PENDAHULUAN
bakteri yang biasa hadir di dalam saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi.
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan
mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang
masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72
jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam
pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial
ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi
endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada
didalam tubuh dan berpindah ketempat baru yang kita
sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen
(cross infection/infeksi silang) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal
dilakukan oleh WHO tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55
rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan
Pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial, khususnya di Asia Tenggara
sebanyak l0%. Di Indonesia yaitu di 10 RSU pendidikan, infeksi
nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2010.
Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi( ILO).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada rumah
sakit di Indonesia bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur
pembedahan. Menurunnya standar pelayanan perawatan merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu infeksi yang
paling sering terjadi adalah plebitis pada pasien yang mendapat terapi infus.
Kejadian ini merupakan salah satu indikator adanya infeksi akibat kesalahan
pemasangan ataupemasangan infus yang tidak sesuai protap
berperan besar untuk memperkecil risiko infeksi tersebut. Oleh karena itu, kami
akan membahas mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi silang dalam
makalah ini.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian infeksi.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian infeksi nosokomial.
1.3.3 Untuk mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi.
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi silang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
Tampak sulit dipercaya bahwa infeksi yang didapat saat dirawat di rumah sakit
lebih sering terjadi daripada kecelakaan lalu lintas dan infeksi ini
memakan biaya bermiliar-miliar rupiah untuk perawatan rawat inap lebih lama.
Infeksi yang didapat di rumah sakit disebut infeksi nosokomial (dari
bahasa Latin nosokomium berarti rumah sakit). Teknik aseptik adalah metode
terbaik untuk mencegah infeksi nosokomial. Teknikk aseptik ini digunakan
pada setiap prosedur dan peralatan invasif seperti kateter urin. Prosedur ini
harus dilaksanakan pada tempatnya untuk meminimalkan risiko infeksi,
diperkirakan 30% infeksi nosokomial dapat dicegah.
Infeksi terjadi jika mikroorganisme menyebar dari suatu reservoar infeksi ke
penjamu yang rentan. Jalan masuk infeksi dapat berupa kontak, aerosol, darah,
makanan/air dan serangga. Reservoar infeksi adalah tempat
mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dan dapat berupa
pasien itu sendiri (infeksi terhadap diri sendiri) atau dari pasien lainnya,
Infeksi dapat berasal dari diri sendiri jika jaringan terinfeksi akibat infeksi dari
lokasi yang berbeda pada tubuh pasien, misalnya saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan kulit.
Infeksi silang terjadi dari orang yang menderita infeksi atau karier yang tidak
bergejala atau dari suatu reservoar infeksi.
Indikator adalah salah satu cara untuk menilai penampilan dari suatu
kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan
menerus akibat tirah baring. Luka dekubitus akan terjadi bila pasien
tidak dibolak-balik atau dimiringkan dalam waktu 2 x 24 jam. Angka
pasien dengan dekubitus adalah banyaknya pasien yang menderita
dekubitus dan bukan banyaknya kejadian dekubitus.
Infection Rate)
tusukan atau bekas tusukan jarum infus di Rumah Sakit, dan timbul
setelah 2 x 24 jam dirawat di rumah sakit kecuali infeksi kulit karena
sebab-sebab lain yang tidak didahului oleh pemberian infus atau
suntikan lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan
kemerahan (kalor, tumor, dan rubor) dengan atau tanpa nanah (pus)
pada daerah bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3 x 24 jam atau
kurang dari waktu tersebut bila infus terpasang.
Adanya infeksi rumah sakit pada semua kategori luka sayatan operasi
bersih yang dilaksanakan di rumah sakit ditandai oleh rasa
panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor), dan keluarnya
nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam kecuali infeksi rumah
sakit yang terjadi bukan pada tempat luka.
sebelumya
5) Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi
terbukti bahwa infeksi didapat penderita waktu perawatan sebelumnya
dan belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokommial.
berbagai cara :
1) Yang telah permanen atau hanya singgah sementara pada pasien
(endogenous infection)
Bakteri ada dikeadaan normal yang menyebabkan transmisi baik
dari habitat luar dan dalam (system urinaria), merusak jaringan
(melukai) atau penggunaan antiobiotik yang tidak tepat. Sebagai
contoh, bakteri gram negative yang menyerang saluran pencernaan
sering kali disebabkan daerah pembedahan atau bekas operasi yang
terinfeksi setelah melakukan operasi di bagian perut atau menyerang
sisitem urinaria di salauran kencing.
d) Pada debu (bakteri yang diameternya lebih kecil dari 10µm tinggal
pada udara pada beberapa jam dan dapat terhirup pada
yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang tidak baik. Maka bisa
jadi ia tidak terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika imunitasnya tidak
cukup kuat, maka dapat jadi pasien tersebut dirawat berhari,
berminggu-minggu dan lebih parahnya berbulan-bulan
risiko infeksi seperti kebersihan yang kurang, status gizi kurang, dan
imunosupresi. Mungkin faktor pencegahan terpenting adalah memastikan
dilaksanakannya prosedur pengontrolan infeksi, yang dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Perawatan terpisah merupakan usaha mencegah penyebaran
infeksi dengan isolasi protektif atau mencegah infeksi dari pasien yang
terinfeksi (isolasi sumber).
a. Mencuci tangan
nosokomial.
Faktor penting untuk mempertahankan hygiene yang baik dan
mempertahankan integritas kulit adalah :
pada pasien kanker stadium lanjut, dapat menyebar dari pasien ke tangan
intavena jangka panjang atau dapat diinsersi oada perifer untuk jangka
pendek. Di Inggris, hamper 6000 pasien per tahun mendapatkan infeksi
pemasangan
4) Menggunakan system steril tertutup dan mencegah aliran baik urin dari
kantung urin dengan meletakkan kantung urin di bawah kandung kemih
dan penjepitan (clamping) selang kantung jika pasien bergerak.
peroksida.
dibersihkan, tetapi peralatan medis yang kontak dengan darah atau cairan
tubuh atau digunakan pada pasien yang menderita infeksi, seperti infeksi
Staphylococcus aureus resisten metisilin (MRSA), diare, maka peralatan
medis ini harus didisinfeksi.
Setiap alat harus selalu dicuci dan dibersihkan sebelum disinfeksi karena
alat yang kotor akan melindungi mikroorganisme. Disinfeksi zat
pembunuh bakteri, kadang disebut juga bakterisida, sedangkan zat yang
e. Sterilisasi
Sterilisasi adalah prosedur untuk membunuh semua organisme termasuk
endospore dan virus. Autoklaf (dapat dilakukan dengan alat masak
bertekanan tinggi, presto) dapat digunakan untuk sterilisasi dengan
3.1 Simpulan
Pencegahan dan penanganan infeksi merupakan serangkaian kegiatan dan
tindakan untuk mencegah dan mengurangi faktor resiko terjadinya infeksi. Dalam hal
ini perawat memiliki peranan penting dalam pengendalian infeksi karena seorang
perawatlah yang lebih sering kepasien baik melakukan pengkajian sampai tindakan
invasif, sehingga diharapkan perawat dapat mengetahui dan menghindari faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
3.2 Saran
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
James, Joyce, Collin Baker, Helen Swain. 2002. Prinsip-prinsip Sains Untuk