Anda di halaman 1dari 4

Nama Nama Tunas

: Anggie Diniayuningrum : Otolaringyngology

DYSPAGHIA

Dyspaghia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan. Dyspaghia merupakan gangguan pada saat menelan makanan yang diakibatkan adanya kelainan di dalam saluran pencernaan yang paling atas, yakni orofaring dan esophagus. Dyspaghia sering terjadi pada orang-orang yang memiliki kelainan pada otot volunter (otot kerangka) atau persarafannya, yaitu para penderita dermatomiositis (polimiosiis yang disertai dengan peradangan pada kulit), miastenia gravis (kelemahan otot), distrofi otot (penyakit otot turunan dimana serat-serat otot sangat rentan rusak), polio, kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil), kelainan otak dan sumsum tulang belakang seperti penyakit parkinson dan sklerosis lateral amiotropik, orang yang meminum fenotiazin (obat antipsikosa) juga bisa memiliki kesulitan menelan karena obatnya mempengaruhi otot tenggorokan.

Dyspaghia juga dapat terjadi pada anak-anak. Dyspaghia pada anak sering merupakan bagian dari penyakit lain yang lebih kompleks dan jarang berdiri sendiri. Penyebab dari disfagia anak secara umum disebabkan kalianan struktural dari organ-organ menelan (obtruksi mekanik) atau karena gangguan neomuskular. Komplikasi yang terjadi dapat berupa pneumoni aspirasi, malnutrisi, dehidrasi penurunan berat badan dan obtruksi saluran napas.

Gejala-gejala umum yang ditunjukkan oleh penderita dyspaghia yaitu kesulitan saat menelan makanan, batuk dan sering tersedak, merasa lebih mudah untuk makan perlahan-lahan dan sering menyimpan makanan di mulut cukup lama. Dyspaghia dapat menyebabkan dehidrasi karena asupan cairan yang kurang. Sebaliknya, dehirasi juga merupakan factor resiko terjadinya pneumonia. Hal ini disebabkan pertama karena berkurangnya aliran air liur yang dapat perubahan kolonisasi di orofaring, kedua karena letargi dan perubahan status mental yang dapat meningkatkan aspirasi, dan ketiga karena menurunnya sistem imunitas.

Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi menjadi tiga bagian yaitu disfagia mekanik yang disebabkan sumbatan rongga esophagus oleh massa, peradangan, penyempitan, atau penekanan dari luar, dan disfagia motorik disebabkan adanya kelainan pada sistem saraf yang berperan dalam proses menelan, dan disfagia karena gangguan emosi.

Berdasarkan proses menelan, disfagia dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu gangguan pada fase oral, fase faringeal dan fase essophageal. Gangguan pada fase oral disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Penderita mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum cairan, penderita kesulitan dalam menampung cairan dalam

Nama Nama Tunas

: Anggie Diniayuningrum : Otolaringyngology

rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum siap, seringkali menyebabkan aspirasi. Gangguan pada fase faringeal disebabkan oleh pembersihan faringeal terganggu cukup parah yang mengakibatkan penderita tidak akan mampu menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Sedangkan fase esophageal disebabkan gangguan pembukaan sphincter esophageal bawah.

Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia disesuaikan dengan pengujian yang dilakukan oleh dokter dan patologist yang menguji dan menangani gangguan menelan menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi menelan. Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial. Adapun pengobatan lain berupa pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan denan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Menyiapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus untukminumannya dan adapula yang harus menghindari makanan atau minuman yang panas ataupun dingin.

Apabila proses mengkonsumsi makanan dan minuman lewat mulut sudah tidak mungkin lagi, dokter harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi penderita. Biasanya memerlukan suatu sistem pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melihat gejala dyspaghia : Dari pemeriksaan fisik dapat dilihat adanya massa pada leher atau pembesaran kelenjar limfa yang dapat menekan esophagus. Pada pemeriksaan rongga mulut, dapat dilihat adanya peradangan atau pembesaran tonsil (amandel). 2. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan biasanya adalah foto polos esofatus dengan zat kontras. Pemeriksaan ini tidak merusak dan tidak merusak. Pemeriksaan yang lain adalah CT-scan, MRI atau esofagoskopi. Pemeriksaan esofagoskopi adalah pemeriksaan yang melihat langsung esophagus dan keadaan rongganya. Setelah mengetahui gejalanya, maka dapat dilakukan pengobatan yang tepat pada penderita.
1.

Ada beberapa cara pengobatan dyspaghia yang dapat ditempuh berupa modifikasi diet yang ditujukan kepada penderita yang tidak dapat menelan makanan padat, suplai nutrisi, hidrasi dan pembedahan. Pendekatan langsung dan tidak langsung bisa menjadi salah satu pengobatan dyspaghia. Pendekatan langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan.

Nama Nama Tunas

: Anggie Diniayuningrum : Otolaringyngology

Selain itu modifikasi diet menjadi komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat. Jika fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semipadat sampai konsistensi normal.

Suplai nutrisi juga sangat diperlukan karena dyspaghia dapat meneyebabkan penderita mengalami gizi buruk diakibatkan susah untuk menelan makanan. Dyspaghia dapat menyebabkan malnutrisi. Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.

Dyspaghia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi penderita sangat penting. Pembedahan pada dyspaghia digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Pembedahan gastrostomy Pembedahan gastrostomy berupa pemasangan selang gastrostomy dan cricofaringeal myotomy yaitu prosedur yang dilakukan unutk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot utama dari PES. Injeksi botulinum toxin kedalam PES ini telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM. 2. Cricofaringeal myotomy Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy dengan anestesi umum ataupun lokal. Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan untuk mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi komponen otot utama dari PES. Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM. Dari beberapa cara pengobatan yang ada, penderita dapat berkonsultasi kepada dokter tentang cara pengobatan mana yang terbaik yang harus dilakukan. Setelah mengetahui ulasan tentang dyspaghia, penyakit ini dapat ditangani secara benar oleh orang-orang awam. Sebab, jika terjadi kesalahan dalam penanganan dapat terjadi hal-hal buruk yang tidak kita inginkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Isselbacher, dkk. 2010. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Graha Pustaka. Hal. 241

Nama Nama Tunas

: Anggie Diniayuningrum : Otolaringyngology

2. Pierce A. Grace. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga : Hal. 13. 3. Dr. Sunita Almatsier, M.Sc. 2007. Penuntun Diet Edisi Ketiga. Jakarta : Gramedia : Hal. 106 4. Dr. Andri Hartono. Terapi Gizi Diet dan Rumah Sakit. 2008. Jakarta : Penerbit Buku Cedokteran EGC : Hal. 197 5. Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, SpA(K)Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : Salemba Medika : Hal. 1272

Anda mungkin juga menyukai