Anda di halaman 1dari 16

Disfagia

Ditulis Oleh Administrator


Saturday, 20 March 2010
SULIT MENELAN (DISFAGIA)

DEFINISI
Sulit menelan merupakan suatu gejala atau keluhan yang diakibatkan adanya kelainan di dalam saluran
pencernaan yang paling atas, yakni orofaring dan esophagus. Keluhan ini akan bermanifestasi bila
terdapat gangguan gerakan-gerakan pada otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari
mulut ke lambung. Beberapa keluhan lain yang dapat menyertai keluhan sulit menelan adalah nyeri
waktu menelan ( odinofagia), rasa terbakar di leher hingga dada, rasa mual dan muntah, muntah darah
(hematemesis), berak berdarah (melena) batuk dan berat badan berkurang

Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi menjadi tiga bagian

 Disfagia mekanik, sumbatan rongga esophagus oleh massa, peradangan, penyempitan, atau penekanan dari luar.
 Disfagia motorik, adanya kelainan pada system saraf yang berperan dalam proses menelan
 Disfagia karena gangguan emosi

PATOGENESIS / ETIOLOGI
Proses menelan merupakan suatu sistem yang kompleks, adanya gangguan pada salah satu unsur menelan dapat
menyebabkan gangguan menelan, gangguan kordinasi dan juga integrasi pada unsur-unsur tersebut juga dapat
menyebabkan gangguan menelan. Berbagai faktor yang membantu proses menelan :

 Ukuran makanan yang ditelan


 Diameter rongga esofagus
 Kontraksi peristaltic esofagus
 Fungsi sphincter esophagus
 Kerja otot-otot rongga mulut dan lidah

GEJALA KLINIS
Dari riwayat penyakit dapat didapatkan beberapa informasi yang dapat membantu penegakan diagnosis, jenis makanan
dapat menjelaskan jenis disfagia yang terjadi. Pada disfagia mekanik, sulit menelan terjadi pada makanan-makanan
yang padat, makanan tersebut kadang perlu dibantu dengan air untuk menelan, bila keadaan ini terjadi semakin parah,
perlu dicurigai adanya keganasan atau kanker. Sebaliknya pada disfagia motorik keluhan sulit menelan terjadi pada
makanan padat dan makanan cair. Disfagia yang hilang dalam beberapa hari atau seminggu dapat disebabkan oleh
peradangan pada rongga esophagus.

Dari pemeriksaan fisik dapat dilihat adanya massa pada leher atau pembesaran kelenjar limfa yang dapat menekan
esophagus. Pada pemeriksaan rongga mulut, dapat dilihat adanya peradangan atau pembesaran tonsil (amandel).

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan biasanya adalah foto polos esofatus dengan zat kontras. Pemeriksaan ini tidak
merusak dan tidak merusak. Pemeriksaan yang lain adalah CT-scan, MRI atau esofagoskopi. Pemeriksaan esofagoskopi
adalah pemeriksaan yang melihat langsung esophagus dan keadaan rongganya.

PENATALAKSANAAN

Terapi terbaik untuk Disfagia adalah terapi langsung pada penyebab disfagia itu sendiri, dapat diberikan obat seperti
pada gangguan disfagia akibat radang pada esophagus. Pada gangguan menelan akibat massa yang menekan biasanya
digunakan terapi bedah.
DISFAGIA

PENDAHULUAN

Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan. Disfagia biasanya
merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan. Disfagia
dapat mejadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko
pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas.
Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada populasi dengan kondisi
neurologis dan nonneurologis.

Gangguan yang menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi fase oral, faringeal, atau
esofageal dari fase menelan. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang seksama
adalah penting dalam diagnosis dan pengobatan dari disfagia. Pemeriksaan fisik di tempat
tidur harus menyertakan pemeriksaan leher, mulut, orofaring, dan laring. Pemeriksaan
neurologis juga harus dilakukan. Beberapa pemeriksaan menelan juga telah diajukan, namun
pemeriksaan menelan dengan videofluoroscopic diterima sebagai pemeriksaan stdanart untuk
mendeteksi dan menilai kelainan menelan. Metode ini bukan saja mampu memperkirakan
resiko aspirasi dan komplikasi respirasi namun juga membantu dalam menentukan strategi
diet dan komplikasi.

Pemeriksaan endoskopi serat optik mungkin diperlukan. Gangguan menelan oral dan
faringeal biasanya mampu untuk rehabilitasi, termasuk modifikasi diet dan pelatihan tehnik
dan manuver menelan. Pembedahan jarang diindikasikan untuk pasien dengan gangguan
menelan. Pada pasien dengan gangguan yang parah, memintas rongga mulut dan faring
didalam keseluruhannya dan memberikan nutrisi enteral mungkin diperlukan. Piliha yang
tersedia antara lain percutaneous endoscopic gastrostomy dan kateterisasi oroesophageal
intermiten

EPIDEMIOLOGI
Disfagia telah dilaporkan dalam beberapa jenis gangguan, dan dapat digolongkan
sebagai neurologis dan non neurologis. meskipun disfagia mencakupbanyak variabel, juga
sangat berpengaruh terhadap hasil pengobatan.

Gangguan menelan neurologis ditemui lebih sering pada unit rehabilitasi medis
daripada spesialisasi kedokteran lainnya. Stroke adalah penyebab utama dari disfagia
neurologis. Sekitar 51-73% pasien dengan stroke mengalami disfagia, yang merupakan faktor
resiko bermakna berkembangnya pneumonia; hal ini dapat juga menunda pemulihan
fungsional pasien.

Pneumonia terjadi pada sekitar 34% dari seluruh kematian terkait stroke dan
merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada bulan pertama setelah mengalami
stroke, meskipun tidak seluruh kasus pneumonia berkaitan dengan aspirasi makanan. Oleh
karenanya, deteksi dini dan pengobatan disfagia pada pasien yang telah mengalami strokes
adalah sangat penting.

FISIOLOGI MENELAN

Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur dipicu
dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai, jalur
aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah. Jaringan saraf,
yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat.
Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus dengan formatio
retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator
pusat.

Tiga Fase Menelan

Deglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan dialirkan
dari mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition normal adalah suatu
proses halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit kontraksi neuromuskuler
valunter dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian yang berbeda: (1) oral, (2) faringeal,
dan (3) esophageal. Masing-masing fase memiliki fungsi yang spesifik, dan, jika tahapan ini
terganggu oleh kondisi patologis, gejala spesifik dapat terjadi.
Fase Oral

Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan untuk
ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut ke dalam
orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot
bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan
dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam orofaring,
dimana reflek menelan involunter dimulai.

Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V


(trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal).

Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik.
Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika
bolus berkumpul di orofaring.

Fase Faringeal

Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan faringeal
yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase inimelibatkan rentetan yang cepat
dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid
dan laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat
ke belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong kebelakang dan kebawah menuju
faring untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang
melakukan gerakan untuk mendorong makanan kebawah.

Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan dan
membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan menutup
setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal.

Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah reflek,
jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai reflek menelan dipicu. Reflek ini
melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX (glossofaringeal) dan X
(vagus).

Fase Esophageal
Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter
esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai bolus
makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian atas, sphincter bagian
bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik.

Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan volunter


mungkin dimulai oleh korteks serebri.

Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam
menodorong bolus ke dalam lambung.

PATOFISIOLOGI

Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang
dipengaruhinya.

Fase Oral

Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase pendorongan
oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien mungkin memiliki
kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum
cairan, psien mungki kesulitan dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum
menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum siap,
seringkali menyebabkan aspirasi.

Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan


tanda dan gejala gangguan menelan fase oral sebagai berikut:

· Tidak mampu menampung makanna di bagian depan mulut karena tidak rapatnya
pengatupan bibir

· Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena berkurangnya
pergerakan atau koordinasi lidah

· Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah dan
koordinasinya
· Tidak mampu mengatupkan gigi untukmengurangi pergerakan madibula

· Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior karena
berkurangnya tonus otot bibir.

· Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena dorongan lidah
atau pengurangan pengendalian lidah

· Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan atau berkurangnya
sensibilitas mulut

· Pencarian gerakan atau ketidakmampuan unutkmengatur gerakan lidah karena apraxia untuk
menelan

· Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku.

· Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan lidah

· Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah

· Kontak lidah-palatum yang tidaksempurna karena berkurangnya pengangkatan lidah

· Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan lidah keatas

· Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan kekuatan lidah

· Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease

· Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau melekat pada faring
karena berkurangnya kontrol lidah atau penutupan linguavelar

· Piecemeal deglutition

· Waktu transit oral tertunda

Fase Faringeal

Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, pasienmungkin tidak akan mampu
menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Pada orang tanpa
dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada valleculae atau sinus pyriform
setelah menelan. Dalam kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal,
atau pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan sejumlah
besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih setelah menelan.

Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan


tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal sebagai berikut:

· Penundaan menelan faringeal

· Penetrasi Nasal pada saat menelan karena berkurangnya penutupan velofaringeal

· Pseudoepiglottis (setelah total laryngectomy) – lipata mukosa pada dasar lidah

· Osteofit Cervical

· Perlengketan pada dinding faringeal setelah menelan karena pengurangan kontraksi bilateral
faringeal

· Sisa makanan pada Vallecular karena berkurangnya pergerakan posterior dari dasar lidah

· Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau lipatan faringeal

· Sisa makanan pada puncak jalan napas Karena berkurangnya elevasi laring

· penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan napas

· Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring

· Stasis atau residu pada sinus pyriformis karena berkurangnya tekanan laringeal anterior

Fase Esophageal

Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman didalam
esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabka oleh obstruksi mekanis, gangguan
motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal bawah.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan pada fase esophageal sebgai berikut:

· Aliran balik Esophageal-ke-faringeal karena kelainan esophageal

· Tracheoesophageal fistula

· Zenker diverticulum

· Reflux

Aspirasi

Aspirasi adalah masuknya makanan atu cairan melalui pita suara. Seseorang yang
mengalami aspirasi beresiko tinggi terkena pneumonia. Beberapa faktormempengaruhi efek
dari aspirasi : banyaknya, kedalaman, keadaan fisik benda yang teraspirasi, dan mekanisme
pembersihan paru. Mekanisme pembersihanpasu antara lain kerja silia dan reflek batuk.
Aspirasi normalnya memicu refleks batuk yang kuat. Jika ada gangguan sensosris, aspirasi
dapat terjadi tanpa gejala.

ETIOLOGI

Anamnesa yang lengkap membantu dokter dalam menentukan bermacamp enyebab


dari disfagia. Penyebab yang sering dari disfagia adalah sebagai berikut:

· Stroke atau cedera otak traumatik (TBI)

· Motor neuron disease (amyotrophic lateral sclerosis [ALS])

· Parkinson disease dan penyakit degeneratif lainnya (apraxia)

· Poliomyelitis

· Multiple sclerosis

· Myasthenia gravis

· Myopathy (dermatomyositis, myotonic dystrophy)


· Laryngectomy

· Faringectomy, esophagectomy rekonstruksi dengan penarikan gastric

· Pembedahan kepala dan leher

· Collar Cervical, spondilosis cervical

· Ventilator-dependent patient

· Pasien tua

· Cerebral palsy

· esophageal-faringeal backflow, tracheoesophageal [T-E] fistula, Zenker diverticulum, reflux

TANDA DAN GEJALA

· Disfagia Oral atau faringeal

o Batuk atau tersedak saat menelan

o Kesulitasn pada saat mulai menelan

o Makanan lengket di kerongkongan

o Sialorrhea

o Penurunan berat badan

o Perubahan pola makan

o Pneumonia berulang

o Perubahan suara (wet voice)

o Regusgitasi Nasal
· Disfagia Esophageal

o Sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada

o Regurgitasi Oral atau faringeal

o Perubahan pola makan

o Pneumonia rekuren

PEMERIKSAAN FISIK

· Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal. Pemeriksaan nervus
V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti fisik dari disfagia orofaringeal.

· Pengamatan langsung penutupan bibir, rahang, mengunyah, pergerakan dan kekuatan lidah,
elevasi palatal dan laryngeal, salivasi, dan sensitifitas oral.

· Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi keamanan
menelan dan kemampuan kompensasinya.

· Dysphonia dan dysarthria adalah tanda disfungsi motoris struktur-struktur yang terlibat pada
menelan.

· Periksa mukosa dan gigi geligi mulut

· Periksa reflek muntah.

· Periksa fungsi pernapasan

 Tahap terakhir adalah pengamatan langsung aktivitas menelan. Setelah menelan, amati

pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda

DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN

Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Pertama


dokter dan speech-language pathologists yang menguji dan menangani gangguan
menelan menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat
bergagai fungsi menelan. salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat
optik, yang memungkinkan dokter untuk melihat kedalam tenggorokan. Pemeriksaan
lain, termasuk video fluoroscopy, yang mengambil video rekaman pasien dalam
menelan dan ultrasound, yang menghasikan gambaran organ dalam tubuh, dapat
secara bebas nyeri memperlihakab tahapan-tahapan dalam menelan.

Setelah penyebab disfagia ditemukan, pembedahan atau obat-obatan dapat


diberikan. Jika dengan mengobati penyebab dysphagia tidak membantu, dokter
mungkin akan mengirim pasien kepada ahli patologi hologist yang terlatih dalam
mengatasi dan mengobati masalah gangguan menelan.
Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial
atau untuk meninkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan
pelatihan menelan dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus
makan denan posisi kepala menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke
depan. Meniapkan makanan sedemikian rupa atau menghindari makanan tertentu
dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang tidak dapat menelan
minuman mungkin memerlukan pengental khusus untukminumannya. Orang lain
mungkin garus menghindari makanan atau minuman yang panan ataupun dingin.

Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman


lewat mulut sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system
pemberian makanan, seperti suatu selang makanan (NGT), yang memotong bagian
menelan yang tidak mampu bekerja normal

 Berbagai pengobatan telah diajukan unutk pengobatan disfagia orofaringeal pada dewasa.
Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan
langsung biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus
makanan.

 Modifikasi diet

Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet
makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase
oral, atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat.

Jka fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-
padat sampai konsistensi normal.

 Suplai Nutrisi

Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan
malnutrisi

Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan
pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika
asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.
 Hidrasi

Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien


sangat penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi

 Pembedahan

o Pembedahan gastrostomy

Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan laparotomy


dengan anestesi umum ataupun lokal.

o Cricofaringeal myotomy

Cricofaringeal myotomy (CPM) adalah prosedur yang dilakukan unutk


mengurangi tekanan pada sphicter faringoesophageal (PES) dengan mengincisi
komponen otot utama dari PES.

Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM.

DAFTAR RUJUKAN

1. Paik N.J., Dysphagia, available from URL :


http://www.emedicine.com/pmr/topic194.htm
2. Spieker M.R., Evaluating Dysphagia, available from URL :
http://www.aafp.org/afp/20000615/contents.html

3. Dysphagia, available from URL : http://www.nidcd.nih.gov/health/voice/dysph.asp.htm


SULIT MENELAN (DISFAGIA)

DEFINISI
Sulit menelan merupakan suatu gejala atau keluhan yang diakibatkan adanya kelainan di
dalam saluran pencernaan yang paling atas, yakni orofaring dan esophagus. Keluhan ini akan
bermanifestasi bila terdapat gangguan gerakan-gerakan pada otot menelan dan gangguan
transportasi makanan dari mulut ke lambung. Beberapa keluhan lain yang dapat menyertai
keluhan sulit menelan adalah nyeri waktu menelan ( odinofagia), rasa terbakar di leher hingga
dada, rasa mual dan muntah, muntah darah (hematemesis), berak berdarah (melena) batuk
dan berat badan berkurang
Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi menjadi tiga bagian

 Disfagia mekanik, sumbatan rongga esophagus oleh massa, peradangan, penyempitan,


atau penekanan dari luar.
 Disfagia motorik, adanya kelainan pada system saraf yang berperan dalam proses
menelan
 Disfagia karena gangguan emosi

GEJALA KLINIS
Dari riwayat penyakit dapat didapatkan beberapa informasi yang dapat membantu penegakan
diagnosis, jenis makanan dapat menjelaskan jenis disfagia yang terjadi. Pada disfagia
mekanik, sulit menelan terjadi pada makanan-makanan yang padat, makanan tersebut kadang
perlu dibantu dengan air untuk menelan, bila keadaan ini terjadi semakin parah, perlu
dicurigai adanya keganasan atau kanker. Sebaliknya pada disfagia motorik keluhan sulit
menelan terjadi pada makanan padat dan makanan cair. Disfagia yang hilang dalam beberapa
hari atau seminggu dapat disebabkan oleh peradangan pada rongga esophagus.

Dari pemeriksaan fisik dapat dilihat adanya massa pada leher atau pembesaran kelenjar limfa
yang dapat menekan esophagus. Pada pemeriksaan rongga mulut, dapat dilihat adanya
peradangan atau pembesaran tonsil (amandel).

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan biasanya adalah foto polos esofatus dengan zat
kontras. Pemeriksaan ini tidak merusak dan tidak merusak. Pemeriksaan yang lain adalah
CT-scan, MRI atau esofagoskopi. Pemeriksaan esofagoskopi adalah pemeriksaan yang
melihat langsung esophagus dan keadaan rongganya.

PENATALAKSANAAN

Terapi terbaik untuk Disfagia adalah terapi langsung pada penyebab disfagia itu sendiri,
dapat diberikan obat seperti pada gangguan disfagia akibat radang pada esophagus. Pada
gangguan menelan akibat massa yang menekan biasanya digunakan terapi bedah.

PATOGENESIS / ETIOLOGI
Proses menelan merupakan suatu sistem yang kompleks, adanya gangguan pada salah satu
unsur menelan dapat menyebabkan gangguan menelan, gangguan kordinasi dan juga integrasi
pada unsur-unsur tersebut juga dapat menyebabkan gangguan menelan. Berbagai faktor yang
membantu proses menelan :

 Ukuran makanan yang ditelan


 Diameter rongga esofagus
 Kontraksi peristaltic esofagus
 Fungsi sphincter esophagus
 Kerja otot-otot rongga mulut dan lidah

Anda mungkin juga menyukai