BAITURRAHMAH PADANG 2014 1. ANATOMI ESOFAGUS Esofagus merupakan saluran otot vertikal antara hipofaring sampai ke lambung. Panjangnya 23 sampai 25 cm pada orang dewasa. Di mulai dari batas bawah tulang rawan krikoid atau setinggi vertebra C.VI, berjalan sepanjang leher, mediastinum superior dan posterior, di depan vertebra servikal dan torakal,dan berakhir pada orifisium kardia lambung setinggi vertebra Th.XI. Melintas melalui hiatus esofagus diafragma setinggi vertebra Th.X. Esofagus dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tak berkeratin yang tebal dan memiliki dua sfingter yaitu sfingter atas dan sfingter bawah. Sfingter esofagus atas merupakan daerah bertekanan tinggi dan daerah ini berada setinggi kartilago krikoid. Fungsinya mempertahankan tonus, kecuali ketika menelan, bersendawa dan muntah. Meskipun sfingter esofagus atas bukan merupakan barrier pertama terhadap refluks, namun dia berfungsi juga untuk mencegah material refluks keluar dari esofagus proksimal menuju ke hipofaring. Sfingter bawah esofagus panjangnya kira-kira 3 cm, dapat turun 1-3
cm pada pernafasan normal dan naik sampai 5 cm pada pernafasan dalam,
merupakan daerah bertekanan tinggi yang berada setinggi diafragma.
Sfingter ini berfungsi mempertahankan tonus waktu menelan dan relaksasi
saat dilalui makanan yang akan memasuki lambung serta mencegah refluks.
Relaksasi juga diperlukan untuk bersendawa.
Menurut letaknya esofagus terdiri dari beberapa segmen :
1. Segmen servikalis 5-6 cm ( C.VI-Th. I )
2. Segmen torakalis 16-18 cm ( Th. I-V )
3. Segmen diafragmatika 1-1,5 cm ( Th. X )
4. Segmen abdominalis 2,5-3 cm ( Th. XI )
Esofagus memiliki beberapa daerah penyempitan: 1. Daerah krikofaringeal, setinggi C. VI Daerah ini disebut juga Bab el Mandeb / Gate of Tear, merupakan bagian yang paling sempit, mudah terjadi perforasi sehingga paling ditakuti ahli esofagoskopi. 2. Daerah aorta, setinggi Th. IV 3. Daerah bronkus kiri, setinggi Th. V 4. Daerah diafragma, setinggi Th. X 2. ANATOMI GASTER Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf J, dengan volume 1200-1500ml pada saat berdilatasi. Pada bagian superior, lambung berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior berbatasan dengan duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri. Kecembungan lambung yang meluas ke gastroesofageal junction disebut kurvatura mayor. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut kurvatura minor, dengan ukuran dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung terdapat didalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum. Secara anatomik, lambung terbagi atas 5 daerah (gambar 2.3.) yaitu: (1). Kardia, daerah yang kecil terdapat pada bagian superior di dekat gastroesofageal junction; (2). Fundus, bagian berbentuk kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi gastroesofageal junction; (3). Korpus, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf J; (4). Antrum pilori, adalah bagian 1/3 bagian distal dari lambung. Keberadaannya secara horizontal meluas dari korpus hingga ke sphincter pilori; dan (5). Sphincter pilori, merupakan bagian tubulus yang paling distal dari lambung. Bagian ini secara kelesulurhan dikelilingi oleh lapisan otot yang tebal dan berfungsi untuk mengontrol lewatnya makanan ke duodenum. Permukaan fundus dan korpus banyak dijumpai lipatan rugae lambung. Pembuluh darah yang mensuplai lambung merupakan percabangan dari arteri celiac, hepatik dan splenik. Aliran pembuluh vena lambung dapat secara langsung masuk ke sistem portal atau secara tidak langsung melalui vena splenik dan vena mesenterika superior. Nervus vagus mensuplai persyarafan parasimpatik ke lambung dan pleksus celiac merupakan inervasi simpatik. Banyak ditemukan pleksus saluran limfatik dan kelenjar getah bening lainnya. Drainase pembuluh limfe di lambung terbagi atas empat daerah yaitu: (1). Kardia dan sebagian kurvatura minor ke kelenjar getah bening gastrik kiri; (2). Pilorik dan kurvatura minor distal ke kelenjar getah bening gastrik dan hepatik kanan; (3). Bagian proksimal kurvatura mayor ke kelenjar limfe pankreatikosplenik di hilum splenik; serta (4). Bagian distal kurvatura mayor ke kelenjar getah bening gastroepiploik di omentum mayor dan kelenjar getah bening pilorik di kaput pankreas. 3. FISIOLOGI REFLUKS GASTROESOFAGUS A. SFINGTER OROFARING MENCEGAH UDARA MASUK SALURAN CERNA SEWAKTU BERNAFAS
Esofagus adalah saluran berotot yang relatif
lurus dan terbentang antara faring dan lambung. Struktur ini , yang sebagian besar terletak di rongga thoraks, menembus diafragma dan menyatu dengan lambung di rongga abdomen beberapa sentimeter di bawah diafragma. Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah struktur otot berbentuk cincin yang ketika tertutup, mencegah lewatnya sesuatu melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah sfingter faringoesofagus, dan sfingter esofagus bawah adalah sfingter gastroesofagus. Karena esofagus terpajan ke tekanan intrapleura subatmosfer akibat aktivitas pernafasan maka terbentuk gradien tekanan antara atmosfer dan esofagus. Kecuali sewaktu menelan, sfingter faringoesofagus menjaga pintu masuk ke esofagus selalu tertutup untuk mencegah masuknya udara dalam jumlah besar ke dalam esofagus dan lambug sewaktu bernafas. Udara hanya diarahkan ke dalam saluran napas. Jika tidak, maka saluran cerna akan menerima banyak gas, yang dapat menimbulkan sendawa. Sewaktu menelan, sfingter ini terbuka dan memungkinkan bolus masuk ke dalam esofagus. Setelah bolus berada di dalam esofagus, sfingter faringoesofagus menutup, saluran napas terbuka, dan bernapas kembali dilakukan. Tahap orofaring selesai, dan sekitar 1 detik telah berlalu sejak proses menelan pertama kali dimulai. B. GELOMBANG PERISTALTIK MENDORONG MAKANAN MELALUI ESOFAGUS Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung. Kata peristaltis merujuk kepada kontraksi otot polos sirkular berbentuk cincin yang bergerak progresif maju, mendorong bolus ke bagian di depannya yang masih melemas. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus. Jika bolus yang tertelan besar atau lengket, misalnya potongan roti lapis selai kacang, tidak dapat didorong mencapai lambung oleh gelombang peristaltis primer, maka bolus yang tertahan tersebut akan meregangkan esofagus, merangsang reseptor tekanan di dindingnya. Akibatnya, terjadi pengaktifan gelombang peristaltik kedua yang lebih kuat, yang diperantarai oleh pleksus saraf intrinsik di tempat peregangan. Gelombang peristaltik kedua ini tidak melibatkan pusat menelan, dan yang bersangkutan tidak menyadari kejadiannya. Peregangan esofagus juga secara refleks meningkatkan sekresi liur. Bolus yang terperangkap akhirnya terlepas dan bergerak maju melalui kombinasi pelumasan oleh liur tambahan yang tertelan dan gelombang peristaltik kedua yang kuat. Peristaltis esofagus sedemikian efektif sehingga dapat menghabiskan sepiring makanan akan terodorong ke dalam lambung. C. SFINGTER GASTROESOFAGUS MENCEGAH REFLUKS ISI LAMBUNG Kecuali sewaktu menelan, sfingter gastroesofagus tetap berkontraksi mempertahankan sawar antara lambung dan esofagus, mengurangi kemungkinan refluks isi lambung yang asam ke dalam esofagus. Jika isi lambung akhirnya mengalir balik meskipun terdapat sfingter maka keasaman isi lambung ini mengiritasi esofagus, menyebabkan rasa tak nyaman di esofagus yang dikenal sebagai heartburn . (jantung itu sendiri tidak terkena sama sekali). Sewaktu gelombang peristaltis menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus melemas secara refleks sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung , proses menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi. D. SEKRESI ESOFAGUS SELURUHNYA BERSIFAT PROTEKTIF Sekresi esofagus seluruhnya terdiri dari mukus. Pada kenyataanya, mukus disekresikan di sepanjang saluran cerna oleh sel kelenjar penghasil mukus di mukosa. Dengan menghasilkan pelumasan, mukus esofagus mengurangi kemungkinan kerusakan esofagus oleh tepi-tepi tajam makanan yang harus masuk. Selain itu, mukus melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim di getah lambung jika terjadi refluks lambung. Keseluruhan waktu transit di faring dan esofagus hanya sekitar 6 sampai 10 detik, terlalu singkat untuk terjadinya pencernaan atau penyerapan di bagian ini. 4. PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS A. ETIOLOGI Penyakit refluks gastroesofagus disebabkan oleh proses yang multifaktor. Pada orang dewasa faktor-faktor yang menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah sehingga terjadi refluks gastroesofagus antara lain coklat, obat-obatan (misalnya aspirin), alkohol, rokok, kehamilan. Faktor anatomi seperti tindakan bedah, obesitas, pengosongan lambung yang terlambat dapat menyebabkan hipotensi sfingter esofagus bawah sehingga menimbulkan refluks gastroesofagus B. PATOFISIOLOGI Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya, volume, lamanya, dan hubungannya dengan makan. Pada proses terjadinya refluks, sfingter esofagus bawah dalam keadaan relaksasi atau melemah oleh peningkatan tekanan intraabdominal sehingga terbentuk rongga diantara esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong kuat ke dalam esofagus. Jika isi lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan sfingter esofagus atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut tetap berada di esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam lambung. Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap distensi esofagus maka isi lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau nasofaring. C. MANIFESTASI KLINIS PRGE Manifestasi klinis PRGE sangat bervariasi dan gejalanya sering sukar dibedakan dengan kelainan fungsional lain dari traktus gastrointestinal. Gejala refluks gastroesofagus dapat tipikal dan atipikal. Gejala tipikal atau klasik pada orang dewasa adalah : Rasa panas di dada terjadi setelah makan (postprandial heart burn), didefinisikan sebagai rasa panas substernal di bawah tulang dada, rasa terbakar atau panas menjalar ke atas sampai tenggorok atau mulut 1-2 jam setelah makan atau setelah mengangkat berat atau posisi membungkuk. Regurgitasi isi lambung secara spontan ke esofagus atau mulut. Bila kedua gejala terjadi bersamaan, diagnosis PRGE dapat ditegakkan lebih dari 90%. Gejala atipikal merupakan manifestasi dari refluks ekstra esofagus termasuk nyeri dada non kardiak , asma, bronkitis, batuk kronik, pneumonia rekuren, suara serak, laringitis posterior kronik, sensasi sukar menelan, otalgia, sariawan, kecegukan dan erosi email gigi. Gejala refluks terjadi 50% pada pasien yang mengeluh dispepsia, nyeri abdominal, rasa tidak nyaman di perut. Kira-kira 10% pasien PRGE mengalami gejala gangguan struktural esofagus dengan gejala tanda bahaya ( alarm symptoms) yang serius yaitu nyeri dada, disfagia, odinofagia, gejala sistemik seperti berat badan menurun, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih ekstensif sebelum ditegakkan diagnosis PRGE. Tes diagnosis dilakukan bila diagnosis klinis PRGE meragukan dan diduga terjadi komplikasi. Gejala tipikal biasanya disebabkan oleh refluks esofagitis, sedangkan gejala atipikal berhubungan dengan kompleks laringotrakea yaitu refluks laringitis antara lain suara serak, stridor, mengi, batuk kronik, apnea, bradikardi, keadaan mengancam nyawa yang nyata (ALTE atau apparent life threatening event), sindrom kematian anak mendadak (SIDSS atau sudden infant death syndrom), pneumonia rekuren, asma. PRGE pada bayi dan anak-anak digolongkan dalam 4 kategori : PRGE fisiologik PRGE fungsional PRGE patologik PRGE sekunder D. DIAGNOSIS Diagnosis PRGE ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan khusus, seperti: 1. Pemeriksaan Radiologi Rontgen esofagus dengan kontras Barium (esofagogram) atau fluoroskopi dan pemeriksaan serial traktus gastrointestinal bertujuan untuk menyingkirkan penyakit penyakit seperti striktur esofagus, akalasia, dll. Bila tidak ada kelainan, bukan berarti tidak ada PRGE. 2. Pemeriksaan Manometri 3. Pemeriksaan Endoskopi Pemeriksaan endoskopi dapat menilai kelainan mukosa esofagus dan melakukan biopsi esofagus untuk mendeteksi adanya esofagus Barret atau suatu keganasan. 4. Tes Provokatif Tes perfusi asam dari Bernstein merupakan tes sederhana dan akurat untuk menilai kepekaan mukosa esofagus terhadap asam. 5. Pengukuran pH dan tekanan esofagus Pengukuran ini menggunakan alat yang dapat mencatat pH intra-esofagus post prandial selama 24 jam dan tekanan manometrik esofagus. Bila pH < 4 dianggap ada PRGE. 6. Tes Skintigrafi gastroesofagus. Bertujuan untuk menilai pengosongan esofagus dengan menggunakan radioisotop dan bersifat non invasif. E. PENATALAKSANAAN Pengobatan penderita PRGE terdiri dari1-4: A. Tahap I 1 Bertujuan untuk mengurangi refluks, menetralisasi bahan refluks, memperbaiki barrier anti refluks dan mempercepat proses pembersihan esofagus dengan cara: 1. Posisi kepala atau ranjang ditinggikan (6-8 inci) 2. Diet dengan menghindari makanan tertentu seperti makanan berlemak, berbumbu, asam,coklat, alkohol, dll. 3. Menurunkan berat badan bagi penderita yang gemuk 4. Jangan makan terlalu kenyang 5. Jangan segera tidur setelah makan dan menghindari makan malam terlambat 6. Jangan merokok dan menghindari obat-obat yang dapat menurunkan SEB seperti kafein, aspirin, teofilin, dll. B. Tahap II 4 Menggunakan obat-obatan, seperti : 1. Obat prokinetik yang bersifat mempercepat peristaltik dan meninggikan tekanan SEB, misalnya Metoklopramid : 0,1 mg/kgBB 2x sehari sebelum makan dan sebelum tidur dan Betanekol : 0,1 mg/kgBB 2x sehari sebelum makan dan sebelum tidur. 2. Obat anti-sekretorik untuk mengurangi keasaman lambung dan menurunkan jumlah sekresi asam lambung, umumnya menggunakan antagonis reseptor H2 seperti Ranitidin : 2 mg/kgBB 2x/hari, Famotidin : 20 mg 2x/hari atau 40 mg sebelum tidur (dewasa), dan jenis penghambat pompa ion hidrogen seperti Omeprazole: 20 mg 1-2x/hari untuk dewasa dan 0,7 mg/kgBB/hari untuk anak. 3. Obat pelindung mukosa seperti Sukralfat: 0,5-1 g/dosis 2x sehari, diberikan sebagai campuran dalam 5-15 ml air. 4. Antasida Dosis 0,5-1 mg/kgBB 1-2 jam setelah makan atau sebelum tidur, untuk menurun-kan refluks asam lambung ke esofagus. C. Tahap III 4 Pembedahan anti refluks pada kasus-kasus tertentu dengan indikasi antara lain mal-nutrisi berat, PRGE persisten, dll. Operasi yang tersering dilakukan yaitu fundo-plikasi Nissen, Hill dan Belsey. 5. KOMPLIKASI Komplikasi PRGE antara lain : 1. Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner metaplastik. 2. Esofagitis ulseratif 3. Perdarahan 4. Striktur esofagus 5. Aspirasi KESIMPULAN Refluks gastroesofagus merupakan proses fisiologis yang terjadi secara berulang ketika makanan memasuki lambung. Sfingter bawah esofagus berperan penting dalam membatasi udara yang masuk ke lambung agar tidak terlalu banyak udara yang masuk ke saluran cerna. Namun, jika sfingter ini mengalami kerusakan maka udara yang masuk akan berlebih dan akan menimbulkan refluks yang bersifat asam ke esofagus sehingga akan menyebabkan heartburn atau rasa terbakar pada esofagus. Keadaan patologik tersebut sering disebut dengan Penyakit Refluks Gastro Esofagus (PRGE). Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat tentang keluhan penderita ditunjang dengan pemeriksaan khusus. Penatalaksanaan PRGE terdiri dari beberapa tahap antara lain mengubah kebiasaan hidup, obat-obatan dan operasi DAFTAR PUSTAKA 1.Lucente, Frank E dkk. 2011. Ilmu THT EsensiaI. Jakarta : EGC. 2. Malik, Amirmuslim. 2012. Buku Rancangan Pengajaran (BRP) Modul Diagnostik Fisik. Padang : Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang. 3. Sherwood, Laurale. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.Jakarta :EGC. 4. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2011. Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.