Anda di halaman 1dari 2

1.

Mekanisme lapar dan kenyang


Mekanisme terjadinya rasa lapar/kenyang sangatlah kompleks. Pusat rasa
lapar/kenyang terdapat pada batang otak (hypothalamus). Hipotalamus merupakan
bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus interpedunkularis.
Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti. Hipotalamus terletak pada
anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf
autonomy. Pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama bergantung pada
interaksi antara dua area, yaitu area nafsu makan (lateral) di anyaman nucleus berkas
prosensefalon medial pada pertemuan dengan 20 serabut polidohipotalamik, serta
pusat rasa kenyang (medial) di nucleus vebtromedial.
2. Mekanisme kenelan-tersedak
- Tahap Volunter dan Proses Menelan.
Bila makanan sudah siap untuk ditelan, "secara sadar" makanan ditekan atau
didorong ke arah posterior ke dalam faring oleh tekanan lidah ke atas dan ke
belakang terhadap palatum.
- Tahap Faringeal dan Proses Menelan.
Saat bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus
merangsang daerah epitel reseptor menelan di sekeliling pintu faring, khususnya
pada tiang-tiang tonsil, dan sinyal-sinyal dari sini berjalan ke batang otak untuk
mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis sebagai berikut.
1. Palatum mole tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior, untuk
mencegah refluks makanan ke rongga hidung.
2. Lipatan palatofaringeal pada setiap sisi faring tertarik ke arah medial untuk
saling mendekat satu sama lain. Dengan cara ini lipatan-lipatan tersebut
membentuk celah sagital yang harus dilewati oleh makanan untuk masuk
ke dalam faring posterior. Celah ini melakukan kerja selektif, sehingga
makanan yang telah cukup dikunyah dapat lewat dengan mudah. Oleh
karena tahap penelanan ini berlangsung kurang dari 1 detik setiap benda
besar apa pun biasanya sangat dihambat untuk lewat masuk ke esofagus.
3. Pita suara pada laring menjadi sangat berdekatan, dan laring tertarik ke
atas dan anterior oleh otot-otot leher. Hal ini, digabung dengan adanya
ligamen yang mencegah gerakan epiglotis ke atas, menyebabkan epiglotis
bergerak ke belakang di atas pembukaan laring. Seluruh efek ini bekerja
bersama mencegah masuknya makanan ke dalam hidung dan trakea. Hal
yang paling penting adalah sangat berdekatannya pita suara, namun
epiglotis membantu mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita
suara. Kerusakan pita suara atau otot-otot yang membuatnya berdekatan
dapat menyebabkan strangulasi.
4. Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan ke
esofagus. Pada saat yang bersamaan, 3-4 cm di atas dinding otot esofagus,
yang dinamakan sfingter esofagus atas (juga disebut sfingter
faringoesofageal) berelaksasi. Dengan demikian, makanan dapat bergerak
dengan mudah dan bebas dari faring posterior ke dalam esofagus bagian
atas. Di antara penelanan, sfingter ini tetap berkontraksi dengan kuat,
sehingga mencegah udara masuk ke esofagus selama respirasi. Gerakan
laring ke atas juga mengangkat glotis keluar dari jalan utama makanan,
sehingga makanan terutama hanya melewati setiap sisi epiglotis dan bukan
melintas di atas permukaannya; hal ini menambah pencegahan terhadap
masuknya makanan ke dalam trakea.
5. Setelah laring terangkat dan sfingter faringoesofageal mengalami relaksasi,
seluruh otot dinding faring berkontraksi, mulai dari bagian superior faring,
lalu menyebar ke bawah melintasi daerah faring media dan inferior, yang
mendorong makanan ke dalam esofagus melalui proses peristaltikf
 Pada proses faringeal dan proses menelan dapat mengganggu pernafasan, yang
mengakibatkan dapat terjadinya tersedak

3. Enzim dan kandungan makanan


Enzim : Enzim glikosa fosfat, triosa fosfat, pirivat, asetil KoA
Kandungan : Glukosa, asam lemak, gliserol, asam amino

Referensi :
Hall, J. E., & Hall, M. E. (2020). Guyton and Hall textbook of medical physiology e-Book.
Elsevier Health Sciences.
Rodwell, V. W., Bender, D. A., Botham, K. M., Kennelly, P. J., & Weil, P. A. (2017). Biokimia
harper.

Anda mungkin juga menyukai