1, Juni 2002: 31 - 35
H
iperleukositosis merupakan salah satu Hiperleukositosis
kegawatan onkologi yang memerlukan
penanganan segera. Meningkatnya mor- Hiperleukositosis adalah peningkatan jumlah sel leukosit
biditas dan mortalitas pada pasien leukemia darah tepi melebihi 100 000/ul. 1,2 Peningkatan
seringkali ditemukan pada keadaan hiperleukositosis. berlebihan sel leukosit ini terjadi akibat gangguan
Apabila keadaan ini tidak ditangani dengan tepat dan pengaturan pelepasan sel leukosit dari sumsum tulang
segera dapat menimbulkan kematian akibat perdarahan sehingga leukosit yang beredar dalam sirkulasi
intrakranial dan atau pulmonal, serta gangguan berlebihan.2
metabolik karena lisisnya sel leukemia.3,4 Hiperleukositosis dapat ditemukan pada 6-15%
Makalah ini akan membahas evaluasi pasien LLA pasien leukemia limfositik akut (LLA), 13-22% pasien
dengan hiperleukositosis di Bagian IKA FKUI/RSCM, leukemia non-limfositik akut dan pada hampir semua
Jakarta. pasien mielogenus kronis. Di Bagian IKA FKUI/
RSCM Jakarta dalam kurun waktu Mei 1994
Desember 2000 terdapat 57 (22%) pasien dengan
Dr. Caroline Mulawi. Peserta Program studi Ilmu Kesehatan Anak FKUI- hiperleukositosis dari 262 pasien LLA. Sebagian besar
RSCM. pasien berusia antara 2-9 tahun dan 61% datang
pertama kali dengan jumlah leukosit >100.000/ul
Alamat Korespondensi:
(Tabel 1).
Dr. Endang Windyastuti SpA(K)
Staf Subbagian Hematologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Hiperleukositosis dapat menyebabkan viskositas
Jl. Salemba no.6, Jakarta 10430. darah meningkat, terjadi agregasi serta trombus sel blas
Telepon: 021-31901170. pada mikrosirkulasi. Selain itu akibat ukuran sel blas
31
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002
Tabel 1. Karakteristik klinis pasien LLA dengan hiperleukositosis lekostasis yang ditemukan adalah delirium, penglihatan
di Bagian IKA FKUI-RSCM (1994-2000) kabur, hipoksia dan sesak nafas.
Parameter Jumlah Penghancuran sel abnormal berlebihan pada keadaan
Jenis kelamin Laki-laki 36 hiperleukositosis bisa berlangsung secara spontan atau
Perempuan 21 setelah terapi sitostatika. Pada keadaan ini harus dipantau
terjadinya sindrom lisis tumor yang dapat mengakibatkan
Usia (tahun) <1 2 gangguan metabolik dan gagal ginjal akut.7,8
1-2 6
2-9 35
>10 14 Sindrom Lisis Tumor pada Hiperleu-
kositosis
Jumlah leukosit (x103/ul) >50-100 22
>100-200 28 Gangguan metabolik yang sering ditemukan pada
>200 7 keadaan sindrom lisis tumor adalah hiperurisemia,
hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hipokalsemia, tetapi
yang lebih besar dibanding sel leukosit matur, serta dapat juga terjadi asidosis laktat dan azotemia.7,8
tidak mudah berubah bentuk menyebabkan sel blas Gangguan metabolik biasanya terjadi pada
akan mudah terperangkap dan menimbulkan oklusi sindrom lisis tumor dan seringkali ditemukan pada
pada mikrosirkulasi. Keadaan ini disebut dengan pasien limfoma non-Hodgin dan leukemia limfositik
leukostasis.1,3 akut.7 Derajat metabolik yang terjadi pada sindrom
Organ tubuh yang paling sering mengalami leukostasis lisis tumor dipengaruhi oleh saat awal pengobatan
adalah susunan saraf pusat dan paru. Leukostasis akan kemoterapi dan intensitasnya, jumlah ion intraselular
menyebabkan perfusi yang buruk dan terjadi hipoksia, yang keluar, hidrasi yang adekuat, status asam basa dan
metabolisme anaerob, asidosis laktat, akhirnya akan laju filtrasi glomerulus.6,8 Sindrom lisis tumor dapat
menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah dan terjadi secara spontan, yaitu sebelum kemoterapi
perdarahan. Bila leukostasis terjadi pada susunan saraf dimulai atau sampai 5 hari setelah kemoterapi
pusat maka akan terdapat gejala klinis berupa pusing, diberikan.7,9 Lisis sel tumor menyebabkan terjadinya
penglihatan kabur, tinitus, ataksia, delirium, perdarahan pelepasan kalium secara cepat, asam urat yang berasal
retina dan perdarahan intra kranial.4-6 dari asam nukleat dan fosfat intraselular ke ekstraselular.
Gejala klinis yang berhubungan dengan lekostasis Dengan demikian terjadilah keadaan hiperkalemia,
pada paru ialah takipne, dispne, hipoksia dan gagal hiperurisemia, hiperfosfatemia dengan hipokalsemia
nafas. Pada Tabel 1 terlihat gejala klinis pada 57 pasien sekunder.7-9
dengan hiperleukositosis, lebih dari 80% datang
dengan hepatomegali dan splenomegali, sedang gejala Hiperurikemia
Tabel 2. Gejala klinis pasien LLA dengan hiperleukositosis Hiperurikemia dapat timbul secara spontan atau
Di Bag IKA FKUI/RSCM, Jakarta (1994-2000) sebagai komplikasi dari perusakan cepat dari sel tumor
akibat kemoterapi. Keadaan ini ditandai dengan
Gejala Jumlah Leukosit (x103/ul)
peningkatan kadar asam urat darah melebihi 7 mg/
Klinis 50-100 >100-200 > 200 dl dan dapat mencapai 20 mg/dl bahkan lebih.5 Asam
Hepatomegali 18 23 6
urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dan
Splenomegali 18 26 6
diekskresi oleh ginjal. Di dalam hati, xantin dan
Adenopati 10 10 4
hipoxantin dikatalisisasi oleh xantin oksidase menjadi
Delirium 0 2 0
asam urat. Sebanyak kira-kira 98% asam urat
Mata kabur 2 5 4
terionisasi pada keadaan asam-basa fisiologis (pK asam
Hipoksia 7 7 6
urat 5,6).10 Daya larut asam urat sangat buruk pada
Sesak nafas 13 20 7
keadaan urin yang bersifat asam namun relatif larut
di dalam plasma. Jika kapabilitas ekskresi ginjal
Jumlah pasien 22 28 7 terlampaui, akan terjadi nefropati asam urat. 9
32
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002
33
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002
fatal, maka intervensi dini dan adekuat harus segera makai cation exchange resin untuk mengikat kalium.
dilakukan untuk menurunkan jumlah leukosit. Bila Selain itu dapat digunakan antagonis kalsium glukonas.
dijumpai keadaan hiperleukositosis, maka harus segera Pemberian sodium bikarbonat untuk mengoreksi
dilakukan tindakan yang meliputi hidrasi yang agresif, asidosis laktat dapat menyebabkan perpindahan kalium
alkalinisasi urin dan pemberian allopurinol.1,9,12 ke dalam sel. Dekstrosa hipertonik dan insulin juga
Hidrasi dilakukan dengan cairan parenteral glukosa dapat digunakan untuk menurunkan kadar kalium
5% dalam 0,225% normal salin, sebanyak 2-3 kali serum. 9 Untuk menurunkan kadar fosfat dapat
kebutuhan cairan rumatan atau 2-3 liter/m2/hari digunakan aluminium hidroksida, selain itu dapat juga
untuk mendapatkan diuresis minimal 3 cc/kg/hari.5711 dipakai dekstrosa hipertonik dan insulin. Dengan
Alkalinisasi urin dilakukan dengan menambahkan mengoreksi hiperfosfatemia secara tidak langsung juga
sodium bikarbonat ke dalam cairan parenteral sebanyak akan memperbaiki keadaan hipokalsemia.9,11
40-60 meq/L untuk mempertahankan pH urin antara Sitostatik diberikan secara bertahap. Pada
7,0-7,5. 2 Dengan kenaikkan pH urin tersebut leukemia limfositik akut, beberapa ahli menganjurkan
menyebabkan asam urat terionisasi sehingga mencegah pemberian kortikosteroid dosis rendah untuk
pembentukan kristal asam urat. Namun bila terjadi mereduksi leukosit setelah hidrasi, alkalinisasi dan
alkalinisasi yang berlebihan, dapat menyebabkan pemberian allopurinol dimulai. 5
deposisi kompleks kalsium-fosfat yang kemudian akan
terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus. Oleh karena
itu perlu dilakukan pemantauan ketat pH urin.8,10 Prognosis
Pemberian allopurinol dengan dosis 200-300 mg/m2/
hari atau 10 mg/kgBB/hari ditujukan untuk menu- Pasien LLA dengan hiperleukositosis termasuk dalam
runkan konsentrasi asam urat plasma.2 Obat ini golongan risiko tinggi sehingga prognosis lebih buruk
diberikan sampai didapatkan pH urin mencapai sekitar dibandingkan dengan mereka yang mempunyai
7,5.4,6,9 jumlah leukosit <50 000/ul. 1,6,16 Selain prognosis
Allopurinol sebagai analog hipoxantin, bekerja dipengaruhi oleh jumlah leukosit, ada beberapa faktor
dengan cara mengurangi konsentrasi asam urat dengan lain yang juga berperan seperti usia, fenotip,
menginhibisi xantin oksidase, sehingga konversi dari sitogenetik dan respons terhadap pemberian
hipoxantin dan xantin menjadi asam urat tidak prednison.17 Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi
terjadi.11 Urikolitik yang lain adalah enzim urat pada pasien dengan leukosit >50.000/ul dan sebagai
oksidase, yang dapat mengubah asam urat menjadi penyebab kematian yang terjadi pada fase induksi
alantoin. Dikatakan bahwa alantoin ini adalah kemoterapi umumnya oleh karena sepsis dan
metabolit yang 5-10 kali lebih larut dibanding asam perdarahan hebat.6,17
urat. Pui, dkk dan Goldman, dkk lebih menganjurkan Di Bagian IKA FKUI/RSCM, diantara 22 kasus LLA,
penggunaan urat oksidase rekombinan untuk remisi dicapai pada 44 (77%), dan 13 (22,8%) pasien
mengobati hiperurisemia yang berat pada kasus dengan hiperleukositosis meninggal pada fase induksi
leukemia akut di Amerika dibanding bentuk non- (Tabel 4). Kesintasan 5 tahun (5 years overall survival
rekombinan yang dapat menyebabkan gejala hiper- rate) pasien LLA dengan hiperleukositosis di negara maju
sensitivitas. 13,14 Di lain pihak, Patte, dkk dalam sebesar 70%,6,16,17 sedang di Bagian IKA FKUI/RSCM
penelitiannya mendapatkan kejadian gangguan sebesar 57,8%. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena
metabolik pada pasien leukemia menurun setelah adanya variasi biologik, perbedaan protokol pengobatan
pemmberian urat oksidase bentuk non-rekombinan dan adalah kualitas perawatan penunjang.
dan kejadian anafilaksis yang ditemukan sangat
rendah.15 Jika dengan allopurinol keadaan hiper-
urikemia tidak dapat dicegah, keadaan ini akan Kesimpulan
berkembang menjadi oliguria atau anuria. Bila dengan
hidrasi tambahan dan pemberian furosemid tidak Hiperleukositosis, sebagai salah satu kegawatan
membantu, maka dipikirkan untuk dilakukan onkologi dapat memberikan dampak yang merugikan
hemodialisis.5,6 kepada pasien leukemia akibat komplikasi yang
Menurunkan kalium serum dapat dengan me- ditimbulkan. Salah satunya adalah gangguan metabolik
34
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002
Tabel 4. Outcome pasien LLA dengan hiperleukositosis di 4. Sinniah D, Bunin NJ. Hyperleukocytosis. Dalam:
Bagian IKA FKUI/RSCM (1994-2000) Dangio GJ, Sinniah D, Meadow AT, Evans AE,
Pritchard J, penyunting. Practical Pediatric Oncology,ed.
Jumlah leukosit
New York:Wiley-Liss, 1992. h. 37-39
outcome (x103/ul) 5. Ludwig H, Fritz E. Oncological emergencies. Dalam:
<100 >100 Cavalli F, Hansen H, penyunting. Textbook of medical
Remisi 17 27 oncology. London: Martin Dunitz Ltd; 1997. h. 395-418.
Relaps 6. Lange B, ONeill JA, Goldwein JW, Packer RJ, Ross III
AJ. Oncologic emergencies. Dalam: Pizzo PA, Poplack
* BMP 4 6 DG, penyunting. Principles and Practices of Pediatric
* BMP+SSP - 1 Oncology. Edisi ke-3, Philadelphia: Lippincott-Raven;
* SSP - 1 1997. h. 761-798
Meninggal 7. Sarnaik AP, Grupp SA, Konop R, Bergstrom SK, Chan
* Fase induksi 5 8 H, Coppes MJ. Tumor lysis syndrome. Medicine J 2001;
2 (9). Didapat dari: URL: http//www.tumor lysis syn-
* Fase pemeliharaan 1 3 drome from pediatric oncology.htm.
* Setelah relaps - 1 8. Jones DP, Mahmoud H, Chesney RW. Tumor lysis syn-
Overall Survival Rate* 57,8% drome: pathogenesis and management. Pediatr Nephrol
Jumlah pasien 22 35 1995; 9:206-12.
9. Jeha S. Tumor lysis syndrome. Semin Hematol 2001;
*QSR= pasien dengan risiko tinggi
38:4-8.
10. Pui CH. Introduction-optimal treatment of malignan-
yang mengikuti sindrom lisis tumor. Manifestasi yang cies associated with hyperuricemia. Semin Hematol
tampak adalah keadaan hiperurikemia, hiperkalemia, 2001; 38:1-3.
hiperfosfatemia, hipokalsemia dan kadang dapat 11. Wetzstein GA. Tumor lysis syndrome: a treatment guide.
Oncology special ed 2001; 4:123-6.
ditemukan asidosis laktat. Penanganan segera dan tepat, 12. He H, Li C, Han M. Acute lymphoblastic leukemia com-
seperti hidrasi dan alkalinisasi, ditambah pemberian plicated with tumor lysis syndrome-four cases report.
allopurinol, diharapkan dapat mengurangi komplikasi Zhonghua Xue Ye Xue Za Zhi 1999; 20:310-2. Abstrak.
yang terjadi. Tidak kalah penting adalah pemantauan 13. Pui CH. Urate oxidase in the prophylaxis or treatment
ketat dari zat-zat metabolik serta pH urin, sehingga of hyperuricemia: the United States experience. Semin
Hematol 2001; 38:21-4.
kita tahu sampai kapan hidrasi dan alkalinisasi 14. Goldman SC, Holcenberg JS, Finklestein JZ, dkk. A ran-
dilakukan, dan kapan terapi sitostatik dimulai. domized comparison between rasburicase and allopu-
Prognosis pasien leukemia dengan hiperleukositosis rinol in children with lymphoma or leukemia at high
pada umumnya buruk. risk for tumor lysis. Blood 2001; 97:2998-3003. Abstrak.
15. Patte C, Sakiroglu O, Sommelet D. European experi-
ence in the treatment of hyperuricemia. Semin Hematol
2001; 38:9-12.
Daftar Pustaka 16. Schrappe M, Ruter A, Ludwig W-D, Harbott J,
Zimmermann M, Hiddemann W, Niemeyer C et al.
1. Niemeyer CM, Sallan SE. Acute lymphoblastic leuke- Improved uotcome in childhood acute lymphoblastic
mia. Dalam: Nathan D, Oski F, penyunting. Hematol- leukemia despite reduced use of anthracycline and cra-
ogy of infancy and childhood. Edisi ke-4. Philadelphia: nial radiotherapy: results of trial ALL-BFM 90. Blood
WB Saunders; 1993. h. 1249-74. 2000; 95:3310-22.
2. Taylor DS. Oncologic emergencies. eMedicine J 2002 17. Ishii E, Eguchi H, Matsuzaki A, Koga H, Yanai F, Kuroda
March; 3(3). Didapat dari: URL: http//www.eMedicine H dkk. Outcome of Acute lymphoblastic leukemia in
journal.htm. children with Al 90 Regimen. Impact of response to treat-
3. Inoue S. Leukocytosis. eMedicine J 2002 Jan; 3(1). ment and sex difference on prognosis factor. Med Ped
Didapat dari: URL: http//www.eMedicine journal.htm. Oncol 2002; 37:10-19.
35