Anda di halaman 1dari 17

DEFINISI KATARAK

Definisi

katarak

menurut

WHO

adalah

kekeruhan

yang

terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke


dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat

terjadi

pada

anak-anak

yang

lahir

dengan

kondisi

tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi


atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun
(Ilyas, 2005).
ANATOMI LENSA
Lensa

adalah

struktur

kristalin

berbentuk

bikonveks

dan

transparan. Lensa memiliki dua permukaan, yaitu permukaan


anterior dan posterior. Permukaan posterior lebih cembung
daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior 10 mm
dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10
mm dan ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir, kemudian
berkembang hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa 135 mg
pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun
(Vaughan, 2000).
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan
posterior iris dan badan vitreus. Lensa bersama dengan iris
membentuk diafragma optikal yang memisahkan bilik anterior
dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa tidak memiliki
serabut

saraf,

pembuluh

darah,

dan

jaringan

ikat.

Lensa

dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang berada di


antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang bersal dari
ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa
secara sirkular (Vaughan, 2000).

Secara histologi lensa dibagi menjadi beberapa bagian


1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis
dan

transparan tersusun

berasal

dari

sel-sel

dari
epitel

mempertahankan bentuk lensa

kolagen

tipe

lensa.

IV

Kapsul

yang
ini

pada saat akomodasi.

Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior


dan posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis
berada di bagian tengah kutub posterior
2. Epitel lensa
Epitel Lensa tepat di belakang kapsul anterior lensa dan
berbentuk kuboid. Terdapat satu lapis sel-sel epitel. Selsel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang
dilakukan sel-sel lainnya, seperti
protein

dan

lipid.

Sel-sel

sintesis
tersebut

DNA,
juga

RNA,
dapat

membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa.


Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator
lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
3. Serat Lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai
struktur tipis dan gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang
sangat terdiferensiasi dan berasal dari sel-sel subkapsular.
Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan
menjadi sangat panjang. Sel-sel ini berisikan sekelompok
protein yang disebut kristalin (Vaughan, 2000).

ETIOLOGI
Etiologi pada katarak multifaktorial, antara lain:
a. Radikal bebas
Radikal bebas adalah adalah atom atau meolekul yang
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.
Radikal bebas dapat merusak protein, lipid, karbohidrat dan
asam nukleat sel lensa. Radikal bebas dapat dihasilkan oleh
hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron monovalen
dari oksigen yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air
pada jalur sitokrom, dan dari agen eksternal seperti energi
radiasi.

Contoh-contoh

radikal

oksigen

adalah

anion

superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal


peroksil (ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal
(O2), dan hidrogen peroksida (H2O2). Agen oksidatif tersebut
dapat memindahkan atom hidrogen dari asam lemak tak
jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan
menyerang oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida.
Reaksi ini lebih lanjut akan membentuk lipid peroksida lalu
membentuk

malondialdehida

(MDA).

MDA

ini

dapat

menyebabkan

ikatan

silang

antara

lemak

dan

protein.

Polimerisasi dan ikatan silang protein menyebabkan agregasi


kristalin dan inaktivasi enzim-enzim yang berperan dalam
mekanisme

antioksidan

seperti

katalase

dan

glutation

reduktase. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan kekeruhan


pada lensa.
b. Radiasi ultraviolet
Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas
pada lensa karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV
menuju lensa. UV memiliki energi foton yang besar sehingga
dapat meningkatkan molekul oksigen dari bentuk triplet
menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies
oksigen reaktif.
c. Merokok
Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan hubungan
antara merokok dan penyakit katarak. Hasil penelitian Cekic
(1998) menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan
akumulasi kadmium di lensa. Kadmium dapat berkompetisi
dengan kuprum dan mengganggu homeostasis
Kuprum

penting

untuk

aktivitas

fisiologis

kuprum.

superoksida

dismutase di lensa. Sehingga dengan adanya kadmium


menyebabkan
antioksidan

fungsi

terganggu.

superoksida
Hal

ini

dismutase

menyebabkan

sebagai
terjadinya

kerusakan oksidatif pada lensa dan menimbulkan katarak.


Disebutkan juga bahwa kadmium dapat mengendapkan lensa
sehingga timbul katarak.
d. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta
karoten
Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang
berfungsi menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada
lensa sehingga dapat mencegah terjadinya katarak.
e. Dehidrasi
Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan
kerusakan pada lensa. Hal ini disebabkan karena perubahan

komposisi

elektrolit

pada

lensa

dapat

menyebabkan

kekeruhan pada lensa.


f. Trauma
Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein
lensa sehingga timbul katarak.
g. Infeksi
Uveitis kronik sering menyebabkan katarak. Pada uveitis
sering

dijumpai

sinekia

posterior

yang

menyebabkan

pengerasan pada kapsul anterior lensa.


h. Obat-obatan seperti kortikosteroid.
Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan
resiko terjadinya katarak. Jenis katarak yang sering pada
pengguna kortikosteroid adalah katarak subkapsular.
i. Penyakit sistemik seperti diabetes
Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa.
Tingginya kadar gula darah menyebabkan tingginya kadar
sorbitol lensa. Sorbitol ini menyebabkan peningkatan tekanan
osmotik lensa sehingga lensa menjadi sangat terhidrasi dan
timbul katarak.
j. Genetik
Riwayat keluarga meningkatkan resiko terjadinya katarak dan
percepatan maturasi katarak.
k. Usia
l. Myopia
Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan
penurunan kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan
terjadinya kekeruhan pada lensa (James, 2006)
KLASIFIKASI KATARAK
Klasifikasi katarak senilis berdasarkan morfologinya (Vaughan,
2000).
a. Katarak kapsular
adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa, dapat
berupa katarak kapsular anterior dan katarak kapsular
posterior. Katarak kapsular dapat disebabkan oleh usia,

uveitis yang berhubungan dengan sinekia posterior, obatobatan, radiasi, dan trauma.
b. Katarak subkapsular
adalah katarak yang melibatkan bagian superfisial korteks
atau tepat di bawah kapsul lensa dapat berupa katarak
subkapsular anterior dan katarak subkapsular posterior.
Katarak subkapsular posterior dapat terjadi akibat usia,
radiasi, konsumsi steroid, diabetes, myopia berat dan
degenerasi retina. Katarak subkapsular posterior dapat
terjadi bersamaan dengan katarak subkapsular posterior
dan dapat disebabkan oleh jejas lokal, iritasi, uveitis dan
radiasi.
c. Katarak kortikal
adalah katarak

yang

melibatkan

korteks

lensa

dan

merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak


kortikal disebabkan oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal
kurang padat dibandingkan nukleus sehingga lebih mudah
menjadi

sangat

terhidrasi

akibat

ketidakseimbangan

elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke kerusakan


serat korteks lensa.
d. Katarak nuklear
adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.
Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak
nuklear merupakan sklerosis normal yang berlebihan atau
pengerasan dan penguningan nukleus pada usia lanjut.
e. Katarak supranuklear
adalah katarak yang melibatkan bagian korteks lensa yang
paling dalam, tepat di atas nukleus lensa (Vaughan, 2000).

Klasifikasi katarak senilis berdasarkan stadiumnya (Ilyas, 2005).


a. Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai
dari tepi ekuator menuju korteks anterior dan posterior
(katarak

kortikal).

Vakuol

korteks. Kekeruhan ini


karena indeks

mulai

terlihat

dapat menimbulkan

refraksi

di dalam
polipia oleh

yang tidak sama pada semua

bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk


waktu yang lama.
b. Katarak Intumesen.
Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai
pembengkakan

lensa

akibat

menyerap air. Masuknya

air

lensa
ke

yang

dalam

degeneratif
celah

lensa

mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang


akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan
lensa ini

akan

keadaan

dapat

normal.

memberikan

Pencembungan

penyulit glaukoma.

Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang


berjalan cepat dan mengakibatkan

mipopia

lentikular.

Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga


lensa

akan

bertambah,

mencembung
yang

dan

daya

memberikan

biasnya

miopisasi.

akan
Pada

pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai


peregangan jarak lamel serat lensa.
c. Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh
atau katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.
Pada

katarak

lensa

akibat

imatur

akan

meningkatnya

dapat

bertambah volume

tekanan

osmotik

bahan

lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung


akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaukoma sekunder. Pada stadium ini pasien akan memiliki
visus jauh sebesar 1/60.

d. Katarak Matur
Pada katarak senilis

stadium matur kekeruhan

telah

mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi


akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan
lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran
yang

normal.

Akan

terjadi

kekeruhan

seluruh lensa

yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik


mata

depan akan berukuran kedalaman normal kembali,

tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,


sehingga uji bayangan iris negatif. Pada stadium ini pasien
memiliki visus jauh sebesar 1/300 hingga 1/~.
e. Katarak Hipermatur
Pada
katarak
stadium
hipermatur
terjadi

proses

degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan


mencair. Masa lensa yang berdegenerasi kelur dari kapsul
lensa

sehingga

lensa

menjadi

mengecil,

berwarna

kuning dan kering. Pada stadium ini pasien memiliki visus


jauh sebesar 1/~. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam

dan

lipatan

kapsul

lensa.

Kadang-kadang

pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan


zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan
lanjut disertai dengan

kapsul

yang tebal maka korteks

yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka


korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong
susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut
sebagai katarak Morgagni.

PATOFISIOLOGI
Seiring dengan pertambahan usia, lensa

akan mengalami

penuaan juga. Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh


dan membentuk serat lensa dengan arah pertumbuhannya yang
konsentris. Tidak ada sel yang mati ataupun terbuang karena
lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat lensa paling tua
berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling
muda berada tepat di bawah kapsul lensa (korteks). Dengan
pertambahan usia, lensa pun bertambah berat, tebal, dan keras
terutama bagian nukleus. Pengerasan nukleus lensa disebut
dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring dengan pertambahan
usia, protein lensa pun mengalami perubahan kimia. Fraksi
protein lensa yang dahulunya larut air menjadi tidak larut air dan
beragregasi membentuk protein dengan berat molekul yang
besar.

Hal

ini

menyebabkan

transparansi

lensa

berkurang

sehingga lensa tidak lagi meneruskan cahaya tetapi malah


mengaburkan cahaya dan lensa menjadi tidak tembus cahaya
(Vaughan, 2000).
DIAGNOSIS

1. MANIFESTASI KLINIS
Gejala katarak senilis biasanya berupa keluhan penurunan
tajam penglihatan

secara

progresif

(seperti

rabun

jauh

memburuk secara progresif). Penglihatan seakan-akan melihat


asap/kabut dan pupil mata tampak berwarna keputihan.
Apabila katarak telah mencapai stadium matur lensa akan
keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar
tampak putih. Gejala umum gangguan katarak meliputi:
a. Penurunan visus.
merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien
dengan katarak senilis.
b. Silau.
Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan
sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan
atau silau pada siang hari hingga silau ketika endekat ke la.
c. Perubahan miopik.
Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik
lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga
berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan
peningkatan

penglihatan

dekat

mereka

dan

kurang

membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut


dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan
second

sight

tidak

terlihat

pada

katarak

subkortikal

posterior atau anterior.


d. Diplopia monocular.
Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi
pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering
memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi

atau

ophtalmoskopi

langsung.

Fenomena

seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak


dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa
kontak
e. Sering ihat kabut pada lapangan pandang.
f. Ukuran kaca mata sering berubah.(James, 2006)

2. PEMERIKSAAN MATA
a. Pemeriksaan Visus
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus
untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Pada katarak
imatur memiliki visus sebesar 1/60, pada katarak matur
memiliki visus sebesar 1/300 hingga 1/~. , pada katarak
hipermatur memiliki visus sebesar 1/~ (Vaughan, 2000).
b. Pemeriksaan slit lamp
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan
palpebra, konjungtiva,

kornea, Iris, pupil, dan COA terlihat

normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh


tidak merata pada katarak senilis imature dan keruh merata
pada katarak senilis matur.
shadow

test untuk

Lalu,

menentukan

dilakukan
stadium

pemeriksaan

pada

penyakit

katarak senilis. Pada katarak senilis imature didapatkan iris


shadow +. Pada katarak senilis mature didapatkan iris shadow
(-) (Vaughan, 2000).
c. Fundus reflek
Pada katarak senilis imature didapatkan fundus reflek suram,
sedangkan pada katarak senilis mature didapatkan fundus
reflek (-) (Vaughan, 2000).

DIAGNOSIS DEFERENSIAL
a. Katarak
Katarak sekunder, katarak diabetes, katarak komplikata
b. Glaukoma sudut terbuka
c. Retinopati

Retinopati anemia, retino diabetes militus, retino diabetes


proliferatif, retinopati anemia, retinopati hipotensi, retinopati
hipertensi, retinopati leukimia, retinopati pigmentosa (Ilyas,
2005)

PENATALAKSANAAN
Pengobatan

pada

katarak

adalah dengan cara pembedahan.

Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar


lensa dan dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi
umum. Operasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain (Kohnen, 2005) :
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan

seluruh

lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam


kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode
ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio
dan

dislokasi.

ICCE

tidak

boleh

dilakukan

atau

kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun


yang

masih

Penyulit

yang

astigmatisme,

mempunyai
dapat

ligamen

terjadi

glukoma,

hialoidea

pada

uveitis,

kapsular.

pembedahan

endoftalmitis,

perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

ini
dan

Tindakan

pembedahan

pada

lensa

katarak

dimana

dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau


merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa

intra

ocular

posterior,

perencanaan

implantasi

sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan


bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami
prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah
ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi (phaco)
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar
2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil
maka

tidak

diperlukan

jahitan,

akan

pulih

dengan

sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan


cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini
bermanfaat

pada

katarak

kongenital,

traumatik,

dan

katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak


senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak
kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun
sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang


merupakan teknik pembedahan kecil. teknik ini dipandang
lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan
murah.

Apabila

lensa

mata

penderita

katarak

telah

diangkat maka penderita memerlukan lensa pengganti


untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai
berikut: kacamata afakia yang tebal lensanya, lensa
kontak, lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang
ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk
mengganti lensa mata asli yang telah diangkat
Perawatan Pasca Bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca
operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan
pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hatihati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat
selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan
selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari
pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang
pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai
kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil
menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah
operasi ) (Kohnen, 2005)
Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
a. Mengurangi

rasa

sakit,

tindakan pembedahan

karena

operasi

mata

adalah

maka diperlukan obat untuk

mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam


setelah

hilangnya

pembedahan.

kerja

bius

yang

digunakan

saat

b. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih


dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan
terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.
c. Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid
ini

berguna

untuk

mengurangi

reaksi

radang

akibat

tindakan bedah.
d. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah
infeksi pasca bedah (Kohnen, 2005)
Hal Yang tidak boleh dilakukan antara lain.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Jangan
Jangan
Jangan
Jangan
Jangan
Jangan

menggosok mata
membungkuk terlalu dalam
menggendong yang berat
membaca yang berlebihan dari biasanya
mengedan keras sewaktu buang air besar
berbaring ke sisi mata yang baru dibedah (Kohnen,

2005)

KOMPLIKASI
Komplikasi pada katarak dapat dikelompokkan menjadi
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior,
pendarahan

atau

efusi

suprakoroid,

pendarahan

suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam


luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif.
a. COA dangkal karena kebocoran

luka

dan

tidak

seimbangnya antara cairan yang keluar dan masuk,


adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema
stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral yang
bersih)
b. Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps
vitreus

c. Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan


luka insisi yang tidak adekuat yang dapat menimbulkan
komplikasi

seperti

penyembuhan

luka

yang

tidak

sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan


endoftalmitis.
d. Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat
melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
a. Ablasio retina
b. Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme
dengan virulensi rendah yang terperangkap dalam
kantong kapsuler (Kohnen, 2005)

Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit
menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat
mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang
terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat
meningkat

hingga

garis

pada

pemeriksaan

menggunakan snellen chart (Kohnen, 2005)

dengan

DAFTAR PUSTAKA
James, B., Chew, C., Bron, A. 2006. Lecture Notes
Oftalmologi Edisi ke 9. Erlangga Medical Series: Jakarta.
Ilyas S. 2005. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Kohnen, T. 2005. Cataract and Refractive Surgery. Penerbit
Springer: Germany
Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. 2000. Oftalmologi umum Edisi
14. Widya medika : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai