Anda di halaman 1dari 20

INFEKSI NOSOKOMIAL

Haryati J. Abdullah
Reza Sandika Adnan
Sry Ramadhayanti Yusuf
Achmad Dzaky Mubaraq
Sejarah Infeksi Nosokomial
Pada 1847, seorang dokter bernama Ignaz Semmelweis
bekerja di bagian kebidanan di sebuah rumah sakit di Vienna,
Austria. Semmelweis mengamati bahwa angka kematian di antara
ibu di bangsal yang dilayani oleh mahasiswa kedokteran tiga kali
lebih tinggi dibandingkan bangsal yang dilayani oleh bidan.

Semmelweis mendalilkan bahwa hal ini terjadi karena


mahasiswa langsung ke bangsal kebidanan setelah belajar otopsi
(bedah mayat), dan membawa infeksi dari mayat ke ibu yang
melahirkan. Dia memerintahkan dokter dan mahasiswa untuk
mencuci tangannya dengan larutan klorin sebelum memeriksakan
ibu tersebut. Setelah aturan ini diterapkan, angka kematian
menurun menjadi serupa dengan bangsal yang dilayani oleh bidan.
Dengan masalah infeksi nosokomial menjadi semakin jelas, dicari
kebijakan baru untuk menguranginya. Solusi pertama pada 1877 adalah
mendirikan rumah sakit khusus untuk penyakit menular. Pengenalan
sarung tangan lateks pada 1887 membantu mengurangi penularan. Tetapi
dengan peningkatan mortalitas (angka kematian) di 1960-an, Departemen
Kesehatan di AS pada 1970 mengeluarkan kebijakan untuk
mengisolasikan semua pasien yang diketahui tertular infeksi menular.
Namun kebijakan ini kurang berhasil serta menimbulkan banyak masalah
lain. Perhatian pada masalah ini menjadi semakin tinggi dengan
munculnya HIV pada 1985, kebijakan kewaspadaan universal dikenalkan
pada tahun 1985.
Pengertian Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial atau infeksi yang
diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang
tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit
melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat
tersebut. Infeksi nosokomial adalah infeksi
yang didapat seseorang dalam waktu 3x24 jam
sejak mereka masuk rumah sakit (Depkes RI,
2003)
Cara Penularan Infeksi Nosokomial

a. Penularan secara kontak

Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak langsung, kontak tidak
langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi
berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person
pada penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral. Kontak tidak
langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara
(biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya kontaminasi peralatan
medis oleh mikroorganisme (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
Lanjutan. . .

b. Penularan melalui common vehicle

Penularan ini melalui benda mati yang telah


terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan
penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis
common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra
vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan sebagainya
(Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
Lanjutan. . .

c. Penularan melalui udara dan inhalasi

Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat


kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan
melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat
dalam sel-sel kulit yang terlepas akan membentuk debu yang 10 kali dapat
menyebar jauh (Staphylococcus) dan tuberkulosis (Uliyah dkk, 2006;
Yohanes, 2010).
Lanjutan. . .
d. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal.
Disebut penularan secara eksternal bila hanya terjadi
pemindahan secara mekanis dari mikroorganime yang
menempel pada tubuh, misalnya shigella dan salmonella oleh
lalat. Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk
kedalam tubuh dan dapat terjadi perubahan biologik, misalnya
parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami
perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada ginjal (flea)
(Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
Lanjutan. . .

e. Penularan melalui makanan dan minuman

Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau


minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba patogen
dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala,
baik ringan maupun berat.
Penyebab Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial dapat terjadi karena disebabkan
berbagai faktor baik faktor internal (seperti: usia,
penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi,
kolonisasi flora normal tubuh, personal hygiene yang
rendah, perilaku personal dll) maupun eksternal dari
pasien (seperti: lingkungan yang buruk/kotor, instrument
yang tidak steril/disposble, tindakan invasif, kesehatan
petugas, kelalaian petugas dll). Infeksi nosokomial yang
dialami penderita dapat berupa infeksi yang menular dan
infeksi yang tidak menular.
Infeksi nosokomial dapat terjadi pada berbagai
sistem /organ tubuh seperti:

1. Sistem pernafasan
2. Sistem perkemihan dan Sistem pencernaan
3. Pembuluh darah /aliran darah
4. Luka pembedahan
Dll
BERBAGAI MACAM INFEKSI NOSOKOMIAL YANG
DAPAT DIALAMI PASIEN

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa infeksi


nosokomial dapat mengenai berbagai organ/sistem tubuh
dan dipengaruhi oleh berbagai fektor penyebah,
maka sangat beralasan jika infeksi nosokomial dapat
berupa berbagai macam infeksi seperti:

1. Infeksi saluran kemih ( UTI)


2. Phlebitis
3. Bronchopnemnonia
4. Decubitus
5. Dehiscensi luka operasi
6. Influenza
7. Selulitis
8. Sepsis
Dll
TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Berbagai hal dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan infeksi


nosokomial antara lain dengan cara: mencuci tangan sebelum
memulai setiap tindakan terhadap pasien, gunakan masker jika
perlu, gunakan sarung tangan steril, gunakan teknik
aseptik/antiseptic, ciptakan lingkungan yang kuat untuk
tindakan pertahankan kesterilan alat dll.
SEKIAN
WASSALAM
1. Jeni Sardini 15020150245
Tanda tanda terkena penyakit infeksi nosokomial ?

Jawaban

Tanda tanda yang dialami oleh pasien yang terkena infeksi nosokomial adalah demam,

takikardi, sesak, dan lemas. Pada pneumonia dapat terjadi batuk dengan dahak yang

kental. Pada infeksi salurankemih terdapat nyeri daerah punggung bawah atau perut

bawah. Dan yang terpenting gejala ini muncul setelah perawatan di rumah sakit.
2. Mita 15020150251
Bagaimana pencegahan infeksi nosokomial ?

jawaban

Perawatan pasca operasi dibedakan atas . perawatan secara


aseptik. Perawatan aseptik dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi
nosokomial dibanding dengan perawatan yang non aseptik, karena bebas
dari infeksi atau bahan sepsis. Perawatan luka yang dilakukan secara
aseptik dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada luka operasi
karena kemungkinan terkonta-minasi kuman kuman penyebab infeksi
dapat dicegah). (RSUD Kota Semarang. Pedoman Pengendalian Infeksi
Nosokomial. Panitia Pengendalian Infeksi Nosokornial. Semarang.2002)
3. Zulfa mahmudah (15020160256)

Apakah ada kemungkinan infeksi nosokomial kita peroleh diluar


rumah sakit ?

Jawaban

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam


waktu 3x24 jam sejak mereka masuk rumah sakit (Depkes RI, 2003)
4. Muh. Agus Salim (15020150007)

Usia berapa yang rentan terkena infeksi nosokomial ?

Jawaban
Berdasarkan kategori runur, kejadian infeksi nosokomial lebih
banyak terjadi pada kelompok umur lebih dari 56 tahun, Hal ini terjadi
karena umur tua lebih rentan terkena infeksi nosokomial. Pada beberapa
penelitian tentang prevalensi infeksi nosokomial juga mengungkapkan
umur tua lebih cenderung terkena infeksi karena pada umur tua orang
lebih rentan terhadap semua jenis penyakit akibat daya tahan tubuh yang
mulai menurun dan fungsi beberapa panca indera yang berkurang .
(Phair, J.P. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam tentang Infeksi Nosokomial. jilid
II Edisi ke 3,Balai Penerbit FKUI. 1986, Cetak ulang 2000.)
5. Muh. Fakhri falihin (15020150038)

Apa pengaruh usia dan malnutrisi terhadap infeksi nosokomial ?

Jawaban
Malnutrisi termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi
nosokomial karena apabila seseorang kekurangan gizi atau nutrisi di
dalam tubuhnya maka sistem kekebalan tubuh akan berkurang
sehingga seseorang yang kekurangan gizi atau nutrisi akan mudah
terkena infeksi nosokomial.

Anda mungkin juga menyukai