Anda di halaman 1dari 86

BAB I

KONSEP INFEKSI

A. Kompetensi Dasar
3.1 Menganalisis infeksi
4.1 Mengkomunikasikan terjadinya infeksi
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan tentang pengertian infeksi ( C2 )
3.1.2 Mengklasifikasikan penyebab infeksi ( C3 )
3.1.3 Menganalisis cara penularan infeksi ( C4 )
3.1.4 Menganalisis pencegahan infeksi ( C4)
4.1.1 Mendemonstraikan pencegahan infeksi ( P2)
4.1.2 Mengendalikan terjadinya infeksi ( P3)
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik ( A ) mampu menjelaskan tentang pengertian infeksi (B) secara mandiri
( C) dengan benar ( D)
2. Peserta didik ( A ) mampu mengklasifikasikan penyebab infeksi ( B ) secara mandiri (
C ) dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis cara penularan infeksi ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
4. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis pencegahan infeksi ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
5. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan pencegahan infeksi ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
6. Peserta didik ( A ) mampu mengendalikan terjadinya infeksi ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
D. Uraian Materi
1. Pengertian

Istilah nosokomial berasal dari bahasa Yunani yaitu nosocomeion yang berarti
rumah sakit (nosos = penyakit, komeo = merawat). Infeksi nasokomial dapat diartikan
infeksi yang berasal atau terjadi di rumah sakit. Infeksi yang timbul dalam kurun waktu
48 jam setelah dirawat rumah sakit sampai dengan 30 hari lepas rawat dianggap sebagai
infeksi nasokomial.
1
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh atau dialami pasien
selama dia dirawat di rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi baru setelah 72 jam
pasien berada di rumah sakit. Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan
kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah Sakit merupakan slah satu dari
tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung mikroorganisme yang
tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik. Unit perawatan
intensif merupakan salah satu area dalam rumah sakit yang beresiko tinggi terkena infeksi
nosokomial.
Infeksi nosokomial menurut WHO adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien ketika
berada didalam rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, dimana infeksi tersebut tidak
tampak pada saat pasien diterima dirumah sakit. Yang disebut infeksi nosokomial ini
termasuk juga adanya tanda tanda infeksi setelah pasien keluar dari rumah sakit dan juga
termasuk infeksi pada petugas petugas yang bekerja di fasilitas kesehatan. Infeksi yang
tampak setelah 48 jam pasien diterima dirumah sakit biasanya diduga sebagai suatu
infeksi nosokomial.
Infeksi iatrogenik adalah jenis infeksi nosokomial yang diakibatkan oleh prosedur
dianostik atau terapeutik. Infeksi traktus urinarius yang terjadi setelah insersi kateter
merupakan contoh infeksi nosokomial iatrogenik. Insiden infeksi nosokomial dapat
diturunkan jika perwat menggunakan dan mempraktikkan teknik aseptik.
Infeksi nosokomial dapat secara eksogen dan endogen. Infeksi eksogen didapat
dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal,
contoh organisme Salmonella dan Clostridium tetani. Infeksi endogen dapat terjadi bila
sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlabihan.
Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh enterokokus, ragi, streptokokus. Bila
mikooganisme dalam jumlah cukup yang normalnya ditemukan dalam salah satu rongga
atau lapisan tubuh dipindahkan ke bagian tubuh lain, terjadi infeksi endogen.
Infeksi nosokomial meningkatkan biaya perawatan kesehatan secara signifikan,
lamanya masa perawatan, meningkatnya ketidakmampuan, peningkatan biaya antibodi
dan masa penyembuhan memanjang dan menambah pengeluaran klien. Maka dari itu
perawat berhati-hati dan teliti saat melakukan asuhan keperawatan pada klien.

2. Penyebab
Penyebab dari infeksi nosokomial adalah agen infeksi dan respon toleransi tubuh
pasien. Berikut penjelasannya:

2
1. Agen infeksi yang menyebabkan infeksi nosokomial adalah semua mikroorganisme
termasuk bakteri, virus, jamur, dan paarasit. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh
flora normal dari pasien itu sendiri (endogenus infection). Umumnya infeksi yang
terjadi di rumah sakit disebabkan karena faktor eksternal yaitu penyakit yang
penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda yang tidak steril.
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon pasien adalah umur, status
imunitas, penyakit yang diderita, obsitas, malnutrisi, orang yang menggunakan obat
imunosupresan serta intervensi yang dilakukan untuk melakukan diagnosa dan terapi.

3. Cara Penularan
Cara penularan infeksi nosokomial dapat terjadi melalui:
1. Infeksi silang (cross infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang
atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung.
2. Infeksi sendiri (self infection, auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari
penderita sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain.
3. Infeksi lingkungan (environmental infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang
berasal dari benda atau bahan yang berada di lingkungan rumah sakit.
Selain itu, cara penularannya pun dapat dibagi menjadi 4 cara yaitu kontak langsung
antara pasien dengan personel yang merawat pasien. Kontak secara tidak langsung yaitu
melalui alat-alat yang tidak disterilkan dengan benar. Droplet infection yaitu penyebaran
penyakit melalui udara dan penularan melalui vektor yaitu penularan melalui
hewan/serangga yang membawa kuman.

3
MDVI Vol. 39. No.1 Tahun 2012: 36-41

4. Pencegahan
Pencegahan infeksi nosokomial memerlukan rencana yang terintegrasi dan terprogram,
terdiri atas:

1. Membatasi penularan organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan,
menggunakan sarung tangan, tindakan aseptik, isolasi pasien, sterilisasi, dan desinfeksi.
2. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat, nutrisi yang
cukup, dan vaksinasi.
4. Mengurangi risiko infeksi endogen dengan cara mengurangi prosedur invasif dan
menggunakan antimikroba secara optimal.
5. Pengamatan infeksi, identifikasi, dan pengendalian wabah.
6. Pencegahan infeksi pada tenaga medis.
7. Edukasi terhadap tenaga medis.

Pengurangan penularan infeksi dari orang ke orang dapat melalui :


1. Mencuci tangan. Tangan tidak pernah bebas dari berbagai macam kuman. Kuman
tersebut dapat berasal dari benda atau alat yang terkontaminasi, atau merupakan flora
4
normal. Kebiasaan cuci tangan sebelum melakukan suatu pekerjaan menjadi penting
dalam upaya pencegahan infeksi. Kepatuhan mencuci tangan pada tenaga medis belum
optimal karena beberapa alasan, yaitu kurangnya peralatan yang tersedia, alergi
terhadap bahan pembersih tangan, kurangnya pengetahuan tenaga medis mengenai
prosedur cuci tangan, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencuci tangan.
2. Higiene personal. Kuku harus bersih dan dipotong pendek, kumis, dan janggut harus
dipotong pendek dan bersih serta rambut harus diikat.
3. Pakaian. Bahan pakaian harus dari bahan yang mudah dicuci dan didekontaminasi.
Pakaian harus diganti setelah terpajan darah, menjadi basah karena keringat berlebihan,
atau terpajan cairan lainnya.
4. Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi pasien dan tenaga medis. Penggunaan
masker oleh tenaga medis saat bekerja di ruang operasi dan saat merawat pasien
imunokompromais memberikan perlindungan untuk pasien. Tenaga medis harus
memakai masker ketika merawat pasien dengan infeksi yang ditularkan melalui udara,
atau ketika melakukan bronkoskopi. Pasien dengan infeksi yang ditularkan melalui
udara harus menggunakan masker ketika berada di luar ruang isolasi.
5. Penggunaan sarung tangan perlu saat melakukan tindakan bedah, merawat pasien
imunokompromais, dan saat melakukan tindakan invasif.
6. Tindakan injeksi yang aman dengan menggunakan jarum dan spuit steril; jika mungkin
gunakan yang sekali pakai.
7. Untuk mengurangi penularan mikroorganisme dari peralatan dan lingkungan,
diperlukan tindakan pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi. Kebijakan dan prosedur
tertulis yang diperbaharui secara rutin harus dikembangkan pada setiap fasilitas rumah
sakit.
8. Pasien dengan skabies harus diisolasi selama 24 jam setelah pengobatan. Tenaga medis
harus menggunakan sarung tangan saat kontak dengan pasien dan selama 24 jam setelah
pengobatan. Pada skabies Norwegia, selain sarung tangan, tenaga medis juga harus
menggunakan baju panjang dan sepatu tertutup. Pakaian dan peralatan tidur harus dicuci
dengan air panas dan dijemur. Barang yang tidak bisa dicuci harus diberi insektisidal
misalnya kloramine 5%, dan disimpan di dalam kantung plastik selama 10 hari atau
dalam lemari pendingin pada suhu 200C selama 72 jam.

5
E. LATIHAN SOAL

1. Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan dari mencuci tangan bersih adalah....
a. Membebaskan tangan dari kuman dan mencegah infeksi
b. Mencegah peristiwa infeksi
c. Memelihara integritas kulit yang tepat
d. Mengurangi penyebaran infeksi nosokomial
e. Memaksimalkan penyebaran infeksi
2. Berikut ini pemakaian handscoon yang tepat, kecuali.....
a. Beresiko untuk terpapar dengan darah dan cairan tubuh
b. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien infeksius
c. Mengalami luka pada kulitnya
d. Melakukan tindakan invasif
e. Pada saat pergantian shift pasien
3. Langkah pertama tindakan mencuci tangan adalah....
a. Pertahankan kuku jari anda pendek dan terkikir
b. Sisingkan lengan baju seragam yang panjang diatas pergelangan tangan
c. Langsung membuka keran air
d. Menggunakan sabun
e. Bilas pergelangan tangan secara menyeluruh
4. Tindakan keperawatan menutup bagian mulut dan hidung sebagai kewaspadaan untuk
mengurangi transmisi droplet udara yang mengandung mikroorganisme saat merawat
pasien adalah..

a. Menggunakan sarung tangan e. Menggunakan kacamata


b. Menggunakan celemek
c. Menggunakan baju pasien
d. Menggunakan masker

5. Dibawah ini merupakan tujuan dari tindakan menggunakan masker adalah...

6
a. Melindungi perawat dari infeksi c. Menjaga integritas kulit
pernafasan d. Menjaga penampilan
b. Mencegah dari infeksi e. Menjaga infeksi kulit

6. Pasien dengan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, demam, hasil pemeriksaan dokter
dengar diagnosa medis TBC, alat pelindung diri yang tepat untuk perawat adalah.....

a. Sarung tangan d. Topi


b. Masker dan sarung tangan e. Lisol
c. Celemek

7. Dibawah ini yang bukan merupakan jenis larutan desinfektan adalah....

a. Sabun antiseptik d. Kreolin


b. Sunlight e. Savlon
c. Lysol

8. Seorang pasien datang di IGD pukul 11.00 WIB dengan kasus TBC dan pasien
ditempatkan diruang isolasi. Dalam kasus tersebut, tindakan proteksi yang bisa dilakukan
oleh perawat adalah...

a. Memakai handscoon d. Memakai barascot


b. Memakai masker e. Memakai penutup kepala
c. Memakai celemek

9. Seorang pasien datang di UGD suatu RS dengan gejala diare lebih dari 2bulan, demam
turun naik, terdapat jamur pada daerah mulut. Menurut pemeriksaan dokter gejala yang
dikeluhkan pasien sama seperti penderita HIV. Untuk mengetahuinya dokter
menyarankan untuk pemeriksaan darah.
Berdasarkan kasus diatas proteksi diri yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu dengan
menggunakan...
a. Masker c. Baraschot e. kacamata
b. Sarung tangan dan masker d. Helm
10. Seorang klien perempuan usia 16 tahun datang ke klinik karena jatuh dari sepeda motor,
terdapat luka dan mengeluarkan darah. Klien minta segera diobati. Sesuai prinsip
keamanan dan kenyaman tindakan yang saudara lakukan adalah...
a. Membersihkan darahnya segera dan memberi obat
b. Mencuci tangan dan mempersilakan klien membersihkan diri
c. Mencuci tangan memakai sarung tangan dan merawat lukanya
d. Memberi obat antibiotika dan mempersilakan segera pulang
e. Membersihkan darahnya dan meminta pasien pulang
11. Setelah selesai kontak dengan pasien,saudara selalu mencuci tangan. Tujuan saudara
melakukan hal tersebut adalah …
A. Mendinginkan suhu ditangan
B. Memperindah kuku-kuku tangan
C. Memperlancar aliran darah di tangan
D. Mempertahankan kelembapan kulit tangan
7
E. Membersihkan kotoran dan mikroorganisme transit dari tangan
12. Membersihkan tangan dari segala kotoran dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai kebutuhan dan merupakan tindakan keperawatan yang harus
dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan kepada pasien disebut...

A. Mencuci tangan D. Mencuci siku


B. Mencegah peristiwa infeksi E. Mencuci kaki
C. Memelihara tangan
13. Seorang perawat yang bekerja di suatu rumah sakit pada saat akan melakukan tindakan
mencuci tangan, perawat tersebut melepas perhiasan (cincin) yang dipakai, merupakan
salah satu prosedur dalam tindakan mencuci tangan yang bertujuan...
A. Supaya tidak menjadi tempat C. Mengalami luka pada kulitnya
mikroorganisme D. Melakukan tindakan invasive
B. Untuk menjaga kelembaban kulit E. Supaya perhiasan tidak rusak
14. Langkah yang dilakukan perawat dalam tindakan mencuci tangan yang paling tepat
dalam menghentikan aliran air supaya tangan yang sudah bersih tetap terjaga adalah
dengan cara...
A. Pertahankan kuku jari anda C. Langsung membuka kran air
pendek dan terkikir D. Menggunakan sabun
B. Menghentikan aliran dengan siku E. Menghentikan dengan tangan kiri
15. Suatu tindakan keperawatan menutup bagian mulut dan sebagai kewaspadaan untuk
mengurangi transmisi droplet udara yang mengandung mikroorganisme saat merawat
pasien disebut tindakan...
A. Menggunakan sarung tangan D. Menggunakan masker
B. Menggunakan celemek E. Menggunakan kacamata
C. Menggunakan baju pasien
16. Pasien datang ke klinik Insan Sehat dengan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, RR
28x/menit, demam, hasil pemeriksaan dokter dengan diagnosa medis TBC, alat pelindung
diri yang tepat untuk perawat adalah...
A. Sarung tangan
B. Selalu menggunakan masker dan
sarung tangan
C. Celemek
D. Topi
E. Lysol

8
BAB II
ALAT KESEHATAN
A. Kompetensi Dasar
3.2 Menerapkan penggunaan alat- alat kesehatan sesuai dengan fungsinya
4.2 Menggunakan alat kesehatan sesuai fungsinya
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.2.1 Menjelaskan pengertian alat kesehatan ( C3 )
3.2.2 Menjelaskan tujuan alat- alat kesehatan ( C3)
3.2.3 Menentukan jenis alat- alat kesehatan ( C3)
3.2.4 Menerapkan penggunaan alat- alat kesehatan sesuai dengan fungsinya ( C3 )
3.2.5 Menelaah penggunaan alat- alat kesehatan sesuai dengan fungsinya ( C4 )
3.2.6 Mendemonstrasikan alat kesehatan sesuai fungsinya ( P2)
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserata didik ( A) mampu menjelaskan pengertian alat kesehatan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
2. Peserta didik ( A) mampu menjelaskan tujuan alat- alat kesehatan ( B ) secara
mandiri ( C) dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menentukan alat- alat kesehatan ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D).
4. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan penggunaan alat- alat kesehatan sesuai
dengan fungsinya ( B ) secara mandiri ( C ) dngan benar ( D).
5. Peserta didik ( A ) mampu menelaah penggunaan alat- alat kesehatan sesuai
dengan fungsinya ( B ) secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
6. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan alat- alat kesehatan sesuai
fungsinya ( B ) secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
D. Uraian Materi
1. Pengertian Alat Kesehatan
Alat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1191/Menkes/Per/VIII/2010 adalah instrument, apparatus, mesin atau implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dana tau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.

9
2. Tujuan Alat Kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1191/Menkes/Per/VIII/2010, alat kesehatan mempunyai beberapa tujuan sebagai
berikut:
1. Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit
2. Diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi kondisi sakit
3. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi, atau proses
fisiologis
4. Mendukung atau mempertahankan hidup
5. Menghalangi pembuahan
6. Desinfeksi alat kesehatan
7. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in
vitro terhadap specimen dari tubuh manusia.
3. Jenis Alat Kesehatan
Tabel 2.1 Jenis alat kesehatan dan Fungsinya

No Alat Kesehatan Fungsi/Kegunaan Gambar

1 ½ kocher Instrumen medis yang


digunakan untuk
memecahkan ketuban
atau melubangi selaput
ketuban pada proses
persalinan

2 Abocath ( kateter intravena/ Alat yang berfungsi


intravenous catheter ) sebagai vena tambahan
( perpanjangan vena )
untuk pengobatan intra
vena dalam jangka
waktu lama

10
3 Alat Bantu Dengar ( ABD ) Alat yang digunakan
bagi klien yang
mengalami gangguan
pendengaran.

4 Klem arteri Alat yang berfungsi


untuk menjepit
pembuluh darah arteri.
Klem arteri dapat
digolongkan ke dalam
dua bagian, yaitu:
Kocher, yaitu
ujungnya bergigi
Pean, yaitu ujungnya
tidak bergigi

5 Autoklaf ( autoclave ) Alat sterilisasi dengan


uap panas bertekanan
yang digunakan untuk
mensterilisasi alat- alat
yang terbuat dari gelas,
kayu, plastic, larutan,
dan media yang tidak
tahan terhadap suhu
tinggi.

6 Incubator bayi Tempat meletakkan


bayi pada lingkungan
terkontrol dengan
tujuan perawatan
medis, guna

11
menghangatkan bayi
dan menjaga bayi dari
kuman.

7 Bak Instrumen Wadah/tempat untuk


menyimpan instrument
medis, seperti
peralatan operasi
termasuk gunting,
klem, dan keperluan
operasi lainnya.
Biasanya alat yang
disimpan sudah
dilakukan sterilisasi.

8 Lemari di sisi tempat tidur Lemari kecil yang


( bedside cabinet ) biasanya diletakkan
disamping
ranjang/tempat tidur
klien untuk
menyimpan barang-
batang klien.

9 Lanset darah (blood lancet ) Jarum yang digunakan


untuk mengambil
sampel darah dari
klien untuk berbagai
pemeriksaan.

12
10 Slang transfusi darah Alat yang digunakan
untuk
menyambungkan
darah dengan IV
kateter ( abocath )
pada klien yang
dilakukan tindakan
transfuse darah.

11 Brankar Alat yang digunakan


untuk memindahkan
klien untuk tujuan
tertentu ( misalnya
pemeriksaan
diagnostic, pindag
ruangan, dan lain-
lain ).

12 Pompa susu ( breast pump ) Alat yang digunakan


untuk memompa air
susu ( ASI ) keluar
dari payudara ibu yang
sedang menyusui.

13 Buku Ishihara Buku yang digunakan


untuk tes buta warna,
yaitu sebuah uji untuk
mengetahui apakah
seseorang mengidap
buta warna atau tidak.
Buku ini dinamakan
buku ishihara karena
penemu buku ini

13
adalah Dr. Shinobu
Ishihara dari Jepang.

14 Kantong Kolostomi Alat pengganti fungsi


( Colostomy bag ) normal dari rectum,
untuk menampung
feses, cairan dan gas
yang keluar dari
lubang usus sebagai
hasil dari proses
pembedahan melalui
otot dan kulit perut
( kolostomi ).

15 Klem doek Alat yang digunakan


untuk menjepit kain,
untuk menampung
feses, cairan dan gas
yang keluar dari
lubang usus sebagai
hasil dari proses
pembedahan melalui
otot dan kulit perut
( kolostomi )

14
16 Troli balutan ( dressing Alat yang digunakan
trolley ) untuk membawa
segala perlengkapan
pembalutan klien. Alat
yang dibawa dapat
berupa kapas, kasa
pembalut, klem,
gunting, cairan
antiseptic, dan lain-
lain.

17 Elektrokardiografi ( EKG ) Alat bantu diagnostic


yang digunakan untuk
mendeteksi aktivitas
listrik jantung

18 Troli emergensi ( emergency Alat yang digunakan


trolley ) untuk membawa segala
perlengkapan emergensi (
peralatan darurat). Alat
yang dibawa biasanya
tabung oksigen, kapas,
kasa pembalut, gunting,
klem, obat- obatan, cairan
antispetik, alat bantu
pernapasan, dan lain-
lain.

19 Fetal Doppler Alat yang digunakan


untuk mendeteksi detak
jantung janin bayi dengan
cara menempelkan alat
pendeteksi detak jantung
pada perut ibu hamil

15
20 Kateter balon/ kateter foley Alat ini digunakan untuk
membantu proses
eliminasi urine pada
klien. Alat yang terbuat
dari lateks/karet
dilengkapi dengan balon
dengan cara
menyuntikkan aqua pada
pentilnya, jika telah
masuk agar kateter tidak
lepas

21 Guting epis Alat yang digunakan


untuk melakukan
tindakan episiotomy,
yaitu melebarkan jalan
lahir sehingga
mempermudah proses
kelahiran.

22 Gunting jaringan ( dissecting Gunting yang digunakan


scissors ) untuk memotong jaringan
tubuh untuk keperluan
praktik.

23 Gunting tajam & tumpul Instrument bedah yang


digunakan untuk
membantu proses
operasi/pembedahan.

16
24 Gunting tali pusat ( umbilical Gunting khusus yang
cord scissor ) digunakan untuk
memotong pusat bayi
baru lahir

25 Gunting perban ( bandage Gunting yang digunakan


scissor ) untuk memotong perban
atau kain kasa

26 Hemometer Alat yang digunakan


untuk menghitung jumlah
hemoglobin (Hb)

27 Kom iodin ( iodine cup) Wadah untuk menyimpan


cairan antispetik iodin
selama proses tindakan
operasi dan
jahitan/hecting.

28 Alat kontrasepsi dalam Alat kontrasepsi


Rahim ( intra uterine device, berukuran kecil yang
IUD ) atau KB spiral dimasukkan ke dalam
Rahim, berbentuk T
untuk mencegah
terjadinya pembuahan.

17
29 Kirbat Es Alat yang digunakan
untuk kompres dingin
yang berbentuk berupa
kantong dari karet dengan
tutup di tengahnya, diisi
pecahan es batu.
Terdiri atas:
Eskap: bentuk
bundar/lonjong,
digunakan untuk bagian
kepala, dada, dan perut.
Eskrag: bentuk
memanjang, digunakan
untuk bagian leher

30 Klem tali pusat ( umbilical Alat yang digunakan


cord clamp) untuk menjepit tai pusat
bayi baru lahir yang baru
saja dipotong dari
plasenta/ ari- ari.

31 Kondom Alat yang digunakan


pada pria sebagai
kontrasepsi dan
mencegah transmisi
penyakit menular seksual.

32 Kondom kateter Alat untuk


menghubungkan penis
dan kantong urine ( urine
bag ) melalui ujung
slangnya, terutama bagi
klien yang suka buang air

18
kecil dengan tidak sadar.

33 Korentang ( dressing Alat yang digunakan


forceps ) untuk mengambil
instrument steril,
mengambil kasa, jas
operasi, doek, dan laken
steril.

34 Kursi roda ( rostul ) Alat bantu yang


digunakan oleh klien
yang mengalami
kesulitan berjalan
menggunakan kaki, baik
dikarenakan penyakit,
cedera, maupun cacat.

35 Lampu periksa Halogen Lampu penerang pada


saat pemeriksaan fisik
klien yang tidak panas,
jika terkena tubuh/fisik
klien.

36 Masker Satu di antara kebutuhan


atau alat pelindung diri
untuk tenaga medis untuk
melindungi dari
penularan penyakit
melalui udara.

19
37 Masker oksigen Alat yang digunakan di
atas hidung kien, mulut,
atau trakeostomi untuk
mengantarkan oksigen
atau aerosol

38 Meja ginekologi Tempat tidur yang


biasanya ada di ruang
klinik bersalin, praktik
bidan atau dokter praktik
obgin untuk pemeriksaan
obstetric dan ginekologi.

39 Meteran Alat yang digunakan


untuk mengukur panjang
badan,lingkar
kepala,dada,dan perut.

40 Mortar/lumpang Alat penumbuk obat yang


biasa digunakan di
apotek, klinik, apoteker,
rumah sakit maupun
puskesmas. Umumnya
digunakan untuk
membuat puyer (
pulvis/pulveres ) dengan
menghaluskannya dengan
menumbuk

41 Jarum jahit luka ( nald Alat steril yang

20
hecting ) digunakan dalam
pembedahan untuk
menyambungkan jaringan
yang terpisah karena
pembedahan/trauma.

42 Nalpuder ( nalpuder hecting ) Alat yang digunakan


untuk memegang jarum
jahit (nald hecting ) pada
proses penjahitan luka
( hecting ) dan sebagai
penyimpul benang.

43 Speculum nasal ( nasal Alat yang digunakan


speculum ) untuk memeriksa rongga
hidung.

44 Nebulizer Alat yang digunakan


untuk mengubah obat
dari bentuk cair ke bentuk
partikel aerosol. Bentuk
aerosol ini sangat
bermanfaat, jika dihirup
atau dikumpulkan dalam
organ paru. Alat ini
difungsikan untuk
pengobatan asma dan
penyakit saluran
pernafasan lainnya.

45 Jarum/needle Alat yang digunakan


untuk menyuntik yang
dihubungkan dengan alat
21
suntik (spuit/syringe )
agar menembus kulit
sehingga obat dalam
sediaan cair dapat
dimasukkan ke dalam
pembuluh darah atau
jaringan tubuh.

46 Slang nasigastrik Slang yang digunakan


( nastrogastric tube, NGT ) untuk memeberi makan,
atau stomach tube mengumpulkan cairan
atau getah lambung.
Membilas/mencuci isi
perut, dan pemberian
obat- obatan kepada klien
yang mengalami
gangguan saluran
pencernaan.

47 nierbeken Alat yang digunakan


sebagai tempat/wadah
kapas bekas pakai,
muntahan klien, nanah
dan lain- lain. Dikenal
juga dengan nama
bengkok atau pacu ginjal
atau piala ginjal/bengkok.

22
48 Stetoskop kebidanan Alat yang digunakan
( obstetrical stethoscope ) untuk mendengar denyut
jantung janin ( DJJ )
dalam kandungan ibu
hamil. Disebut juga
stetoskop monoaural atau
stetoskop kebidanan

49 Meja di atas tempat tidur Alat yang digunakan


( overbed table ) sebagai meja makan klien
di rumah saki yang biasa
digunakan di ruang rawat
inap klien.

50 Senter medis ( penlight ) Senter berbentuk pulpen


yang digunakan oleh para
dokter dan perawat untuk
penerangan pada
pemeriksaan mulut, mata,
THT dan lain- lain.

51 Pinset anatomis Alat yang digunakan


untuk menjepit kassa
sewaktu menekan luka,
menjepit jaringan yang
tipis dan lunak.

23
52 Pinset sirurgis Alat yang digunakan
untuk menjepit jaringan
pada waktu diseksi dan
penjahitan luka, memberi
tanda pada kulit sebelum
mulai insisi.

53 Pinset splinter Alat yang digunakan


untuk mengadaptasi tepi
luka ( mencegah
overlapping )

54 Pispot ( pasu najis ) Alat untuk memebrikan


pertolongan pada klien
yang hendak BAB,
karena klien masih harus
berbaring di tempat tidur
dan tidak dapat
melakukannya sendiri.

55 Plester Alat yang digunakan


untuk menutup dan
melindungi luka.

24
56 Pulse oxymeter Alat ini digunakan untuk
mengukur saturasi
oksigen darah.

57 Slang rektal ( rekctal tube ) Alat yang digunakan


untuk mengeluarkan gas-
gas dari usus, untuk
membersihkan rectum.
Biasanya ujung yang satu
dimasukkan kedalam
anus dan ujung yang lain
dihubungkan dengan
spuit gliserin.

58 Refleks hammer Alat medis yang


digunakan oleh dokter
untuk menguji refleks
tendon dalam. Pengujian
untuk refleks adalah
bagian penting dari
pemeriksaan fisik
neurologis untuk
mendeteksi kelainan
dalam system saraf pusat
atau perifer.

25
59 Sampiran ( bed screen ) Pembatas ruangan yang
digunakan untuk
memisahkan antara ruang
periksa yang ada meja
periksanya dengan meja
dokter atau tempat
dilakukan
wawancara/anamnesis.

60 Sarung tangan/ handschoen Alat pelindung diri untuk


( glove ) tenaga medis untuk
melindungi tangan dari
benda- benda tajam dan
mencegah cedera saat
sedang bekerja, terdiri
atas sarung tangan siap
pakai/glove disposable
dan sarung tangan steril.

61 Pisau bedah scalpel ( scalpel Alat yang digunakan


blade ) untuk menyayat
( operasi ) berbagai organ
atau bagian tubuh
manusia. Mata pisau
disesuaikan dengan
bagian tubuh yang akan
disayat. Pisau bedah
terdiri atas dua bagian,
yaitu gagang dan mata
pisau
(mess/bistoury/blade ).

26
62 Set pemberian cairan Alat yang digunakan
( solution administration set ) untuk menyambungkan
cairan infus dengan
kateter IV ( abocath )
pada klien yang
dilakukan tindakan
pemasangan infus. Alat ii
disebut juga dengan set
infus.

63 Speculum rectum ( rectum Alat yang berfungsi


speculum ) untuk memeriksa lubang
anus/rektal.

64 Speculum telinga ( ear Alat yang digunakan


speculum ) untuk memeriksa rongga
telinga.

65 Sfigmomanometer/tensimeter Alat yang digunakan


( sphygmomanometer ) untuk mengukur tekanan
darah.

66 Spuit ( syringe ) Alat yang digunakan


untuk menyuntik atau
memasukkan zat cair
( obat ) ke dalam jaringan
tubuh.

27
67 Spuit gliserin Alat yang digunakan
untuk menyemprotkan
cairan/larutan sabun
melalui anus ( dubur )
dan biasanya digunakan
untuk melunakkan feses
pada klien yang sukar
buang air besar.

68 Stature meter Alat yang digunakan


untuk mengukur tinggi
badan

69 Sterilisator basah Alat untuk mensterilkan


alat- alat
kesehatan/kedokteran
dengan menggunakan
media air.

70 Sterilisator kering Alat untuk mensterilkan


peralatan medis dengan
teknologi temperature
tinggi membunuh kuman,
bakteri,virus dan spora.

71 Stetoskop binaural Alat yang digunakan


untuk mendengarkan
bunyi dari dalam tubuh
manusia seperti detak
jantung, bising usus, dan
sebagainya. Stetoskop

28
dapat juga digunakan
untuk mengetahui kerja
paru dan mengukuur
tekanan darah dengan
mendengarkan denyut
nadi.

72 Kateter pengisap lender Alat yang digunakan


( suction catheher ) untuk menyedot lender
dari saluran napas
melalui hidung dan mulut
yang disambungkan
dengan suction pump.

73 Suction pump Alat yang digunakan


untuk mengisap cairan
seperti darah, lender,
dahak, dan sebagainya
yang tidak dibutuhkan
pada tubuh manusia.
Bermanfaat untuk
merawat klien dengan
gangguan lender atau
cairan pada saluran
pernafasan. Alat ini
dihubungkan dengan
kateter pengisap lender/
suction catheter.

29
74 Tabung oksigen dan Tabung yang digunakan
regulator untuk menampung
oksigen yang di tujukan
untuk klien kekurangan
oksigen yang sedang
menjalankan operasi atau
pernapasan yang tidak
stabil. Regulator
berfungsi untuk mengatur
aliran dari masing-
masing gas.

75 Termometer Alat yang digunakan


untuk mengukur suhu
tubuh dengan satuan
derajat celcius.

76 Tiang infus Alat yang digunakan


untuk menempatkan botol
infus yang digunakan
pada klien.

77 Timbangan bayi Alat yang digunakan


untuk menimbang bayi
dengan kapasitas
timbangan tidak kurang
dari 10 kilogram

30
78 Timbangan dewasa Alat yang digunakan
untuk menimbang orang
dewasa dengan kapasitas
timbangan hingga dengan
150 kilogram.

79 Tong spatel Alat yang digunakan


untuk menekan lidah agar
dapat memeriksa atau
melihat kelainan pada
tenggorokan, misalnya
amandel, faringitis, dan
lain-lain. Alat ini juga
digunakan untuk
menekan lidah pada saat
klien kejang.

80 Torniket/ tourniquet Alat medis berbentuk


pembalut yang digunakan
untuk menghentikan
pendarahan dengan cara
menekan pada pembuluh
darah hingga aliran darah
untuk membendung vena
pada tindakan
pemasangan infus.

81 Troli Alat yang digunakan


sebagai tempat untuk
meetakan peralatan medis
yang akan digunakan saat
melakukan tindakan.

31
82 Ultrasonografi / Alat untuk melihat
ultrasonography ( USG ) perkembangan janin
dalam tubuh ibu hamil,
untuk mengecek adanya
penyakit lain dalam tubuh
seperti kanker, mioma,
dan sebagainya.

83 Urinal Alat untuk memberikan


pertolongan pada klien
yang hendak BAK karena
klien masih harus
berbaring di tempat tidur
dan tidak dapat
melakukannya sendiri

84 Kantong urine ( urine bag ) Alat untuk menampung


urine yang dihubungkan
dengan kateter balon/
foley untuk
mengeluarkan/mengambil
urine pada system
tertutup.

85 Speculum vagina ( vaginal Alat yang dimasukkan


speculum ) kedalam liang/ rongga
vagina, untuk melihat
bagian- bagian dari
rongga tersebut.

32
86 Walker Alat bantu berjalan bagi
klien yang mengalami
imobilisasi yang dapat
menopang dan
memberikan rasa aman
pada kliien saat
melakukan latihan
berjalan.

87 Warm water zack ( WWZ ) Alat yang digunakan


sebagai kompres panas
kering. Cara
pemakaiannya adalah
memasukkan air panas ke
dalam WWZ dan
tempelkan pada bagian
tubuh yang sakit.

88 Waskom/kom Alat yang digunakan


untuk beberapa tindakan
medis, seperti
memandikan pasien, cuci
tangan, dan lain- lain.

89 Windring atau air chusion Alat yang digunakan


sebagai alas duduk
penderita ambeien/ wasir
agar lebih nyaman saat
duduk. Alat ini dibuat
dari karet berbentuk
lingkaran seperti ban
dalam mobil.

90 Wing needle Jarum suntik yang


memiliki sayap yang
33
digunakan untuk
memudahkan
penyuntikan intravena,
terutama pada vena kecil
pada anak, bayi, dan
orang tua, luka bakar
yang cukup berat, vena
yang mudah rapuh.

34
BAB III
DESINFEKSI DAN STERILISASI PERALATAN KESEHATAN
A. Kompetensi Dasar
3.3 Menerapkan desinfeksi peralatan kesehatan
4.3 Melaksanakan desinfeksi peralatan kesehatan
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.3.1 Menjelaskan pengertian desinfeksi ( C2 )
3.3.2 Menjelaskan langkah- langkah desinfektan ( C2 )
3.3.3 Menerapkan desinfeksi peralatan kesehatan ( C3 )
4.3.1 Mendemonstrasikan desinfeksi peralatan kesehatan ( P2 )
4.3.2 Melaksanakan desinfeksi peralatan kesehatan ( P2 )
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik ( A ) mampu menjelaskan pengertian desinfeksi ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
2. Peserta didik ( A ) mampu menjelaskan langkah- langkah desinfeksi ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan desinfeksi peralatan kesehatan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
4. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan desinfeksi peralatan kesehatan ( B )
secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
5. Peserta didik ( A ) mampu melaksanakan desinfeksi peralatan kesehatan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
D. Uraian Materi

1. Pengertian
Desinfeksi adalah perusakan, penghambatan atau penghapusan mikroba yang
dapat menyebabkan penyakit atau masalah lain, misalnya seperti pembusukan. Hal ini
biasanya dicapai dengan mengguanakan bahan kimia.
1. Sarung tangan
Sarung tangan atau handscoen sebagai salah satu kunci di samping mencuci
tangan dalam meminimalisasi penularan penyakit, merupakan alat yang mutlak harus

35
dipergunakan oleh petugas kesehatan, termasuk perawat dalam memenuhi kebutuhan
klien. Sarung tangan (handscoen) dipergunakan dalam hal:
a. Sebelum terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah, selaput lendir, cairan
tubuh, atau kulit yang terluka.
b. Sebelum melakukan tindakan medik.
c. Sebelum membersihkan sampah terkontaminasi, atau memegang permukaan yang
terkontaminasi.
Apabila sarung tangan hanya dimiliki dalam jumlah terbatas, maka sarung tangan
yang akan dipakai berulang-ulang harus memerhatikan hal-hal berikut:
a. Melakukan dekontaminasi dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
b. Dicuci dan dikeringkan.
c. Melakukan sterilisasi dengan otoklaf atau desinfeksi tingkat tinggi (dengan
mengukus).

2. Mencuci tangan
The Centres for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan
rekomendasi baru untuk menjaga higienis tangan di lingkungan perawatan kesehatan.
Hiegienis tangan adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan
antiseptik serta mencuci tangan dengan benar lebih efektif dalam mengurangi infeksi
dari pada mencuci tangan dengan cara biasa.
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan:
a. Sebelum dan sesudah memeriksa klien.
b. Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.
c. Apabila terjadi kontaminasi pada tangan, seperti memegang instrumen dan item
lain yang kotor, menyentuh selaput lendir, darah atau cairan tubuh (sekresi dan
ekskresi), terjadi kontak lama dan intnsif dengan klien.
d. Sebelum melakukan prosedure invasif nonbedah (memasang infus, mengambil
sampel darah, memasang kateter urine, menghisap nasotrakea).
e. Bila berpindah dari bagian tubu terkontaminasi ke bagian tubuh bersih (luka
bedah) selama perawatan klien.
f. Setelah BAB dan BAK.
g. Sebelum dan sesudah setelah makan.

36
Di unit rawat jalan, polikklinik, maupun ruang rawat inap, puskesmas, tempat
pelayanan publik seperti kamar mandi umum perlu disediakan area cuci tangan
seperti wastafel, di tempat-tempat tersebut minimal terdapat:
a. Sabun (batang atau cair, antiseptik maupun non antiseptik).
b. Wadah sabun yang berlubang supaya air bisa terbuang keluar.
c. Air mengalir (pipa, atau ember dengan keran).
d. Handuk/ lap sekali pakai ( tissu atau kain yang dicuci setelah sekali di pakai).

2. Desinfektan
Menyiapkan/ membuat larutan desinfektan sesuai kebutuhan.
a. Tujuan
Menyiapkan larutan desinfektan yang dapat digunakan secara tepat guna aman
serta dalam keadaan siap.
b. Jenis desinfektan
a. Sabun yang memounyai daya aseptik, misalnya asepso, sopoderem.
b. Lisol
Kegunaan: - lisol 0,5 %: mencuci tangan
- Lisol 1% : desinfeksi perawatan/kedokteran
- Lisol 2-3%: merendam peralatan yang digunakan pasien, pasien
yang mengidap penyakit menular, selama 24 jam.
c. Savlon
Kegunaan - savlon 0,5 % : mencuci tangan
- Savlon 1 %: merendam peralatan perawatan/ kedokteran

d. Kreolin
Kegunaan: - Kreolin 0,5 % ; mendesinfeksi lantai
- Kreolin 2% ; mendesinfeksi lantai kamar mandi / WC/ Spoelhock
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses atau kegiatan menghancurkan atau memusnahakan semua
mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau lingkungan. Hal ini biasanya
dilakukan dengan pemanasan atau penyaringan, dan bahan kimia atau radiasi juga dapat
digunakan.

37
Dalam mempergunakan alat kesehatan diperlukan proses sterilisasi terlebuh dahulu agar
lebih aman saat digunakan. Sterilisasi adalah istilahigunakan untuk proses membersihkan
alat kesehatan yang biasanya penggunaannya berhubungan langsung dengan aliran darah,
organ tubuh dalam manusia, cairan tubuh atau jaringan tubuh.

Berikut ini adalah 4 langkah pencegahan infeksi untuk alat dan bahan habis pakai, yaitu:

4. LANGKAH I: DEKONTAMINASI
Dekontaminasi dilakukan dengan cara merendam dengan larutan Klorin 0,5%.
Langkah ini perlu dilakukan terlebih dulu agar alat atau barang aman bila
tersentuh/terpegang.
Tujuan Dekontaminasi:
a. Membunuh berbagai jenis virus (misalnya virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV)
serta berbagai jenis kuman.
b. Membuat alat atau barang tersebut aman sewaktu pencucian.
c. Membuat alat atau barang tersebut lebih mudah dicuci karena mencegah cemaran
darah, cairan tubuh lain dan jaringan mengering pada alat atau barang tersebut.
5. LANGKAH II: PENCUCIAN
Pencucian dilakukan dengan deterjen dan air. Langkah ini perlu dilakukan untuk
menghilangkan kotoran seperti darah dan feses yang menghalangi proses sterilisasi atau
DTT. Pencucian alat dan bahan habis pakai dilakukan setelah proses dekontaminasi.
Pencucian dilakukan dengan cara menyikat dengan sikat, deterjen dan air.
Tujuan Pencucian:
a. Menghilangkan darah, cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel pada
alat dan bahan habis pakai.
b. Mengurangi jumlah kuman.
c. Membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.
Catatan: Bila bercak darah tertinggal dalam sebuah alat, kuman dalam bercak
tersebut mungkin tidak terbunuh secara sempurna oleh sterilisasi maupun DTT.

6. LANGKAH III: DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)


DTT atau sterilisasi dilakukan dengan cara merebus atau mengukus
(memanasi dengan uap).
Tujuan DTT:

38
DTT bertujuan untuk membunuh kuman. DTT perlu dilakukan sebelum
penggunaan alat atau penyimpanan. DTT dapat membunuh semua kuman kecuali
endospora. Endosprora adalah bakteri yang membentuk lapisan luar yang keras,
membungkus kuman sehingga sulit dibunuh. Kuman tetanus atau gas gangren dapat
membentuk endospora. DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan
kontak dengan kulit maupun mukosa membran yang tidak utuh. Bila sterilisasi tidak
tersedia, DTT merupakan satu-satunya pilihan.
DTT dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus.
1. Merebus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan merebus dilakukan dengan cara merebus alat yang
digunakan untuk resusitasi seperti tabung resusitasi dan pipa pengisap lendir.
2. Mengukus
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan mengukus dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan uap air panas. Untuk pencegahan infeksi alat resusitasi seperti tabung
resusitasi dan pipa pengisap lendir dapat dilakukan dengan dikukus.
Keuntungan mengukus dibanding merebus:
a. Kerusakan lebih sedikit pada sarung tangan dan barang plastik atau barang-barang
dari karet
b. Menggunakan lebih sedikit air
c. Menggunakan lebih sedikit bahan bakar karena air yang direbus lebih sedikit
d. Tidak terbentuk garam soda dalam alat-alat logam
7. LANGKAH IV: PENYIMPANAN
Setelah tindakan pencegahan infeksi, alat/barang sebaiknya digunakan atau
disimpan secepatnya sehingga tidak terkontaminasi. Penyimpanan secara benar sama
pentingnya seperti dekontaminasi, pencucian, atau DTT.
Tujuan Penyimpanan:
Penyimpanan alat dilakukan sesudah DTT atau sterilisasi sehingga tidak terjadi
kontaminasi alat tersebut.
Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi:
Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam
resusitasi dan cara pencegahan infeksinya:
a. Meja resusitasi:

39
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air,
dikeringkan dengan udara/angin.
b. Tabung resusitasi:
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2
minggu, atau setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ketiga
langkah pencegahan infeksi jika alat digunakan pada bayi dengan infeksi.
Pencegahan infeksi tabung resusitasi juga dilakukan setiap habis digunakan.
Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi
c. Sungkup silikon dan katup karet
o Sungkup silikon dapat direbus.
o Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
d. Alat pengisap atau sarung tangan yang dipakai ulang:
Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)
e. Kain dan selimut:
Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/udara
atau sinar matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.
f. Bahan/alat habis pakai:
Lakukan dekontaminasi untuk bahan/alat habis pakai seperti kasa, sarung tangan,
pipa kateter, jarum dan sebagainya selama 10 menit, sebelum membuangnya ke
tempat yang aman.

Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair

 
Rumus membuat larutan klorin 0,5% dari sebuk kering

40
8. Pemisahan Alat- alat/ Sterilisasi

Alat dan Bahan:


a. Peralatan makan dan minum pasien

 Piring keramik/Plato, garpu infeksius dan non infeksius


 Sendok
 Garpu
 Gelas kaca
 Sabun cuci piring
 Kain lap
a. Peralatan linen klien
 Linen kotor
 Klorin atau Lysol
 Baskom
 Detergent atau sabun
 Jemuran
b. Membersihkan alat stainless
 Alat- alat stainless
 Baskom
 Klorin atau Lysol
 Detergen
 Doek steril
 sterilisator
c. Membersihkan pispot dan urinal
 Pispot dan urinal
 Sikat pispot/urinal
 Klorin atau Lysol
 Sabun

Prosedur Tindakan

41
Tahap Pra Interaksi

1. Pahami kasus
2. Siapkan peralatan
3. Siapkan diri
Tahap Orientasi

4. Beri salam pembuka


5. Meminta ijin membersihkan alat- alat perawatan
Tahap Kerja

6. Cuci tangan
7. Gunakan APD
Membersihkan peralatan makan

1. Bawa peralatan makan klien dari ruang perawatan dan pisahkan di troli
khusus bagian penyimpanan alat makan infeksius dan non infeksius
2. Siapkan rangkaian kegiatan pencucian
Pencucian alat makan klien infeksius

3. Pakai sarung tangan dan celemek terlebih dahulu kemudian buang sisa
makanan pada alat makan ke tempat sampah
4. Siram alat makan dengan air mengalir
5. Rendam alat makan dengan air panas selama 30 menit, lalu dicuci dengan TAHAP
sabun, dibilas dengan air mengalir. TERMINASI
6. Tiriskan/keringkan/lap alat makan dengan kain lap yang bersih
7. Pastikan alat makan kering sebelum disusun pada khusus penyimpanan alat
makan infeksius, lepas handscoen dan buang ditempat sampah medis.

Pencucian alat makan non infeksius

8. Buang sisa makanan pada alat makan ketempat sampah


9. Siram alat makan dengan air mengalir
10. Cuci alat makan dengan sabun dan bilas dengan air bersih yang mengalir
11. Tiriskan/keringkan/lap alat makan dengan kain lap yang bersih
12. Pastikan alat makan kering sebelum disusun pada tempat khusus
penyimpanan alat makan non infeksius
13. Setelah melakukan kegiatan mencuci piring, petugas diharuskan mencuci
tangan
Membersihkan peralatan stainless

14. Pakai handscoen bersih


15. Bersihkan alat dari sampah atau cairan E. Latihan
16. Rendam alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit atau Lysol selama Soal
30 menit
17. Cuci alat menggunakan sabun
18. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan
19. Bungkus dengan doek steril tertutup rapih dan berikan label isi alat
20. Lakukan sterilisasi alat sesuai prosedur pensterilan alat
21. Keluarkan alat yang sudah disterilkan dengan korentang ddan atau sarung
tangan oven, dinginkan, kemudian masukan kedalam box tertutup. Masa
berlaku instrument steril selama 7 hari jika alat tidak dipakai.
Membersihkan linen

22. Ganti handscoen bersih jika diperlukan


23. Rendam linen dalam larutan klorin 0,5% selama
42 30 menit
24. Cuci lat menggunakan detergent atau sabun colek dengan cara dikucek
25. Dan disikat
Dan disikat
1. Cairan yang digunakan untuk cuci tangan adalah.... %

a. Savlon 10% d. Lisol 0,5%


b. Savlon 2% e. Aqua 25%
c. Lysol 5%

2. Dibawah ini yang bukan merupakan jenis larutan desinfektan adalah....

a. Sabun antiseptik d. Kreolin


b. Sunlight e. Savlon
c. Lysol

3. Dibawah ini yang merupakan kegunaan lisol 1% adalah.....

a. Mencuci tangan d. Desinfeksi peralatan perawatan


b. Desinfeksi lantai e. Merendam baju pasien
c. Desinfeksi kamar mandi RS

4. Berikut ini adalah cara untuk desinfeksi atau sterilisasi alat-alat perawatan :
1. Rendam klorin
2. Bersihkan alat-alat dan keringkan
3. Bungkus alat-alat (package)
4. Masukan kedalam autoclave
Susunlah langkah-langkah tersebut secara sistematis…

A. 1,2,3,4 D. 3,2,1,4
B. 2,1,3,4 E. 3,4,1,2
C. 2,1,4,3

5. Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan dan pengancuran semua bentuk kehidupan


mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi, salah satu cara
yang digunakan untuk melakukan sterilisasi adalah…

A. Mencuci D. Menjemur
B. Merebus E. Mengelas
C. Mengoles

6. Dalam suatu ruangan di RS ada pasien yang menderita TBC. Pada waktu mengganti linen
perawat harus memperhatikan cara untuk menghindari penyebaran TBC yaitu dengan cara
merendam linen selama 24 jam dengan menggunakan larutan lysol ...%
A. 2-3 D. 6
B. 10 E. 8
C. 0,5
7. Suatu tindakan keperawatan menutup bagian mulut dan sebagai kewaspadaan untuk
mengurangi transmisi droplet udara yang mengandung mikroorganisme saat merawat pasien
disebut tindakan...
A. Menggunakan sarung tangan B. Menggunakan celemek

43
C. Menggunakan baju pasien E. Menggunakan kacamata
D. Menggunakan masker
8. Pasien datang ke klinik Insan Sehat dengan keluhan batuk berdahak, sesak nafas, RR
28x/menit, demam, hasil pemeriksaan dokter dengan diagnosa medis TBC, alat pelindung
diri yang tepat untuk perawat adalah...
A. Sarung tangan C. Celemek
B. Selalu menggunakan masker dan D. Topi
sarung tangan E. Lysol
9. Ny.X sudah 3 bulan mengalami batuk-batuk disertai lendir, nyeri dada, batuk disertai darah,
setelah diperiksa ke dokter ternyata nyonya x di diagnosa mengalami penyakit TBC.
Berdasarkan kasus diatas penularan penyakit TBC dapat melalui...
A. Melalui sentuhan langsung D. Melalui hubungan seks
B. Melalui makanan E. Melalui kulit
C. Kontak langsung dan melalui
udara terbuka
10. Setelah selesai kontak dengan pasien,saudara selalu mencuci tangan. Tujuan saudara
melakukan hal tersebut adalah …

a. Mendinginkan suhu ditangan d. Mempertahankan kelembapan


b. Memperindah kuku-kuku tangan kulit tangan
c. Memperlancar aliran darah di e. Membersihkan kotoran dan
tangan mikroorganisme transit dari
tangan

BAB IV
PEMERIKSAAN FISIK

A. Kompetensi Dasar
3.7 Menerapkan pemeriksaan fisik
4.7 Melaksanakan pemeriksan fisik
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.7.1 Menerangkan pengertian pemeriksaan fisik ( C2 )

44
3.7.2 Merangkan urutan diagnosis ( C2 )
3.7.3 Menerapkan pemeriksaan fisik ( C3 )
3.7.4 Menganalisis tujuan dan manfaat pemeriksaan fisik ( C4)
4.7.1 Mendemonstrasikan pemeriksaan fisik ( P2 )
4.7.2 Melaksanakan pemeriksaan fisik ( P2 )
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan penegrtian pemeriksaaan fisik ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D )
2. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan urutan diagnosis ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pemeriksaan fifik ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
4. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis tujuan dan manfaat pemeriksaan fisik ( B )
secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
5. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan pemeriksaan fisik ( C ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
6. Peserta didik ( A ) mampu melaksanakan pemeriksaan fisik ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
D. Uraian Materi
1. Pengertian

           Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap

system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat

untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi

yang diterima klien dan penetuan respon  terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).

Pemeriksaan fisik adalah salah satu elemen penting dari proses menentukan diagnosis sebuah

penyakit. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui penyakit pasien, agar dapat memberikan terapi

yang tepat pada pasien tersebut.

Pemeriksaan fisik adalah komponen pengkajian kesehatan yang bersifat objektif yang
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada tubuh pasien dengan melihat keadaan
pasien (inspeksi), meraba suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (perkusi), mengetuk

45
suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (palpasi), dan mendegarkan menggunakan
stetoskop (auskultasi).

 Urutan Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan wawancara dan
dapat membantu menegakkan diagnosa hingga 80%, anamnesis ini bersifat subjektif.
Tujuannya untuk menegakkan gambaran kesehatan pasien secara umum, dan mengetahui
riwayat penyakit pasien. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien
(autoanamnesis) atau terhadap keluarga atau kerabat terdekat pasien (hetero/alloanamnesis)
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah:
a. Identitas Pasien : Terkait nama, umur, alamat, pekerjaan, dll
b. Anamnesis penyakit : Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (onset, frekuensi, sifat,
waktu, durasi, lokasi), riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga
(keturunan/penularan), keluhan tambahan, riwayat pekerjaan.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum, tanda vital, menilai status
mental dan cara berfikir, juga menilai langsung sistem atau organ yang berkaitan dengan
keluhan pasien dengan:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu diagnosa ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisiknya belum mendapatkan hasil. Dan juga dapat dilakukan untuk memastikan
diagnosa meskipun anamnesi dan pemeriksaan fisiknya sudah mencapai titik terang.
Contoh dari pemeriksaan penunjang seperti:
a. Pemeriksaan laboratorium : untuk menilai sel-sel darah, urin, feses
b. Kultur bakteri : untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi, dan untuk menentukan
antibiotik serta resistensinya.

46
c. Radioimaging : seperti CT-Scan, MRI, rontgen untuk mengetahui langsung bagian dalam
tubuh yang terkait dengan penyakit.

Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:


1. Inspeksi
          Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk.
Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system
tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto optalomoskop,
otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).           
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan
hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi
            Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban,
tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
            Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi,
dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) 
4. Auskultasi
            Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) 
  Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan,
yaitu sebagai berikut:
a.      Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan
membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
b.      Kontrol lingkungan

47
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan
untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu
sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
1.      Komunikasi (penjelasan prosedur)
2.      Privacy dan kenyamanan klien
3.      Sistematis dan konsisten (head to toe, dari eksternal ke internal, dari normal ke
abnormal)
4.      Berada di sisi kanan klien
5.      Efisiensi
6.      Dokumentasi

2. Tujuan Pemeriksaan Fisik


Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang
akan di jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di lakukan pemeriksaan fisik.

3. Manfaat Pemeriksaan Fisik


         Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, diantaranya:
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3.  Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

4. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada:
1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
48
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien

5. Prosedur pemeriksaan fisik


1. Persiapan
a.       Alat
 Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/spighnomanometer,
Thermometer, Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih (jika
perlu), tissue, buku catatan perawat. Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang
akan di periksa.
b.      Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya
menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
c.    Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
2. Prosedur Pemeriksaan
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi
a. Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh,
Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)

49
Kesadaran merupakan ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan yang berasal dari lingkungan, dengan demikian maka tentu kondisi
tingkat kesadaran seseorang tidak selalu berada dalam kondisi normal.

Tingkat kesadaran ini dibedakan menjadi beberapa tingkat yaitu :


 Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap
dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan pemeriksa dengan baik.
 Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
 Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur
bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta
meronta-ronta
 Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
 Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik
 Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap
pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri
hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik.
 coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons terhadap
pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

Menghitung Nilai GCS dan Intrepretasi Hasilnya Hasil


 Pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E-V-M
dan selanjutnya nilai GCS tersebut dijumlahkan.
 Nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal adalah 15 yaitu E4V5M6 , sedangkan
yang terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.

Berikut beberapa penilaian kesadaran dan interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :


 Nilai GCS (15-14) : Composmentis
 Nilai GCS (13-12) : Apatis
 Nilai GCS (11-10) : Delirium
 Nilai GCS (9-7) : Somnolen
 Nilai GCS (6-5) : Sopor
 Nilai GCS (4) : semi-coma
 Nilai GCS (3) : Coma

b. Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal:) Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)

50
c. Jenis kelamin
d. Usia dan Gender
e. Tahapan perkembangan
f. TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
g. Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
h. Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
i. Postur dan cara berjalan
j. Bentuk dan ukuran tubuh
k. Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
l. Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
m. Dokumentasikan hasil pemeriksaan

3. Pengukuran tanda vital


Posisi klien : duduk/ berbaring
a. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)
b. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)
c. Nadi
- Frekuensi = Normal : 60-100x/menit; Takikardia: >100 ; Bradikardia: <60
- Keteraturan= Normal : teratur
- Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba; 2+: Denyutan   
         mudah teraba, tak mudah lenyap; 3+: denyutan kuat dan mudah teraba
d. Pernafasan
- Frekuensi: Normal= 15-24x /menit; >24: Takipnea; <15 bradipnea
- Keteraturan= Normal : teratur
- Kedalaman: dalam/dangkal
- Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada
        setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat.
4. Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
a. Mengetahui kondisi kulit dan kuku
b. Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan
hidrasi.

51
Persiapan
a. Posisi klien: duduk/ berbaring
b. Pencahayaan yang cukup/lampu
c. Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kulit
        Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan
ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
        Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan  
edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.

b.     Pemeriksaan kuku


        Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger),
tidak ikterik/sianosis.
        Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.

5. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher


a. Pemeriksaan kepala
Tujuan
1) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala 
2) Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala 
Persiapan alat
1) Lampu
2) Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)

52
Prosedur Pelaksanaan
         Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
         Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
         Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak
rapuh.
setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat.

b. Pemeriksaan wajah
         Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain,  tidak pucat/ikterik, simetris.
         Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
         Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut

c. Pemeriksaan mata
Tujuan
1) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
2) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
1) Senter Kecil
2) Surat kabar atau majalah
3) Kartu Snellen
4) Penutup Mata
5) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
         Inspeksi:  bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.

53
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink,
dan sclera berwarna putih.
Tes Ketajaman Penglihatan
            Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam
penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda. Visus
tersebut dibagi dua yaitu:
1).  Visus sentralis.
        Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat.
a.       visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda
benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi.
(EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
b.      virus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat
benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini
mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina. (EM.
Sutrisna, dkk, hal 21).
2).  Visus perifer
             Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan
diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal
tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi
menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh
tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada
jarak 20 feet atau sekitar 6 meter.
Prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen yaitu:
 Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
 Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
 Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta
mengucapkan apa yang akan ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah
satu mata dengan tangannya tanpa ditekan (mata kiri ditutup dulu).
 Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu
Snellen dari kiri ke kanan, atas ke bawah.
 Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas.
Jika tetap maka nilai visus oculi dextra = barisan atas/6.

54
 Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka
pasien diminta untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian
mundur. Nilai visus oculi dextra = jarak pasien masih bisa membaca
hitungan/60.
 Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk
melihat adanya gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus
oculi dextranya 1/300).
 Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien
diminta untuk menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai
visus oculi dextra 1/tidak hingga). Pada keadaan tidak mengetahui cahaya
nilai visus oculi dextranya nol.
 Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang
sama.
 Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya
“x/y” artinya mata kanan pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan
orang normal dapat melihat sejauh y meter.

Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata


Pemeriksaan pergeraka bola mata dilakukan dengan cara Cover-Uncover Test /
Tes Tutup-Buka Mata
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi adanya Heterophoria. Ini berarti
mata itu cenderung untuk menyimpang atau juling, namun tidak nyata terlihat.

d. Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.
Persiapan Alat
1. Arloji berjarum detik
2. Garpu tala
3. Speculum telinga
4. Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan

55
        Inspeksi  : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga,
warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
       Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan  tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
a.       Pemeriksaan Rinne
1.      Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari
tangan yang berlawanan.
2.      Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
3.      Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi.
4.      Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga
klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar
klien.
5.      Instruksikan  klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan
suara atau tidak.
6.      Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b.      Pemeriksaan Webber
1.      Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari
yang berlawanan.
2.      Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .
3.      Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga
atau lebih jelas pada salah satu telinga.
4.      Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut

e. Pemeriksan hidung dan sinus


Tujuan
1) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
2) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
56
Persiapan Alat
1) Spekulum hidung
2) Senter kecil
3) Lampu penerang
4) Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan
       Inspeksi  : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung
( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2
infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak
ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
       Palpasi  dan Perkusi frontalis dan, maksilaris  (bengkak, nyeri, dan septum
deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.

f. Pemeriksaan mulut dan bibir


Tujuan
Mengetahui bentuk kelainan mulut
Persiapan Alat
1) Senter kecil
2) Sudip lidah
3) Sarung tangan bersih
4) Kasa
Prosedur Pelaksanaan
       Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi,
dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis
       Inspeksi dan palpasi strukur dalam  : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.

57
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi,
tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh
dan tidak ada tanda infeksi.

g. Pemeriksaan leher
Tujuan
1) Menentukan struktur integritas leher
2) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
3) Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
    Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
      Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak
ada pembesaran kelenjer gondok.
      Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri karotis terdengar.
       Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi,
nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri,
pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada 
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
      Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

6. Pemeriksaan dada( dada dan punggung)


Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:
a. System pernafasan
Tujuan :
1) Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
2) Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
58
3) Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
1) Stetoskop
2) Penggaris centimeter
3) Pensil penada
Prosedur pelaksanaan
         Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur  dada, gerakan nafas (frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya  pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna
kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak
ada pembengkakan/penonjolan/edema
         Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka
“tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak
tangan pada punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan,
ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
         Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu
sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian
udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian
padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----
hilang>>redup.
       Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan
stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

b. System kardiovaskuler
Tujuan
1) Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
59
2) Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
3) Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
4) Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Persiapan alat
1) Stetoskop
2) Senter kecil
Prosedur pelaksanaan
         Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
         Palpasi: denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
         Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah
dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna,
pada RIC 4,5,dan 8.
         Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari
stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
     Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada
bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

7. Dada dan aksila


Tujuan
1) Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
2) Mendeteksi awal adanya kanker payudara
Persiapan alat
     Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)
Prosedur pelaksanaan
 Inspeksi payudara: Integritas kulit
 Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena
 Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.

60
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

8. Pemeriksaan Abdomen (Perut)


Posisi klien: Berbaring
Tujuan
1) Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut
2) Mendengarkan suara peristaltic usus
3) Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut.
Persiapan
1) Posisi klien: Berbaring
2) Stetoskop
3) Penggaris kecil
4) Pensil gambar
5) Bantal kecil
6) Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan
 Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi,
tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus,  dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat
ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
 Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari
stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka
(bagian bell).
Normal:  suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri
renalis, arteri iliaka dan aorta.
 Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam,
perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
 Perkusi hepar: Batas
 Perkusi Limfa: ukuran dan batas
 Perkusi ginjal: nyeri

61
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan =
hipertimpani
 Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik
organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
penumpukan cairan
Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

9. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)


Tujuan :
a) Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian
b) Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian
tertentu.
Alat :
Meteran
Posisi klien: Berdiri. duduk
 Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM,
kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.
 Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis.
Normal: teraba jelas
 Tes reflex: tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

10. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak)
 Inspeksi struktur muskuloskletal: simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi
dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
62
 Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal: teraba jelas
 Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
11. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan:
1) Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
2) Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/
benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
3) Melakukan perawatan genetalia
4) Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
1)Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
2)Sarung tangan
a. Pemeriksaan rectum
Tujuan :
1) Mengetahui kondisi anus dan rectum
2) Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
3) Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
4) Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
1)Sarung tangan sekali pakai
2)Zat  pelumas
3)Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan
1. Wanita:
         Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris,
edema, pengeluaran.

63
 Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema
dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
         Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
         Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan,  massa
         Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula
ani pengeluaran dan perdarahan.
 Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema /  hemoroid/ polip/ tanda-tanda
infeksi dan pendarahan.
         Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
2.      Pria:
         Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
         Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada
pengeluaran pus atau darah
         Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan
testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
         Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula
ani, pengeluaran dan perdarahan.
         Normal:  tidak ada nyeri , tidak terdapat edema /  hemoroid/ polip/ tanda-tanda
infeksi dan pendarahan.
         Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

6.   Evaluasi
       Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan dengan
mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik
meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan
fisiologis dan perilaku. Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk
mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan
diberikan.
            Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui
pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil asuhan
64
yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika
pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.

7. Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada
pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format
khusus  yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau semua
hasil  sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu
memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari
pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hampir sama dengan
langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
1. Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
2. Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi oleh perawat.
3. Assessment (pengkajian), yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan tentang
kemajuan atau kemunduran klien
4. Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien
5. Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan
rencana
6. Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.

E. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan dan jelaskan teknik pemeriksaan fisik secara sistematis?
2. Sebutkan persiapan alat dalam tindakan pemeriksaan fisik head to toe?
3. Sebutkan dan jelaskan persiapan pasien dan lingkungan?
4. Jelaskan pemeriksaan fisik pada sistem pengelihatan?
5. Jelaskan pemeriksaan fisik pada sistem integumen dan kuku?
6. Teknik pemeriksaan fisik secara urut adalah…
a. Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
b. Palpasi, Perkusi, Auskultasi, Inspeksi
c. Perkusi, Auskultasi, Inspeksi, Palpasi
d. Auskultasi, Inspeksi, Palpasi, Perkusi
e. Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi
BAB V
PEMERIKSAAN
65
TANDA-TANDA VITAL

A. Kompetensi Dasar
3.8 Menerapkan pengukuran suhu tubuh
3.9 Menerapkan pengukuran tekanan darah
3.10 Menerapkan perhitungan nadi
3.11 Menerapkan perhitungan pernafasan
4.8 Mengukur suhu
4.9 Mengukur tekanan darah
4.10 Menghitung nadi
4.11 Menghitung pernafasan
B. Indicator Pencapaian Kompetensi
3.8.1 Menerangkan pengertian pengukuran suhu tubuh ( C2 )
3.8.2 Menerapkan pengukuran suhu tubuh ( C3 )
3.8.3 Menganalisis hasil pengukuran suhu tubuh ( C4 )
3.9.1 Menerangkan pengertian pengukuran tekanan darah ( C2 )
3.9.2 Menerapkan pengukuran tekanan darah ( C3 )
3.9.3 Menganalisis hasil pengukuran tekanan darah ( C4 )
3.10.1 Menerangkan pengertian pengukuran nadi ( C2 )
3.10.2 Menerapkan pengukuran nadi ( C3 )
3.10.3 Menganalisis hasil pengukuran nadi ( C4 )
3.11.1 Menerangkan pengertian pengukuran pernafasan ( C2 )
3.11.2 Menerapkan pengukuran pernafasan ( C3 )
3.11.3 Menganalisis hasil pengukuran pernafasan ( C4 )
4.8.1 Mendemonstrasikan pengukuran suhu tubuh ( P2 )
4.8.2 Menerapkan pengukuran suhu tubuh ( P2 )
4.9.1 Mendemonstrasikan pengukuran tekanan darah ( P2 )
4.9.2 Menerapkan pengukuran tekanan darah ( P2 )
4.10.1 Mendemonstrasikan pengukuran nadi ( P2 )
4.10.2 Menerapkan pengukuran nadih ( P2 )
4.11.1 Mendemonstrasikan pengukuran pernafasan ( P2 )
4.11.2 Menerapkan pengukuran pernafasan ( P2 )

C. Tujuan Pembelajaran
66
1. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan pengertian pengukuran suhu tubuh ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
2. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pengukuran suhu tubuh ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
3. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis hasil pengukuran suhu tubuh ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
4. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan pengertian pengukuran tekanan darah ( B )
secara mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
5. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pengukuran tekanan darah ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
6. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis hasil pengukuran tekanan darah ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
7. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan pengertian pengukuran nadi ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
8. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pengukuran nadi ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
9. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis hasil pengukuran nadi ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
10. Peserta didik ( A ) mampu menerangkan pengertian pengukuran pernafasan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D ).
11. Peserta didik ( A ) mampu menerapkan pengukuran pernafasan ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D ).
12. Peserta didik ( A ) mampu menganalisis hasil pengukuran pernafasan ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D ).
13. Peserta didik ( A ) mampu mendemonstrasikan pengukuran suhu tubuh ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D )
14. Peserta didik ( A ) mampu Menerapkan pengukuran suhu tubuh ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D )
15. Peserta didik ( A ) mampu Mendemonstrasikan pengukuran tekanan darah ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D )
16. Peserta didik ( A ) mampu Menerapkan pengukuran tekanan darah ( B ) secara mandiri
( C ) dengan benar ( D )

67
17. Peserta didik ( A ) mampu Mendemonstrasikan pengukuran nadi ( B ) secara mandiri ( C
) dengan benar ( D )
18. Peserta didik ( A ) mampu Menerapkan pengukuran nadih ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D )
19. Peserta didik ( A ) mampu Mendemonstrasikan pengukuran pernafasan ( B ) secara
mandiri ( C ) dengan benar ( D )
20. Peserta didik ( A ) mampu Menerapkan pengukuran pernafasan ( B ) secara mandiri ( C )
dengan benar ( D )

D. Uraian Materi
1. Definisi
Tanda-tanda vital adalah ukuran dari berbagai fisiologi statistik, sering diambil oleh
profesional kesehatan, dalam rangka untuk menilai fungsi tubuh yang paling dasar. Tanda-
tanda vital harus diukur dan dan dicatat secara akurat dari waktu ke waktu yang
menunjukkan perjalanan kondisi pasien sebagai dokumentasi keperawatan. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien dapat membantu perawat dalam membuat
diagnosa dan perubahan respon pasien. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi:
pemeriksaan nadi, pernapasan, tekanan darah, dan suhu. Pemeriksaan TD, nadi, suhu dan
RR disebut dengan tanda vital (vital sign) atau cardinal symptoms karena pemeriksaan ini
merupakan indikator yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan menilai
fisiologis dari sistem tubuh secara keseluruhan.
Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk
memantau perkembangan pasien saat dirawat. Tindakkan ini bukan hanya sekedar rutinitas
perawat tetapi merupakkan tindakkan pengawasan terhadap perubahan/gangguan  sistem
tubuh selama dirawat. Pada prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara
pasien satu dengan yang lainya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau lebih
ketat pada pasien dengan kegawat daruratan di banding dengan pasien yang tidak
mengalami kegawat daruratan/kritis.

2. Tujuan
68
Pengukuran tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui rentang tanda-tanda vital yang
meliputi:
1. Mengetahui denyut nadi (irama, ferkuensi, pernapasan)
2. Menilai kemampuan kardiovaskuler
3. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan.
4. Menilai kemempuan fungsi pernapasan.
5. Mengetahui nilai tekanan darah

a. Pemeriksaan Suhu Tubuh (◦C )


1. Pengertian pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dan panas yang
hilang. Nilai normal suhu tubuh antara 36°-37,5° C atau berkisar anatar 97,8°F sampai
99°F. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypothermi), bila suhu
tubuhnya < 36° C. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas apabila > 37,5° C.
Setiap peningkatan suhu tubuh 1°C terjadi peningkatan frekuensi nadi sekitar 20 kali
denyut per menit. Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, tegantung pada jenis kelamin,
aktivitas, lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, dan waktu.
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai
kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi
melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembungan dan
penyimpanan di dalam tubuh yang diatur hipotalamus.
Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi melalui berbagai proses di antaranya:
a) Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnetik
b) Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara daerah yang
kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada udara dibngin yang bergerak atau
pada air di kolam renang
c) Evaporsi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap
d) Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain dengan kontak langsung
tanpa gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan yang dingin, dan
lain lain.

2. Tujuan pengukuran suhu tubuh

69
3. Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu
menegakkan diagnose.
4. Untuk menilai keseimbangan suhu tubuh
5. Macam – macam pengukuran suhu:

a. Suhu oral: Mengukur suhu badan dengan menggunakan thermometer yang


ditempatkan di mulut. Tidak boleh dilakukan pada anak/bayi.

b. Suhu aksila: Mengukur suhu badan dengan menggunakan thermometer yang


ditempatkan di ketiak.

70
c. Suhu rektal: Mengukur suhu badan dengan menggunakan thermometer yang
ditempatkan di rektal/anus. anus (rectal) tidak boleh dilakukan pada klien
dengan diare.

d. Telinga (timpani/aural/otic) dan

e. Dahi (arteri temporalis).

Suhu tubuh normal berdasarkan usia


Usia Suhu (Celcius)
Baru lahir 36,8⁰
1 tahun 36,8⁰
5-8 tahun 37,0⁰
10 tahun 37,0⁰
Remaja 37,0⁰
Dewasa 37,0⁰
Lansia (>70 thn) 36,0⁰

71
b. Pemeriksaan pernafasan

1. Pengertian pengukuran pernafasan


Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen
dan pengeluaran karbondioksida. Pernapasan yang normal dapat diobservasi dari
frekuensi per menit, kedalaman, keteraturan dan tanda-tanda yang menyertai, seperti
bunyi napas dan bau napas. Dalam keadaan istirahat, pernapasan orang dewasa normal
berkisar 12-20 kali dalam 1 menit. Setiap orang dapat mengendalikan pernapasan secara
individual dalam waktu tertentu, misalnya pada waktu berenang, bernyanyi, berpidato,
lari cepat, dan sebagainya. Dalam kondisi normal, pernapasan berlangsung secara
otomatis. Frekuensi Pernafasan Normal Bayi baru lahir 40 – 60 x/menit, Bayi
30-40x/menit, anak 20-30 30x/menit.
- 1 – 11 bulan 30x/menit
- 2 tahun 25x/menit
- 4 – 12 tahun 19 – 23x/menit
- 14 – 18 tahun 16 – 18x/menit
- Dewasa 16 – 24x/menit
RR > 24 x/menit : Takipnea
RR < 10 x/menit : Bradipnea
- Lansia (>65 tahun ) Jumlah respirasi meningkat bertahap

2. Tujuan penghitungan nafas


a. Menilai kemampuan fungsi paru
b. Mengetahui frekuensi, irama, kedalaman pernapasan.
c. Mengikuti perkembangan penyakit
d. Membantu menegakkan diagnose

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernafasan


Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi pernapasan, yaitu :
a. Kondisi kesehatan yang menyebabkan gangguan pada organ napas dan
berhubungan dengan pernapasan, misalnya infeksi pada paru-paru.
b. Pemakaian obat-obatan, misalnya obat penenang, narkotika, analgetik, yang dapat
menurunkan kedalaman pernapasan. Kecepatan pernapasan berhubungan dengan
72
kecepatan denyut nadi dengan perbandingan satu kali bernapas lebih kurang 4 kali
denyut nadi. Dalam keadaan suhu tubuh meningkat, kecepatan bernapas juga
meningkat karena tubuh berupaya melepaskan kelebihan panas. Pusat pernapasan
berada pada medulla oblongata pada tengkorak. Apabila tekanan pada tengkorak
kepala bertambah akan mempengaruhi pernapasan menjadi tidak teratur. Dalam
keadaan anemia, ketika terjadi penurunan jumlah sel-sel darah merah daya angkut
oksigen dalam darah berkurang untuk mengompensasi jumlah pemasukan oksigen
ke dalam tubuh maka frekuensi pernapasan bertambah cepat.
c. Olahraga
Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan
tubuh dan menambah oksigen
d. Nyeri Akut
Sebagai akibat stimulasi simpatik sehingga meningkatkan frekuensi dan kedalaman
pernafasan. Klien dapat menghambat pergerakkan dada bila ada nyeri pada area
dada.
8. Usia (secara normal kecepatan berbeda)
9. Ansietas/emosi
10. Anemia
11. Posisi tubuh
12. Medikasi
13. Cedera batang otak

c. Pemeriksaan Nadi
1. Pengertian penghitungan nadi
Nadi adalah denyut nadi nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri
berdasarkan sistole dan diastole dari jantung. Denyut. Memeriksa denyut nadi merupakan
indicator menilai sistem kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah
menggunakan jari tangan (palpasi) atau dengan alat elektronik yang sederhana maupun
canggih. Pemeriksaan denyut nadi dengan bantauan stetoskop dilakukan pada arteri
apikal (ictus cordis). Pemeriksaan denyut nadi PALPASI ini dilakukan pada daerah arteri
radialis pergelangan tangan, arteri brachialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada
leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, atau arteri frontalis pada
ubun bayi, guna mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi) dan menilai kemampuan
fungsi kardiovaskular. Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya Dewasa
73
60-100 x/menit, bayi baru lahir 100-180 x/menit, bayi 100-150 x/menit, anak-anak 70-
110 x/menit. Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit. Denyut nadi
dapat meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu penyakit, cedera, dan emosi.
2. Tempat/lokasi menghitung nadi
Pemeriksaan denyut nadi ini dilakukan pada daerah
a. Arteri radialis pergelangan tangan.
b. Arteri ulnaris
c. Arteri brachialis pada siku bagian dalam

d. Arteri karotis pada leher


e. Arteri temporalis superfisial
f. Arteri maksiliaris eksterna
g. Arteri femoralis
h. Arteri dorsalis pedis
i. Arteri tibialis posterior
j. Arteri frontalis pada ubun bayi
Skala ukuran kekuatan/kualitas nadi (Keperawatan Klinis, 2011)
Level Nadi
0 Tidak ada
1+ Nadi menghilang, hampir tidak
teraba, mudah menghilang
2+ Mudah teraba, nadi normal
3+ Nadi penuh, meningkat
4+ Nadi mendentum keras, tidak
dapat hilang

74
3. Tujuan penghitungan nadi
a. Menghitung denyut nadi dalam satu menit
b. Mengetahui keadaan umum klien
c. Mengetahui integritas system kardiovaskuler
d. Mengetahui perkembangan jalannya penyakit

d. Pemeriksaan Tekanan Darah


a. Pengertian pengukuran tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah pada seluruh permukaan
dinding arteri. Pemeriksaan tekanan darah merupakan indicator penting dalam menilai
fungsi kardiovaskular. Tekanan maksimum pada dinding arteria yang terjadi ketika bilik
kiri jantung menyemprotkan darah melalui klep aortic yang terbuka ke dalam aorta
disebut sebagai tekanan sistolik. Pada titik terendah, tekanan yang konsisten terdapat di
dinding arteri. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu,
makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan. Dua angka dicatat
ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah tekanan sistolik,
mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah
ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah tekanan diastolik mengacu pada
tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah.

b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


2. Curah jantung.
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi
sekuncup dan frekuensi jantungnya).
3. Tekanan Perifer terhadap tekanan darah.
Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan
perifer memiliki beberapa faktor penentu
4. Viskositas darah.
Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar
tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
viskositas : pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
5. Panjang pembuluh
Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.

75
6. Radius pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat
keempatnya. Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal
konstan, maka perubahan dalam tekanan darah didapat dari perubahan radius
pembuluh darah.

Kategori tekanan darah pada dewasa (Keperawatan Klinis, 2011)


Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi (derajat 1) 140-159 90-99
Hipertensi (derajat 2) 160-169 100-109
Hipertensi (derajat 3) >180 >110

Nadi, RR, dan tekanan darah (TD) berdasarkan usia (Keperawatan Klinis, 2011)
Usia Nadi RR TD sistolik
(kali/menit) (kali/menit) (mmHg)
Dewasa (>18 tahun) 60-100 12-20 100-140
Remaja(12-18 tahun) 60-100 12-16 90-110
Anak-anak(5-12thun) 70-120 18-30 80-110
Prasekolah(4-5 tahun) 80-140 22-34 80-100
Bawah 3 tahun/Toddler (1-3 90-150 24-40 80-100
tahun)
Bayi (1 bulan – 1 tahun) 100-160 30-60 70-95
Baru lahir/infant (0-1 bulan) 120-160 40-60 50-70

Prosedure Mengukur Tanda-Tanda Vital


Tinjauan Teori:
Memberikan penilaian terhadap tanda- tanda vital, tinggi dan berat badan, kebiasaan serta
penampakan klien secara umum.
Tujuan:
- Mengidentifikasi dan memberikan gambaran umum tentang status kesehatan klien
secara umum.

76
- Melengkapi riwayat keperawatan, jika ditemukan hasil yang abnormal atau tanda-
tanda yang menunjukkan adanya masalah kesehatan, maka perawat akan memeriksa
secara lebih spesifik sistem tubuh yang mengalami masalah.
Alat dan Bahan:

 Baki dan pengalas


 Bak instrument
 Thermometer raksa dalam tempatnya
 3 gelas/botol kaca yang berisi larutan : sabun, desinfektan dan air bersih
 Sphygmomanometer raksa
 Stetoskop
 Bengkok
 Tissue
 Arloji/Jam tangan
 Buku catatan TTV dan alat tulis
 APD (Sarung tangan bersih)

Prosedur Tindakan :

Tahap Pra Interaksi

1. Mempelajari data tentang klien/pasien sebagai persiapan melakukan pekerjaan


2. Menyiapkan alat sesuai dengan tindakan
3. Mendekatkan alat ke dekat pasien
4. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
Tahap Orientasi

5. Menyampaikan salam terapeutik pada klien/pasien


6. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
7. Menanyakan kesiapan pasien dalam tindakan
Tahap Kerja

Pengukuran Tanda-tanda Vital

Pengukuran Tekanan Darah

8. Melakukan komunikasi terapeutik


9. Menjelaskan prosedur tindakan dan memastikan kesiapan pasien
10. Mengatur posisi pasien supinasi
11. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien bila memungkinkan
12. Memasang manset 2 - 3 Cm di atas mediana cubiti, selang sejajar arteri brachialis
13. Meraba denyut arteri branchialis
14. Meletakkan diafragma stetoskop di atas arteri tersebut
15. Menutup sekrup balon, membuka penguci air raksa
16. Memompa manset hingga tidak terdengar denyut arteri radialis
17. Memindahkan rabaan ke mediana cubitii dan menambahkan pompaan 20-30 mmHg

77
18. Membuka sekrup balon perlahan–lahan sambil melihat turunnya air raksa dan
dengarkan bunyi denyut pertama (sistol) hingga bunyi terakhir (diastole) - tidak
terdengar lagi denyut arteri brachialis sampai tekanan nol
19. Melakukan validasi dengan mengulangi mulai poin 40-41 (bila hasil pengukuran
keduanya beda, ulangi sekali lagi)
20. Mengunci air raksa dan melepas manset
21. Mencatat hasil pengukuran pada buku catatan
Pengukuran suhu – pernafasan – denyut nadi

22. Membersihkan axilla pasien pada lengan yang jauh


23. Membebaskan axilla dengan tissue
24. Memeriksa thermometer, pastikan pada skala di bawah 35° C bila belum turunkan
dengan cara mengibaskan thermometer
25. Memasang reservoir thermometer tepat pada tengah axilla
26. Menyilangkan tangan di depan dada, memegang bahu
27. Menghitung pernafasan klien/pasien
28. Menentukan tempat pengukuran denyut nadi dengan menggunakan 2 atau 3 jari
(telunjuk, tengah dan manis)
29. Setelah di dapatkan nadi mulai menghitung sekurang – kurangnya ½ menit untuk
pasien aritmia dan pasien anak-anak
30. Mencatat hasil pengukuran
31. Mengangkat termometer setelah 10 menit
32. Mengusap termometer dengan tissue kering ke arah reservoir
33. Membaca hasil pengukuran dan mencatatat hasil
34. Membersihkan termometer : mencelupkan ke dalam air sabun kemudian usap ke arah
reservoir, merendam ke dalam larutan desinfektan selanjutnya dibersihkan dengan air
bersih dan usap dari arah reservoir
35. Menurunkan air raksa
36. Mengembalikan thermometer ketempatnya
Tahap Terminasi

37. Melakukan evaluasi tindakan


38. Merapikan pasien
39. Membereskan semua alat
40. Melakukan berpamitan dengan pasien
41. Melepas alat pelindung diri
42. Mencuci tangan
43. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

E. LATIHAN SOAL

1. Pusat pengatur pernapasan spontan adalah…

a. Medulla oblongata d. Korteks Cerebri


b. Hipotalamus e. Thalamus
c. Pons

78
2. Pusat pengatur pernapasan volunter adalah…

a. Medulla oblongata d. Korteks Cerebri


b. Hipotalamus e. Thalamus
c. Pons

3. Kontraindikasi pengukuran suhu melalui rectal, kecuali…

a. Klien tidak sadar d. Klien diare


b. Bayi baru lahir e. Kanker anus
c. Klien sakit jantung

4. Saat seseorang dilakukan pemeriksaan Heart Rate, didapatkan hasil 54 x/mnt, irregular dan
lemah, dinamakan…

a. Bradikardia c. Takipnea e. Dyspnea


b. Takikardia d. Bradipnea

5. Saat seseorang dilakukan pemeriksaan Respirasi Rate dewasa, didapatkan hasil 28 x/mnt,
irregular dan lemah, dinamakan…

a. Bradikardia d. Bradipnea
b. Takikardia e. Dyspnea
c. Takipnea

6. Tekanan tertinggi pada dinding arteri yang terjadi ketika ventrikel kiri jantung
menyemprotkan darah melalui katup aorta, merupakan system kerja…

a. Tekanan diastolic d. Tekanan atmosfer


b. Tekanan osmosis e. Tekanan sistolik
c. Tekanan difusi

7. Dibawah ini merupakan tujuan tanda-tanda vital, kecuali…

a. Proses penerimaan klien d. Menyusun rencana keperawatan


b. Mengidentifikasi masalah e. Mengevaluasi respon klien
c. Membandingkan hasil laboratorium

8. Dibawah ini yang bukan merupakan letak pengukuran suhu, adalah…

a. Telinga d. Aksila
b. Skin temporal e. Hair
c. Rectal

9. Nilai normal Respirasi Rate bayi, adalah…

a. 16-20 x/mnt d. 40-50 x/mnt


b. 60-100 x/mnt e. 6-35 x/mnt
c. 80-120 x/mnt
79
10. Nilai normal Heart Rate dewasa, adalah…

a. 16-20 x/mnt d. 40-50 x/mnt


b. 60-100 x/mnt e. 6-35 x/mnt
c. 80-120 x/mnt

11. Perubahan dari cairan menjadi uap, seperti cairan tubuh dalam bentuk keringat menguap dari
kulit, merupakan…

a. Radiasi d. Konveksi
b. Konduksi e. Hipothermi
c. Evaporasi

12. Letak pengukuran arteri pada tindakan Resusitasi Jantung Paru, terletak pada…

a. Femoralis d. Karotis
b. Brachialis e. Temporalis
c. Radialis

13. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital berikut ini berada dalam batas normal, kecuali...
A. Suhu 370c D. Tekanan darah 120/80 mm Hg
B. Denyut nadi 50 x/menit E. Denyut nadi 84 x/menit
C. Pernafasan 16 x/menit
14. Dari hasil pengukuran tanda-tanda vital, pasien dinyatakan bradicardia apabila ditemukan...
A. Pernafasan 26 x/menit E. Tekanan darah 80/60 mm Hg
B. Pernafasan 8 x/mrnit
C. Denyut nadi 48 x/menit
D. Denyut nadi 84 x/menit
15. Pemeriksaan denyut nadi pada pasien yang mengalami amputasi pada kedua lengan dapat
dilakukan pada...
A. Vena radialis D. Arteri brachialis
B. Arteri radialis E. Vena brachialis
C. Arteri popliter
16. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat mengukur pernafasan
pasien, kecuali...
A. Irama D. Kedalaman
B. Frekuensi E. Volume pernafasan
C. Pola nafas
17. Prosedur berikut ini dilakukan pada pengukuran tekanan darah dilengan, kecuali...
A. Menentukan denyut nadi arteri radialis
B. Melakukan auskultasi pada arteri radialis
C. Memasang mancet dilengan, 3cm diatas siku
D. Membuka lengan baju pada lengan yang akan dipasang manset
E. Memompa udara kedalam manset sampai denyut nadi radialis tak teraba
80
18. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat mengukur heart rate
pasien, kecuali...
A. Irama D. Kedalaman
B. Frekuensi E. Kekuatan
C. Teratur
19. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat mengukur heart rate
pasien, kecuali...
a. Irama d. Kedalaman
b. Frekuensi e. Kekuatan
c. Teratur
20. Kontraindikasi pengukuran suhu melalui oral kecuali:

a. Riwayat epilepsi d. Pasien kooperatif


b. Pada bayi e. Bernafas dengan mulut
c. Pasien tidak sadarkan diri

21. Saat seseorang dilakukan pemeriksaan Heart Rate, didapatkan hasil 112 x/mnt, reguler, dan
kuat. Dinamakan:

a. Bradikardia d. Dyspnea
b. Bradipnea e. Takipnea
c. Takikardia

22. Saat seseorang dilakukan pemeriksaan respirasi, didapatkan hasil 8 x/mnt, irreguler, dan
lemah. Dinamakan:

a. Bradikardia d. Dyspnea
b. Bradipnea e. Takipnea
c. Takikardia

23. Faktor-faktor yang mempengaruhi TD, adalah, kecuali:

a. Makanan d. Emosi
b. Usia e. BB
c. Aktivitas

24. Pemeriksaan Heart Rate pada orang dewasa sebaiknya pada arteri:

a. Karotis d. Radialis
b. Ulnaris e. Brakhialis
c. Femoralis

25. Pemeriksaan nadi pada anak kurang dari 1 tahun sebaiknya pada arteri:

a. Karotis c. Brakhialis
b. Femoralis d. Ulnaris
81
e. Radialis
26. Hal yang harus diperhatikan dalam mengukur respirasi adalah…
a. Frekuensi , irama, kedalaman d. Frekuensi, irama
b. Frekuensi , irama, kekuatan e. Irama, kekuatan
c. Frekuensi, kekuatan, kedalaman

27. Hal yang harus diperhatikan dalam mengukur heart rate adalah…
a. Frekuensi , irama, kedalaman d. Frekuensi, irama
b. Frekuensi , irama, kekuatan e. Irama, kekuatan
c. Frekuensi, kekuatan, kedalaman

28. Dibawah ini yang merupakan batasan normal pernafasan orang dewasa menurut WHO
adalah….
a. 22x/mnt – 28x/mnt d. 18x/mnt – 26x/mnt
b. 16x/mnt – 24x/mnt e. 12x/mnt – 16x/mnt
c. 16x/mnt – 30x/mnt
29. Berikut ini adalah kontraindikasi pengukuran suhu tubuh secara axila ...
a. Diare d. Sakit jantung
b. Kanker usus e. Hemoroid
c. Peradangan axilla
30. Berikut ini yang merupakan alat yang dibutuhkan dalam pengukuran suhu tubuh secara
axilla adalah…
a. Desinfektan d. Tissue
b. Thermometer e. jelly
c. Sarung tangan
31. Waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suhu tubuh secara axilla adalah….
a. 6 s/d 10 mnt d. 1 s/d 10 mnt
b. 1 s/d 3 mnt e. 30 m3nit
c. 2 mnt
32. Kecepatan denyut nadi kurang dari 50 x/menit disebut…
a. Hipertermia d. Hipertensi
b. Takikardia e. Hyperkalemia
c. Bradikardia
33. Berikut in nilai normal nadi yang paling tepat adalah…
a. 70 s/d 90 x/mnt d. 90 s/d 130x/mnt
b. 60 s/d 100x/mnt e. 90 s/d 135x/mnt
c. 80 s/d 120x/mnt
34. Berikut ini yang merupakan tujuan pengukuran tekanan darah yang paling tepat adalah…
A. menilai fungsi respiratori C. menilai fungsi kardiovaskular
B. menilai fungsi pencernaan D. menilai fungsi otak
82
E. menilai fungsi reproduksi
35. Berikut ini adalah cara yang paling tepat melakukan palpasi pada saat pemeriksaan nadi
adalah….
A. Menggunakan ujung tiga jari C. Menggunakan jari kelingking
tengah D. Menggenggam dengan semua jari
B. Menggunakan ibu jari E. Menggunakan telapak tangan
36. Untuk memperoleh hasil yang valid maka waktu yang dibutuhkan untuk menghitung nadi
adalah…
A. 30 detik D. 1 menit
B. 15 detik E. 10 menit
C. 1 detik
37. Posisi Prone untuk mendengarkan adanya bunyi tekanan darah sistolik dan diastolic maka
stetoskop diletakkan pada….
A. Dada pasien D. Arteri femoralis
B. Arteri branchialis fossa cubiti E. Arteri temporalis
C. Jantung pasien
38. Cara menghitung respirasi pasien dalam 1kali respirasi adalah…..
A. Terdiri dari sekali inspirasi dan sekali ekspirasi
B. Terdiri dari dua inspirasi dan satu ekspirasi
C. Terdiri dari satu inspirasi dan dua ekspirasi
D. Terdiri dari satu inspirasi
E. Terdiri dari satu ekspirasi
39. Berikut ini urutan yang paling tepat untuk membersihkan thermometer adalah….
A. Air sabun- air desinfektan – air bersih
B. Air desinfektan – air sabun – air bersih
C. Air desinfektan – air sabun – air bersih
D. Air sabun – air desinfektan – air steril
E. Alcohol – air desinfektan – air bersih
40. Pada pemeriksaan nadi, dihasilkan pulse atau nadi pasien dewasa adlah 100x/menit,
disebut...

A. Tachicardia D. Apneu
B. Bradycardia E. Aneurisma
C. Tachypnea

41. Urutan pemeriksaan nadi yang benar adalah...


1) Pompa balon udara manset sampai nadi arteri destra/sinistra tidak teraba
2) Tentukan denyut nadi arteri radialis destra/sinistra
3) Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
4) Atur posisi pasien
5) Lengan baju dibuka
Tahapan urutan yang benar pada pemeriksaan tekanan darah adalah
A. 1,2,3,4,5 B. 2,3,4,5,1

83
C. 3,4,5,1,2 E. 5,4,3,2,1
D. 4,5,2,3,1

42. Tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh usia dan aktivitas fisik yang baru saja dilakukan.
Oleh karena itu ketika akan memeriksa tekanan darah, pasien di suruh beristirahat dulu
dengan tenag paling tidak 15 menit setelah melakukan aktivitas fisik. Beberapa tekanan
darah normal untuk orang dewasa...
a. 100/90 mmHg d. 120/90 mmHg
b. 100/80 mmHg e. 120/80 mmHg
c. 110/90 mmHg
43. Tehnik melakukan pemeriksaan pernafasan yaitu satu kali ekspirasi dan satu kali inspirasi,
dihitung dalam satuan menit, frekuwensi pernafasan normal pada pasien dewasa adalah…

a. 18-24x/mnt d. 20-32x/mnt
b. 18-26x/mnt e. 20-24x/mnt
c. 18-32x/mnt

44. Nn. V setelah dilakukan pengkajian data subyektif : klien mengatakan susah bernafas,
pusing, nafsu makan menurun. Data obyektif : terjadi retraksi dada, kulit pucat, mata
cekung. Berdasarkan kasus diatas, Nn. V mengalami...
A. Dispnue D. Tachipnue
B. Apnue E. Cheyne stoken
C. Bradipnue
45. Dibawah ini merupakan kontraindikasi pengukuran suhu lewat axila...
A. Diare D. Toodler
B. Inflamasi axila E. Konstriksi pembuluh darah
C. Clotting disorders perifer
46. Pengkuran nadi dapat dilakukan salah satunya dibelakang lutut, nama arteri tersebut
adalah...
A. Arteri karotid D. Arteri popliteal
B. Arteri temporalis E. Arteri brankialis
C. Arteri radialis
47. Tabel pemeriksaan :

N Jenis pemeriksaan
O
1 Pemeriksaan Rontgen
2 Pengambilan darah arteri
3 Pemeriksaan sputum
4 Pemeriksaan denyut nadi
5 Pemeriksaan USG
Berdasarkan tabel diatas termasuk ke-dalam pemeriksaan tanda-tanda vital ditunjukkan
pada nomor...(SOAL UN 2012)
A. 1 B. 2
84
C. 3 E. 5
D. 4
48. Rentang nilai Normal Tekanan darah pada orang dewasa adalah...
A. 100/70mmHg s/d 120/80mmHg
B. 110/70mmHg s/d 130/100mmHg
C. 110/70mmHg s/d 140/90mmHg
D. 120/80mmHg s/d 140/90mmHg
E. 120/80mmHg s/d 140/100mmHg
49. Suhu tubuh pasien diukur dengan termometer air raksa per oral menunjukan angka 36°
C.Jika pengukuran dilakukan dengan menggu-nakan skala kelvin akan menunjukan suhu ....
A. 250K D. 309,15 K
B. 275 K E. 312,20 K
C. 305,13 K
50. Termorneter dan tensimeter air raksa harus digunakan secara hati-hati agar tidak pecah
karena ....
A. air raksa mudah memuai
B. air raksa harganya mahal
C. air raksa mudah dilihat karena mengkilap
D. air raksa merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh
E. air raksa tidak dapat digunakan untuk rnengukur suhu yg sangat rendah

85
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/708/3/BAB%20II_2.pdf

Siringoringo, S. N., Matongka, Y. H., Agustina, A. N., Silalahi, H., Nova, F., Purnamawati, I. D., ... &
Meinarisa, M. (2022). Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit Infeksi. Yayasan Kita Menulis.

Zega,W.P ( 2013 ). Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan . Jakarta: EGC

Petrika, Y., & Dewintha, R. (2022). PENGENALAN ALAT PORTABLE DIGITAL DAN PELATIHAN
PENGUKURAN TINGGI BADAN PADA PETUGAS GIZI DAN KADER. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Kesehatan Indonesia, 1(2), 115-121.

Sulistyowati, A. (2018). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital.

Ferdiansyah, E. R., & Chilmi, M. Z. (2022). Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ortopedi I (Tulang
Belakang dan Pelvis). BUKU AJAR BLOK MUSKULOSKELETAL-ASPEK ORTOPEDI, 21.

https://mars.umy.ac.id/disinfektan-dan-sterilisasi-di-fasilitas-kesehatan/

86

Anda mungkin juga menyukai