Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MANAJEMEN PASIEN SAFETY

(konsep manajemen infeksi nosokomial )

Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini Skep.,Ns.,Mkep
Definisi Infeksi Nosokomial

• Nosokomial berasal dari kata Yunani Noso yang berarti


“penyakit” dan komeo berarti “rumah sakit”. Dahulu
nosokomial merujuk pada penyakit infeksi yang didapat di
rumah sakit. Sekarang infeksi nosokomial adalah infeksi yang
terjadi di sarana pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit,
rumah perawatan, panti jompo dan klinik kesehatan) Tujuan
Meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme di
tangan. Mencegah perpindahan mikroorganisme dari
lingkungkan ke pasien dan dari pasien ke petugas (infeksi
silang)
• Jadi infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat di rumah
sakit pada pasien rawat inap dengan tidak adanya atau masa
inkubasi sewaktu masuk rumah sakit. Infeksi ini timbul
setelah 3x24 jam atau 74 jam perawatan pada pasien ketika
masuk rumah sakit (Depkes RI, 2003).
Kriteria Infeksi Nosokomial

• Waktu mulai di rawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi


dan tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut
• Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam atau 72 jam sejak
pasien mulai dirawat
• Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih
lama dari waktu inkubasi infeksi tersebut
• Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada
saat persalinan atau selama ibu dirawat di rumah sakit
• Bila dirawat dirumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan
terbukti infeksi tersebut di dapat penderita ketika dirawat di
rumah sakit yang sama pada waktu lalu, serta belum pernah
dilaporkan sebagai infeksi nosocomial
Jenis-Jenis Infeksi Nosokomial

• Bakteriemia
Bakteriemia adalah keadaan pasien dengan menunjukan demam tinggi setelah 3 x 24 jam dirawat di
rumah sakit, dengan suhu tubuh mencapai 38,50 °C. dikatakan bakteriemia nosokomial apabila
terjadi tindakan invasive di rumah sakit seperti : pemasangan infus, lumbal pungsi dan kateterisasi.
• Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih terjadi setelah dilakukan tindakan kateterisasi buli-buli, dan tindakan invasi
pada system reproduktif.
• Infeksi luka operasi
Infeksi luka operasi dikatakan infeksi nosokomial bila keadaan pra bedah dan selama pembedahan
terjadi infeksi pada luka operasi.
• Infeksi hepatitis akut
Timbul setelah dua minggu dirawat inap atau 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit. Dengan
tanda-tanda klinik yang khas yaitu kenaikan SGOT, SGPR, dan bilirubin.
• Infeksi saluran cerna
Infeksi saluran cernayang terjadi di ruang rawat inap dengan tanda gejala seperti mencret dengan
atau muntah, nhyeri perut, dan disertai demam.
• Infeksi saluran nafas bagian bawah
Infeksi ini terjadi setelah 3 x 24 jam sejak mulai dirawat dengan gejala demam 38,50°C, lekositosis,
batuk dengan dahak, dan ditemukan ronki basah.
Proses Terjadinya Infeksi Nosokomial

mekanisme penularan
Dalam garis besarnya, mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentang (Subsceptable Host0 melalui 2 cara:
• Transmisi Langsung ( Direct Tranmission)
penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuia dari pejamu.
• Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba patogen yang penularannya “media perantara” baik barang-barang air, udara, makanan/minum maupun
vector.
• Venicle borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/ bahan yang kontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrument
bedah, peralatan laboratorium, peralatan infud atau tranfusi.
• Vector borne
Sebagai media perantara penularan ada;ah vector (serangga), yang memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara
berikut :
• Cara mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum (mikroba patogen), lalu hinggap pada makanan atau minuman, dimana akan
masuk seluruh cerna penjamu.
• Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam tubuh vector/serangga, selanjutnya
mikroba di pindahkan kedalam tubuh pejamu melalui gigitan.
• Food borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, yaitu
melalui pintu masuk saluran cerna.
• Water borne
Tersediamya air bersih secara kuantitatif maupun kualitatif terutama untuk kebutuha rumah sakit.
Tahap Infeksi Nosokomial

• Tahap pertama: Mikroba patogen bergerak menuju ke penjamu


atau penderita dengan mekanisme penyebaran (mode of
transmission) terdiri dari penularan langsung dan tidak langsung
(Darmadi,2008)
• atau penularan mikroba patogen melalui benda-benda mati
seperti peralatan medis, bahan-bahan atau material medis atau
peralatan lainya .
• Tahap kedua: Adalah upaya dari mikroba patogen untuk
menginvasi ke jaringan atau organ penjamu (pasien) dengan cara
mencari akses masuk (port d’entree) seperti adanya kerusakan
atau lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung,mulut, orisium
uretra dan sebagainya.
• Tahap ketiga: Adalah mikroba patogen berkembang baik
(melakukan multipliksi) disertai dengan tindakan destruktif
terhadap jaringan, walaupun ada mengakibatkan perubahan
morfologis, dan gangguan fisiologis jaringan.
Cara penularan infeksi nosokomial

• Penularan secara kontak penularan ini dapat terjadi secara kontak


langsung, kontak tidak langsung, dan droplet. Kontak langsung terjadi
apabila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu,
misalnya person to person pada penulan infeksi virus hepatitis A secara
fecal oral.
• Penularan melalui common vehicle Penularan ini melalui benda mati
yang telah kontaminasi oleh kuman, dan dapat menyebabkan penyakit
pada lebih dari satu penjamu.
• Penularan melalui udara dan inhalasi penularan ini terjadi apabila
mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat
mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh, dan melalui saluran
pernafasan.
• Penuran dengan perantara vector penularan ini dapat terjadi secara
eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal apabila
hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang
menempel pada tubuh vector, misalnya shigella dan salmonella oleh
lalat.
Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial
Penularan kuman penyebab infeksi nosokomial dapat terjadi
melalui:
• Infeksi sendiri (self infection) : yaitu infeksi nosokomial berasal
dari penderita sendiri (flora endogen) yang berpindah ke
tempat atau bagian tubuh lain, seperti kuman escherichia coli
dan staphylococus aureus, kuman tersebut dapat berpindah
melalui benda yang dipakai, seperti linen atau gesekan tangan
sendiri (Achmad, 2002).
• Infeksi silang (cross infection) : yaitu infeksi nosokomial terjadi
akibat penularan dari penderita / orang lain di rumah sakit.
• Infeksi lingkungan (enviromental infection) : yaitu infeksi yang
disebabkan kuman yang didapat dari bahan / benda di
lingkungan rumah sakit.
Pengelolaan infeksi nosokomial

Terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh:


1. Banyaknya pasien yang dirawat dapat menjadi sumber infeksi bagi
lingkungan,dan pasien lainya
2. Kontak langsung antara pasien yang menjadi sumber infeksi dengan
pasien lainya.
3. Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang tercemar kuman
dengan pasien
4. Penggunaan alat atau peralatan medis yang tercampur oleh kuman.
5. Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang di deritanya.
Pencegahan Infeksi Nosokomial

• Pencegahan dari infeksi nosokomial ini memerlukan suatu


rencana yang terintegrasi, monitoring dan program –
program yang bertujuan membatasi penyebaran organism,
mengontrol dan membatasi risiko infeksi, serta melindungi
pasien. Penyebaran organism dibatasi dari atau antarpasien
dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung
tangan, tindakan septic dan asepsi, strelisasi dan
disinfektan. Risiko infeksi endogen dibatasi dengan cara
meminimalkan prosedur invasive. Perlindungan pasien
diberikan dengan penggunaan antibiotic yang adekuat,
nutrisi yang cukup, dan vaksinasi. Selain itu, program
tersebut bertujuan sebagai pengawasan infeksi, identifikasi
penyakit dan mengontrol penyebaran infeksi.
• Dekontaminasi
Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi
dengan menjaga kebersihan tangan.
• Instrumen yang sering digunakan rumah sakit
• Lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara
berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau
keduannya yang dipakai berulang – ulang)
• Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit
• Perbaiki Ketahahan Tubuh
Metode dasar Pencegahan Infeksi Nosokomial :

• Mencuci Tangan (Hand Hygiene)


Cuci tangan merupakan tindakan utama dalam pengendalian
infeksi nosocomial.
• Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) digunakan untuk melindungi dari
mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang bekerja di
sarana pelayanan kesehatan. Alat Pelindung Diri (APD)
seperti sarung tangan yang bersih.
Kewaspadaan Isolasi

Tiga cara penularan infeksi yang sering terjadi di rumah sakit, yaitu melalui
udara, percikan dan kontak
1. Kewaspadaan percikan
Kewaspadaan ini mengurangi resiko penularan nosokomial patogen
melalui butir-butir percikan dengan ukuran >5 mm.
2. Kewasapadaan ini mengurangi resiko penularan organisme dari pasien
terinfeksi atau terkoloni baik langsung maupun tidak langsung.
3. kewaspadaan melalui udara
kewaspadaan ini dirancang untuk mengurangi penularan nosokomial dari
partikel < 5µm yang dapat berada di udara beberapa jam dan dapat
menyebar luas.

Anda mungkin juga menyukai