Anda di halaman 1dari 24

SKENARIO

Perempuan, 28 tahun, G1P0A0, HPHT : 25 – 8 – 2018, datang ke Puskesmas dengan


keluhan keluar air dari jalan lahir yang dirasakan sejak 2 jam sebelum ke
Puskesmas. Selama kehamilan, ibu satu kali memeriksakan kehamilannya, yaitu
pada saat usia kehamilan 4 bulan. Ibu merasa gerakan janin aktif. Sakit perut
tembus ke belakang tidak dirasakan ibu.
RUMUSAN MASALAH

– Informasi tambahan apakah yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis ?


– Apa saja penyebab sakit perut tembus belakang?
– Apa saja diferential diagnosis pada kasus tersebut?
– Apa diagnosis pada kasus tersebut?
ANALISIS MASALAH

1. Informasi tambahan ( Anamnesis pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang )


– Anamnesis
 Bagaimana siklus haid teratur atau tidak?
 Apa pekerjaan ibu?
 Apakah ada riwayat penyakit ibu seperti diabetes melitus, hipertensi, TBC, ISK?
 Apakah ibu pernah KB sebelumnya?
 Apakah ibu perokok, alkoholism,dan konsumsi obat-obatan?
 Apakah ibu ada merasakan mual dan muntah?
 Apakah ibu ada trauma sebelumnya?
 Cairan yang keluar apakah berbau, teksturnya berbeda,dan warna nya beda?
 Riwayat vaksinasi.
 Apakah sering ada kontraksi (sakit perut) ?
- Pemeriksaan Antropometri
- Berat badan ibu
- Tinggi badan ibu
- LLA
- Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Leopold (1-4)
 Pemeriksaan DJJ
 Pemeriksaan HIS
• Kontraksi dini
• Kontraksi palsu
• Kontraksi saat berhubungan
• Kontraksi sebenarnya
– Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan lab
– USG
DIAGNOSIS

– Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
– Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8
menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
– Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
– Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
– Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau telah
terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
– Pecah air ketuban
– Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
– Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The
American Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk mendiagnosis
persalinan preterm ialah :
 Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau delapan kali
dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
 Dilatasi serviks lebih dari 1 cm, Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih
Penyebab sakit perut tembus ke
belakang

– Gangguan pada saluran cerna : Gastritis dan Kolitis Infeksi


– Kelainan pada system saluran kemih : ISK atas (Pyelonephritis) dan Batu Ginjal
(Urolithiasis)
– Masalah pada organ reproduksi : Endometriosis, Kista ovarium dan Kontraksi
Uterus (labor)
Diferential diagnosis pada kasus

– Kehamilan Aterm
– Kehamilan Pretersm
– Kehamilan Posterm
Diagnosis dari kasus
Persalinan preterm
Diagnosis persalinan preterm dibuat jika pasien
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu mengalami
kontraksi yang teratur, setidaknya sekali setiap 10 menit,
yang dapat berhubungan dengan dilatasi dan/atau
penipisan dari serviks
Etiologi pada
Persalinan Preterm
– Perdarahan desidua (misalnya abrupsi),
– Distensi berlebih uterus (misalnya, pada kehamilan multipel atau polihidramnion)
– Inkompetensi serviks (misalnya, trauma dan cone biopsy),
– Distorsi uterus (misalnya, kelainan duktus Mullerian atau fibroid uterus),
– Radang leher rahim (misalnya, akibat vaginosis bakterialis atau trikomonas),
– Demam/inflamasi maternal (misalnya akibat infeksi asenden dari traktus genitourinaria atau
infeksi sistemik),
– Perubahan hormonal, yaitu aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal, baik pada ibu
maupun janin (misalnya, karena stres pada ibu atau janin), dan Insufisiensi uteroplasenta
(misalnya, hipertensi, diabetes tipe I, penyalahgunaan obat, merokok, atau konsumsi alkohol).
Tanda dan gejala pada
Persalinan Preterm
Kriteria persalinan premature antara lain kontraksi yang teratur dengan
jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lender kemerahan atau cairan
pervaginam
– Pada periksa dalam:
Pendataran 50-80% atau lebih
– Pembukaan 2 cm atau lebih
– Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG
– Panjang serviks kurang dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan premature.
Faktor Resiko pada
Persalinan Preterm
MAYOR
– Kehamilan multipel
– Polihidramnion
– Anomali uterus
– Dilatasi serviks > 2 cm pada kehamilan 32 minggu
– Riwayat abortus 2 kali atau lebih pada trimester kedua
– Riwayat persalinan preterm sebelumnya
– Riwayat menjalani prosedur operasi pada serviks (cone biopsy, loop electrosurgical
excision procedure)
– Penggunaan cocaine atau amphetamine
– Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
– Operasi besar pada abdomen setelah trimester pertama.
Faktor Resiko pada
Persalinan Preterm
MINOR
– Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
– Riwayat pielonefritis
– Merokok lebih dari 10 batang perhari
– Riwayat abortus satu kali pada trimester kedua
– Riwayat abortus > 2 kali pada trimester pertama. Pasien tergolong risiko tinggi
bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor; atau dua atau lebih faktor
risiko minor; atau keduanya.
Patogenesis pada
Persalinan Preterm

INFEKSI DAN INFLAMASI


Cara yang paling umum ialah penyebaran secara ascending dari vagina
dan serviks. Hal ini dapat ditunjukkan oleh suatu kondisi yang disebut vaginosis
bakterialis, yang merupakan sebuah kondisi ketika flora normal vagina
predominan-laktobasilus yang menghasilkan hidrogen peroksida digantikan oleh
bakteri anaerob, Gardnerella vaginalis, spesies Mobilunkus, atau Mycoplasma
hominis. Keadaan ini telah lama dikaitkan dengan ketuban pecah dini, persalinan
preterm, dan infeksi amnion, terutama bila pada pemeriksaan pH vagina lebih dari
5,0.
Patogenesis pada
Persalinan Preterm

PERDARAHAN DESIDUA
Perdarahan desidua dapat menyebabkan persalinan preterm. Lesi vaskular
dari plasenta biasanya dihubungkan dengan persalinan preterm dan ketuban pecah
dini. Lesi plasenta dilaporkan 34% dari wanita dengan persalinan preterm, 35%
dari wanita dengan ketuban pecah dini, dan 12% kelahiran term tanpa komplikasi.
Lesi ini dapat dikarakteristikan sebagai kegagalan dari transformasi fisiologi dari
arteri spiralis, atherosis, dan trombosis arteri ibu atau janin. Diperkirakan
mekanisme yang menghubungkan lesi vaskular dengan persalinan preterm ialah
iskemi uteroplasenta. Meskipun patofisiologinya belum jelas, namum trombin
diperkirakan memainkan peran utama.
Patogenesis pada
Persalinan Preterm

DISTENSI UTERUS YANG BERLEBIHAN


Distensi uterus yang berlebihan memainkan peranan kunci dalam
memulai persalinan preterm yang berhubungan dengan kehamilan multipel,
polihidramnion, dan makrosomia. Kehamilan multipel, sering disebabkan oleh
reproduksi yang dibantu oleh tekhnologi (assisted reproduction technologies
(ART)), termasuk induksi ovulasi dan fertilisasi in vitro, dan merupakan satu dari
penyebab yang paling penting dari persalinan preterm di negara-negara maju.
Mekanisme dari distensi uterus yang berlebihan hingga menyebabkan persalinan
preterm masih belum jelas. Namun diketahui, peregangan rahim akan menginduksi
ekspresi protein gap junction, serta menginduksi protein lainnya yang berhubungan
dengan kontraksi, seperti reseptor oksitosin.
Patogenesis pada
Persalinan Preterm

INFUSIENSI SERVIKS
Insufisiensi serviks secara tradisi dihubungkan dengan pregnancy losses pada
trimester kedua, tetapi baru-baru ini bukti menunjukan bahwa gangguan pada serviks
berhubungan dengan outcomes kehamilan yang merugikan dengan variasi yang cukup
luas, termasuk persalinan preterm. Insufisiensi serviks secara tradisi telah diidentifikasi
di antara wanita dengan riwayat pregnancy losses berulang pada trimester kedua,
tanpa adanya kontraksi uterus. Terdapat lima penyebab yang diakui atau dapat
diterima, yaitu:
(1) Kelainan bawaan
(2) Hilangnya jaringan dari serviks akibat prosedur operasi seperti Loop Electrosurgical Excision
Procedure (LEEP) atau conization
(3) kerusakan yang bersifat traumatis
(4) infeksi.
Komplikasi pada
Persalinan Preterm
– Infeksi endometrium
– Kematian prenatal atau neonatal
– respiratory distress syndrome (RDS),
– perdarahan intra/periventrikular,
– necrotising enterocolitis (NEC),
– displasia bronko-pulmoner,
– sepsis, dan
– paten duktus arteriosus
Komplikasi pada
Persalinan Preterm
– retardasi mental,
– gangguan perkembangan,
– serebral palsi,
– seizure disorder,
– kebutaan,
– hilangnya pendengaran,
– juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang
baik.
Komplikasi pada
Persalinan Preterm
– retardasi mental,
– gangguan perkembangan,
– serebral palsi,
– seizure disorder,
– kebutaan,
– hilangnya pendengaran,
– juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang
baik.

Anda mungkin juga menyukai