Anda di halaman 1dari 4

Penelanan atau Deglutisi

Rongga mulut adalah pintu masuk dari saluran cerna. Ketika makanan sudah cukup
termastikasi, makanan akan ditelan melalui aktivitas otot secara sadar maupun tak sadar.
Proses ini dikenal sebagai deglutisi. Cairan dan makanan semi cair tidak memerlukan proses
mastikasi, sehingga ditelan melalui mekanisme yang sedikit berbeda, yakni: drinking (dari
gelas), suckling (dari puting atau botol susu), atau sucking (dari sedotan).

Sucking dan drinking


Cairan bergerak dari kavitas oral menuju esofagus melalui gradien tekanan. Ketika
lidah menekan palatum, ujung lidah bergerak sedemikian rupa untuk menciptakan tekanan
negatif. Pada sucking, bibir juga berperan dalam menciptakan tekanan negatif, bibir
membentuk katup di sekitar sedotan. Serupa dengan proses sucking; drinking atau minum
dari gelas juga pada prinsip nya adalah proses menciptakan tekanan negatif, namun dengan
tekanan yang lebih sedikit, dan bibir membentuk katup di sekitar cairan dan gelas.
Proses penghisapan akan berlanjut hingga hanya bagian posterior dari lidah yang
berkontak dengan palatum, dan bagian anterior nya dipenuhi oleh cairan. Bagian ujung lidah
kemudian menyentuh palatum anterior tepat di belakang gigi insisif, lalu berkontraksi
membentuk gelombang yang membawa cairan bergerak ke belakang. Palatum lunak naik dan
berkontak dengan dinding faringeal dan bantalan adenoidal untuk menutup nasofaring.
Epiglotis mencegah cairan masuk ke saluran nafas; laring terangkat.
Cairan masuk ke esofagus karena pengaruh gravitasi. Di samping itu, gerakan
peristaltik juga berperan dalam proses ini, dimulai dari konstriksi pada konstriktor superior
faring. Hal ini menjelaskan bagaimana kita bisa minum dalam posisi terbalik.
Rangkaian peristiwa ini dimulai dengan proses pengisapan secara sadar hingga bagian
anterior kavitas oral penuh oleh cairan, saat itulah dimulai proses penelanan. Proses
penelanan awalnya bisa terjadi secara sadar, tidak sadar, atau dihambat secara sadar. Namun
selebihnya proses penelanan berlangsung secara tidak sadar; yang dikontrol oleh pusat di
medula yang mengintegrasikan pergerakan otot serta pola pernafasan. Lidah melakukan
gerakan refleks yang berbentuk seperti gelombang.

Suckling
Pada proses menyusu, puting beserta sebagian dari areola ibu ditarik menuju mulut melalui
proses penghisapan. Rahang bawah dan lidah naik dan turun secara bergantian, peristiwa ini
terjadi karena aktivitas otot-otot mastikasi. Secara rontgen, peristiwa ini dideskripsikan
seperti mendayung melawan ombak. Bantalan gusi mendekat, puting masuk sejauh mungkin
ke batas di antara palatum keras dan lunak. Seiring dengan pergerakan mandibula, terciptalah
tekanan, stimulus ini akan menginduksi refleks dimana oksitosin akan menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitel dan ASI di sekresikan melalui putting.
Ketika bayi menyusu dari botol, rahang juga naik dan turun, namun dot akan ditahan diantara
lidah dan bantalan gusi rahang atas. Lidah menekan dot dengan gelombang tekanan sehingga
isi dot keluar menuju ronga mulut. Selanjutnya akan diikuti oleh proses penelanan.

Proses Penelanan Makanan Padat


Ketika makanan sudah cukup direduksi melalui proses matikasi, proses penelanan dimulai.
Proses ini dijelaskan melalui tahapan-tahapan berikut:
 Pembentukan Bolus
Lidah membentuk massa berbentuk bola atau bolus yang merupakan campuran antara
saliva dan makanan. Selanjutnya lidah memposisikan makan ke permukaan dorsal dan
menyentuh palatum durum di bagian anterior kavitas oral. Palatum lunak terangkat
melalui aksi levator dan tensor palati untuk menutup kavitas nasal.
Gigi geligi merapat untuk membentuk katup di sekitar mulut (dengan tekanan 4-7
kPa). Lidah sendiri menghasilkan tekanan sebesar 10 kPa di midline seiring dengan
kontraksi otot mylohyoid untuk membentuk gelombang yang membawa bolus ke
belakang., Pergerakan ini dibantu oleh tekanan negatif yang diciptakan oleh bagian
posterior kavitas oral ketika lidah yang tadinya menutup faring sekarang turun ke dasar
mulut. Semua proses pada tahap ini dapat di hambat secara sadar, dan prosesnya dapat
dimulai secara tidak sadar.
 Fase Oral Penelanan
Ketika bolus menyentuh bagian posterior kavitas oral dan dinding faringeal, tahap
baru dari proses penelanan dimulai. Proses ini seutuhnya merupakan mekanisme refleks.
Meskipun terdapat perbedaan sensitifitas pada area posterior kavitas oral, penelanan
secara umum diinisiasi oleh stimulasi pada regio ini.
Saluran pernafasan dilindungi oleh beberapa mekanisme. Nasofaring ditutup oleh
palatum lunak. Laring dan esofagus ternagkat dan orifis esofagus mengalami dilatasi
melalui relaksasi sfingter krikofaringeal. Laring terangkat menuju epiglotis yang jatuh ke
belakang.
Kontraksi mylohyoid dan penghisapan yang dihasilkan oleh lidah akan membawa
bolus ke orifis esofagal. Bolus akan diaragkan oleh epiglotis, selanjutnya epiglotis akan
bergerak menuju posisi awal. Pita suara menutup, inspirasi dihambat. Oleh karena itu
penelanan dapat digunakan sebagai metode untuk meningkatkan periode menahan nafas.
Durasi penelanan dari terciptanya bolus hingga akhir fase oral berlangsung kurang lebih
satu detik.
 Fase Faringeal Penelanan
Ketika bolus masuk ke faring, konstriktor superior akan memulai gerakan peristaltik
yang membawa bolus turun ke esofagus. Pernafasan selanjutnya akan dimulai oleh
inspirasi. Otot krikofaringeal yang membentuk sfingter berupa cincin akan berelaksasi
dan menyebabkan bolus turun ke esofagus dan berkontraksi lagi.
 Fase Esofagal Penelanan
Gelombang peristaltik yang dimulai di faring akan berlanjut turun ke esofagus,
menciptakan gradien tekanan yang membawa bolus terus bergerak. Konstriksi lebih
lanjut dari otot lurik esofagus bagian atas akan membawa bolus yang tertinggal oleh
gerakan peristaltis awal.
Peristiwa ini secara refleks dikontrol oleh saraf vagus, melalui motor endplate,
sebagai respin stimulasi reseptor oleh keberadaan bolus yang tertinggal di esofagus.
Gelombang kontraksi akan berlanjut menuju sepertiga bawah esofagus, yang terdiri dari
otot polos yang diinervasi oleh pleksus myenterik yang di pasok oleh saraf vagus.
Pada saat istirahat, esofagus normalnya berelaksasi, kecuali pada sfingter di bagian
inferior yang mencegah refluks dari lambung, Bagian ini akan berelaksasi sehingga bolus
dapat lewat dan kemudia akan berkontraksi lagi. Seiring dengan hal ini, lambung
berelaksasi – suatu tahap yang dinamakan relaksasi reseptif. Fase esofagal berlangsung
selama beberapa detik. Integrasi dari seluruh proses penelanan berlangsung di pusat
medulla di formasi retikular.

Variasi Pola Penelanan


Variasi pola penelanan yang paling sering adalah gigi tidak beradu pada saat menelan.
Umumnya, seorang individu akan mengatupkan gigi geliginya untuk menyediakan dinding
yang kokoh sehingga lidah dapat bertolak dari dinding tersebut untuk melakukan fungsinya.
Pada beberapa individu, gigi geliginya berada di posisi istirahat, dan mereka menggunakan
pipi dan bibir sebagai dinding. Hal ini menyebabkan lidah terjulur di antara gigi anterior dan
bibir sering tertekan oleh aktivitas otot-otot sirkumoral. Pola penelanan ini sering terlihat
pada individu yang memiliki kebiasaan menghisap jari.
Masalah lain muncul pada pasien dengan celah langitan, yang tanpa sengaja
mendorong makanan atau minuman keluar ke kavitas nasal saat penelanan, Hal ini dapat
diatasi dengan pembuatan protesa untuk menutup celah langitan.

Frekuensi dan Volume Penelanan


Penelanan tidak terbatas pada saat makan saja, karena selalu ada sekresi saliva secara
kontinyu ke dalam mulut dan harus ditelan ketika saliva sudah terakumulasi. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa seorang individu menelan kurang lebih 600 kali dalam 24 jam, dan
hanya seperempat dari jumlah tersebut merupakan penelanan pada saat makan. Saat tidur
individu memproduksi sedikit saliva dan menelan kurang lebih 50 kali dalam 8 jam tidur.
Estimasi volume dari penelanan bervariasi, mulai dari sekitar 20 ml pada laki-laki, 14 ml
pada perempuan, hingga 5 ml pada anak anak.
Frekuensi penelanan merupakan aktivitas muscular yang berdampak pada struktur-struktur
oral. Gigi berada dalam zona netral dengan resultan gaya-gaya dari lidah, pipi, dan bibir.
Individu dengan kebiasaan menjulurkan lidah saat menelan biasanya memiliki protrusi gigi
anterior atas karena dorongan yang kuat oleh lidah. Efek kebiasaan menjulurkan lidah pada
gigi mandibularis lebih bervariasi.

Gagging / Retching
Jika refleks penelanan dihambat ketika bagian posterior kavitas oral distimulasi, reflek
lainnya akan terinisiasi. Mulut akan dipaksa untuk terbuka dan bolus atau materi yang berada
di belakang kavitas oral akan dimuntahkan melalui gerakan yang berasal dari lidah di bagian
lidah.

Anda mungkin juga menyukai