Anda di halaman 1dari 13

Esofagus

 Berupa tabung, panjangnya sekitar 9-10 inchi dengan

diamter ±1 inchi

 Berfungsi untuk menggerakkan bolus (makanan yang

sudah dikunyah) dari faring ke lambung denga gerakan

peristaltis

Hanya proses mekanik saja yang terjadi pada organ ini,

berikut adalah uraiannya:

Proses Mekanik Proses Kimiawi

 Menggerakan bolus melalui Tidak terjadi proses kimiawi

gerak peristaltis

 Pusat menelan memicu

adanya gelombang peristaltis

primer yang menyapu dari

pangkal hingga ujung

esofagus. Hal ini diawali oleh

kontraksi otot sirkular

esofagus yang mendorong

bolus ke daerah yang masih


mengalami relaksasi

 Apabila bolus terlalu besar

atau lengket, reseptor

tekanan di dinding esofagus

akan menangkap sinyal dan

menyampaikannya ke pusat

menelan sehingga pusat

menelan akan

menginstruksikan adanya

gelombang peristaltis

sekunder yang lebih kuat

dibandingkan gelombang

peristaltis primer, serta

meingkatkan sekresi saliva

Sekresi esofagus seluruhnya bersifat protektif.


Sekresi esofagus seluruhnya terdiri dari mukus, yang melumasi
lewatnya makanan sehingga mengurangi kemungkinan cedera
esofagus akibat setiap sisi makanan yang tajam. mukus juga
membantu melindungi esafagus dari cedera oleli asam dan enzim
dalam getah lambung jika terjadi retluks. (Pada kenyataannya,
mukus protektif disekresikan di sepanjang saluran cerna.)
Keseluruhan waktu transit di faring dan esofagus hanya sekitar 6
hingga 10 detik, terlalu singkat untuk terjadinya pencernaan atau
penyerapan di bagian ini. Kini kita bergerak ke perhentian
berikutnya, lambung.
- Sekresi esofagus seluruhnya bersifat mukoid dan terutama berfungsi memberikan
pelumas untuk pergerakan makanan melalui esofagus

- Mukus yang disekresi oleh kelenjar mukosa komposita pada esofagus bagian atas
mencegah ekskoriasi mukosa oleh makanan yang baru masuk

- Sedangkan kelenjar mukosa komposita dekat perbatasan esofagus lambung


melindungi dinding esofagus dari pencernaan oleh getah lambung yang mengalami
refluks keesofagus bawah.

OesofagusBagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang


berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus
diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan
submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar oesofagea yang
mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot
hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-
sel otot lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel
otot lurik.

a. Sekresi di mulut Air liur/saliva disekresikan oleh kelenjar air liur. Terdapat tiga
kelenjar ludah utama
yang  berkontribusi dalam produksi saliva, yaitu parotid, submandibular, dan sublingu
al. Namun, terdapat pula beberapa kelenjar buccal kecil yang ikut berkontribusi pada
sekresi keseluruhan. Saliva memiliki tiga fungsi (Heymann & Porth, 2004). Pertama,
adalah fungsi proteksi
dan  pelumasan. Saliva kaya akan mucus, yang melindungi mukosa oral dan menyeli
muti makanan ketika melewati mulut, faring, dan esofagus. Kelenjar sublingual dan
buccal hanya memproduksi sekresi tipe mukus. Fungsi kedua dari saliva adalah
tindakan pelindung antimikrobanya. Saliva membersihkan mulut dan mengandung
enzim lisozim, yang memiliki aksi antibakteri. Ketiga, saliva mengandung ptyalin dan
amylase, yang menginisiasi pencernaan pati. 

- a.Motilitas di mulut dan esofagus


 Motilitas di mulut dan esofagus dapat ditandai dengan peristiwa mengunyah
dan menelan. Mengunyah merupakan
proses  pencernaan yang dimulai dengan merobek makanan menjadi partikel ukuran
yang bisa tertelan, melumasi dan mencampurnya dengan air liur Mengunyah dikontrol
oleh saraf somatik kepada otot skeletal mulut dan rahang (Vander et al, 2001).
Meskipun mengunyah biasanya dinyatakan sebagai tindakan volunter, namun bisa
juga berubah menjadi involunter bagi seseorang yang kehilangan fungsi korteks
serebral (Heymann & Porth, 2004). Begitu juga dengan menelan, meskipun pada
awalnya merupakan tindakan volunter, namun hal tersebut menjadi involunter ketika
makanan sudah mencapai faring. Rangsangan impuls bermula pada resptor taktil di
faring dan esofagus yang terintegrasi dengan komponen motorik dari medulla dan
pons, yang dikenal sebagai 
  swallowing center 
. Mengunyah terdiri dari 3 fase, yaitu fase oral/volunter, fase faringeal, dan fase
esophageal. Selama fase oral, bolus dikumpulkan di bagian belakang mulut, sehingga
lidah dapat mendorongnya sampai menyentuh dinding posterior faring. Pada titik ini,
fase kedua, fase faringeal terinisiasi. Langit-langit lunak ditarik ke atas, lipatan
palatofaringeal ditarik bersama-sama sehingga makanan tidak masuk ke nasofaring.
Pita suara ditarik dan epiglottis bergerak sehingga menutup laring. Respirasi
terhambat, dan bolus akan masuk ke kerongkongan/esofagus oleh gerakan konstraksi
faring. Fase ketiga ialah fase esofageal. Ketika bolus masuk ke esofagus dan
melebarkan dindingnya, sistem saraf refleks lokal dan sentral yang menginisiasi
peristaltik dipicu. Terdapat dua tipe peristaltik, yaitu primer dan sekunder. Peristaltik
primer dikontrol oleh  pusat menelan (swallowing  center) di batang otak dan dimulai
ketika bolus masuk esofagus. Sementara peristaltik sekunder, sebagian dibantu oleh
jaringan otot halus di esofagus dan terjadi ketika peristaltik primer tidak sanggup
untuk menggerakan bolus melewati esofagus. Sebelum gelombang peristaltik
mencapai perut, sfingter bawa esofagus berelaksasi untuk memberikan jalan  bolus
masuk ke perut. Tekanan sfingter bawah esophageal secara normal lebih
besar dibandingkan yang ada di perut, hal tersebut adalah faktor penting untuk
mencegah terjadinya refluks isi lambung (Heymann & Porth, 2004). 
4. Lambung

 Terletak di superior kiri rongga abdomen

 Dibagi menjadi 4 bagian, yaitu cardia (daerah yang

membuka ke arah esofagus), fundus (bagian yang

menonjol ke atas), korpus/badan (bagian tengah, di


bawah fundus), dan pilorus (bagian inferior yang

menyempit dan membuka ke arah usus halus)

Tahap-tahap Sekresi Lambung


1. Fase Sefalik (Fase Psikoneural) :
-Makanan dalam mulut memulai refleks perangsangan sekresi getah lambung
-Rangsangan berupa citarasa, bau dan penglihatan.-
-Defisiensi glukosa dalam otak juga merupakan rangsangan
-Melalui eferen Nervus Vagus menstimulasi :
-Sel parietal untuk mensekresi HCl
-Sel G pada antrum pilorus untuk mensekresi gastrin
2. Fase Lokal (Fase Gastrik)
-Gastrin dilepas bila isi lambung kontak dengan antrum, secara: mekanik dan kemis (kimiawi)
-Melalui aliran darah gastrin merangsang sekresi HCl
-Gastrin dihambat bila di dalam lumen pH kurang dari 3.
3. Fase Intestinal
-Sekresi lambung ditingkatkan dengan jalur hormonal, oleh: regangan duodenum dan absorbsi
asam amino yang meningkat
Sekresi lambung dihambat oleh hormon enterogastron Yang dikeluarkan duodenum, bila : pH
kimus
yang memasuki duodenum rendah atau Lemak dalam kimus meningkat.

Laju sekresi lambung dapat dipengarui oleh (1) faktor-faktor yang


muncul sebelum makanan mencapai lambung, (2) faktor-aktor yang
disebabkan oleh keberadaan makanan di lambung, dan (3) faktor
faktor di duodenum setelah makanan meninggalkan lambung.
Karena itu, sekresi lambung dibagi menjadi tiga fase-fase sefalik
lambung, dan usus.
FASE SEFALIK Fase sefalik sekresi lambung merujuk kepada
peningkatan sekresi HCl dan pepsinogen yang terjadi melalui
mekanisrne umpan maju sebagai respons terhadap rangsangan yang
bekerja di kepala bahkan sebelum makanan mencapai lambung
(sefarik artinya "kepala"). Memikirkan, mencicipi, menghidu,
mengunyah, dan menelan Makanan meningkatkan sekresi lambung
oleh aktivitas vagus melalui dua cara. Pertama, stimulasi vagus
terhadap pleksus intrinsik mendorong peningkatan sekresi ACh,
yang menyebabkan peningkatan sekresi HCl dan pepsinogen oleh sel
sekretorik. Kedua, stimulasi vagus pada sel G di dalam PGA
menyebabkan pembebasan gastrin, yang pada gilirannya semakin
meningkatkan sekresi HCl dan pepsinogen, dengan efek HCI
mengalami potensiasi oleh pelepasan histamin yang dipicu gastrin
(Tabel 16-4).
FASE LAMBUNG Fase lambung sekresi lambung berawal ketika
makanan mencapai lambung. Rangsangan yang bekerja di lambung.
Rangsangan yang bekerja di lambung—yaitu protein, khurusnya
potongan peptida, perenggangan, kafein, dan alkohol—
meningkatkan sekresi lambung melalui jalur-jalur eferen yang
tumpang-tindih. Sebagai contoh, protein dan peptida pendek di
lumen lambung, perangsang paling kuat, merangsang kemoreseptor
yang mengaktifkan pleksus saraf intrinsik yang menginduksi sekresi
gastrik. Selain itu, protein menyebabkan pengaktifan serat vagus
ekstrinsikke lambung. Aktivitas vagus semakin meningkatkan
stimulasi saraf intrinsik pada sel sekretorik dan memicu pelepasan
gastrin. Protein juga secara langsung merangsang pengeluaran
gastrin. Gastrin, pada gilirannya, adalah perangsang kuat bagi sekresi
HCl dan pepsinogen lebih lanjut. Melalui jalur-jalur yang sinergistik
dan tumpang-tindih ini, protein menginduksi sekresi getah lambung
yang sangat asam dan kaya pepsin, yang melanjutkan pencernaan
protein yang menjadi pemicu proses ini (Tabel 16-4).
Ketika lambung teregang oleh makanan kaya proten yang perlu
dicerna, respons-respons sekretorik ini merupakan hal yang sesuai.
Kafein dan, dengan tingkat yang lebih rendah, alkohal juga
merangsang sekresi getah lambung yang sangat asam, meskipun
tidak terdapat makanan. Asam yang tidak dibutuhkan ini dapat
mengiritasi lapisan dalam lambung dan duodenum. Karena itu,
penderita tukak atau hiperasiditas larnbung perlu menghindari
kafein dan minuman beralkohol.
FASE LAMBUNG Fase usus sekresi lambung mencakup faktor
faktor yang berasal dari usus halus yang memengaruhi sekresi.
Sekresi Lambung secara bertahap menurun sewaktu makanan di kosongkan dari
lambung ke dalam duodenum
Anda kini mengetahui faktor-faktor yang mengaktiflcan sekresi
lambung sebelum dan sewaktu makan, tetapi bagaimana aliran getah
lambung terhenti ketika tidak lagi dibutuhkan? Sekresi lambung
secara bertahap dikurangi melalui tiga cara setelah lambung kosong
(Tabel 16-5):
Sewaktu makanan secara bertahap dikosongkan ke duodenum, 1.
perangsang utama meningkatnya sekresi lambung—adanya protein di
lambung—lenyap.
2. Setelah makanan meninggalkan lambung, getah lambung
menumpuk sedemikian rupa sehingga pH lambung turun sangat
rendah. Penurunan pH di dalam lumen lambung ini terjadi terutama
karena protein makanan yang semula mendapar HCI tidak lagi
terdapat di lumen karena lambung telah kosong. (Ingat kembali
bahwa protein bertungsi sebagai dapar yang baik; lihat h. 596).
Somatostatin dibebaskan sebagai respons terhadap tingkat keasaman
Iambung yang tinggi ini (pH kurang dari 3). Sekresi lambung
berkurang akibat efek inhibitorik somatostatin.
Rangsangan yang sama yang menghambat motilitas lambung 3.
(Iemak, asam, hipertonisitas, atau peregangan di duodenum yang
ditimbulkan oleh pengosongan isi lambung ke dalam duodenum)
juga menghambat sekresi lambung. Refleks enterogastrik dan
enterogastron menekan sel-sel sekretorik lambung senientara
keduanya secara bersamaan mengurangi kekuatan peristalsis antrum.
Respons inhibitorik ini adalall fase usus sekresi lambung.
-Kelenjar gastrik atau oksintik terutama mnsekresi getah pencernaan dan terletak di
dalam mukosa korpus dan fundus

- Kelenjar pilorus terutama mensekresi mukus untuk perlindungan mukosa pilorus dan
kelenjar pilorus terletak pada bagian antrum lambung

- Sekresidigestif dan glandula gastrika

Terdiri dari 3 jenis sel:

1). Sel leher mukosa,yang mensekresi mukus

2). Sel peptik (utama) yang mensekresi enzim-enzim pencernaan pepsin

3). Sel parietal (oksintik) yang mensekresi asam hidroklorida

Lambung
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya
menjadi bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan
lambung ditandai oleh adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan
rugae. Invaginasi epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut menembus
lamina propria, membentuk alur mikroskopik yang dinamakan gastric
pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang
terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric
pits ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel
toraks yang mensekresi mukus. Lambung secara struktur histologis
dapat dibedakan menjadi: kardia, korpus, fundus, dan pylorus.

 b.Sekresi di lambung Selain terdapat sel pensekresi mukus yang berada pada seluruh
permukaan lambung, mukosa lambung memiliki dua tipe kelenja, yaitu kelenjar
oxyntic (atau gatric) dan
kelenjar  pilorik. Kelenjar oxyntic yang berlokasi di 80% proksimal lambung (pada bo
dy dan fundus), mensekresi hydrochloric acid (HCl), pepsinogen, faktor intrinsik, dan
mukus. Sementara itu, kelenjar pilorik berada pada 20% distal, atau antrum. Hasil
sekresi kelenjar pilorik adalah kebanyakan mukus, beberapa pepsinogen, dan hormon
gastrin. Sel di fundus juga mensekresi lipase, sebuah enzim yang menghancurkan
lemak menjadi asam lemak dan digliserida. Karena lipase yang diproduksi oleh
pankreas jumlahnya banyak, maka hilangnya lipase dari lambung tidak mengubah
pencernaan lemak. Namun tetap saja kontribusi lipase gaster dapat menjadi
signifikan  pada bayi baru lahir dan seseorang dengan defisiensi dan inaktivasi lipase
pankreas.
- b.Motilitas di lambung 
Makanan yang belum tercampur disimpan di fundus sekitar 1 jam (Carol,
2007).Selama  periode ini, terdapat pemisahan makanan menurut kepadatan, dengan c
ara lemak naik ke  permukaan isi lambung. Cairan dapat mengalir
dan menumpuk di bagian bawah. Pemisahan ini menyebabkan urutan pengosongan
lambung ke duodenum, yaitu pertama cairan, padatan, dan akhirnya lemak. Terdapat
dua tipe motilitas yang terjadi di perut, yaitu peristaltik dan
segmentasi (pencampuran). Peristaltik dimulai dari gelombang pada sfingter bawah
esophageal dan
terus  bergerak menuju sfingter pilorik menyebabkan kontraksi dan terjadi setiap 20 d
etik. Sementara itu, setelah sfingter pilorik tertutup dan antrum berkontraksi, terjadi
gerakan mencampur. Ketika seseorang menelan makanan, otot halus di fundus
berelaksasi sebelum kedatangan makanan. Hal ini disebut receptive relaxation dan
dimediasi oleh saraf parasimpatis
kesaraf  pleksus enterik lambung, dengan koordinasi oleh pusat menelan di otak (Van
der et al, 2001). Ketika makanan di esofagus, lambung memproduksi gelombang
peristaltik untuk merespon kedatangan makanan. Setiap gelombang hanya
menghasilkan riakan dan diteruskan ke antrum. Antrum berkontraksi, dan
menyebabkan pencampuran isi lambung dan menutup sfingter pilorik (yang
menghubungkan antrum dengan duodenum). Akibat dari tertutupnya sfingter, hanya
sedikit kime yang keluar menuju duodenum, dan isi lambung mundur menyebabkan
aktivitas pencampuran di antrum. Makanan yang telah bercampur dengan sekresi
lambung disebut kime. Peningkatan motilitas lambung, meningkatkan pengosongan
lambung.
3. Kerongkongan (oesofagus)
Merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung. Sepertiga
bagian atasnya terdiri dari otot lurik, sedang duapertiga bagian bawahnya terdiri
dari otot polos. Makanan pada saluran ini hanya memerlukan waktu 6 detik
untuk sampai ke lambung sebab adanya gerak peristaltik (meremas) dinding
oesofagus. Gerakan ini terjadi karena otot memanjang dan melingkar dinding
oesofagus mengerut bergantian.
4. Lambung (ventrikulus)
Merupakan kantong besar yang terdapat di bawah sekat rongga badan, sedikit
agak ke kiri. Lambung terdiri atas 3 daerah, yaitu :
- daerah kardiak : paling dekat dengan hati dan merupakan tempat masuk
pertama kali makanan dari oesofsagus
- daerah fundus : bagian tengah yang membulat
- daerah pilorus : bagian bawah yang paling dekat dengan usus halus
Bagian dalam dari dinding lambung menghasilkan lendir atau musin, sedang
bagian fundus menghasilkan getah lambung. Dinding lambung dapat
menghasilkan hormon gastrin dan mengandung kelenjar getah lambung. Hormon
gastrin berguna untuk merangsang sekresi getah lambung. Kelenjar getah
lambung dapat menghasilkan HCl, pepsinogen dan renin.

Anda mungkin juga menyukai