Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 5 :

“Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial”


Infeksi Nosokomial adalah peristiwa masuk dan penggandaan
mikroorganisme di dalam tubuh pejamu yang mampu menyebabkan
sakit. Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan
kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan.

Penentuan suatu infeksi nosokomial dan/atau untuk mengklasifikasinya


harus menggabungkan informasi adanya infeksi dari temuan
laboratorium atau pemeriksaan penunjang lain. Bukti klinik dapat di
ambil dari observasi langsung pada tempat infeksi atau dari sumber
data pasien yang lain seperti rekam medik. Bukti laboratorium dapat
berupa hasil biakan kuman, pemeriksaan penunjang lain seperti
radiologi, biopsi atau aspirasi.
1. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi
dan tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
2. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak
pasien mulai dirawat.
3. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang
lebih lama dari waktu inkubasi infeksi tersebut.
4. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya
pada saat persalinan atau selama dirawat di rumah sakit.
5. Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi
dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat
di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum
pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
 Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak langsung, kontak tidak
langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi
berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada
penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral. Kontak tidak langsung
terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda
mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh
sumber infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.

 Penularan melalui common vehicle


Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan
dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-
jenis common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-
obatan, cairan antiseptik, dan sebagainya.
 Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang
sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang
cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme
yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas akan membentuk
debu yang 10 dapat menyebar jauh (Staphylococcus) dan
tuberkulosis.

 Penularan dengan perantara vektor


Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut
penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara
mekanis dari mikroorganime yang menempel pada tubuh vektor,
misalnya shigella dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal
bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi
perubahan biologik, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau
tidak mengalami perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada
ginjal (flea).
 Penularan melalui makanan dan minuman
Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau
minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba patogen
dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala
baik ringan maupun berat.
 Kebersihan
Bakteri muncul pada suatu lingkungan dan dengan cepat menyebar bisa
dikarenakan kebersihan yang prosedurnya berjalan secara tidak benar.

 Sistem Daya Tahan Tubuh Rendah


Ketika seseorang memiliki sistem imun yang kurang atau menurun, maka
penyakit pun akan mudah hinggap ke tubuhnya. Bakteri maupun virus
sangat gampang menginvasi tubuh manusia dengan rendahnya sistem daya
tahan tubuh.

 Faktor Usia
Penyebab lainnya yang juga perlu menjadi kewaspadaan pasien adalah
faktor usia pasien yang sudah lebih dari 70 tahun di mana tingkat
kerentanan makin tinggi di sini.
 Sistem Pergantian Staf
Pada setiap rumah sakit selalu ada sistem yang mengatur pergantian
tugas staf yang mengurusi pasien-pasien yang dirawat di sana.
Kemungkinan selalu ada bagi staf untuk tidak menjaga kebersihan
dirinya sendiri, maka ketika stafnya sendiri tidak higienis dan steril,
tentu ialah yang akan dianggap sebagai agen yang menyebar
infeksi.

 Kondisi Koma
Para pasien yang tengah dalam keadaan koma serta syok pada
waktu yang telah lama, seperti misalnya penderita cedera kepala
dan juga stroke akan lebih mudah terjangkit infeksi ini.

 Lama hari rawat


Semakin lama hari rawat maka akan semakin terpapar terhadap
agen patogen dari rumah sakit sehingga infeksi nosokomial pun akan
semakin tinggi.
 Pemakaian Antibiotik
Pasien yang sudah cukup lama mengonsumsi obat-obatan antibiotik
malah justru membuat tubuhnya dapat dengan mudah diserang oleh
bakteri. Infeksi nosokomial bakal jauh lebih gampang menjangkiti
orang-orang dengan konsumsi antibiotik jangka panjang atau pasien
yang dalam riwayat kesehatannya pernah memperoleh perawatan
intensif dengan menggunakan antibiotik

 Mikroorganisme
Dari sisi mikroorganisme hal yang harus kita perhatikan adalah
virulensi dari organisme yang terkait karena tidak semua organisme
akan memberikan akibat yang sama dan juga kolonisasi, dosis infeksi
dan sekunder oportunistis pada terapi antibiotik dan rendahnya
pertahanan tubuh. Kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan
infeksi nosokomial tergantung pada virulensi, ketahanan host dan
tempat/lokasi bagian tubuh yang diakibatkan.
• Conventional pathogens
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya
kekebalan terhadap kuman tersebut: Staphylococcus aureus,
streptococcus, salmonella, shigella, virus influenza, virus hepatitis.

• Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan
tubuh terhadap kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang
tidak steril: pseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan
enterobacter.

• Opportunistic pathogens
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya
tahan tubuh sangat menurun : mycobacteria, nocardia, pneumocytis.
 Infeksi Saluran Kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi
nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan
kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat
menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian.

 Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang
menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan
NGT, dan terapi inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini tersering
berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan Pseudomonas.
Organisme ini sering berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan
perut.
 Infeksi Aliran Darah
Tanda dan gejala infeksi aliran darah adalah pada anak usia lebih
dari 12 bulan akan dijumpai adanya demam lebih dari 38oC,
menggigil, hipotensi dengan sistolik ≤ 90 mmHg dan oliguri < 20
mL/hari. Pada anak usia kurang dari 12 bulan akan dijumpai tanda
demam, apnea dan bradikardi.

Alat-alat invasif yang dipasang diduga sebagai faktor yang


menyebabkan terjadinya infeksi aliran darah. Alat invasif tersebut
adalah kateter intravena, kateter central, kateter arteri, ventilasi
mekanik, dan kateter urin.
 Staphylococcus aureus
Umumnya ditularkan oleh para
petugas yang menularkan biasanya
“karier” dan ditularkan melalui
tangan. Di tempat perawatan dimana
penyakit yang disebabkan kuman ini
berupa endemi/epidemi maka
koloni Stafilokokkus aureus ini dapat
ditemukan di kulit, lubang hidung dan
nasofaring. Infeksi yang
ditimbulkannya dapat berupa pustula
dikulit, konjungtivitis, paranokia,
omfalitis, abses subkutan (mastitis),
sepsis, pneumonia, mepingitis,
osteomielitis, enteritis dan lain-lain.
 Streptococcus
Streptococcus adalah salah
satu bakteri-bakteri yang
mengakibatkan terjadinya
infeksi pada saluran
pernafasan. Streptococcus
pneumoniae ialah penunggu
dibagian saluran pernapasan
pada manusia dan dapat
mengakibatkan pneumonia,
otitis, sinustis, bronchitis,
meningitis, bakteremia, dan
proses-proses terjadinya infeksi
pada saluran-saluran lainnya.
 Pneumococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis
bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi serius seperti pneumonia (radang
paru-paru), meningitis,(radang selaput
otak), dan infeksi parah (sepsis).
Penyakit lain yang dapat ditimbulkan
yaitu infeksi telinga dan bronkitis.
Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman
pneumokokus, tatapi hanya sedikit yang
dapat menyebabkan penyakit gawat.
Bentuk kumanya bulat-bulat dan
memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus
inilah yang menyebabkan apakah si
kuman akan berbahaya atau tidak.
 Listeria monocytogenes
Secara umum,habitat listeria
terdapat pada tanah,air
mengalir,saluran pembuagan
kotoran,tumbuhan dan makanan.
Genus Listeria memiliki 6 spesies,
yaitu Listeria. monocytogenes, L.
innocua, L. seeligeri, L. welshimeri, L.
ivanovii dan L. grayi. Dari keenam
spesies tersebut, diketahui hanya L.
monocytogenes yang bersifat
pathogen terhadap manusia apabila
mencemari makanan atau minuman
yang dikonsumsi oleh individu
tersebut.
 Infeksi kuman gram negatif
E.coli, Salmonella, Shigella dan lain-
lain sering ditemukan di kulit, hidung,
nasofaring dan flora.Pada bayi
terkontaminasi dengan mikro
organisme tersebut yang terdapat di
jalan lahir/daerah perineum ibu,
atau bayi menelan cairan yang
mengandung mikroorganisme
tersebut pasca waktu lahir. Penyakit
yang ditimbulkannya ialah enteritis,
sepsis, meningitis, pneumonia,
abseshati, necrotizing
enterocolitis dan infeksi traktus
urinarius.
 Neisseria gonorrhoeae
Biasanya kuman ini
menimbulkan infeksi pada
mata yang disebut
Gonococcal ophthalmia
neonatorum. Disamping itu
dapat menyebabkan
gonococcal
arthritis dan disseminated
gonorrhoe.
Pencegahan Penyakit Nosokomial
• Skrining ICU untuk melihat apakah pasien dengan infeksi
nosokomial perlu diisolasi atau tidak.
• Mengidentifikasi tipe isolasi yang dibutuhkan, yang bisa
membantu melindungi pasien lainnya atau mengurangi risiko
terjadinya infeksi.
• Observasi kebersihan tangan, meliputi cuci tangan sebelum dan
sesudah menyentuh pasien di rumah sakit.
• Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai seperti kacamata,
gaun dan pelindung wajah.
• Membersihkan lingkungan rumah sakit. Memastikan ventilasi
rumah sakit baik.
Pengobatan Infeksi Nosokomial
Sambil menunggu hasil kultur bakteri, pengobatan awal untuk
infeksi nosokomial adalah pemberian antibiotik secara empiris,
yaitu pemberian antibiotik yang tidak spesifik sebelum ada hasil
dari kultur. Biasanya diberikan antibiotik dengan kemampuan luas
yang dapat menyerang hampir seluruh jenis bakteri. Setelah ada
hasil pemeriksaan, pemberian antibiotik akan disesuaikan dengan
jenis bakteri secara lebih spesifik. Antijamur maupun antivirus juga
dapat diberikan bila dicurigai penyebabnya dari jamur atau
virus.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai