): 254–260.
11. Al-Wali A (2001). biological safety. In: Burton JL, Rutti GN, Eds. The
Hospital Autopsy. London: Arnold, 25-36.
12. Sotgiu G, Arbore AS, Cojocariu V, Piana A, Ferrara G, Cirillo DM, Matteelli
A. (2008) High risk of tuberculosis in health care workers in Romania. Int J
Tuberc Lung Dis 122:600-11.
13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014). Situasi dan analisis
HIV
AIDS.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Info
datin%20AIDS.pdf

Anda mungkin juga menyukai