MODUL 1 : DISFAGIA
SISTEM ONKOLOGI
DAFTAR ISI
Daftar Isi
ii
Pendahuluan 3
Pembahasan 6
1. Apa definisi dan klasifikasi disfagia? 6
2. Bagaimana patomekanisme dari disfagia?
3. Apa saja etiologi dari disfagia?
11
13
13
22
26
27
Daftar Pustaka
29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang
penyakit-penyakit dengan gejala pada disfagia, pathogenesis, patologis, cara diagnosis
dan penanganan penyakit-penyakit tersebut.
Wanita 30 tahun
Belum menikah
Setiap makan keluar lagi seperti apa yang dimakan setelah 1-2 jam
Makanan cair lebih susah ditelan
Berat badan tidak turun
2.
3.
4.
5.
pada skenario?
6. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?
7. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?
8. Apa saja diferensial diagnosis pada skenario?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada skenario?
10. Bagaiimana tatalaksana pada kasus di skenario?
11. Bagaimana komplikasi, prognosis, dan preventif pada kasus di skenario?
LANGKAH 4 (Hypotesis)
membantu
Kelompok kami melakukan belajar mandiri terlebih dahulu untuk mencari dasar
ilmiah, mengumpulkan data-data atau informasi yang dapat membantu meningkatkan
pemahaman dan penerapan konsep dasar yang telah ada yang pada tahap selanjutnya
akan dipersentasikan dan disajikan untuk dibahas bersama
LANGKAH 7 (Pembahasan )
Kelompok kami telah melakukan diskusi kembali dan kami telah menyelesaikan
langkah yang belum tercapai pada pertemuan sebelumnya. Semua anggota kelompok
kami memaparkan semua hasil yang telah didapatkan pada saat belajar mandiri.
Pemaparan dari langkah teakhir ini akan kami bahas pada Bab II.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Apa definisi dan klasifikasi disfagia?
Jawaban :
Definisi
Keluhan kesulitan menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau
penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini timbul bila terdapat gangguan gerakan
Modul 1 Skenario 2 Problem Based Learning Disfagia | 5
Disfagia mekanik
Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esophagus. Penyebab
utama disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esophagus oleh Massa tumor dan
benda asing. Penyebab lain adalah akibar peradangan mukosa esophagus, striktur
lumen esophagus, serta akibat penekanan lumen esophagus dari luar, misalnya
pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelemjar getah bening di mediastinum,
pembesaran jantung, dan elongasi aorta
Disfagia motorik
Keluhan disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuscular yang berperan
dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak n.
V, n. VII, n. IX, n. X dan n. XII, kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan
peristaltic esophagus dapat menyebabkan disfagia. Penyebab utama dari disfagia
motorik adalah akalasia, spasme difus esophagus, kelumpuhan otot faring dan
skleroderma esophagus
Disfagia orofaringeal
Disfagia orofaringeal adalah kesulitan mengosongkan bahan dari orofaring ke
dalam kerongkongan, hal ini diakibatkan oleh fungsi abnormal dari proksimal ke
kerongkongan. Pasien mengeluh kesulitan memulai menelan, regurgitasi nasal,
dan aspirasi trakea diikuti oleh batuk
Disfagia esophageal
Disfagia esophagus adalah kesulitan transportasi makanan ke kerongkongan. Hal
ini diakibatkan oleh gangguan motilitas baik atau obstruksi mekanis.
Tidak mampu menampung makanan di bagian depan mulut karena tidak rapatnya
pengatupan bibir
Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena
koordinasinya
Tidak mampu mengatupkan gigi untuk mengurangi pergerakan mandibula
Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior karena
sensibilitas mulut
Pencarian gerakan atau ketidakmampuan untuk mengatur gerakan lidah karena
apraxia untuk menelan
Modul 1 Skenario 2 Problem Based Learning Disfagia | 7
lidah
Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease
Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau melekat pada
Fase Faringeal
Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasien mungkin tidak akan mampu
menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Pada orang
tanpa dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada valleculae atau sinus
pyriform setelah menelan. Dalam kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otototot faringeal, atau pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin
menahan sejumlah besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih
setelah menelan.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal sebagai berikut:
bilateral faringeal
Sisa makanan pada vallecular karena berkurangnya pergerakan posterior dari dasar
lidah
Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau lipatan
faringeal
Sisa makanan pada puncak jalan napas karena berkurangnya elevasi laring
Penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan napas
Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring
Stasis atau residu pada sinus pyriformis karena berkurangnya tekanan laringeal
anterior
Fase Esophageal
Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman di dalam
esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabkan oleh obstruksi mekanis, gangguan
motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal bawah.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan pada fase esophageal sebagai berikut:
Akalasia
Beberapa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
a. Pelayanan promotif dan preventif adalah pelayanan bagi kelompok masyarakatyang
sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat statuskesehatannya. Pada
dasarnya pelayanan ini dilakukan oleh kelompok profesikesehatan masyarakat.
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif adalah pelayanan kesehatan masyarakat yangsakit,
agar kelompok ini sembuh dari penyakit dan menjadi pulih kesehatannya.Pada
prinsipnya pelayanan jenis ini dilakukan kelompok profesi kedokteran.
1. Upaya Promotif
Adalah
upaya
promosi
kesehatan
untuk
meningkatkan
status
atau
Dengan cara memberikan informasi kepada orang yang menderita penyakit disfagia
2. Upaya Preventif
Tujuannya adalah agar masyarakat tidak jatuh sakit dan terkena penyakit(primary
prevention)
3. Upaya Kuratif
Adalah upaya untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan
Tujuannya
adalah
mencegah
penyakit
menjadi
lebih
parah
(secondary prevention)
Dengan cara pemeriksaan dan pengobatan yang tepat kepada pasien yang menderita
penyakit disfagia
4. Upaya Rehabilitatif
Dengan cara pemulihan keadaan pasca sakit dan juga istirahat yang cukup
Modul 1 Skenario 2 Problem Based Learning Disfagia | 10
esofagus.
Disfagia oleh gangguan emosi atau tekanan jiwa yang berat dikenal sebagai globus
histerikus.
Berdasarkan letaknya :
Parkinson
Degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi
mengatur pergerakan tubuh. Gejala umumnya adalah tremor atau gemetaran.
Multiple Sclerosis
Modul 1 Skenario 2 Problem Based Learning Disfagia | 11
Penyakit auto imun yang menyebabkan radang kronis pada sistem saraf pusat otak
dan saraf tulang belakang.
Schleroderma
Penyakit langka yang menyerang sistem pertahanan tubuh terdapat 2 jenis sistemik
dan localized .
Achalasia
Ketidakmampuan untuk menyalurkan makanan pada esofagus ke dalam lambung.
Striktur esofagus
Peradangan pada esofagus disebabkan akumulasi dari jaingan parut dan penyempitan
secara bertahap dari esofagus yang menyebabkan kesulitan menelan.
scleroderma atau aklasia dengan rasa panas di daerah ulu hati yang kronis, regurtasi,
masalah respirasi, atau penurunan berat badan. Disfagia mekanik sementara dapat
disebabkan esophageal ring. Dan disfagia mekanik progresif dapat disebabkan striktur
esophagus atau keganasan esophagus.
Bila dicurigai achalasia pada pemeriksaan barium, selanjutnya lakukan nanometri
untuk menegakan diagnose achalasia.
6. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?
Jawaban :
Anamnesis
KU : Keluhan Utama
KT : Keluhan Tambahan
RPD : Riwayat Penyakit Dahulu
RDK : Rowayat Penyakit Sekarang
RPsi : Riwayat Psikososial
Identitas pasien
Autoanamnesis/alloanamesis
Nama
: Ny. X
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
Alamat
:?
:?
Inspeksi :
Tanda anemis-> konjungtiva pucat, akral tangan dan kaki terasa dingin,
BB :
Palpasi : -
Perkusi : -
Auskutasi : -
pankreas.
Kemungkinan
lain
dapat
disebabkan
oleh
obat
Menurut Castell ada dua defek penting yang didapatkan pada pasien akalasia:
Obstruksi pada sambungan esofagus dan gaster akibat peningkatan SEB basal jauh
di atas normal dan gagalnya SEB untuk relaksasi sempurna. Beberapa penulis
menyebutkan adanya hubungan kenaikan SEB dengan sensitifitas terhadap
hormon gastrin. Panjang SEB manusia 3-5 cm, sedangkan tekanan SEB basal
normal rata-rata 20 mmHg. Pada akalasia tekanan SEB meningkat kurang lebih
dua kali yaitu sekitar 50 mmHg. Gagalnya relaksasi SEB ini disebabkan
penurunan tekanan sebesar 30-40% yang dalam keadaan normal turun sampai
100% yang akan mengakibatkan bolus makanan tidak dapat masuk ke dalam
gaster. Kegagalan ini berakibat tertahannya makanan dan minuman di esofagus.
Ketidakmampuan relaksasi sempurna akan menyebabkan adanya tekanan residual;
bila tekanan hidrostatik disertai dengan gravitasi dapat melebihi tekanan residual
makanan dapat masuk ke dalam gaster.
Peristatltis esofagus yang tidak normal disebabkan karena aperistaltis dan dilatasi
2/3 bagian bawah korpus esofagus. Akibat lemah dan tidak terkordinasinya
peristaltis, sehingga tidak efektif dalam mendorong bolus makanan melewati SEB.
Gejala klinis
Disfagia, baik untuk makanan padat maupun cair, yang didaptkan pada lebih dari
90% kasus
Regurgitasi pada 70% kasus, pasien tidak merasa asam atau pahit
Penurunan berat badan
Nyeri dada pada 30% kasus
Batuk-batuk dan pneumonia aspirasi akibat komplikasi retensi makanan
2. Striktur esofagus
Definisi
Penyempitan lumen esofagus karena fibrosis dinding esofagus, dapat karena
tumor atau penyebab lain. Proses striktur terjadi akibat reaksi inflamasi dan nekrosis
esofagus yang disebabkan oleh macam-macam penyebab.
Epidemiologi
Striktur pasca operasi diperkirakan sekitar 10 % dan striktur korosif sekitar
kurang dari 5%. Striktur peptik didapatkan 10 kali lipat lebih sering pada etnik kulit
putih dibandingkan kulit hitam atau Asia, walau masih kontroversi. Ditemukan 2-3
kali lipat lebih sering pada pria dibandingkan wanita dan pada usia tua. Di RSUPN
Cipto Mangunkusumo Indonesia pada tahun 1994 dari 21 pemeriksaan endoskopi
Modul 1 Skenario 2 Problem Based Learning Disfagia | 17
saluran cerna bagian atas atas indikasi disfagia, didaptkan 6 (28,57%) kasus striktur
esofagus.
Etiologi
Penyakit yang dapat menimbulkan striktur esofagus dapat diklasifikasikan menjadi 3:
1. Penyakit intrinsik yang menyempitkan lumen esofagus melalui inflamasi, fibrosis,
atau neoplasia
2. Penyakit ekstrinsik yang menyempitkan lumen esofagus melalui invasi langsung
atau pembesaran kelenjar limfe
3. Penyakit-penyakit yang merusak peristaltik esofagus dan atau fungsi sfingter
esofagus bawah (LES) melalui efek penyakit pada otot polos esofagus dan
persarafannya.
Etiologi striktur esofagus:
Jinak (Benigna)
Bahan korosif/kaustik (eksogen):
-Alkali
-Asam
-Cairan lain yang mengandung asam asetat, asam sitrat, asam HCL
Penyakit esofagus refluks (endogen): terjadi karena adanya iritasi asam lambung
diagnostic juga dapat untuk membantu terapi, sebagai alat pemasangan kawat petunjuk
arah sebelum tindakan dilatasi pneumatic.
Pemeriksaan
manometrik
esophagus
penting
untuk
konfirmasi
diagnostic.
BAB III
PENUTUP
1.1. Simpulan
Berdasarkan kasus pada skenario yang ada, kelompok kami menyimpulkan
diferensial diagnosis utama pada kasus di skenario tersebut adalah akalasia.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Robbins&Coatran, 2005, Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Lazarus, Cathy. 2006. Management of Dysfagia, Head & Neck Surgery-Otolaryngology.Edisi 4.
Philadelphia.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed. 6. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Guyton, A.C and Hall, J.E. 2007. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia, PA,
USA: Elsavier Saunders
Moore, Keith L &Dalley, F. Arthur. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Jilid I edisi 5. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Paulsen, F danWaschke, J. 2013. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia Jilid I edisi 23. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.