DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO AGUSTINUS HIPPO
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................................
A. KONSEP INFEKSI NOSOKOMIAL.........................................................................................................
B. PENGERTIAN STERILISASI...................................................................................................................
C. PERALATAN YANG DAPAT DISTERILISASIKAN.............................................................................
D. TUJUAN DAN MANFAAT STERILISASI..............................................................................................
E. MACAM-MACAM TEKNIK STERILISASI............................................................................................
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi).........................................................................................................
2. Sterilisasi secara fisik.............................................................................................................................
3. Sterilisasi dengan Cara Kimia..............................................................................................................
F. PENGERTIAN DESINFEKSI.................................................................................................................
G. TUJUAN DAN MANFAAT DESINFEKSI.............................................................................................
H. MACAM-MACAM TEKNIK DESINFEKSI..........................................................................................
I. JENIS DESINFEKSI....................................................................................................................................
1. Desinfeksi Tingkat Tinggi....................................................................................................................
2. Desinfeksi Tingkat Sedang...................................................................................................................
3. Desinfeksi Tingkat Rendah..................................................................................................................
I. PERAN PERAWAT DALAM STERILISASI DAN DESINFEKSI........................................................
BAB III................................................................................................................................................................
PENUTUP...........................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Beberapa bahan
obat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung tangan bedah dan
hemodialiser pada penggunaannya berkontak langsung dengan jaringan atau cairan tubuh.
Olehkarena itu produk tersebut harus steril atau bebas dari mikroorganisme hidup terutama
yang bersifat patogen. Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan,
media, dan lain- lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang
patogen maupun yang nonpatogen.
Pengetahuan mengenai bagaimana terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk
membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu
bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu
mikrobiologi. Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi
infeksi tersebut secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan
mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan
asuhan keperawatan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi
dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa
ilmuan besar. Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi dapat
menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya
dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
1
2
desinfeksi ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep
infeksi nosokomial
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian
sterilisasi
c. Mahasiswa dapat mengetahui peralatan apa saja
yang dapat disterilisasikan
d. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dan manfaat
sterilisasi
e. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam
teknik sterilisasi
f. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian
desinfeksi
g. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dan manfaat
desinfeksi
h. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam
teknik desinfeksi
i. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis
desinfeksi
j. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat
dalam sterilisasi dan desinfeksi
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
B. PENGERTIAN STERILISASI
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis
organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungsi, bakteri,
mycoplasma, virus) yang terdapat pada di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi
biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme.
1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
3. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa
penduga lambung, drain dll.
4. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-
lain.
5. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-
lain.
6. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
7. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang infus dan lain-lain.
8. Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi,
baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.
2. Antibiotik.
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini
menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring
dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat
melaluinya.
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada
saringan berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu.
Kegunaan:
untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya
Urea Broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.
Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis
Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak
dapat ditahan oleh filter.
Ada beberapa macam cara penyaringan salah satu nya yaitu dengan menggunakan
penyaringan (filtrasi) membran. Prinsip tekhnik filtrasi membran ini adalah dengan
menyaring cairan sampel melewati saringan yang sangat tipis dan yang terbuat dari bahan
sejenis selulosa.
Membran ini memiliki pori-pori berukuran mikroskopis dengan diameter lebih kecil
daripada ukuran sel mikroba pada umumnya. Jadi selama proses penyaringan berlangsung,
sel- sel yang terdapat pada sempel akan terjebak dari peralatan filtrasi kedalam cawan petri
berisi media. Kertas membran ini bersifat solid sehingga dapat menahan sel yang terjebak
tetap pada posisinya dan kemudian dapat berkembang tanpa bercampur dengan sel lain yang
ikut terjebak juga. Nutrisi yang terdapat pada media akan berdifusi dan terserap kedalam
kertas membrane sehingga sel-sel yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat tumbuh
menjadi koloni yang dapat dihitung dengan mata telanjang setelah melewati masa waktu
inkubasi tertentu.
Bentuk, warna dan sifat lain dari masing-masing koloni tergantung kepada jenis
mikroba yang berada pada kertas membran.
a. Flaming (Flambir)
Flaming diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca
objek dan kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen,
tanpa membiarkan memijar. Dapat juga diulakukan dengan
mencelupkannya kedalam spirtus bakar, kemudian dibakar, tetapi cara
ini tidak menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk sterilisasi. Cara ini
diterapkan terhadap permukaan baskom dan mortir.
b. Pembakaran
Membakar alat pada api secara langsung dengan bunser burner, contoh
alat
: jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas
penggunaanya
c. Udara Panas.
Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi
dll. Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilan tergantung dengan
waktu dan suhu yang digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai
dengan ketentuan maka sterilisasi pun tidak akan bisa dicapai secara
sempurna. Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi
alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet
dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari
karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus
dengan kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan
dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90
– 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan
yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar
pergerakan udara tidak terhambat.
2. Secara Panas Basah
a. Merebus (boiling)
Teknik disinfeksi termurah, waktu 15 menit setelah air mendidih,
beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini contohnyaClostridium
perfingens dan Cl. Botulinum.
Missal Pisau operasi, Gunting, Pinset, Kocher, Korentang
Persiapan:
8
B. Radiasi
1.Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara
kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol. Panjang gelombang yang paling efektif untuk membunuh
bakteri adalah 240-280 nm. Pada panjang gelombang 260 nm
merupakan panjang gelombang yang maksimum diabsorbsi oleh
DNA bakteri. Tidak dapat digunkan untuk material tertutup dan
endospora. Digunakan untuk sterilisasi udara, ruangan perawatan,
dan ruang operasi. Kontak yang lama dengan UV dapat merusak
mata, luka bakar dan kanker kulit.
Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
a. Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
b. Absorbsi asam Nukleat
c. Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
d. Penetrasi lemah kelemahan
2. Sinar ion bersifat hiperaktif
Sering digunakan pada sinar Gamma, daya kerjanya sterilisasi bahan makanan,
terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan. Bahan
disposable: alat suntikan cawan petri dapat disterilkan dengan teknik ini. Sterilisasi
dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”.
Penggunaan teknik ini radiasi gamma dari kobalt-60, lebih kuat daya tembusnya
dibandingkan dengan sinar UV dan tidak dilakukan dalam laboratorium. Metode
sterilisasi ini ditujukan untuk merusak asam nukleat mikroorganisme dan digunakan
untuk bahan-bahan yang tidak dapat disterilisasi menggunakan panas, contohnya
bahan plastik sekali pakai (disposable plasticware), antibiotik, hormon, dan jarum
suntik.
C. Yodium
Konsentrasi yodium yang tepat tidak mengganggu kulit,efektif terhadap berbagai
protozoa.
D. Klorin
Rentang waktu sekitar 5 menit dan konsentrasinya 0,5%,memiliki warna khas dan
bau tajam, dapat mendesinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah.
E. Fenol
Digunakan secara luas sebagai desinfektan dan antiseptik. Fenol sebagai
desinfektan cair tidak dipengaruhi oleh bahan organik, aktifitasnya rendah rendah
terhadap endosproa bakteri, efektif pada konsentrasi 2-5 % dengan mendenaturasi
protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif pada pH asam. Alasan fenol
pada saat ini jarang digunakan sebagai desinfektan adalah karena fenol dapat
meniritasi kulit.
F. Peroksida (H2O2)
Konsentrasinya 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi
perlu 2 jam untuk membunuh virus. Peroksida bersifat efektif dan
nontoksid, molekulnya tidakstabil, menginaktif enzim mikroba.
G. Surfaktan
Dapat menurunkan tegangan permukaan diantara molekul-molekul dalam larutan.
Contohnya sabun dan detergen.
H. Etilen oksida
Digunakan untuk sterilisasi ruang tertutup. Mekanisme adalah dengan
mendenaturasi protein mikroorganisme.
I. Logam berat dan senyawa logam
Beberapa logam berat dapat bersifat biosidal atau antiseptik karena mampu
berkombinasi dengan protein seluler dan mendenaturasikannya. Contohnya adalah
arsenik, perak, merkuri, dan tembaga.
F. PENGERTIAN DESINFEKSI
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan
membunuh mikroorganisme patogen.
Agen disinfeksi adalah disinfektan, yang biasanya merupakan zat kimiawi dan
digunakan untuk objek-objek tak hidup. Disinfeksi tidak menjamin objek menjadi steril
13
a. Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau membasahi
dengan alkohol 70%
c. Cucilah kulit/jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinktur 3%,
kemudian dengan alkohol.
a. Oleskan luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan menggunakan alkohol
14
atau betadine
a. Jemurlah kasur, tempat tidur, urinal, pispot, dan lain-lain dengan masing-masing
permukaan selama 2 jam
I. JENIS DESINFEKSI
1. Desinfeksi Tingkat Tinggi
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dapat membunuh semua organisme kecuali spora
bakteri. Teknik DTT dapat digunakan pada alat-alat medis. DTT dapat dilakukan dengan
merebus, mengukus atau menggunakan bahan kimia.
bakteri. Desinfeksi tingkat sedang jarang dipakai di rumah sakit, namun bisa diterapkan di
rumah untuk mendesinfeksi peralatan dapur.
PENUTUP
A. Kesimpulan :
Infeksi nasokomial adalah infeksi yang disebabkan oleh lingkungan saat
proses keperawatan.
Sterilisasi adalah proses penghilangan
organisme.
Peralatan yang dapat disterilkan yaitu logam, kaca, karet, ebonit, email, porselin,
plastik, dan tenunan.
Salah satu tujuan dan manfaat sterilisasi adalah mencegah pembusukan material
oleh mikroorganisme
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mekanin,
fisika, dan kimiawi.
Desinfeksi adalah proses penghilangan
organisme dengan cara membunuh nya.
Tujuan dan manfaat desinfeksi adalah memelihara alat dengan memusnahkan dan
mencegah kontaminasi semua mikroorganisme pada peralatan tersebut tanpa
membunuh spora bakteri.
Desinfeksi dapat dilakukan dengan cara
mencuci,mengoleskan,merendam,dan menjemur.
Macam macam jenis desinfeksi yaitu, desinfeksi tingkat tinggi, tingkat sedang,
dan tingkat rendah.
Peran perawat dalam sterilisasi adalah sebagai pelaku dalam melakukan sterilisasi
dan disenfeksi.
B. Saran :
Diharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian, agar dikemudian hari
kelompok kami dapat memperbaiki dan mengerjakan makalah menjadi lebih baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
17