Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

MODUL 4 : BENJOLAN PADA KULIT


SISTEM ONKOLOGI

Tutor : dr. Muhammad Agung, Ph.D / dr. Nur Assikin, Sp.BK


Nama Anggota Kelompok 12 :
1. Tiaz Dini Utami (2013730113)
2. Muthia Ayu Ningtyas (2013730072)
3. Hikmatul Paramitha Zalda (2013730046)
4. Tia Gita Wulandari (2013730110)
5. Fadhilla Rahma Jodi P (2013730033)
6. Anugrah Dwi Rizki (2013730011)
7. Arief Aulia Rahman (2013730012)
8. Rezha Adhitya Lebang (20013730091)
9. Sakheel Ahmad E Jureje (2013730097)
10. Galih Maygananda Putra (2013730041)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT karena atas nikmat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas laporan PBL (Problem Based Learning) dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa
kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga ke
zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Dalam tugas laporan PBL kali ini kami membahas tentang Benjolan pada Kulit. Tugas ini
merupakan salah satu laporan pada Sistem Onkologi Program Studi Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Laporan ini dibuat bukan hanya untuk memenuhi syarat tugas saja melainkan untuk
tambahan bacaan teman-teman semuanya.
Dalam proses pembuatan tugas laporan ini tentunya kami mendapat bimbingan, arahan,
pengetahuan, dan semangat, untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada:

Ketua dan sekertaris sistem Onkologi

dr. Muhammad Agung, Ph.D / dr. Nur Assikin, Sp.BK selaku dosen pempimbing tutorial
di kelompok kami.

Para dosen dan dokter yang telah memberikan ilmu-ilmunya pada sistem Onkologi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan banyak masukan dalam pembuatan tugas
laporan ini.
Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari buku-buku text book, jurnal, internet, diskusi, dan

lainnya. Kami sadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan,
InsyaAllah laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan
dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman semua.
Wassalamualaikum wr. wb.
Jakarta, 11 Januari 2016

Tim Penulis

Modul 4 Problem Based Learning Benjolan pada Kulit | 2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

Pendahuluan 4
Pembahasan 7
1. Bagaimana struktur anatomi kulit?
2. Bagaimana fisiologi kulit?

11

3. Bagaimana mekanisme terjadinya benjolan pada bokong? 14


4. Apa saja penyakit-penyakit kulit yang memungkinkan terjadi pada bokong?

15

5. Apa saja faktor resiko dan etiologi pada skenario? 16


6. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?

17

7. Apa saja diferesnsial diagnosis pada skenario?

18

8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada skenario? 20


9. Bagaimana penatalaksanaan pada skenario? 21
10. Bagaimana prognosis, preventif, dan rehabilitatif pada skenario?
Penutup

22

23

Daftar Pustaka

24

Modul 4 Problem Based Learning Benjolan pada Kulit | 3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul BENJOLAN PADA KULIT, mahasiswa diharapkan
dapat :
1. Menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi kulit
2. Menjelaskan diagnosis banding benjolan pada kulit
3. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada benjolan pada kulit
4. Menjelaskan mengenai penyembuhan luka pada kulit

1.2. Kegiatan yang Dilakukan dan Keluarannya


Pada saat melakukan PBL, kelompok kami berdiskusi bersama untuk mempelajari
kasus-kasus yang ada di skenario. Kami melakukan pembelajaran dengan mengikuti
tujuh langkah (seven jumps) utuk dapat menyelesaikan masalah yang kami dapatkan.

1.4. Laporan Seven Jumps


Kelompok kami telah melakukan diskusi dan kami telah menyelesaikan 5 langkah
dari 7 langkah yang ada. Berikut laporan dari hasil yang telah kami dapatkan :

LANGKAH 1 (Clarify Unfamiliar)


Skenario
Laki-laki 35 tahun dating ke puskesmas dengan keluhan ada benjolan di bokong
kanan. Benjolan tidak terasa sakit tetapi dirasakan benjolan makin membesar. Pasien
merasa tidak enak (terasa terganjal di bokong tersebut) saat mengemudi kendaraan.
Saat ini pasien merasakan benjolan sangat membesar dan mengeras.
Kata Sulit
Kata Kunci
o
o
o
o

Laki-laki 35 tahun
Benjolan di bokong kanan
Benjolan tidak terasa sakit
Benjolan membesar, mengganjal dan mengeras.

LANGKAH 2 ( Define Problem)


Pertanyaan:
1. Bagaimana struktur anatomi kulit?
2. Bagaimana fisiologi kulit?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya benjolan pada bokong?
4. Apa saja penyakit-penyakit kulit yang memungkinkan terjadi pada bokong?
5. Apa saja faktor resiko dan etiologi pada skenario?
6. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?

7. Apa saja diferesnsial diagnosis pada skenario?


8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada skenario?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada skenario?
10. Bagaimana prognosis, preventif, dan rehabilitatif pada skenario?
LANGKAH 3 (Brainstorme Possible)

LANGKAH 4 (Hypotesis)

LANGKAH 5 (Sasaran pembelajaran / Learning Objectif)


Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang
penyebab,

patomekanisme,

gambaran

klinik,

pemeriksaan

penunjang,

penatalaksanaan, komplikasi, dan pencegahan penyakit benjolan pada kulit.


Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan struktur anatomi kulit.
2. Menjelaskan fisiologi kulit.
3. Menjelaskan mekanisme terjadinya benjolan pada bokong.
4. Menjelaskan penyakit-penyakit kulit yang memungkinkan terjadi pada bokong.
5. Menjelaskan faktor resiko dan etiologi pada skenario.
6. Menjelaskan alur diagnosis pada skenario.
7. Menjelaskan diferesnsial diagnosis pada skenario.
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada skenario.
9. Menjelaskan penatalaksanaan pada skenario.
10. Menjelaskan prognosis, preventif, dan rehabilitatif pada skenario.

LANGKAH 6 (Belajar Mandiri )


Kelompok kami melakukan belajar mandiri terlebih dahulu untuk mencari dasar
ilmiah,

mengumpulkan

data-data

atau

informasi

yang

dapat

membantu

meningkatkan pemahaman dan penerapan konsep dasar yang telah ada yang pada
tahap selanjutnya akan dipersentasikan dan disajikan untuk dibahas bersama

LANGKAH 7 (Pembahasan )
Kelompok kami telah melakukan diskusi kembali dan kami telah menyelesaikan
langkah yang belum tercapai pada pertemuan sebelumnya. Semua anggota
kelompok kami memaparkan semua hasil yang telah didapatkan pada saat belajar
mandiri. Pemaparan dari langkah teakhir ini akan kami bahas pada Bab II.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Bagaimana struktur anatomi kulit?
Jawaban :
1. Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu :
1. Lapisan Basal atau Stratum Germinativum
2. Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum
3. Lapisan Granular atau Sratum Granulosum
4. Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum
Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas lapisan
granular yaitu Stratum Lusidium atau lapisan-lapisan jernih.
Stratum Lusidium, selnya pipih, bedanya dengan stratum granulsum ialah
sel-selnya sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi

jernih sekali dan tembus sinar. Dalam lapisan terlihat

seperti suatu pita yang

bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidium.
Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak di bagian basal. Stratumgerminativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel

induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di

dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut
disusun seperti pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membrane
yang disebut membrane basalis. Sel-sel basalis dengan membrane basalis merupakan batas
terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi
bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut
papilakori (papilakulit), dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut
Rete Ridges atau Rete Pegg (prosessus interpapilaris).

Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
2
ukurannya, yaitu15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 1,75m . Rata-rata tebal
kulit1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling
tipis (0,5 mm) terdapat di penis.
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium,
dan jaringan subkutan atau subkutis.

Gambar lapisan-lapisan kulit


Lapisan

Malpighi

atau lapisan

spinosum/akantosum, lapisan

ini

merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8
lapisan. Selselnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop
selselnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut) dan
mempunyai tanduk (spina).

Disebut akantosum karena selselnya berduri.

Ternyata spina atau tanduk tersebut adalah hubungan antarasel yang lain disebut
Interceluler Bridges atau jembatan interseluler.
Lapisan granular atau stratum granulosum, stratumini terdiri dari selsel
pipih seperti kumparan. Selsel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar
dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butirbutir yang disebut
keratohiolin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena
banyaknya butirbutir stratum granulosum. Stratum korneum, selnya sudah mati,
tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin.
Epidermis juga mengandung kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut
dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur
suhu tubuh, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara penguapan. Kelenjar ekrin
terdapat di semua daerah dikulit, tetapi tidak terdapat pada selaput lendir. Seluruhnya
berjumlah antara 2 sampai 5 juta, yang terbanyak di telapak tangan. Sekretnya cairan
jernih, kirakira 99% mengandung klorida, asam laktat, nitrogen, dan zat lain. Kelenjar

apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut. Tardapat di
ketiak, daerah anogenital, puting susu, dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat diseluruh
tubuh, kecuali di tapak tangan, tapak kaki, dan punggung kaki. Terdapat banyak kulit
kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak,
kolesterol, dan zat lain.
Rambut terdapat diseluruh tubuh, rambut tumbuh dari folikel rambut di
dalamnya epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasarnya
terdapat papil tempat rambut tumbuh. Akar berada di dalam folikel pada ujung paling
dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut terdapat otot
polos kecil sebagai penegak rambut. Rambut terdiri dari rambut panjang di kepala,
pubis dan jenggot, rambut pendek di lubang hidung, liang telinga dan alis, rambut
bululanugo diseluruh tubuh, dan rambut seksual dipubis dan aksila (ketiak).
Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutupi
permukan dorsal ujung jari tangan dan kaki. Lempeng kuku terdiri dari 3 bagian yaitu
pinggir bebas, badan, dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh lipatan kulit
lateral dan proksimal. Fungsi kuku menjadi penting waktu mengutip bendabenda kecil
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi
oleh membranbasalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini
tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris (stratumpapilar) dan
bagian bawah, retikularis (stratumretikularis). Batas antara pars papilaris dan pars
retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun
pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabutserabut
yaitu serabut kolagen, serabut elastic dan serabut retikulus. Serabut ini saling
beranyaman dan masingmasing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen,
untuk memberikan kekuatan kepada kulit, dan retikulus, terdapat terutama disekitar
kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut.
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulankumpulan selsel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabutserabut jaringan ikat dermis. Selsel lemak ini
bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti
cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulusadiposus yang tebalnya tidak sama pada
tiaptiap tempat dan juga pembagian antar lakilaki dan perempuan tidak sama

(berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau pegas bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Dibawah subkurtis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

2. Bagaimana fisiologi kulit?


Jawaban :
Fisiologi kulit
Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi misalnya zat-zat kmia terutama
yang besifat iritan contohnya lisol,karbol, asam, dan alkali kuat lainnya, gangguan yang
bersifat panas misalnya radiasi, pajanan siniar UV, gangguan infeksi terutama kuman atau
bakteri maupun jamur
Hal diatas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak tebalnya lapisan kulit dan
serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan
fisis.
Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena
sifat stratum korneum yang impermeable berbagai zat kimia dan air,disamping itu
terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit.
Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum,
keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar 5-6,5 sehingga merupakan perlindungan
kimiawi terhadap infeksinbakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga berperan sebagi
sawar (barrier) mekanisme karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
Fungsi Absorbsi
Kulit yang tidak sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap dan lebih ,udah diserap, begitupun yang larut dalam lemak.
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme . penyerapan dapat dapat berlangsung melalui celah antar sel, menembus
sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kenjar, tetapi lebih banyak yang melalui selsel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Kelenjar lemak

pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk
melindungi kulit karena lapisan sebum inni selain meminyaki kulit juga menahan
evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak
dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5 6.5.
Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap
dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil
Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang
erotik.
Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan
(otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh
saraf simpatis (asetilkolin).
Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit
dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras
maupun individu. Melanosom dibentuk oleh Golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion
Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen
disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di
bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor).
Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 Jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
Langerhans, melanosit, Keratinosit dimulai dari sel basal yang lain akan berpindah ke atas
dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng
dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini

menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup, dan
sampai sekarang belum sepenuhnya di mengerti. Motoltsy berpendapat mungkin
keratinosit melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini
berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
Fungsi Pembentukan Vit D
Dimungkinan dengan mengubah 7 dihidroksi kolestrol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut,
sehingga pemberian vitamin D setemik masih tetap diperlukan.
Pada Manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh
darah, kelenjar keringat, dan otot-otot dibawah kulit.

3. Bagaimana patomekanisme terjadinya benjolan pada bokong?


Jawaban :

Banyak faktor yang menyebabkan benjolan pada bokong seperti: bahan kimia,sinar,virus,
hormon, iritasi kornik dan trauma. Hal hal tersebut dapat merusak Proto Onkogen dan
menyebabkan proto onkogen mengalami transformasi atau mutasi menjadi onkogen.
Dalam keadaan normal,setiap kerusakan DNA akan diperbaiki oleh gen repair. Namun,
dalam hal ini gen repair gagal

memperbaiki DNA sehingga kerusakan DNA

menetap.kegagalan ini disebabkan oleh mutasi yang juga menyerang gen-gen perbaikan
dan mempengaruhi apoptosis.
Akibat dari aktifnya onkogen sel mengalami diferensiasi dan poliferasi yang tidak
terkendali atau berlebihan dan terjadi penurunan apoptosis karena kerusakan gen yang
mengaturnya. Akibatnya terjadi ekspansi klonal dan akhirnya sel-sel membentuk
neoplasma.

4. Apa saja penyakit-penyakit kulit yang memungkinkan terjadi pada bokong?


Jawaban :
Keloid
Gambaran Klinis
-

Keras, bentuk tidak teratur, dan berbatas tegas


Tidak sakit

Kista Ateroma

Gambaran Klinis
-

Bentuk kurang lebih bulat, berdinding tipis, lunak-kenyal, dan berbatas tegas
melekat pada dermis di atasnya, tidak terfiksir ke dasar
tidak nyeri

Karsinoma Sel Basal Bentuk Nodular


Gambaran Klinis
-

bentuk seperti kutil


berwarna coklat/hitam
keras, berbatas tegas, meninggi, dan pada bagian tengahnya cekung

Dermato Fibroma
Gambaran Klinis
-

Nodus, keras, dan kadang bertangkai

Karsinoma Sel Skuamosa Bentuk Invasif


Gambaran Klinis
-

Nodus keras, batas tidak tegas, seperti papiloma


Menginvasi ke jaringan lunak, dan otot

Melanoma Maligna Bentuk Nodular


Gambaran Klinis
-

Nodus menonjol, warna biru kehitaman


Berbatas tegas, dan bentuk ireguler

5. Apa saja faktor resiko dan etiologi pada skenario?


Jawaban :
Hampir setiap orang dapat memiliki kista atheroma, faktor-faktor yang meningkatkan
insiden terjadinya kista atheroma adalah sebagai berikut:
Masa pubertas, meskipun dapat terjadi pada semua usia, kista atheroma jarang muncul
sebelum pubertas.
Laki-laki
Riwayat jerawat (acne), kista atheroma sangat umum pada orang yang pernah
memiliki jerawat.

Setelah paparan sinar matahari yang signifikan


Mengalami cidera kulit
Etilogi
Permukaaan kulit (epidermis) terdiri dari lapisan sangat tipis yang berfungsi sebagai
pelindung sel-sel tubuh. Kebanyakan kista atheroma (sebaceous cyst) terbentuk ketika
sel-sel permukaan, bukan pengelupasan normal, bergerak ke dalam kulit dan berkembang
biak dan akhirnya menyebabkan sumbatan pada muara kelenjar sebasea. Selain itu
sumbatan pada muara kelenjar sebasea juga dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, atau
jerawat. Paling sering, ini terjadi di daerah-daerah dimana terdapat foliker rambut kecil
dan kelenjar minyak yang lebih besar ( kelenjar sebasea), seperti kepala, leher, wajah, dan
punggung.

6. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?


Jawaban :
Anamnesis

Autoanamnesis/alloanamesis
Nama
: Tn.A
Umur
: 35 tahun
Pekerjaan
:?
Alamat
:?
Status pernikahan
:?

KU :

Benjolan pada bokong kanan


Sudah berapa lama benjolan tersebut berada dibokong anda?

Apakah benjolan tersebut nyeri atau tidak?

RPD : Pernah mengalami seperti ini sebelumnya?


RPK : Apakah keluarga mengalami hal yang sama? Siapa? Sejak kapan?
Riwayat Psikososial

Bagaimana lingkungan tempat tinggal/lingkungan kerja?


Apakah anda mengkonsumsi minum alkohol?
RPo : Apakah pernah diobati sebelumnya?Obat jenisapa?Bagaimana hasilnya?

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : efloresensi, ukuran, simetris atau asimetris, warna, berbatas tegas atau

tidak.
Palpasi : benjolan terfiksir atau tidak
Perkusi : Auskutasi : -

7. Apa saja diferesnsial diagnosis pada skenario?


Jawaban :
1. Kista ateroma
Definisi
Benjolan yang erasal dari bawah kulit yang terbentuk dari kelenjar sebasea yang
muaranya tersumbat dan berisi materi berminyak/berlemak dan massa seperti
keju.

Epidemiologi
Perbandingan pria dan wanita sama. Paling sering terjadi pada umur 20 tahun dan
30 tahun-an.

Etiologi
Trauma
Infeksi
Jerawat
Gejala klinis
Ada benjolan
Kulit kemerahan

Tidak nyeri
Umumnya membesar
Konsistensi keras
Ada titik kebiruan di puncak lesi

2. Kista epidermal
Definisi
Benjolan yang berasal dari proliferasi sel-sel epidermis dan berisi keratin

Epidemiologi
Jarang dijumpai pada masa kanak-kanak, tetapi sering terjadi pada dewasa muda
dan usia pertengahan. Frekuensi pria dan wanita sama.

Etiologi
Biasanya akibat inflamasi di sekitar folikel sebasea atau akibat implantasi fragmen
epidermis karena trauma tusuk.

Gejala klinis
Biasanya ditemukan pada wajah, leher, dada, punggung, kulit kepala
Ada nodul/benjolan bentuk kubah, mudah digerakkan
Konsistensi keras dan hilang pada penekanan
Pertumbuhan nodul lambat
Tidak nyeri

3. Keloid
Definisi
Pertumbuhan berlebihan dari jaringan fibrosa, padat, biasanya terbentuk setelah
penyembuhan luka kulit

Epidemiologi
Terutama terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, puncaknya antara usia 10-30
tahun. Frekuensi pada pria dan wanita sama.

Etiologi
Trauma/luka sebelmunya: karena panas atau bahan kimia, misalnya terbakar juga
proses peradangan yang lama sembuhnya.

Gejala klinis
Papul, nodul yang berbatas tegas, menebal, padat, berwarna coklatmerah muda
dan merah
Lesi awal : biasanya kenyal, permukaannya licin dan sering gatal
Lesi lanjut : sudah mengeras, hiperpigmentasi, membesar
Nyeri bila ditekan

8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada skenario?


Jawaban :
BIOPSI
Pengambilan jaringan hidup untuk pemeriksaan mikroskopik dalam rangka menegakkan
diagnosis secara histopatologis. Biopsi kulit dibagi menjadi 2:
1. Biopsi insisi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan massa untuk pemeriksaan
histopatologis
2. Biopsi eksisi adalah tindakan pengambilan hanya sebagian jaringan saja
Diagnosis : tampak dinding kista di batasi oleh sel epidermis yang berbentuk kuboid yang
tersusun palisade tanpa stratum granulosum dan jembatan interseluler. Sel epitel yang
berbatasan dengan isi kista membengkak dan berisi sitoplasma yang berwarna pucat
Pemeriksaan darah
Diagnosis : di temukan peningkatan leukosit yang artinya disebabkan oleh infeksi.
Biasanya kuman yang menyebabkan infeksi pada penyakit ini adalah Staphylococcus

9. Bagaimana penatalaksanaan pada skenario?


Jawaban :

Topikal
Benzoil peroksida
Retinoid
Sulfur dan antigen
Sistemik
Antibiotk
Siproteron asetat
Isottenoit

Teknik operasi
Penatalaksanaan kista ateroma di lakukan tindakan bedah minor dengan mengambil
benjolan dengan menyertakan kulit dan isinya, tujuannya untuk mengangkat bagian kista
hingga ke dinding nya secara utuh, bila dinding kista tertinggal saat eksisi, kista dapat
kambuh, oleh karena itu harus di pastikan seluruh dinding kista terangkat.

10. Bagaimana prognosis, preventif, dan rehabilitatif pada skenario?


Jawaban :
KOMPLIKASI

Kista sebasea dapat menimbulkan kanker sel basal dan skuamosa kulit, tetapi kasus ini
sangat jarang terjadi. Karena ini terjadi sangat jarang, kista sebasea biasanya tidak
dibiopsi kecuali apabila kista solid, tak bergerak, yang terinfeksi atau memiliki
karakteristik yang tidak biasa dan menunjukkan masalah yang lebih serius. Selain kanker,
komplikasi lain meliputi :

Inflamasi (radang). Kista ateroma dapat menjadi lembut dan bengkak, bahkan jika
mereka tidak terinfeksi.

Rupture. Sebuah kista pecah sering menyebabkan boil like abcess (abses
mendidih) dan membutuhkan pengobatan yang tepat.

Infeksi. Sebuah kista epidermoid dapat terinfeksi secara spontan atau setelah
pecah. Bila terjadi infeksi sekunder, dan terbentuk abses, dilakukan pembedahan
dan evakuasi nanah (penyaliran), biasanya diberikan antibiotic selama 2 minggu.
Setelah luka tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi untuk kista ateromanya.

PROGNOSIS
Pada pasienpasien yang menderita kista ateroma, dapat sembuh dengan sempurna
dengan dilakukannya penatalaksanaan yang sesuai serta pemberian terapi medikamentosa
yang adekuat. Kekambuhan dapat terjadi apabila dinding kista tertinggal saat eksisi, oleh
karena itu, harus dipastikan seluruh dinding kista telah terangkat.
PENCEGAHAN
Tidak

ada

cara

untuk

mencegah

pembentukan

kista

ateroma

(kistasebasea),

tetapimenghindari paparan sinar matahari yang berlebihan dan menggunakan produk


minyak kulit bebas perawatan dapat membantu mencegah terbentuknya kista
ateroma.Untuk mencegah jaringan parut dan timbulnya infeksi, jangan menekan kista
sendiri.

BAB III
PENUTUP
1.1. Simpulan

Berdasarkan kasus pada skenario yang ada, kelompok kami menyimpulkan


diferensial diagnosis utama pada kasus di skenario tersebut adalah kista ateroma.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sheerwood, Laurelee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC

Wasitaatmadja,Sjarif M,dkk, 2010.Faal Kulit Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Keenam.Jakarta: Badan Penerbit FKUI
K. Rata, I Gusti Agung. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI
Bickley, Lynn.S. 2012. BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 8.
Jakarta : EGC
F,H.A Fuad Bakry. 2014. AKALASIA Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta : Interna Publishing
Goyal, Raj K. 2013. Penyakit Esofagus Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam
Volume IV Edisi 13. Jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai