Mastikasi (Mengunyah)
Gigi sudah dirancang dengan sangat tepat untuk mengunyah. Gigi geligi anterior
(insisivi) bekerja sebagai pemotong yang kuat dan gigi geligi posterior (molar) bekerja
untuk menggiling. Semua otot rahang yang bekerja bersama-sama dapat menghasilkan
5 kekuatan gigit sebesar 55 pon pada insisivus dan 200 pon pada molar. Pada umumnya
otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik saraf kranial kelima, dan proses
mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak. Perangsangan daerah retikularis
spesifik pada pusat pengecapan di batang otak akan menimbulkan gerakan mengunyah
yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan bahkan di
10 korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu sering kali dapat
menimbulkan gerakan mengunyah.
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah. Adanya
bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan inhibisi refleks otot-otot
pengunyahan, yang menyebabkan rahang bawah turun ke bawah. Penurunan ini
15 kemudian menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan
kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang
menimbulkan pengatupan gigi geligi, tetapi juga menekan bolus pada mukosa mulut,
yang menghambat otot-otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang bawah turun
dan kembali rebound pada saat yang lain, dan ini terjadi berulang-ulang.
20 Mengunyah penting untuk pencernaan semua makanan, tetapi terutama sekali untuk
sebagian besar buah-buahan dan sayur-sayuran mentah karena mereka mempunyai
membran selulosa yang tidak dapat dicerna. Membran ini melingkupi bagian-bagian zat
nutrisi sehingga harus diuraikan sebelum makanan dapat dicerna. Selain itu, mengunyah
akan membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut: Enzim enzim
25 pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan; sehingga, kecepatan
pencernaan seluruhnya bergantung pada area permukaan total yang terpapar dengan
sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling makanan hingga menjadi partikel-partikel
dengan konsistensi sangat halus akan mencegah ekskoriasi traktus gastrointestinal dan
meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus halus,
30 kemudian ke semua segmen usus berikutnya.
2. Proses Menelan (Deglutasi)
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu
fungsi pernapasan dan menelan. Faring diubah hanya dalam beberapa detik menjadi
traktus untuk mendorong masuk makanan. Hal yang terutama penting adalah bahwa
5 respirasi tidak terganggu karena proses menelan. Pada umumnya, menelan dapat dibagi
menjadi (1) tahap volunter yang mencetuskan proses menelan, (2) tahap faringeal yang
bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam esofagus;
dan (3) tahap esofageal, yaitu fase involunter lain yang mengangkut makanan dari faring
ke lambung.
10 Tahap Volunter dan Proses Menelan. Bila makanan sudah siap untuk ditelan,
"secara sadar" makanan ditekan atau didorong ke arah posterior ke dalam faring oleh
tekanan lidah ke atas dan ke belakang terhadap palatum. Dari sini, proses menelan
menjadi seluruhnya atau hampir seluruhnya berlangsung secara otomatis dan umumnya
tidak dapat dihentikan.
15 Tahap Faringeal dan Proses Menelan. Saat bolus makanan memasuki bagian
posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah epitel reseptor menelan di
sekeliling pintu faring, khususnya pada tiang-tiang tonsil, dan sinyal-sinyal dari sini
berjalan ke batang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara
otomatis sebagai berikut.
20 1. Palatum mole tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior, untuk mencegah
refluks makanan ke rongga hidung.
2. Lipatan palatofaringeal pada setiap sisi faring tertarik ke arah medial untuk
saling mendekat satu sama lain. Dengan cara ini lipatan-lipatan tersebut
membentuk celah sagital yang harus dilewati oleh makanan untuk masuk ke
25 dalam faring posterior. Celah ini melakukan kerja selektif, sehingga makanan
yang telah cukup dikunyah dapat lewat dengan mudah. Oleh karena tahap
penelanan ini berlangsung kurang dari 1 detik, setiap benda besar apa pun
biasanya sangat dihambat untuk lewat masuk ke esofagus.
3. Pita suara pada laring menjadi sangat berdekatan, dan laring tertarik ke atas dan
30 anterior oleh otot-otot leher. Hal ini, digabung dengan adanya ligamen yang
mencegah gerakan epiglotis ke atas, menyebabkan epiglotis bergerak ke
belakang di atas pembukaan laring. Seluruh efek ini bekerja bersama mencegah
masuknya makanan ke dalam hidung dan trakea. Hal yang paling penting adalah
sangat berdekatannya pita suara, namun epiglotis membantu mencegah makanan
agar sejauh mungkin dari pita suara. Kerusakan pita suara atau otot-otot yang
5 membuatnya berdekatan dapat menyebabkan strangulasi.
4. Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan ke esofagus.
Pada saat yang bersamaan, 3-4 cm di atas dinding otot esofagus, yang dinamakan
sfingter esofagus atas (juga disebut sfingter faringoesofageal) berelaksasi.
Dengan demikian, makanan dapat bergerak dengan mudah dan bebas dari faring
10 posterior ke dalam esofagus bagian atas. Di antara penelanan, sfingter ini tetap
berkontraksi dengan kuat, sehingga mencegah udara masuk ke esofagus selama
respirasi. Gerakan laring ke atas juga mengangkat glotis keluar dari jalan utama
makanan, sehingga makanan terutama hanya melewati setiap sisi epiglotis dan
bukan melintas di atas permukaannya; hal ini menambah pencegahan terhadap
15 masuknya makanan ke dalam trakea.
5. Setelah laring terangkat dan sfingter faringoesofageal mengalami relaksasi,
seluruh otot dinding faring berkontraksi, mulai dari bagian superior faring, lalu
menyebar ke bawah melintasi daerah faring media dan inferior, yang mendorong
makanan ke dalam esofagus melalui proses peristaltik.
20 Tahap Esofageal Proses Menelan. Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan
makanan secara cepat dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk
fungsi tersebut.
Normalnya, esofagus memperlihatkan dua tipe gerakan peristaltik: peristaltik
primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer hanya merupakan kelanjutan dari
25 gelombang peristaltik yang dimulai di faring dan menyebar ke esofagus selama tahap
faringeal dari proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung dalam
waktu sekitar 8 sampai 10 detik. Makanan yang ditelan seseorang pada posisi tegak
biasanya dihantarkan ke ujung bawah esofagus, bahkan lebih cepat daripada gelombang
peristaltik itu sendiri, sekitar 5 sampai 8 detik, akibat adanya efek gravitasi tambahan
30 yang menarik makanan ke bawah.
Jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong semua makanan yang telah
masuk esofagus ke dalam lambung, terjadi gelombang peristaltik sekunder yang
dihasilkan dari peregangan esofagus oleh makanan yang tertahan, gelombang ini terus
berlanjut sampai semua makanan dikosongkan ke dalam lambung. Gelombang peristaltik
5 sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf intrinsik dalam sistem saraf mienterikus
dan sebagian oleh refleks-refleks yang dimulai pada faring lalu dihantarkan ke atas
melalui seratserat aferen vagus ke medula dan kembali lagi ke esofagus melalui serat-
serat saraf aferen glosofaringeal dan vagus.
Susunan otot dinding faring dan sepertiga bagian atas esofagus adalah otot lurik.
10 Oleh karena itu, gelombang peristaltik di daerah ini diatur oleh sinyal saraf rangka dari
saraf glosofaringeal dan saraf vagus. Pada dua pertiga bagian bawah esofagus, susunan
ototnya merupakan otot polos, namun bagian esofagus ini juga secara kuat diatur oleh
saraf vagus yang bekerja melalui perhubungan dengan sistem saraf mienterikus
esofageal. Jika saraf vagus yang menuju esofagus dipotong, setelah beberapa hari pleksus
15 saraf mienterikus esofagus menjadi cukup peka rangsang untuk menimbulkan gelombang
peristaltik sekunder yang kuat bahkan tanpa bantuan refleks vagal. Oleh karena itu,
bahkan sesudah paralisis refleks penelanan batang otak, makanan yang dimasukkan
melalui selang atau dengan cara lain ke dalam esofagus tetap siap memasuki lambung.
3. Pencampuran dan Propulsi Makanan dalam Lambung
20 Getah pencernaan lambung disekresikan oleh kelenjar gastrik, yang berada pada
hampir seluruh dinding korpus lambung kecuali sepanjang garis sempit di kurvatura
minor lambung. Sekresi ini terjadi dengan segera saat berkontak dengan bagian makanan
yang disimpan terletak berhadapan dengan permukaan mukosa lambung. Selama
lambung berisi makanan, gelombang konstriktor peristaltik lemah, juga disebut
25 gelombang pencampur, mulai timbul di bagian tengah sampai ke bagian yang lebih atas
dinding lambung dan bergerak ke arah antrum sekitar satu kali setiap 15 sampai 20 detik.
Gelombang ini ditimbulkan oleh irama listrik dasar dinding lambung, yang telah
didiskusikan dalam Bab 62, terdiri atas "gelombang pendek" listrik yang terjadi secara
spontan pada dinding lambung. Saat gelombang konstriktor berjalan dari korpus lambung
30 ke dalam antrum, gelombang tersebut menjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat kuat
dan menimbulkan cincin konstriktor yang digerakkan oleh potensial aksi peristaltik yang
kuat, yang mendorong isi antrum di bawah tekanan yang semakin lama semakin tinggi ke
arah pilorus.
Cincin konstriktor ini juga memainkan peran penting dalam mencampur isi lambung
melalui cara berikut. Setiap kali gelombang peristaltik melewati dinding antrum bergerak
5 ke bawah menuju pilorus, gelombang itu menembus isi makanan semakin dalam pada
antrum. Tetapi pembukaan pilorus masih cukup sempit sehingga hanya beberapa mililiter
atau kurang isi antrum yang dikeluarkan ke dalam duodenum pada setiap gelombang
peristaltik. Demikian juga, ketika setiap gelombang peristaltik mendekati pilorus, otot
pilorus itu sendiri sering berkontraksi, yang selanjutnya menghalangi pengosongan
10 melalui pilorus. Oleh karena itu, sebagian besar isi antrum akan diperas terbalik arahnya
melalui cincin peristaltik menuju korpus lambung, tidak menuju pilorus. Sehingga,
gerakan cincin konstriktif peristaltik, digabung dengan kerja memeras dengan arah
terbalik, disebut "retropulsi": adalah mekanisme pencampuran yang sangat penting dalam
lambung.
15
Sumber gambar : Sherwood.fisiologi manusia.edisi 8.2014
15 Sumber bacaan :
1. Sherwood. Fisiologi manusia.edisi 8. 2014
2. Guyton. Fisiologi kedokteran. Edisi 9. 1997