Anda di halaman 1dari 5

 Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter.

Sfingter adalah struktur berotot


berbentuk seperti cincin yang jika tertutup, mencegah lewatnya benda melalui
saluran yang dijaganya. Pada kedua ujung esophagus atau kerongkongan
terdapat dua macam sfingter yaitu
 sphincter faringoesofagus yang terletak pada bagian atas esophagus
tepatnya pada perbatasan antara faring dengan esophagus yang terdiri
atas serabut otot rangka. Karena sphincter faringoesofagus terletak
pada bagian atas esophagus, maka disebut juga upper esophageal
sphincter atau sfingter esophagus bagian atas. Dalam keadaan normal
sphincter berada dalam keadaan tonik, atau kontraksi kecuali waktu
menelan, maka akan membuka, sehingga makanan dapat masuk ke
esophagus atau kerongkongan.
 sphincter yang kedua yaitu sphincter gastroesofagus yang terletak pada
bagian bawah esophagus tepatnya pada perbatasan antara esophagus
dengan lambung. sphincter gastroesofagus disebut juga Lower
Esophageal Sphincter (LES) atau sfingter esophagus bagian bawah
karena terletak pada bagian bawah esophagus berbatasan dengan
lambung (gaster). Sphincter gastroesofagus atau Lower Esophageal
Sphincter (LES) merupakan stuktur berotot yang berbentuk cincin yang
mencegah refluks atau aliran balik isi lambung. Mekanisme LES
mencegah aliran balik (refluks) material dari lambung ke esophagus
terjadi lewat kontraksi dari otot spinter yang terus menerus setelah
makanan masuk ke lambung, sehingga dengan adanya kontraksi ini,
makanan tetap di dorong ke lambung dan pada saat itu juga sphincter
yang merupakan rongga cincin akan mengecil karena kontraksi
sehingga mencegah aliran balik dari lambung. LES hanya melemas atau
berelaksasi atau membuka di saat adanya gelombang peristaltic yang
mendorong bolus makanan sampai dibagian bawah esophagus. Jadi
pada saat itu LES akan membuka sehingga makanan dapat lewat
menuju lambung. Setelah makanan lewat ke lambung LES akan
berkontraksi kembali, sehingga dapat mencegah refluks isi lambung.

 Peranan esofagus adalah menghantarkan makanan dan minuman dari faring ke


lambung. Jadi peranan esophagus lebih pada hal motilitas atau menelan yaitu
proses pemindahan makanan dari mulut melalui esophagus ke lambung. Proses
menelan dimulai dimulai secara volunter atau secara sadar selanjutnya proses
tidak dapat dihentikan. Pada saat kita menelan makanan, dimana makanan atau
cairan berjalan dari mulut ke lambung, terjadi rangkaian gerakan otot yang
sangat terkoordinasi, dimulai dari pergerakan volunter lidah dan diselesaikan
refleks dalam faring dan esofagus.
 Proses menelan merupakan lanjutan dari dikunyahnya makanan oleh mulut
menjadi bolus makanan. Adanya bolus makanan akan merangsang produksi
saliva (air liur) yang berfungsi sebagai pelumas makanan. Selanjutnya oleh
pergerakan volunter lidah bolus makanan didorong ke belakang mengenai
dinding belakang faring. Adanya bolus makanan yang didorong oleh lidah ke
bagian belakang mulut ke faring, akan merangsang reseptor tekan
(mekanoreseptor) di faring, reseptor ini akan mengantarkan sinyal listrik ke
pusat menelan kita yang ada di otak, yaitu pada bagian medulla dan pons bagian
bawah. Selanjutnya dari pusat menelan di otak ini, akan mengalirkan lagi impuls
listrik dari pusat menelan ke faring dan esophagus bagian atas yang di jalarkan
oleh saraf cranial ke 5,9, 10 dan ke 12 serta beberapa saraf servical superior.
Impuls listrik dari pusat menelan yang dialirkan oleh beberapa saraf diatas,
selanjutnya akan secara reflex mengaktifkan otot-otot dalam proses menelan.
Selanjutnya akan terjadi kontraksi otot-otot faring yang bergerak secara progresif
menimbulkan gelombang peristaltic mendorong bolus makanan ke spinter
esophagus bagian atas (sphincter faringoesofagus). Adanya gelombang peristaltic
menyebabkan membukanya spinter esophagus bagian atas sehingga meloloskan
bolus makanan. Pada saat bersamaan laring dan trakea menutup, agar mencegah
makanan masuk saluran pernapasan. Jadi pada saat menelan, sfingter esofagus
atas membuka sesaat untuk memberi jalan kepada bolus makanan yang ditelan.
Pada rongga mulut terdapat langit-langit atau palatum yang berfungsi untuk
pisahkan mulut dengan rongga hidung dan uvula (anak lidah) yang berfungsi
menutup saluran hidung pada saat kita menelan makanan. Palatum ada dua
yaitu palatum mole (langit-langit yang lunak) dan palatum durum (langit-langit
yang keras). Selama menelan makanan akan dicegah masuk ke mulut dan hidung
dengan cara posisi lidah menekan langit-langit keras (palatum durum), uvula
terangkat dan tersangkut dibagian belakang tenggorokan, sehingga saluran
hidung tertutup. Makanan dicegah masuk trakea oleh adanya elevasi laring dan
penutupan erat pita suara melintasi lubang laring (glottis). selanjutnya bolus
makanan yang telah melewati sphincter esophagus bagian atas, melalui
gelombang peristaltik pada esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus
bagian distal atau LES. Adanya gelombang peristaltik ini, akan menyebabkan
LES berelaksasi atau mengendor sehingga makanan dapat lewat kemudian bolus
makanan menuju lambung.

Apa itu gaster

 Lambung atau gaster merupakan suatu kantong yang terletak di bawah


diafragma, berbentuk huruf J. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di
mana makanan dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung
dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia
adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan . Fundus
adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus adalah bagian bawah,
daerah yang berhubungan dengan duodenum.
 Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mukosa, submukosa,
muskularis, dan serosa.
 Mukosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis
cairan, seperti enzim, asam lambung, dan hormon. Lapisan ini
berbentuk seperti palung untuk memperbesar perbandingan antara
luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung yang
dapat dikeluarkan.
 Submukosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena
dapat ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel
perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon
dioksida dari sel-sel tersebut.
 Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam
pencernaan mekanis. Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni
otot melingkar, memanjang, dan menyerong. Kontraksi dari ketiga
macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak
menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam
lambung tercampur.
 Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung perut.
Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi
gaya gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.

Apa penyebab GERD??

 Sebelum kita membahas tentang Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), yaitu


suatu keadaan patologis (kelainan) sebagai akibat refluks kandungan lambung ke
dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu baik di
esophagus (akibat kerusakan mukosa esofagus) maupun ekstra esofagus dan atau
komplikasi, perlu kita pahamin dahulu bahwa refluks atau membaliknya isi
lambung pada esofagus sebenarnya merupakan suatu kondisi fisiologis atau
normal. Jadi keadaan refluks ini sebenarnya merupakan kondisi yang normal.
Kita baru bisa mengatakan kelainan dalam hal ini GERD apabila refluks yang
terjadi tersebut berlangsung kronis dan akan menjadi masalah jika pasien
merasakan timbulnya gejala-gejala akibat refluks tersebut mengganggu
kehidupannya sehari-hari baik berupa gejala heartburn, regurgitasi, nyeri dada,
nyeri ulu hati diafagia, sedangkan gejala -gejala ekstravagial seperti batuk kronik,
hoarsenesss dan lainya.
 Refluks itu pada keadaan normal bisa terjadi karena pada keadaan normal
terdapat perbedaan tekanan antara perut (abdomen) dan thorak (dada). Seperti
telah dijelaskan diatas, bahwa esofagus atau kerongkongan secara anatomi
terletak pada rogga dada, sedangkan lambung atau gaster terletak pada intra
abdomen atau rongga perut. Pada keadaan normal tekanan intraabdomen atau
tekanan dalam perut lebih tinggi dari pada tekanan intra thorak atau tekanan
rongga dada, akibatnya sesuai dengan hukum fisika, akan menyebabkan
terjadinya perpindahan tekanan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. karena
adanya perbedaan tekanan ini, maka akan menyebabkan kecenderungan
terjadinya refluks cairan lambung ke esophagus. Selain karena perbedaan
tekanan, refluks juga dapat normal terjadi akibat perbedaan grafitasi, dimana
pada saat kita berdiri maka dengan pengaruh gravitasi, isi lambung tidak akan
berbalik ke esofagus, namun pada malam selama tidur , gravitasi tidak berlaku,
menelan berhenti, dan sekresi air liur berkurang. Oleh karena itu, refluks yang
terjadi pada malam hari lebih mungkin untuk menghasilkan asam yang tersisa di
kerongkongan lebih lama dan menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada
esofagus.
 Namun yang perlu dipahamin disini bahwa keadaan perbedaan tekanan dan
gravitasi yang berperan ini tidak akan menimbulkan refluks jika tidak ditunjang
dengan adanya beberapa keadan yang mempermudah terjadinya refluks.
Beberapa keadaan tersebut seperti relaksasi transien dari tonus Lower
Esophageal Sphincter (LES) yang menurun, gangguan clearance esofagus,
resistensi mukosa yang menurun dan jenis refluksat dari lambung dan
duodenum, baik asam lambung maupun bahan – bahan agresif lain seperti
pepsin, tripsin, dan cairan empedu serta faktor-faktor pengosongan lambung.
Asam lambung merupakan salah satu faktor utama etiologi penyakit refluks
esofageal, kontak asam lambung yang lama dapat mengakibatkan kematian sel,
nekrosis, dan kerusakan mukosa pada pasien GERD.
 Lower Esophageal Sphincter (LES)

Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone)
yang dihasilkan oleh kontraksi Lower esophageal sphincter. Pada individu normal,
pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang
terjadi pada saat menelan, atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau
muntah.

Lower Esophageal Sphincter (LES) terletak pada ujung bawah esophagus yang berfungsi
sebagai pertahanan pertama untuk mencegah refluks, bila spingter tidak ada maka akan
terjadi refluks terus-menerus. Seperti yang telah di jelaskan bahwa LES merupakan
stuktur berotot yang berbentuk cincin yang apabila ototnya berkontraksi akan
mempertahankan sawar atau pembatas antara esophagus dan lambung. Kontraksi tonus
Lower Esofageal Sphincter (LES) memegang peranan penting untuk mencegah
terjadinya GERD, tekanan LES < 6 mmHg hampir selalu disertai GERD yang cukup
berarti, namun refluks bisa saja terjadi pada tekanan LES yang normal, ini dinamakan
inappropriate atau transient sphincter relaxation, yaitu pengendoran sfingter yang
terjadi di luar proses menelan.

INSIDEN

 Penyakit GERD ini menjadi sangat penting, sebab jika pada awal abad ke 19
Tukak dan kanker lambung merupakan penyakit yang paling sering terjadi, tetapi
dalam perjalanan abad ke 21 para ahli beranggapan bahwa penyakit GERD akan
menjadi penyakit yang dominan di dalam konteks penyakit saluran cerna bagian
atas. Penyakit ini dalam kenyataan memang sering kita ketemukan dalam
negara- negar barat, di inggris prevelensinya bisa mencapai 25%, tetapi di asia
relatif lebih sedikit dimana sekitar kurang dari 5% pada singapura dan hongkong.
 Di Indonesia, data epidemologi mengenai penyakit GERD belum ada, akan tetapi
data rumah sakit menunjukan bahwa terjadi peningkatan pasien GERD sebesar
6% pada tahun 1997 sampai 22% pada awal tahun 2002.
PATOGENESIS Ada beberapa faktor yang menyebabkan GERD, sehingga GERD
disebut juga multifaktor disease. Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari refluks
kandungan lambung kedalanm esofagus, apabila:

 Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan
mukosa esofagus
 Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu kontak
antara bahan refluksat dengan esofagus tidak cukup lama.

Anda mungkin juga menyukai