KONSEP INFEKSI
A. Kompetensi Dasar
3.1 Menganalisis infeksi
4.1 Mengkomunikasikan terjadinya infeksi
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan tentang pengertian infeksi ( C2 )
3.1.2 Mengklasifikasikan penyebab infeksi ( C3 )
3.1.3 Menganalisis cara penularan infeksi ( C4 )
3.1.4 Menganalisis pencegahan infeksi ( C4)
4.1.1 Mendemonstraikan pencegahan infeksi ( P2)
4.1.2 Mengendalikan terjadinya infeksi ( P3)
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik ( A ) mampu menjelaskan tentang pengertian infeksi (B) secara mandiri
( C) dengan benar ( D)
2. Peserta didik ( A ) mampu mengklasifikasikan penyebab infeksi ( B ) secara mandiri (
C ) dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis cara penularan infeksi ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
4. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis pencegahan infeksi ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
5. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan pencegahan infeksi ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
6. Peserta didik ( A ) mampu mengendalikan terjadinya infeksi ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
D. Uraian Materi
1. Pengertian
Istilah nosokomial berasal dari bahasa Yunani yaitu nosocomeion yang berarti
rumah sakit (nosos = penyakit, komeo = merawat). Infeksi nasokomial dapat diartikan
infeksi yang berasal atau terjadi di rumah sakit. Infeksi yang timbul dalam kurun waktu
48 jam setelah dirawat rumah sakit sampai dengan 30 hari lepas rawat dianggap sebagai
infeksi nasokomial.
1
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh atau dialami pasien
selama dia dirawat di rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi baru setelah 72 jam
pasien berada di rumah sakit. Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan
kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah Sakit merupakan slah satu dari
tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung mikroorganisme yang
tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik. Unit perawatan
intensif merupakan salah satu area dalam rumah sakit yang beresiko tinggi terkena infeksi
nosokomial.
Infeksi nosokomial menurut WHO adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien ketika
berada didalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana infeksi tersebut tidak
tampak pada saat pasien diterima dirumah sakit. Yang disebut infeksi nosokomial ini
termasuk juga adanya tanda tanda infeksi setelah pasien keluar dari rumah sakit dan juga
termasuk infeksi pada petugas petugas yang bekerja di fasilitas kesehatan. Infeksi yang
tampak setelah 48 jam pasien diterima dirumah sakit biasanya diduga sebagai suatu
infeksi nosokomial.
Infeksi iatrogenik adalah jenis infeksi nosokomial yang diakibatkan oleh prosedur
dianostik atau terapeutik. Infeksi traktus urinarius yang terjadi setelah insersi kateter
merupakan contoh infeksi nosokomial iatrogenik. Insiden infeksi nosokomial dapat
diturunkan jika perwat menggunakan dan mempraktikkan teknik aseptik.
Infeksi nosokomial dapat secara eksogen dan endogen. Infeksi eksogen didapat
dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal,
contoh organisme Salmonella dan Clostridium tetani. Infeksi endogen dapat terjadi bila
sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlabihan.
Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh enterokokus, ragi, streptokokus. Bila
mikooganisme dalam jumlah cukup yang normalnya ditemukan dalam salah satu rongga
atau lapisan tubuh dipindahkan ke bagian tubuh lain, terjadi infeksi endogen.
Infeksi nosokomial meningkatkan biaya perawatan kesehatan secara signifikan,
lamanya masa perawatan, meningkatnya ketidakmampuan, peningkatan biaya antibodi
dan masa penyembuhan memanjang dan menambah pengeluaran klien. Maka dari itu
perawat berhati-hati dan teliti saat melakukan asuhan keperawatan pada klien.
2. Penyebab
Penyebab dari infeksi nosokomial adalah agen infeksi dan respon toleransi tubuh
pasien. Berikut penjelasannya:
2
1. Agen infeksi yang menyebabkan infeksi nosokomial adalah semua mikroorganisme
termasuk bakteri, virus, jamur, dan paarasit. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh
flora normal dari pasien itu sendiri (endogenus infection). Umumnya infeksi yang
terjadi di rumah sakit disebabkan karena faktor eksternal yaitu penyakit yang
penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda yang tidak steril.
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon pasien adalah umur, status
imunitas, penyakit yang diderita, obsitas, malnutrisi, orang yang menggunakan obat
imunosupresan serta intervensi yang dilakukan untuk melakukan diagnosa dan terapi.
3. Cara Penularan
Cara penularan infeksi nosokomial dapat terjadi melalui:
1. Infeksi silang (cross infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang
atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung.
2. Infeksi sendiri (self infection, auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari
penderita sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain.
3. Infeksi lingkungan (environmental infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang
berasal dari benda atau bahan yang berada di lingkungan rumah sakit.
Selain itu, cara penularannya pun dapat dibagi menjadi 4 cara yaitu kontak langsung
antara pasien dengan personel yang merawat pasien. Kontak secara tidak langsung yaitu
melalui alat-alat yang tidak disterilkan dengan benar. Droplet infection yaitu penyebaran
penyakit melalui udara dan penularan melalui vektor yaitu penularan melalui
hewan/serangga yang membawa kuman.
3
MDVI Vol. 39. No.1 Tahun 2012: 36-41
4. Pencegahan
Pencegahan infeksi nosokomial memerlukan rencana yang terintegrasi dan terprogram,
terdiri atas:
1. Membatasi penularan organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan,
menggunakan sarung tangan, tindakan aseptik, isolasi pasien, sterilisasi, dan desinfeksi.
2. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat, nutrisi yang
cukup, dan vaksinasi.
4. Mengurangi risiko infeksi endogen dengan cara mengurangi prosedur invasif dan
menggunakan antimikroba secara optimal.
5. Pengamatan infeksi, identifikasi, dan pengendalian wabah.
6. Pencegahan infeksi pada tenaga medis.
7. Edukasi terhadap tenaga medis.
5
E. LATIHAN SOAL
1. Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan dari mencuci tangan bersih adalah....
a. Membebaskan tangan dari kuman dan mencegah infeksi
b. Mencegah peristiwa infeksi
c. Memelihara integritas kulit yang tepat
d. Mengurangi penyebaran infeksi nosokomial
e. Memaksimalkan penyebaran infeksi
2. Berikut ini pemakaian handscoon yang tepat, kecuali.....
a. Beresiko untuk terpapar dengan darah dan cairan tubuh
b. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien infeksius
c. Mengalami luka pada kulitnya
d. Melakukan tindakan invasif
e. Pada saat pergantian shift pasien
3. Langkah pertama tindakan mencuci tangan adalah....
a. Pertahankan kuku jari anda pendek dan terkikir
b. Sisingkan lengan baju seragam yang panjang diatas pergelangan tangan
c. Langsung membuka keran air
d. Menggunakan sabun
e. Bilas pergelangan tangan secara menyeluruh
4. Tindakan keperawatan menutup bagian mulut dan hidung sebagai kewaspadaan untuk
mengurangi transmisi droplet udara yang mengandung mikroorganisme saat merawat
pasien adalah..
6
a. Melindungi perawat dari infeksi c. Menjaga integritas kulit
pernafasan d. Menjaga penampilan
b. Mencegah dari infeksi e. Menjaga infeksi kulit
6. Pasien dengan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, demam, hasil pemeriksaan dokter
dengar diagnosa medis TBC, alat pelindung diri yang tepat untuk perawat adalah.....
8. Seorang pasien datang di IGD pukul 11.00 WIB dengan kasus TBC dan pasien
ditempatkan diruang isolasi. Dalam kasus tersebut, tindakan proteksi yang bisa dilakukan
oleh perawat adalah...
9. Seorang pasien datang di UGD suatu RS dengan gejala diare lebih dari 2bulan, demam
turun naik, terdapat jamur pada daerah mulut. Menurut pemeriksaan dokter gejala yang
dikeluhkan pasien sama seperti penderita HIV. Untuk mengetahuinya dokter
menyarankan untuk pemeriksaan darah.
Berdasarkan kasus diatas proteksi diri yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu dengan
menggunakan...
a. Masker c. Baraschot e. kacamata
b. Sarung tangan dan masker d. Helm
10. Seorang klien perempuan usia 16 tahun datang ke klinik karena jatuh dari sepeda motor,
terdapat luka dan mengeluarkan darah. Klien minta segera diobati. Sesuai prinsip
keamanan dan kenyaman tindakan yang saudara lakukan adalah...
a. Membersihkan darahnya segera dan memberi obat
b. Mencuci tangan dan mempersilakan klien membersihkan diri
c. Mencuci tangan memakai sarung tangan dan merawat lukanya
d. Memberi obat antibiotika dan mempersilakan segera pulang
e. Membersihkan darahnya dan meminta pasien pulang
11. Setelah selesai kontak dengan pasien,saudara selalu mencuci tangan. Tujuan saudara
melakukan hal tersebut adalah …
A. Mendinginkan suhu ditangan
B. Memperindah kuku-kuku tangan
C. Memperlancar aliran darah di tangan
D. Mempertahankan kelembapan kulit tangan
7
E. Membersihkan kotoran dan mikroorganisme transit dari tangan
12. Membersihkan tangan dari segala kotoran dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai kebutuhan dan merupakan tindakan keperawatan yang harus
dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan kepada pasien disebut...
8
BAB II
ALAT KESEHATAN
A. Kompetensi Dasar
3.2 Menerapkan penggunaan alat- alat kesehatan sesuai dengan fungsinya
4.2 Menggunakan alat kesehatan sesuai fungsinya
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.2.1 Menjelaskan pengertian alat kesehatan ( C3 )
3.2.2 Menjelaskan tujuan alat- alat kesehatan ( C3)
3.2.3 Menentukan jenis alat- alat kesehatan ( C3)
3.2.4 Menerapkan penggunaan alat- alat kesehatan sesuai dengan fungsinya ( C3 )
3.2.5 Menelaah penggunaan alat- alat kesehatan sesuai dengan fungsinya ( C4 )
3.2.6 Mendemonstrasikan alat kesehatan sesuai fungsinya ( P2)
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserata didik ( A) mampu menjelaskan pengertian alat kesehatan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
2. Peserta didik ( A) mampu menjelaskan tujuan alat- alat kesehatan ( B ) secara
mandiri ( C) dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menentukan alat- alat kesehatan ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D).
4. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan penggunaan alat- alat kesehatan sesuai
dengan fungsinya ( B ) secara mandiri ( C ) dngan benar ( D).
5. Peserta didik ( A ) mampu menelaah penggunaan alat- alat kesehatan sesuai
dengan fungsinya ( B ) secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
6. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan alat- alat kesehatan sesuai
fungsinya ( B ) secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
D. Uraian Materi
1. Pengertian Alat Kesehatan
Alat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1191/Menkes/Per/VIII/2010 adalah instrument, apparatus, mesin atau implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dana tau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
9
2. Tujuan Alat Kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1191/Menkes/Per/VIII/2010, alat kesehatan mempunyai beberapa tujuan sebagai
berikut:
1. Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit
2. Diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi kondisi sakit
3. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi, atau proses
fisiologis
4. Mendukung atau mempertahankan hidup
5. Menghalangi pembuahan
6. Desinfeksi alat kesehatan
7. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in
vitro terhadap specimen dari tubuh manusia.
3. Jenis Alat Kesehatan
Tabel 2.1 Jenis alat kesehatan dan Fungsinya
10
3 Alat Bantu Dengar ( ABD ) Alat yang digunakan
bagi klien yang
mengalami gangguan
pendengaran.
11
menghangatkan bayi
dan menjaga bayi dari
kuman.
12
10 Slang transfusi darah Alat yang digunakan
untuk
menyambungkan
darah dengan IV
kateter ( abocath )
pada klien yang
dilakukan tindakan
transfuse darah.
13
adalah Dr. Shinobu
Ishihara dari Jepang.
14
16 Troli balutan ( dressing Alat yang digunakan
trolley ) untuk membawa
segala perlengkapan
pembalutan klien. Alat
yang dibawa dapat
berupa kapas, kasa
pembalut, klem,
gunting, cairan
antiseptic, dan lain-
lain.
15
20 Kateter balon/ kateter foley Alat ini digunakan untuk
membantu proses
eliminasi urine pada
klien. Alat yang terbuat
dari lateks/karet
dilengkapi dengan balon
dengan cara
menyuntikkan aqua pada
pentilnya, jika telah
masuk agar kateter tidak
lepas
16
24 Gunting tali pusat ( umbilical Gunting khusus yang
cord scissor ) digunakan untuk
memotong pusat bayi
baru lahir
17
29 Kirbat Es Alat yang digunakan
untuk kompres dingin
yang berbentuk berupa
kantong dari karet dengan
tutup di tengahnya, diisi
pecahan es batu.
Terdiri atas:
Eskap: bentuk
bundar/lonjong,
digunakan untuk bagian
kepala, dada, dan perut.
Eskrag: bentuk
memanjang, digunakan
untuk bagian leher
18
kecil dengan tidak sadar.
19
37 Masker oksigen Alat yang digunakan di
atas hidung kien, mulut,
atau trakeostomi untuk
mengantarkan oksigen
atau aerosol
20
hecting ) digunakan dalam
pembedahan untuk
menyambungkan jaringan
yang terpisah karena
pembedahan/trauma.
22
48 Stetoskop kebidanan Alat yang digunakan
( obstetrical stethoscope ) untuk mendengar denyut
jantung janin ( DJJ )
dalam kandungan ibu
hamil. Disebut juga
stetoskop monoaural atau
stetoskop kebidanan
23
52 Pinset sirurgis Alat yang digunakan
untuk menjepit jaringan
pada waktu diseksi dan
penjahitan luka, memberi
tanda pada kulit sebelum
mulai insisi.
24
56 Pulse oxymeter Alat ini digunakan untuk
mengukur saturasi
oksigen darah.
25
59 Sampiran ( bed screen ) Pembatas ruangan yang
digunakan untuk
memisahkan antara ruang
periksa yang ada meja
periksanya dengan meja
dokter atau tempat
dilakukan
wawancara/anamnesis.
26
62 Set pemberian cairan Alat yang digunakan
( solution administration set ) untuk menyambungkan
cairan infus dengan
kateter IV ( abocath )
pada klien yang
dilakukan tindakan
pemasangan infus. Alat ii
disebut juga dengan set
infus.
27
67 Spuit gliserin Alat yang digunakan
untuk menyemprotkan
cairan/larutan sabun
melalui anus ( dubur )
dan biasanya digunakan
untuk melunakkan feses
pada klien yang sukar
buang air besar.
28
dapat juga digunakan
untuk mengetahui kerja
paru dan mengukuur
tekanan darah dengan
mendengarkan denyut
nadi.
29
74 Tabung oksigen dan Tabung yang digunakan
regulator untuk menampung
oksigen yang di tujukan
untuk klien kekurangan
oksigen yang sedang
menjalankan operasi atau
pernapasan yang tidak
stabil. Regulator
berfungsi untuk mengatur
aliran dari masing-
masing gas.
30
78 Timbangan dewasa Alat yang digunakan
untuk menimbang orang
dewasa dengan kapasitas
timbangan hingga dengan
150 kilogram.
31
82 Ultrasonografi / Alat untuk melihat
ultrasonography ( USG ) perkembangan janin
dalam tubuh ibu hamil,
untuk mengecek adanya
penyakit lain dalam tubuh
seperti kanker, mioma,
dan sebagainya.
32
86 Walker Alat bantu berjalan bagi
klien yang mengalami
imobilisasi yang dapat
menopang dan
memberikan rasa aman
pada kliien saat
melakukan latihan
berjalan.
34
BAB III
DESINFEKSI DAN STERILISASI PERALATAN KESEHATAN
A. Kompetensi Dasar
3.3 Menerapkan desinfeksi peralatan kesehatan
4.3 Melaksanakan desinfeksi peralatan kesehatan
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.3.1 Menjelaskan pengertian desinfeksi ( C2 )
3.3.2 Menjelaskan langkah- langkah desinfektan ( C2 )
3.3.3 Menerapkan desinfeksi peralatan kesehatan ( C3 )
4.3.1 Mendemonstrasikan desinfeksi peralatan kesehatan ( P2 )
4.3.2 Melaksanakan desinfeksi peralatan kesehatan ( P2 )
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik ( A ) mampu menjelaskan pengertian desinfeksi ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
2. Peserta didik ( A ) mampu menjelaskan langkah- langkah desinfeksi ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan desinfeksi peralatan kesehatan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
4. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan desinfeksi peralatan kesehatan ( B )
secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
5. Peserta didik ( A ) mampu melaksanakan desinfeksi peralatan kesehatan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
D. Uraian Materi
1. Pengertian
Desinfeksi adalah perusakan, penghambatan atau penghapusan mikroba yang
dapat menyebabkan penyakit atau masalah lain, misalnya seperti pembusukan. Hal ini
biasanya dicapai dengan mengguanakan bahan kimia.
1. Sarung tangan
Sarung tangan atau handscoen sebagai salah satu kunci di samping mencuci
tangan dalam meminimalisasi penularan penyakit, merupakan alat yang mutlak harus
35
dipergunakan oleh petugas kesehatan, termasuk perawat dalam memenuhi kebutuhan
klien. Sarung tangan (handscoen) dipergunakan dalam hal:
a. Sebelum terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah, selaput lendir, cairan
tubuh, atau kulit yang terluka.
b. Sebelum melakukan tindakan medik.
c. Sebelum membersihkan sampah terkontaminasi, atau memegang permukaan yang
terkontaminasi.
Apabila sarung tangan hanya dimiliki dalam jumlah terbatas, maka sarung tangan
yang akan dipakai berulang-ulang harus memerhatikan hal-hal berikut:
a. Melakukan dekontaminasi dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
b. Dicuci dan dikeringkan.
c. Melakukan sterilisasi dengan otoklaf atau desinfeksi tingkat tinggi (dengan
mengukus).
2. Mencuci tangan
The Centres for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan
rekomendasi baru untuk menjaga higienis tangan di lingkungan perawatan kesehatan.
Hiegienis tangan adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan
antiseptik serta mencuci tangan dengan benar lebih efektif dalam mengurangi infeksi
dari pada mencuci tangan dengan cara biasa.
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan:
a. Sebelum dan sesudah memeriksa klien.
b. Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.
c. Apabila terjadi kontaminasi pada tangan, seperti memegang instrumen dan item
lain yang kotor, menyentuh selaput lendir, darah atau cairan tubuh (sekresi dan
ekskresi), terjadi kontak lama dan intnsif dengan klien.
d. Sebelum melakukan prosedure invasif nonbedah (memasang infus, mengambil
sampel darah, memasang kateter urine, menghisap nasotrakea).
e. Bila berpindah dari bagian tubu terkontaminasi ke bagian tubuh bersih (luka
bedah) selama perawatan klien.
f. Setelah BAB dan BAK.
g. Sebelum dan sesudah setelah makan.
36
Di unit rawat jalan, polikklinik, maupun ruang rawat inap, puskesmas, tempat
pelayanan publik seperti kamar mandi umum perlu disediakan area cuci tangan
seperti wastafel, di tempat-tempat tersebut minimal terdapat:
a. Sabun (batang atau cair, antiseptik maupun non antiseptik).
b. Wadah sabun yang berlubang supaya air bisa terbuang keluar.
c. Air mengalir (pipa, atau ember dengan keran).
d. Handuk/ lap sekali pakai ( tissu atau kain yang dicuci setelah sekali di pakai).
2. Desinfektan
Menyiapkan/ membuat larutan desinfektan sesuai kebutuhan.
a. Tujuan
Menyiapkan larutan desinfektan yang dapat digunakan secara tepat guna aman
serta dalam keadaan siap.
b. Jenis desinfektan
a. Sabun yang memounyai daya aseptik, misalnya asepso, sopoderem.
b. Lisol
Kegunaan: - lisol 0,5 %: mencuci tangan
- Lisol 1% : desinfeksi perawatan/kedokteran
- Lisol 2-3%: merendam peralatan yang digunakan pasien, pasien
yang mengidap penyakit menular, selama 24 jam.
c. Savlon
Kegunaan - savlon 0,5 % : mencuci tangan
- Savlon 1 %: merendam peralatan perawatan/ kedokteran
d. Kreolin
Kegunaan: - Kreolin 0,5 % ; mendesinfeksi lantai
- Kreolin 2% ; mendesinfeksi lantai kamar mandi / WC/ Spoelhock
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses atau kegiatan menghancurkan atau memusnahakan semua
mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau lingkungan. Hal ini biasanya
dilakukan dengan pemanasan atau penyaringan, dan bahan kimia atau radiasi juga dapat
digunakan.
37
Dalam mempergunakan alat kesehatan diperlukan proses sterilisasi terlebuh dahulu agar
lebih aman saat digunakan. Sterilisasi adalah istilahigunakan untuk proses membersihkan
alat kesehatan yang biasanya penggunaannya berhubungan langsung dengan aliran darah,
organ tubuh dalam manusia, cairan tubuh atau jaringan tubuh.
Berikut ini adalah 4 langkah pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai, yaitu:
4. LANGKAH I: DEKONTAMINASI
Dekontaminasi dilakukan dengan cara merendam dengan larutan Klorin 0,5%.
Langkah ini perlu dilakukan terlebih dulu agar alat atau barang aman bila
tersentuh/terpegang.
Tujuan Dekontaminasi:
a. Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV)
serta berbagai jenis kuman.
b. Membuat alat atau barang tersebut aman sewaktu pencucian.
c. Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena mencegah cemaran
darah, cairan tubuh lain dan jaringan mengering pada alat atau barang tersebut.
5. LANGKAH II: PENCUCIAN
Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu dilakukan untuk
menghilangkan kotoran seperti darah dan feses yang menghalangi proses sterilisasi atau
DTT. Pencucian alat dan bahan habis pakai dilakukan setelah proses dekontaminasi.
Pencucian dilakukan dengan cara menyikat dengan sikat, deterjen dan air.
Tujuan Pencucian:
a. Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel pada
alat dan bahan habis pakai.
b. Mengurangi jumlah kuman.
c. Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.
Catatan: Bila bercak darah tertinggal dalam sebuah alat, kuman dalam bercak
tersebut mungkin tidak terbunuh secara sempurna oleh sterilisasi maupun DTT.
38
DTT bertujuan untuk membunuh kuman. DTT perlu dilakukan sebelum
penggunaan alat atau penyimpanan. DTT dapat membunuh semua kuman kecuali
endospora. Endosprora adalah bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras,
membungkus kuman sehingga sulit dibunuh. Kuman tetanus atau gas gangren dapat
membentuk endospora. DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan
kontak dengan kulit maupun mukosa membran yang tidak utuh. Bila sterilisasi tidak
tersedia, DTT merupakan satu-satunya pilihan.
DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.
1. Merebus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan dengan cara merebus alat yang
digunakan untuk resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.
2. Mengukus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan uap air panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti tabung
resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan dikukus.
Keuntungan mengukus dibanding merebus:
a. Kerusakan lebih sedikit pada sarung tangan dan barang plastik atau barang-barang
dari karet
b. Menggunakan lebih sedikit air
c. Menggunakan lebih sedikit bahan bakar karena air yang direbus lebih sedikit
d. Tidak terbentuk garam soda dalam alat-alat logam
7. LANGKAH IV: PENYIMPANAN
Setelah tindakan pencegahan infeksi, alat/barang sebaiknya digunakan atau
disimpan secepatnya sehingga tidak terkontaminasi. Penyimpanan secara benar sama
pentingnya seperti dekontaminasi, pencucian, atau DTT.
Tujuan Penyimpanan:
Penyimpanan alat dilakukan sesudah DTT atau sterilisasi sehingga tidak terjadi
kontaminasi alat tersebut.
Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi:
Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam
resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:
a. Meja resusitasi:
39
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air,
dikeringkan dengan udara/angin.
b. Tabung resusitasi:
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2
minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ketiga
langkah pencegahan infeksi jika alat digunakan pada bayi dengan infeksi.
Pencegahan infeksi tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan.
Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi
c. Sungkup silikon dan katup karet
o Sungkup silikon dapat direbus.
o Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
d. Alat pengisap atau sarung tangan yang dipakai ulang:
Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
e. Kain dan selimut:
Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/udara
atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.
f. Bahan/alat habis pakai:
Lakukan dekontaminasi untuk bahan/alat habis pakai seperti kasa, sarung tangan,
pipa kateter, jarum dan sebagainya selama 10 menit, sebelum membuangnya ke
tempat yang aman.
Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair
Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari sebuk kering
40
8. Pemisahan Alat- alat/ Sterilisasi
Prosedur Tindakan
41
Tahap Pra Interaksi
1. Pahami kasus
2. Siapkan peralatan
3. Siapkan diri
Tahap Orientasi
6. Cuci tangan
7. Gunakan APD
Membersihkan peralatan makan
1. Bawa peralatan makan klien dari ruang perawatan dan pisahkan di troli
khusus bagian penyimpanan alat makan infeksius dan non infeksius
2. Siapkan rangkaian kegiatan pencucian
Pencucian alat makan klien infeksius
3. Pakai sarung tangan dan celemek terlebih dahulu kemudian buang sisa
makanan pada alat makan ke tempat sampah
4. Siram alat makan dengan air mengalir
5. Rendam alat makan dengan air panas selama 30 menit, lalu dicuci dengan TAHAP
sabun, dibilas dengan air mengalir. TERMINASI
6. Tiriskan/keringkan/lap alat makan dengan kain lap yang bersih
7. Pastikan alat makan kering sebelum disusun pada khusus penyimpanan alat
makan infeksius, lepas handscoen dan buang ditempat sampah medis.
4. Berikut ini adalah cara untuk desinfeksi atau sterilisasi alat-alat perawatan :
1. Rendam klorin
2. Bersihkan alat-alat dan keringkan
3. Bungkus alat-alat (package)
4. Masukan kedalam autoclave
Susunlah langkah-langkah tersebut secara sistematis…
A. 1,2,3,4 D. 3,2,1,4
B. 2,1,3,4 E. 3,4,1,2
C. 2,1,4,3
A. Mencuci D. Menjemur
B. Merebus E. Mengelas
C. Mengoles
6. Dalam suatu ruangan di RS ada pasien yang menderita TBC. Pada waktu mengganti linen
perawat harus memperhatikan cara untuk menghindari penyebaran TBC yaitu dengan cara
merendam linen selama 24 jam dengan menggunakan larutan lysol ...%
A. 2-3 D. 6
B. 10 E. 8
C. 0,5
7. Suatu tindakan keperawatan menutup bagian mulut dan sebagai kewaspadaan untuk
mengurangi transmisi droplet udara yang mengandung mikroorganisme saat merawat pasien
disebut tindakan...
A. Menggunakan sarung tangan B. Menggunakan celemek
43
C. Menggunakan baju pasien E. Menggunakan kacamata
D. Menggunakan masker
8. Pasien datang ke klinik Insan Sehat dengan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, RR
28x/menit, demam, hasil pemeriksaan dokter dengan diagnosa medis TBC, alat pelindung
diri yang tepat untuk perawat adalah...
A. Sarung tangan C. Celemek
B. Selalu menggunakan masker dan D. Topi
sarung tangan E. Lysol
9. Ny.X sudah 3 bulan mengalami batuk-batuk disertai lendir, nyeri dada, batuk disertai darah,
setelah diperiksa ke dokter ternyata nyonya x di diagnosa mengalami penyakit TBC.
Berdasarkan kasus diatas penularan penyakit TBC dapat melalui...
A. Melalui sentuhan langsung D. Melalui hubungan seks
B. Melalui makanan E. Melalui kulit
C. Kontak langsung dan melalui
udara terbuka
10. Setelah selesai kontak dengan pasien,saudara selalu mencuci tangan. Tujuan saudara
melakukan hal tersebut adalah …
BAB IV
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kompetensi Dasar
3.7 Menerapkan pemeriksaan fisik
4.7 Melaksanakan pemeriksan fisik
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.7.1 Menerangkan pengertian pemeriksaan fisik ( C2 )
44
3.7.2 Merangkan urutan diagnosis ( C2 )
3.7.3 Menerapkan pemeriksaan fisik ( C3 )
3.7.4 Menganalisis tujuan dan manfaat pemeriksaan fisik ( C4)
4.7.1 Mendemonstrasikan pemeriksaan fisik ( P2 )
4.7.2 Melaksanakan pemeriksaan fisik ( P2 )
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan penegrtian pemeriksaaan fisik ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D )
2. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan urutan diagnosis ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pemeriksaan fifik ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
4. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis tujuan dan manfaat pemeriksaan fisik ( B )
secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
5. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan pemeriksaan fisik ( C ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
6. Peserta didik ( A ) mampu melaksanakan pemeriksaan fisik ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
D. Uraian Materi
1. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Pemeriksaan fisik adalah salah satu elemen penting dari proses menentukan diagnosis sebuah
penyakit. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui penyakit pasien, agar dapat memberikan terapi
Pemeriksaan fisik adalah komponen pengkajian kesehatan yang bersifat objektif yang
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada tubuh pasien dengan melihat keadaan
pasien (inspeksi), meraba suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (perkusi), mengetuk
45
suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (palpasi), dan mendegarkan menggunakan
stetoskop (auskultasi).
Urutan Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan wawancara dan
dapat membantu menegakkan diagnosa hingga 80%, anamnesis ini bersifat subjektif.
Tujuannya untuk menegakkan gambaran kesehatan pasien secara umum, dan mengetahui
riwayat penyakit pasien. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien
(autoanamnesis) atau terhadap keluarga atau kerabat terdekat pasien (hetero/alloanamnesis)
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah:
a. Identitas Pasien : Terkait nama, umur, alamat, pekerjaan, dll
b. Anamnesis penyakit : Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (onset, frekuensi, sifat,
waktu, durasi, lokasi), riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga
(keturunan/penularan), keluhan tambahan, riwayat pekerjaan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum, tanda vital, menilai status
mental dan cara berfikir, juga menilai langsung sistem atau organ yang berkaitan dengan
keluhan pasien dengan:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu diagnosa ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisiknya belum mendapatkan hasil. Dan juga dapat dilakukan untuk memastikan
diagnosa meskipun anamnesi dan pemeriksaan fisiknya sudah mencapai titik terang.
Contoh dari pemeriksaan penunjang seperti:
a. Pemeriksaan laboratorium : untuk menilai sel-sel darah, urin, feses
b. Kultur bakteri : untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi, dan untuk menentukan
antibiotik serta resistensinya.
46
c. Radioimaging : seperti CT-Scan, MRI, rontgen untuk mengetahui langsung bagian dalam
tubuh yang terkait dengan penyakit.
47
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan
untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu
sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
1. Komunikasi (penjelasan prosedur)
2. Privacy dan kenyamanan klien
3. Sistematis dan konsisten (head to toe, dari eksternal ke internal, dari normal ke
abnormal)
4. Berada di sisi kanan klien
5. Efisiensi
6. Dokumentasi
4. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada:
1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
48
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
49
Kesadaran merupakan ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan yang berasal dari lingkungan, dengan demikian maka tentu kondisi
tingkat kesadaran seseorang tidak selalu berada dalam kondisi normal.
50
c. Jenis kelamin
d. Usia dan Gender
e. Tahapan perkembangan
f. TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
g. Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
h. Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
i. Postur dan cara berjalan
j. Bentuk dan ukuran tubuh
k. Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
l. Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
m. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
51
Persiapan
a. Posisi klien: duduk/ berbaring
b. Pencahayaan yang cukup/lampu
c. Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan
ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan
edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
52
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak
rapuh.
setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat.
b. Pemeriksaan wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut
c. Pemeriksaan mata
Tujuan
1) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
2) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
1) Senter Kecil
2) Surat kabar atau majalah
3) Kartu Snellen
4) Penutup Mata
5) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
53
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink,
dan sclera berwarna putih.
Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam
penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda. Visus
tersebut dibagi dua yaitu:
1). Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat.
a. visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda
benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi.
(EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
b. virus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat
benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini
mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina. (EM.
Sutrisna, dkk, hal 21).
2). Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan
diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal
tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi
menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh
tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada
jarak 20 feet atau sekitar 6 meter.
Prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen yaitu:
Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta
mengucapkan apa yang akan ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah
satu mata dengan tangannya tanpa ditekan (mata kiri ditutup dulu).
Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu
Snellen dari kiri ke kanan, atas ke bawah.
Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas.
Jika tetap maka nilai visus oculi dextra = barisan atas/6.
54
Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka
pasien diminta untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian
mundur. Nilai visus oculi dextra = jarak pasien masih bisa membaca
hitungan/60.
Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk
melihat adanya gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus
oculi dextranya 1/300).
Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien
diminta untuk menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai
visus oculi dextra 1/tidak hingga). Pada keadaan tidak mengetahui cahaya
nilai visus oculi dextranya nol.
Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang
sama.
Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya
“x/y” artinya mata kanan pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan
orang normal dapat melihat sejauh y meter.
d. Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.
Persiapan Alat
1. Arloji berjarum detik
2. Garpu tala
3. Speculum telinga
4. Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan
55
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga,
warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
a. Pemeriksaan Rinne
1. Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari
tangan yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi.
4. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga
klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar
klien.
5. Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan
suara atau tidak.
6. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari
yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga
atau lebih jelas pada salah satu telinga.
4. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut
57
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi,
tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh
dan tidak ada tanda infeksi.
g. Pemeriksaan leher
Tujuan
1) Menentukan struktur integritas leher
2) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
3) Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak
ada pembesaran kelenjer gondok.
Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri karotis terdengar.
Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi,
nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri,
pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
b. System kardiovaskuler
Tujuan
1) Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
59
2) Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
3) Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
4) Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Persiapan alat
1) Stetoskop
2) Senter kecil
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
Palpasi: denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah
dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna,
pada RIC 4,5,dan 8.
Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari
stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada
bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
60
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
61
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan =
hipertimpani
Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik
organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
penumpukan cairan
Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
10. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak)
Inspeksi struktur muskuloskletal: simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi
dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
62
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal: teraba jelas
Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
11. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan:
1) Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
2) Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/
benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
3) Melakukan perawatan genetalia
4) Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
1)Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
2)Sarung tangan
a. Pemeriksaan rectum
Tujuan :
1) Mengetahui kondisi anus dan rectum
2) Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
3) Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
4) Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
1)Sarung tangan sekali pakai
2)Zat pelumas
3)Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan
1. Wanita:
Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris,
edema, pengeluaran.
63
Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema
dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa
Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula
ani pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda
infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. Pria:
Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada
pengeluaran pus atau darah
Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan
testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula
ani, pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda
infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
6. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan dengan
mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik
meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan
fisiologis dan perilaku. Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk
mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan
diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui
pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil asuhan
64
yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika
pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.
7. Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada
pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format
khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau semua
hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu
memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari
pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hampir sama dengan
langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
1. Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
2. Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi oleh perawat.
3. Assessment (pengkajian), yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan tentang
kemajuan atau kemunduran klien
4. Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien
5. Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan
rencana
6. Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.
E. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan dan jelaskan teknik pemeriksaan fisik secara sistematis?
2. Sebutkan persiapan alat dalam tindakan pemeriksaan fisik head to toe?
3. Sebutkan dan jelaskan persiapan pasien dan lingkungan?
4. Jelaskan pemeriksaan fisik pada sistem pengelihatan?
5. Jelaskan pemeriksaan fisik pada sistem integumen dan kuku?
6. Teknik pemeriksaan fisik secara urut adalah…
a. Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
b. Palpasi, Perkusi, Auskultasi, Inspeksi
c. Perkusi, Auskultasi, Inspeksi, Palpasi
d. Auskultasi, Inspeksi, Palpasi, Perkusi
e. Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi
BAB V
PEMERIKSAAN
65
TANDA-TANDA VITAL
A. Kompetensi Dasar
3.8 Menerapkan pengukuran suhu tubuh
3.9 Menerapkan pengukuran tekanan darah
3.10 Menerapkan perhitungan nadi
3.11 Menerapkan perhitungan pernafasan
4.8 Mengukur suhu
4.9 Mengukur tekanan darah
4.10 Menghitung nadi
4.11 Menghitung pernafasan
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.8.1 Menerangkan pengertian pengukuran suhu tubuh ( C2 )
3.8.2 Menerapkan pengukuran suhu tubuh ( C3 )
3.8.3 Menganalisis hasil pengukuran suhu tubuh ( C4 )
3.9.1 Menerangkan pengertian pengukuran tekanan darah ( C2 )
3.9.2 Menerapkan pengukuran tekanan darah ( C3 )
3.9.3 Menganalisis hasil pengukuran tekanan darah ( C4 )
3.10.1 Menerangkan pengertian pengukuran nadi ( C2 )
3.10.2 Menerapkan pengukuran nadi ( C3 )
3.10.3 Menganalisis hasil pengukuran nadi ( C4 )
3.11.1 Menerangkan pengertian pengukuran pernafasan ( C2 )
3.11.2 Menerapkan pengukuran pernafasan ( C3 )
3.11.3 Menganalisis hasil pengukuran pernafasan ( C4 )
4.8.1 Mendemonstrasikan pengukuran suhu tubuh ( P2 )
4.8.2 Menerapkan pengukuran suhu tubuh ( P2 )
4.9.1 Mendemonstrasikan pengukuran tekanan darah ( P2 )
4.9.2 Menerapkan pengukuran tekanan darah ( P2 )
4.10.1 Mendemonstrasikan pengukuran nadi ( P2 )
4.10.2 Menerapkan pengukuran nadih ( P2 )
4.11.1 Mendemonstrasikan pengukuran pernafasan ( P2 )
4.11.2 Menerapkan pengukuran pernafasan ( P2 )
C. Tujuan Pembelajaran
66
1. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan pengertian pengukuran suhu tubuh ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
2. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pengukuran suhu tubuh ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis hasil pengukuran suhu tubuh ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
4. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan pengertian pengukuran tekanan darah ( B )
secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
5. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pengukuran tekanan darah ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
6. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis hasil pengukuran tekanan darah ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
7. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan pengertian pengukuran nadi ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
8. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pengukuran nadi ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
9. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis hasil pengukuran nadi ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
10. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan pengertian pengukuran pernafasan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
11. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pengukuran pernafasan ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
12. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis hasil pengukuran pernafasan ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
13. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan pengukuran suhu tubuh ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D )
14. Peserta didik ( A ) mampu Menerapkan pengukuran suhu tubuh ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D )
15. Peserta didik ( A ) mampu Mendemonstrasikan pengukuran tekanan darah ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D )
16. Peserta didik ( A ) mampu Menerapkan pengukuran tekanan darah ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D )
67
17. Peserta didik ( A ) mampu Mendemonstrasikan pengukuran nadi ( B ) secara mandiri ( C
) dengan benar ( D )
18. Peserta didik ( A ) mampu Menerapkan pengukuran nadih ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D )
19. Peserta didik ( A ) mampu Mendemonstrasikan pengukuran pernafasan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D )
20. Peserta didik ( A ) mampu Menerapkan pengukuran pernafasan ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D )
D. Uraian Materi
1. Definisi
Tanda-tanda vital adalah ukuran dari berbagai fisiologi statistik, sering diambil oleh
profesional kesehatan, dalam rangka untuk menilai fungsi tubuh yang paling dasar. Tanda-
tanda vital harus diukur dan dan dicatat secara akurat dari waktu ke waktu yang
menunjukkan perjalanan kondisi pasien sebagai dokumentasi keperawatan. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien dapat membantu perawat dalam membuat
diagnosa dan perubahan respon pasien. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi:
pemeriksaan nadi, pernapasan, tekanan darah, dan suhu. Pemeriksaan TD, nadi, suhu dan
RR disebut dengan tanda vital (vital sign) atau cardinal symptoms karena pemeriksaan ini
merupakan indikator yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan menilai
fisiologis dari sistem tubuh secara keseluruhan.
Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk
memantau perkembangan pasien saat dirawat. Tindakkan ini bukan hanya sekedar rutinitas
perawat tetapi merupakkan tindakkan pengawasan terhadap perubahan/gangguan sistem
tubuh selama dirawat. Pada prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara
pasien satu dengan yang lainya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau lebih
ketat pada pasien dengan kegawat daruratan di banding dengan pasien yang tidak
mengalami kegawat daruratan/kritis.
2. Tujuan
68
Pengukuran tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui rentang tanda-tanda vital yang
meliputi:
1. Mengetahui denyut nadi (irama, ferkuensi, pernapasan)
2. Menilai kemampuan kardiovaskuler
3. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan.
4. Menilai kemempuan fungsi pernapasan.
5. Mengetahui nilai tekanan darah
69
3. Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu
menegakkan diagnose.
4. Untuk menilai keseimbangan suhu tubuh
5. Macam – macam pengukuran suhu:
70
c. Suhu rektal: Mengukur suhu badan dengan menggunakan thermometer yang
ditempatkan di rektal/anus. anus (rectal) tidak boleh dilakukan pada klien
dengan diare.
71
b. Pemeriksaan pernafasan
c. Pemeriksaan Nadi
1. Pengertian penghitungan nadi
Nadi adalah denyut nadi nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri
berdasarkan sistole dan diastole dari jantung. Denyut. Memeriksa denyut nadi merupakan
indicator menilai sistem kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah
menggunakan jari tangan (palpasi) atau dengan alat elektronik yang sederhana maupun
canggih. Pemeriksaan denyut nadi dengan bantauan stetoskop dilakukan pada arteri
apikal (ictus cordis). Pemeriksaan denyut nadi PALPASI ini dilakukan pada daerah arteri
radialis pergelangan tangan, arteri brachialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada
leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, atau arteri frontalis pada
ubun bayi, guna mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi) dan menilai kemampuan
fungsi kardiovaskular. Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya Dewasa
73
60-100 x/menit, bayi baru lahir 100-180 x/menit, bayi 100-150 x/menit, anak-anak 70-
110 x/menit. Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit. Denyut nadi
dapat meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu penyakit, cedera, dan emosi.
2. Tempat/lokasi menghitung nadi
Pemeriksaan denyut nadi ini dilakukan pada daerah
a. Arteri radialis pergelangan tangan.
b. Arteri ulnaris
c. Arteri brachialis pada siku bagian dalam
74
3. Tujuan penghitungan nadi
a. Menghitung denyut nadi dalam satu menit
b. Mengetahui keadaan umum klien
c. Mengetahui integritas system kardiovaskuler
d. Mengetahui perkembangan jalannya penyakit
75
6. Radius pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat
keempatnya. Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal
konstan, maka perubahan dalam tekanan darah didapat dari perubahan radius
pembuluh darah.
Nadi, RR, dan tekanan darah (TD) berdasarkan usia (Keperawatan Klinis, 2011)
Usia Nadi RR TD sistolik
(kali/menit) (kali/menit) (mmHg)
Dewasa (>18 tahun) 60-100 12-20 100-140
Remaja(12-18 tahun) 60-100 12-16 90-110
Anak-anak(5-12thun) 70-120 18-30 80-110
Prasekolah(4-5 tahun) 80-140 22-34 80-100
Bawah 3 tahun/Toddler (1-3 90-150 24-40 80-100
tahun)
Bayi (1 bulan – 1 tahun) 100-160 30-60 70-95
Baru lahir/infant (0-1 bulan) 120-160 40-60 50-70
76
- Melengkapi riwayat keperawatan, jika ditemukan hasil yang abnormal atau tanda-
tanda yang menunjukkan adanya masalah kesehatan, maka perawat akan memeriksa
secara lebih spesifik sistem tubuh yang mengalami masalah.
Alat dan Bahan:
Prosedur Tindakan :
77
18. Membuka sekrup balon perlahan–lahan sambil melihat turunnya air raksa dan
dengarkan bunyi denyut pertama (sistol) hingga bunyi terakhir (diastole) - tidak
terdengar lagi denyut arteri brachialis sampai tekanan nol
19. Melakukan validasi dengan mengulangi mulai poin 40-41 (bila hasil pengukuran
keduanya beda, ulangi sekali lagi)
20. Mengunci air raksa dan melepas manset
21. Mencatat hasil pengukuran pada buku catatan
Pengukuran suhu – pernafasan – denyut nadi
E. LATIHAN SOAL
78
2. Pusat pengatur pernapasan volunter adalah…
4. Saat seseorang dilakukan pemeriksaan Heart Rate, didapatkan hasil 54 x/mnt, irregular dan
lemah, dinamakan…
5. Saat seseorang dilakukan pemeriksaan Respirasi Rate dewasa, didapatkan hasil 28 x/mnt,
irregular dan lemah, dinamakan…
a. Bradikardia d. Bradipnea
b. Takikardia e. Dyspnea
c. Takipnea
6. Tekanan tertinggi pada dinding arteri yang terjadi ketika ventrikel kiri jantung
menyemprotkan darah melalui katup aorta, merupakan system kerja…
a. Telinga d. Aksila
b. Skin temporal e. Hair
c. Rectal
11. Perubahan dari cairan menjadi uap, seperti cairan tubuh dalam bentuk keringat menguap dari
kulit, merupakan…
a. Radiasi d. Konveksi
b. Konduksi e. Hipothermi
c. Evaporasi
12. Letak pengukuran arteri pada tindakan Resusitasi Jantung Paru, terletak pada…
a. Femoralis d. Karotis
b. Brachialis e. Temporalis
c. Radialis
13. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital berikut ini berada dalam batas normal, kecuali...
A. Suhu 370c D. Tekanan darah 120/80 mm Hg
B. Denyut nadi 50 x/menit E. Denyut nadi 84 x/menit
C. Pernafasan 16 x/menit
14. Dari hasil pengukuran tanda-tanda vital, pasien dinyatakan bradicardia apabila ditemukan...
A. Pernafasan 26 x/menit E. Tekanan darah 80/60 mm Hg
B. Pernafasan 8 x/mrnit
C. Denyut nadi 48 x/menit
D. Denyut nadi 84 x/menit
15. Pemeriksaan denyut nadi pada pasien yang mengalami amputasi pada kedua lengan dapat
dilakukan pada...
A. Vena radialis D. Arteri brachialis
B. Arteri radialis E. Vena brachialis
C. Arteri popliter
16. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat mengukur pernafasan
pasien, kecuali...
A. Irama D. Kedalaman
B. Frekuensi E. Volume pernafasan
C. Pola nafas
17. Prosedur berikut ini dilakukan pada pengukuran tekanan darah dilengan, kecuali...
A. Menentukan denyut nadi arteri radialis
B. Melakukan auskultasi pada arteri radialis
C. Memasang mancet dilengan, 3cm diatas siku
D. Membuka lengan baju pada lengan yang akan dipasang manset
E. Memompa udara kedalam manset sampai denyut nadi radialis tak teraba
80
18. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat mengukur heart rate
pasien, kecuali...
A. Irama D. Kedalaman
B. Frekuensi E. Kekuatan
C. Teratur
19. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat mengukur heart rate
pasien, kecuali...
a. Irama d. Kedalaman
b. Frekuensi e. Kekuatan
c. Teratur
20. Kontraindikasi pengukuran suhu melalui oral kecuali:
21. Saat seseorang dilakukan pemeriksaan Heart Rate, didapatkan hasil 112 x/mnt, reguler, dan
kuat. Dinamakan:
a. Bradikardia d. Dyspnea
b. Bradipnea e. Takipnea
c. Takikardia
22. Saat seseorang dilakukan pemeriksaan respirasi, didapatkan hasil 8 x/mnt, irreguler, dan
lemah. Dinamakan:
a. Bradikardia d. Dyspnea
b. Bradipnea e. Takipnea
c. Takikardia
a. Makanan d. Emosi
b. Usia e. BB
c. Aktivitas
24. Pemeriksaan Heart Rate pada orang dewasa sebaiknya pada arteri:
a. Karotis d. Radialis
b. Ulnaris e. Brakhialis
c. Femoralis
25. Pemeriksaan nadi pada anak kurang dari 1 tahun sebaiknya pada arteri:
a. Karotis c. Brakhialis
b. Femoralis d. Ulnaris
81
e. Radialis
26. Hal yang harus diperhatikan dalam mengukur respirasi adalah…
a. Frekuensi , irama, kedalaman d. Frekuensi, irama
b. Frekuensi , irama, kekuatan e. Irama, kekuatan
c. Frekuensi, kekuatan, kedalaman
27. Hal yang harus diperhatikan dalam mengukur heart rate adalah…
a. Frekuensi , irama, kedalaman d. Frekuensi, irama
b. Frekuensi , irama, kekuatan e. Irama, kekuatan
c. Frekuensi, kekuatan, kedalaman
28. Dibawah ini yang merupakan batasan normal pernafasan orang dewasa menurut WHO
adalah….
a. 22x/mnt – 28x/mnt d. 18x/mnt – 26x/mnt
b. 16x/mnt – 24x/mnt e. 12x/mnt – 16x/mnt
c. 16x/mnt – 30x/mnt
29. Berikut ini adalah kontraindikasi pengukuran suhu tubuh secara axila ...
a. Diare d. Sakit jantung
b. Kanker usus e. Hemoroid
c. Peradangan axilla
30. Berikut ini yang merupakan alat yang dibutuhkan dalam pengukuran suhu tubuh secara
axilla adalah…
a. Desinfektan d. Tissue
b. Thermometer e. jelly
c. Sarung tangan
31. Waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suhu tubuh secara axilla adalah….
a. 6 s/d 10 mnt d. 1 s/d 10 mnt
b. 1 s/d 3 mnt e. 30 m3nit
c. 2 mnt
32. Kecepatan denyut nadi kurang dari 50 x/menit disebut…
a. Hipertermia d. Hipertensi
b. Takikardia e. Hyperkalemia
c. Bradikardia
33. Berikut in nilai normal nadi yang paling tepat adalah…
a. 70 s/d 90 x/mnt d. 90 s/d 130x/mnt
b. 60 s/d 100x/mnt e. 90 s/d 135x/mnt
c. 80 s/d 120x/mnt
34. Berikut ini yang merupakan tujuan pengukuran tekanan darah yang paling tepat adalah…
A. menilai fungsi respiratori C. menilai fungsi kardiovaskular
B. menilai fungsi pencernaan D. menilai fungsi otak
82
E. menilai fungsi reproduksi
35. Berikut ini adalah cara yang paling tepat melakukan palpasi pada saat pemeriksaan nadi
adalah….
A. Menggunakan ujung tiga jari C. Menggunakan jari kelingking
tengah D. Menggenggam dengan semua jari
B. Menggunakan ibu jari E. Menggunakan telapak tangan
36. Untuk memperoleh hasil yang valid maka waktu yang dibutuhkan untuk menghitung nadi
adalah…
A. 30 detik D. 1 menit
B. 15 detik E. 10 menit
C. 1 detik
37. Posisi Prone untuk mendengarkan adanya bunyi tekanan darah sistolik dan diastolic maka
stetoskop diletakkan pada….
A. Dada pasien D. Arteri femoralis
B. Arteri branchialis fossa cubiti E. Arteri temporalis
C. Jantung pasien
38. Cara menghitung respirasi pasien dalam 1kali respirasi adalah…..
A. Terdiri dari sekali inspirasi dan sekali ekspirasi
B. Terdiri dari dua inspirasi dan satu ekspirasi
C. Terdiri dari satu inspirasi dan dua ekspirasi
D. Terdiri dari satu inspirasi
E. Terdiri dari satu ekspirasi
39. Berikut ini urutan yang paling tepat untuk membersihkan thermometer adalah….
A. Air sabun- air desinfektan – air bersih
B. Air desinfektan – air sabun – air bersih
C. Air desinfektan – air sabun – air bersih
D. Air sabun – air desinfektan – air steril
E. Alcohol – air desinfektan – air bersih
40. Pada pemeriksaan nadi, dihasilkan pulse atau nadi pasien dewasa adlah 100x/menit,
disebut...
A. Tachicardia D. Apneu
B. Bradycardia E. Aneurisma
C. Tachypnea
83
C. 3,4,5,1,2 E. 5,4,3,2,1
D. 4,5,2,3,1
42. Tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh usia dan aktivitas fisik yang baru saja dilakukan.
Oleh karena itu ketika akan memeriksa tekanan darah, pasien di suruh beristirahat dulu
dengan tenag paling tidak 15 menit setelah melakukan aktivitas fisik. Beberapa tekanan
darah normal untuk orang dewasa...
a. 100/90 mmHg d. 120/90 mmHg
b. 100/80 mmHg e. 120/80 mmHg
c. 110/90 mmHg
43. Tehnik melakukan pemeriksaan pernafasan yaitu satu kali ekspirasi dan satu kali inspirasi,
dihitung dalam satuan menit, frekuwensi pernafasan normal pada pasien dewasa adalah…
a. 18-24x/mnt d. 20-32x/mnt
b. 18-26x/mnt e. 20-24x/mnt
c. 18-32x/mnt
44. Nn. V setelah dilakukan pengkajian data subyektif : klien mengatakan susah bernafas,
pusing, nafsu makan menurun. Data obyektif : terjadi retraksi dada, kulit pucat, mata
cekung. Berdasarkan kasus diatas, Nn. V mengalami...
A. Dispnue D. Tachipnue
B. Apnue E. Cheyne stoken
C. Bradipnue
45. Dibawah ini merupakan kontraindikasi pengukuran suhu lewat axila...
A. Diare D. Toodler
B. Inflamasi axila E. Konstriksi pembuluh darah
C. Clotting disorders perifer
46. Pengkuran nadi dapat dilakukan salah satunya dibelakang lutut, nama arteri tersebut
adalah...
A. Arteri karotid D. Arteri popliteal
B. Arteri temporalis E. Arteri brankialis
C. Arteri radialis
47. Tabel pemeriksaan :
N Jenis pemeriksaan
O
1 Pemeriksaan Rontgen
2 Pengambilan darah arteri
3 Pemeriksaan sputum
4 Pemeriksaan denyut nadi
5 Pemeriksaan USG
Berdasarkan tabel diatas termasuk ke-dalam pemeriksaan tanda-tanda vital ditunjukkan
pada nomor...(SOAL UN 2012)
A. 1 B. 2
84
C. 3 E. 5
D. 4
48. Rentang nilai Normal Tekanan darah pada orang dewasa adalah...
A. 100/70mmHg s/d 120/80mmHg
B. 110/70mmHg s/d 130/100mmHg
C. 110/70mmHg s/d 140/90mmHg
D. 120/80mmHg s/d 140/90mmHg
E. 120/80mmHg s/d 140/100mmHg
49. Suhu tubuh pasien diukur dengan termometer air raksa per oral menunjukan angka 36°
C.Jika pengukuran dilakukan dengan menggu-nakan skala kelvin akan menunjukan suhu ....
A. 250K D. 309,15 K
B. 275 K E. 312,20 K
C. 305,13 K
50. Termorneter dan tensimeter air raksa harus digunakan secara hati-hati agar tidak pecah
karena ....
A. air raksa mudah memuai
B. air raksa harganya mahal
C. air raksa mudah dilihat karena mengkilap
D. air raksa merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh
E. air raksa tidak dapat digunakan untuk rnengukur suhu yg sangat rendah
85
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/708/3/BAB%20II_2.pdf
Siringoringo, S. N., Matongka, Y. H., Agustina, A. N., Silalahi, H., Nova, F., Purnamawati, I. D., ... &
Meinarisa, M. (2022). Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit Infeksi. Yayasan Kita Menulis.
Petrika, Y., & Dewintha, R. (2022). PENGENALAN ALAT PORTABLE DIGITAL DAN PELATIHAN
PENGUKURAN TINGGI BADAN PADA PETUGAS GIZI DAN KADER. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Kesehatan Indonesia, 1(2), 115-121.
Ferdiansyah, E. R., & Chilmi, M. Z. (2022). Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ortopedi I (Tulang
Belakang dan Pelvis). BUKU AJAR BLOK MUSKULOSKELETAL-ASPEK ORTOPEDI, 21.
https://mars.umy.ac.id/disinfektan-dan-sterilisasi-di-fasilitas-kesehatan/
86