Disfagia biasanya
merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat
mejadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia
aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas. Beberapa
penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada populasi dengan kondisi neurologis
dan nonneurologis.
Gangguan yang menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi fase oral, faringeal, atau
esofageal dari fase menelan. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang seksama
adalah penting dalam diagnosis dan pengobatan dari disfagia. Pemeriksaan fisik di tempat tidur
harus menyertakan pemeriksaan leher, mulut, orofaring, dan laring. Pemeriksaan neurologis
juga harus dilakukan. Beberapa pemeriksaan menelan juga telah diajukan, namun pemeriksaan
menelan dengan videofluoroscopic diterima sebagai pemeriksaan stdanart untuk mendeteksi
dan menilai kelainan menelan. Metode ini bukan saja mampu memperkirakan resiko aspirasi
dan komplikasi respirasi namun juga membantu dalam menentukan strategi diet dan
komplikasi.
Pemeriksaan endoskopi serat optik mungkin diperlukan. Gangguan menelan oral dan
faringeal biasanya mampu untuk rehabilitasi, termasuk modifikasi diet dan pelatihan tehnik dan
manuver menelan. Pembedahan jarang diindikasikan untuk pasien dengan gangguan menelan.
Pada pasien dengan gangguan yang parah, memintas rongga mulut dan faring didalam
keseluruhannya dan memberikan nutrisi enteral mungkin diperlukan. Piliha yang tersedia antara
lain percutaneous endoscopic gastrostomy dan kateterisasi oroesophageal intermiten
FISIOLOGI MENELAN
Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur dipicu
dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai, jalur
aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah. Jaringan saraf,
yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat.
Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus dengan formatio
retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator
pusat.
Deglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan dialirkan dari
mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition normal adalah suatu proses
halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit kontraksi neuromuskuler valunter
dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian yang berbeda: (1) oral, (2) faringeal, dan (3)
esophageal. Masing-masing fase memiliki fungsi yang spesifik, dan, jika tahapan ini terganggu
oleh kondisi patologis, gejala spesifik dapat terjadi.
Fase Oral
Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan untuk
ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut ke dalam
orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot
bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan
dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam orofaring, dimana
reflek menelan involunter dimulai.
Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik. Untuk
menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika bolus
berkumpul di orofaring.
Fase Faringeal
Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan faringeal
yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase inimelibatkan rentetan yang cepat
dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid dan
laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat ke
belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong kebelakang dan kebawah menuju
faring untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang
melakukan gerakan untuk mendorong makanan kebawah.
Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan dan
membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan menutup setelah
makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal.
Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah reflek,
jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai reflek menelan dipicu. Reflek ini
melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX (glossofaringeal) dan X
(vagus).
Fase Esophageal
Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter
esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai bolus
makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian atas, sphincter bagian
bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik.
Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam
menodorong bolus ke dalam lambung.
PATOFISIOLOGI
Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang
dipengaruhinya.
Fase Oral
Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase pendorongan
oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien mungkin memiliki
kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum cairan,
psien mungki kesulitan dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan.
Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum siap, seringkali
menyebabkan aspirasi.
· Tidak mampu menampung makanan di bagian depan mulut karena tidak rapatnya pengatupan
bibir
· Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena berkurangnya
pergerakan atau koordinasi lidah
· Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah dan
koordinasinya
· Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior karena
berkurangnya tonus otot bibir.
· Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena dorongan lidah atau
pengurangan pengendalian lidah
· Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan atau berkurangnya
sensibilitas mulut
· Pencarian gerakan atau ketidakmampuan unutkmengatur gerakan lidah karena apraxia untuk
menelan
· Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan lidah
· Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan kekuatan lidah
· Piecemeal deglutition
Fase Oral
Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan untuk
ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut ke dalam
orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot
bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan
dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam orofaring, dimana
reflek menelan involunter dimulai.
Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik. Untuk
menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika bolus
berkumpul di orofaring.
Fase Faringeal
Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan faringeal
yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase inimelibatkan rentetan yang cepat
dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid dan
laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat ke
belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong kebelakang dan kebawah menuju
faring untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang
melakukan gerakan untuk mendorong makanan kebawah.
Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan dan
membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan menutup setelah
makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal.
Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah reflek,
jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai reflek menelan dipicu. Reflek ini
melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX (glossofaringeal) dan X
(vagus).
Fase Esophageal
Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter
esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai bolus
makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian atas, sphincter bagian
bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik.
Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan volunter
mungkin dimulai oleh korteks serebri.
Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam
menodorong bolus ke dalam lambung.
PENATALAKSANAAN
Terdapat pengobatan yang berbeda untuk berbagai jenis dysphagia. Pertama dokter
dan speech-language pathologists yang menguji dan menangani gangguan menelan
menggunakan berbagai pengujian yang memungkinkan untuk melihat bergagai fungsi menelan.
salah satu pengujian disebut dengan, laryngoscopy serat optik, yang memungkinkan dokter
untuk melihat kedalam tenggorokan. Pemeriksaan lain, termasuk video fluoroscopy, yang
mengambil video rekaman pasien dalam menelan dan ultrasound, yang menghasikan gambaran
organ dalam tubuh, dapat secara bebas nyeri memperlihakab tahapan-tahapan dalam menelan.
Pengobatan dapat melibatkan latihan otot ntuk memperkuat otot-otot facial atau untuk
meninkatkan koordinasi. Untuk lainnya, pengobatan dapat melibatkan pelatihan menelan
dengan cara khusus. Sebagai contoh, beberapa orang harus makan denan posisi kepala
menengok ke salah satu sisi atau melihat lurus ke depan. Meniapkan makanan sedemikian rupa
atau menghindari makanan tertentu dapat menolong orang lain. Sebagai contoh, mereka yang
tidak dapat menelan minuman mungkin memerlukan pengental khusus
untukminumannya. Orang lain mungkin garus menghindari makanan atau minuman yang
panan ataupun dingin.
Untuk beberapa orang, namun demikian, mengkonsumsi makanan dan minuman lewat mulut
sudah tidak mungkin lagi. Mereka harus menggunakan metode lain untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi. Biasanya ini memerlukan suatu system pemberian makanan, seperti suatu selang
makanan (NGT), yang memotong bagian menelan yang tidak mampu bekerja normal
· Berbagai pengobatan telah diajukan unutk pengobatan disfagia orofaringeal pada dewasa.
Pendekatan langsung dan tidak langsung disfagia telah digambarkan. Pendekatan langsung
biasnya melibatkan makanan, pendekatan tidak langsung biasanya tanpa bolus makanan.
· Modifikasi diet
Merupakan komponen kunci dalam program pengobatan umum disfagia. Suatu diet
makanan yang berupa bubur direkomendasikan pada pasien dengan kesulitan pada fase oral,
atau bagi mereka yang memiliki retensi faringeal untuk mengunyah makanan padat.
Jka fungsi menelan sudah membaik, diet dapat diubah menjadi makanan lunak atau semi-
padat sampai konsistensi normal.
· Suplai Nutrisi
Efek disfagia pada status gizi pasien adalah buruk. Disfagia dapat menyebabkan malnutrisi
Banyak produk komersial yang tersedia untuk memberikan bantuan nutrisi. Bahan-bahan
pengental, minuman yang diperkuat, bubur instan yang diperkuat, suplemen cair oral. Jika
asupan nutrisi oral tidak adekuat, pikirkan pemberian parenteral.
· Hidrasi
Disfagia dapat menyebabkan dehidrasi. Pemeriksaan berkala keadaan hidrasi pasien sangat
penting dan cairan intravena diberikan jika terapat dehidrasi
· Pembedahan
o Pembedahan gastrostomy
o Cricofaringeal myotomy
Injeksi botulinum toxin kedalam PES telah diperkenalkan sebagai ganti dari CPM.
Asuhan keperawatan pasien dispagia