Anda di halaman 1dari 12

ANTIANGINA

Angina pectoris adalah nyeri jantung mendadak akbat tidak cukupnya


aliran darah karena adanya sumbatan pada arteri koroner yang menuju jantung.
Dengan berkurangnya aliran darah maka oksigen yang menuju ke miokardium
juga berkurang dan ini menimbulkan rasa sakit. Nyeri angina seringkali
digambarkan oleh pasien sebagai rasa kencang, tekanan di tengah-tengah dada,
dan nyeri menjalar ke bawah ke lengan kiri. Nyeri yang menjalar menuju leher
dan lengan kiri seringkali pada angina pectoris yang berat. Serangan angina
pectoris dapat berlanjut menjadi infark miokardium. Nyeri angina biasanya hanya
berlangsung beberapa menit. Frekuensi angina tergantung dari banyak faktor
termasuk jenis angina, yaitu:
1. Klasik atau stabil yang terjadi pada keadaan stress atau bekerja
2. Tidak stabil (pra infark) yang seringkali terjadi sepanjang hari dan semakin
berat
3. Varian (Prinz Metal), yang terjadi sewaktu istirahat (Kee, 2009).
Obat-obat antiangina meningkatkan aliran darah, baik dengan menambah
suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Tiga jenis antiangina adalah nitrat, penghambat beta dan penghambat rantai
kalsium. Efek sitemik utama nitrat adalah penurunan tonus vena yang
menurunkan beban kerja jantung. Penghambat beta dan penghambat rantai
kalsium mengurangi beban kerja jantung dan mengurangi kebutuhan oksigen.
1. Nitrat (nitrat organik)
Nitrat dikembangkan pada tahun 1840-an, merupakan agen pertama yang
digunakan untuk meredakan angina. Nitrogliserin tidak ditelan karena akan
mengalami metabolisme tingkat pertama (first pass) oleh hati, yang akan
mengurangi efektivitasnya. Oleh karena itu obat ini diberikan secara sublingual
dan dengan cepat diabsorbsi ke dalam sirkulasi melalui pembuluh darah
sublingual. Tablet sublingual tersedia dalam dosis yang berbeda-beda, tetapi
dosis rata-rata yang diresepkan adalah 0,4mg atau 1/150 gram, setelah
mengalami nyeri jantung diulang setiap 5 menit sampai 3 dosis. Nitrogliserin
juga tersedia dalam bentuk topikal (oistment, patch transdermal) dan bentuk
intravena (Kee, 2009).

Nitrat organik bekerja dengan merelaksasi otot polos vaskular seperti


nitroprusid dan natriuretik peptida. Obat-obat nitrat organik ini meningkatkan
pembentukan siklik GMP dan ini merupakan dasar efek selulernya. Pelepasan
nitogen mooksida (NO) dari nitrat organik pada konsentrasi terapeutik
melibakan suatu reaksi enzimatik dna kemungkinan terjadinya suatu reaksi
dengan mengaktifkan sutu enzim guanilat siklase dalam sitosol otot polos
vaskular dengan berinteraksi dengan suatu gugus hem pada enzim tersebut.
Oleh karena itu, pembentukan cGMP (siklik guanosin monofosfat) meningkat
akan menyebabkan perubahan derajat fosforilasi berbagai protein otot polos
dan akhirnya menjadi defosoforilasi dari myosin light chain dan terjadilah
relaksasi (Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI, 2009).
a. Farmakokinetik
Nitrat sublingual dengan cepat diabsorbsi dan langsung menuju
vena jugularis interna dan atrium kanan. Sekitar 40-50% nitrat diabsorbsi
melalui

saluran

gastonintestinal,

akan

dimetabolisme

oleh

hati.

Nitrogliserin salep dan dalam patch transdermal akan diabsorbsi secara


perlahan melalui kulit (Kee, 2009).
b. Farmakodinamik
Nitrat organik menyebabkan venorelaksasi kuat sehingga menurunkan
tekanan vena pusat (preload jantung berkurang). Pada individu sehat, nitrat
organik akan mengurangi volume sekuncup. Dengan dosis kecil, terdapat
sedikit efek terhadap arterioli dan volume sekuncup yang berkurang
dikompensasi oleh refleks takikardia sehingga tekanan arterial tidak berubah.
Dengan dosis tinggi, terjadi dilatasi arteriol dan tekanan arterial menurun.
Pengumpulan darah pada vena (venous pooling) terjadi bila penderita berdiri
tegak dan menyebabkan hipotensi postural dan rasa pusing. Namun, aliran
koroner meningkat melalui vasodilatasi arter koroner.karena tekanan arterial
dna curah jantung menurun, konsumsi oksigen miokard berkurang. Hal ini
akan mengkibatkan peningkatan aliran darah koroner

menyebabkan suatu

peningkatan yang besar dalam jumlah oksigen dalam darah koroner. Dalam
keadaan ini, sebagian keuntungan dihasilkan dari pengurangan kpnsumsi

oksigen miokardium, sebagai hasil sekunder terjadinya penurunan tekanan


arteri dan tekanan vena pusat . efek antiangina nitrat organik dihasilkan oleh :
1). Pengurangan konsumsi oksigen jantung sebagai hasil sekunder
pengurangan tekanan arteri dan pengurangan curah jantung.
2). Redistribusi aliran darah koroner ke daerah iskemik melalui pembuluh
kolateral.
3). Hilangnya spasme koroner pada angina varian (Staf Pengajar Departemen
Farmakologi FK UNSRI, 2009).
c.

ESO
Pemberian nitrat organik berulang pada otot polos akan menyebabkan

penurunan relaksasi. Efek samping nitrat yang utama adalah hipotensi posrutal
dan sakit kepala. Hal ini adalah penyebab Monday Morning Sickness pada
pekerja pabrik bahan peledak (Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK
UNSRI, 2009).
2. Penghambat beta (- blocker)
Beta blocker mengihlangkan gelaja angina dengan cara menurunkan
pemakaian oksigen miokard baik pada saat istirahat maupun saat bekerja.
Pengurangan konsumsi oksigen miokard disebabkan efek kronotropik
negatif dan

efek inotropik negatif yang dimiliki -bblocker terhadap

jantung. Walaupun beta blocker ini meningkatkan resistensi perifer total,


tekanan

arterial

turun

karena

menurunnya

denyut

jantung

dan

kontraktilitas jantung. Pengurangan frekuensi denyut jantung dan


kontraktiitas jantung menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir
yang cenderung meningkatkan pemakaian oksigen. Namun, efek akhir
blocker ini tetap berupa penurunan pemakaian oksigen miokard terutama
selama saat bekerja (Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI,
2009).
a. Tabel jenis obat
N

OBAT

O
1

Asebutolo

l
Atenolol

KELARUTA

ELIMINA

DOSIS

N DALAM

SI

ANTIANGIN

LEMAK
Rendah

Hati

A
200-600mg

ginjal

2d.d
50-100mg

Rendah

Bisoprolo

10-20mg 1 d.d

l
Labetalol

rendah

Hati

100-

Metoprol

Sedang

Hati

600mg/hari
50-100mg

6
7

ol
Nadolol
Penbutolo

Rendah
Tinggi

Ginjal
Hati

3d.d
40-80mg/hari
20mg/hari

l
Pindolol

Sedang

Ginjal dan

5-20 mg 3 d.d

tinggi

hati
hati

60mg 4d.d

Propanolo

l
(Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).

b. Farmakokinetik
Propanolol per oral diserap baik. Demikian juga hampir semua beta
blocker diabsorbsi baik (kecuali etenolol yang hanya 50% diabsorbsi).
Propanolol dan metoprolol mengalami metabolisme lintas pertama
yang hebat di hepar, sedangkan yang lainnya diekskresikan melalui
urin tanpa mengalami perubahan (Staf Pengajar Departemen
Farmakologi FK UNSRI, 2009).
c. ESO
Beta blocker menurunkan kontraksi dan konduksi jantung,
sehingga terjadi bradikardia dan blok AV. Beta blocker dapat
mencetuskan bronkospasme pada pasien penyakit paru, menurunkan
kadar HDL dan meningkatkan trgliserida (Farmakologi dan Terapi FK
UI, 2007).
3. Ca Chanel Inhibitor (Penghambat Kanal Ca)
Penghambat kanal Ca pertama kali ditemukan adalah verapamil.
Verapamil dan diltiaze menghambat konduksi nodus AV. Keduanya juga
memiliki efek inotropik negatif dan efek vasodilator perifer (Yokota,
2008).
a. Farmakodinamik

Pada otot jantung dan otot polos vaskular terutama berperan dalam
kontraksi. Meningkatnya kadar Ca dalam sitosol akan meningkatkan
kontraksi. Pada otot jantung dan vaskular, masuknya Ca dan pelepasan
Ca dari retikuluk sarkoplasmik berperan pentng dalam kontraksi,
sebaliknya oto rangka tidak memerlukan Ca ekstrasel karena sistem
retikulum sarkoplasma telah bekerja dengan baik. Hal ini menjelaskan
mengapa kontraksi otot polos dan otot jantung dapat dihambat oleh Ca
channel inhbitor (Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).
Pada otot polos yang dominan adalah subtipe L. Penghambat Ca
memiliki reseptor di membran sel sehingga menghambat masuknya Ca
ke dalam sel, sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskular,
menurunnya kontraksi jantung dan menurunnya kecepatan nodus SA
serta konduksi nodus AV. Penghambat kanal Ca juga meningkatkan
suplai oksigen otot jantung dengan cara dilatasi koroner dan
menurunkan tekanan darah dan denyut jantung yang mengakibatkan
perfusi subendokard membaik (Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).

b. ESO
Penghambat kanal Ca dapat mengakibatkan kadar digoksin plasma
meningkat dan verapamil tidak boleh digunakan untuk mengatasi
keracunan digitalis, karena dapat menyebabkan gangguan konduksi
AV. Penghambat kanal Ca juga dikontraindikasikan untuk aritmia
karena dapat menyebabkan fibrilasi atrium atau Wolf-Parkinson White
(Farmakologi dan Terapi FK UI, 2007).
ANTIHIPERTENSI
Hipertensi menurut WHO adalah keadaan dimana dijumpai lebih dari
140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai
160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun, dan harus dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan
tersebut (UPN, 2009).

Klasifikasi Hipertensi JNC 7


Klasifikasi
Normal
Prahipertensi
Hipertensi Derajat 1
Hipertensi Derajat 2

TDS (mmHg)
<120
120-139
140-159
160

TDD (mmHg)
<80
80-89
90-99
100

1. Diuretik
Diuretik dipakai untuk dua tujuan utama, yaitu menurunkan hipertensi dan
untuk

memperkecil

edema

pada

payah

jantung

kongestif.

Diuretik

menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan menghambat


reabsorbso natrium dan air dari tubulus ginjal, sehingga menurunkan volume
darah dan cairan ekstraseluler. Beberapa diuretik juga menurunkan resistensi
perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Enam kategori diuretik yang
efektif untuk menghilangkan air dan natrium adalah : tiasid, diuretik kuat,
diuretik hemat kalium, penghambat anhidrase karbonik, osmotik, dan
merkurial (Kee, 2009).

Dosis dan sediaan ( Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007) :


OBAT
HCT

DOSIS (mg)
PEMBERIAN
Diuretik tiazid
12,5 25
1 d.d

Tab 25 dan 50

Klortalidon
Indapamid
Bendroflumetiazid
Metolazon

12,5 15
1,25 - 2,5
2,5 5
2,5 5

1 d.d
1 d.d
1 d.d
1 d.d

mg
Tab 50 mg
Tab 2,5 mg
Tab 5 mg
Tab 2,5 ; 5 ;

Metolazid rapid

0,5 1

1 d.d

10mg
Tab 0,5mg

action
Xipamid

10 20

1 d.d
Diuretik kuat

Furosemid

20 - 80

2-3 dd

SEDIAAN

Tab 2,5mg

Tab 40 mg, amp


20 mg

Torsemid

2,5 10

1-2 dd

Tab 5, 10, 20,


100 mg
amp 10mg/dL (2

Bumetanid

0,5 4

2-3 dd

dan 5 mL)
Tab 0,5, 1 dan 2

As. Etakrinat

25 100

2-3 dd

mg
Tab 25 dan 50
mg

Diuretik hemat K
Amilorid
Spironolakton

5 10
25 100

1-2 d.d
1 d.d

Tab 25 dan 100

Triamteren

25 - 300

1 d.d

mg
Tab 50,100 mg

a. Farmakokinetik
Tiazid diabsorbsi dengan baik dalam tractus gastrointestinal.
Hidroclorotiazid (HCT) memiliki kekuatan ikat protein lebih lemah
dibandingkan furosemid. Oleh karena itu, tiazid harus diberikan pada pagi
hari untuk menghindari nokturia atau berkemih pada malam hari (Kee,
2009).
b. Farmakodinamik
Tiazid bekerja langsung pada arteriol, menyebabkan vasodilatasi
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Furosemid adalah diuretik
yang lebih poten dari tiazid karena bekerja dengan cepat dan memiliki
lama kerja yang lebih pendek serta diekskresi lebih cepat (Kee, 2009).
c. ESO
Efek samping tazid adalah terjadinya ketidakseimbangan elektrolit
(hipokalseia, hipokalemia, hipoMg, dan kehilangan bikarbonat),
hiperglisemia, hiperurisemia (kadar asam urat serum meningkat), dan
hiperlipidemia (Kee, 2009).
d. Kontrandikasi
Dikontraindikasikan pada penderita gagal ginjal. Dengan gejala
berat seperti oligouria, peningkatan nitrogen urea darah, dan peningkatan
kreatinin darah (Kee, 2009).
2. Penghambat adrenergik
a. Penghambat adrenoseptor beta (- blocker)

Dipakai sebagai obat antihipertensi tahap I atau


dikombinasikan dengan antidiuretik dalam pendekatan tahap II untuk
mengobati hipertensi (Kee, 2009).
Mekanisme penurunan tekanan darah oleh - blocker adalah
dengan tiga cara, yaitu : penurunan frekuensi denyut jantung dan
kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung, hambatan
sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan
produksi angiotensin II, dan efek sentral yang mempengaruhi saraf
simpatis (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).
Dosis awal
(mg/hari)

Dosis max

Frekuensi

(mg/hari)
pemberian
Kardioselektif
800
1-2 d.d

Sediaan

Asebutolol

200

Atenolol

25

100

1 d.d

Caps 200mg
Tab 400mg
Tab 50 dan

Bisoprolol
Metoprolol
Biasa
Lambat

2,5

10

1d.d

100mg
Tab 5mg

50

200

1-2 d.d

Tab 50 dan

100

200
Nonselektif

1 d.d

100mg
Tab 100mg

Alprenol
Karteolol
Nadolol

100
2,5
20

200
10
160

2 d.d.
2-3 d.d
1 d.d

Tab 50mg
Tab 5mg
Tab 40 dan

Pindolol

40

2 d.d

80mg
Tab 5 dan

Propanolol

40

160

2-3 d.d

10mg
Tab 10 dan

Timolol

25

40

2 d.d

40mg
Tab 10 dan

1 d.d
2 d.d

20mg
Tab 25mg
Tab 100mg

Karvedilol
Labetalol

12,5
100

50
300

b. Penghambat adrenoseptor alfa ( -blocker)


Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa1,
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Obat ini juga
menurunkan lipoprotein berdensitas rendah (VLDL) dan LDL yang
merupakan faktor penyebab plak atherosklerosis. Penghambat alfa
yang lebih kuat adalah fentolamin, fenosibenzamin dan tolatozolin
terutama dipakai untuk krisis hipertensi dan hipertensi berat yang
disebabkan oleh feokromositoma ( Kee, 2009).
Obat

Mekanisme

Sediaan dan

Efek

kerja

Dosis

maksima

Efektif

ESO

tercapai
Metildopa

Menurunkan

setelah
2x125mg/har 6-8jam

Sedasi,

resistensi

i dan max

hipotensi

vaskular

3g/hari

postural,
pusing,
mulut
kering,
sakit

Klonidin

Waktu

kepala
Sedasi,

d.d dan dapat

paruh 6-

mulut

di SSP

ditingkatkan

13jam

kering,

menurunkan

menjadi

efek

simpathetic

0,6mg/hari

sentral

Bekerja di

0,075 mg 2

reseptor -2

outflow

berupa
insomnia,
mimpi

Guanfasin

Mirip

0,5

klonidin

3mg/hari a.c

2-4jam

buruk
Mirip
klonidin

Reserpin

Penurunan

0,05 mg +

CO dan

diuretik

Sentral
berupa

resistensi

mimpi

perifer

buruk,
letargi,
depresi
mental
Hipotensi

Guanetidin

Menurunkan

10-50mg 1

dan

tekanan

d.d

guanadrel

darah dan

Trimetafan

CO
Penghambat

Iv 0,3-

3-5 menit

Ileus

ganglion

5mg/manit

dan

paralitik,

hilang

paralisis

setelah

kandung

15 menit

kemih,

ortostatik,
diare

mulut
kering,
penglihata
n kabur,
hipotensi
ortostatik
(Departemen Farmakologi FK UI, 2007)
3. Vasodilator
Obat

Farmakokin

Dosis dan

ESO

Hidralaz

etik
Diabsorbsi

sediaan
Oral 25-

Sakit kepala,

in

baik melalui

100mg 2 d.d

mual,

saluran

dan max

hipotensi,

cerna,

200mg/hari

palpitasi,

bioavailabili

angina

tas 16%

pectoris,
takikardia,

Minoksi

Diserap baik

Krim untuk

flusshing
Retensi

dil

per oral dan

penyubur

cairan dan

bioavailabili

rambut

garam, efek

tas 90%

15mg 1-2

cardiovaskul

d.d, dapat

er,

ditingkatkan

hipertiroksik

menjadi

osis

Diazoksi Baik melalui

40mg/hari
Iv 50-100mg

Retensi

interval 5-

cairan dan

10menit

hiperglikemi

oral

Na

Absorbsi

Iv 0,5-

a
metHb,

nitropru

baik melalui

10g/kg/me

toksik

sid

iv

nit, dosis
rata-rata
310g/kg/m
enit

4. ACE inhibitor
Mekanisme kerja ACE inhibitor adlah menghambat konversi
Angiotensin I (At1) menjadi angiotensin II (At2) dan juga menghambat
bradikinin (kee, 2009).
Penghambatan tersebut akan mengakibatkan vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron di korteks adrenal. Akibatnya terjadi ekskresi
air dan natrium, sedangkan kalium mengalam retensi sehingga ada
terjadinya tendensi terjadinya hiperkalemia terutama npada gangguan
fungsi ginjal. Di ginjal, akan mengakibatkan vasodilatasi arteri renalis
sehingga meningkatkan aliran darah ginjal dan memperbaiki laju filtrasi
glomerulus. Efek ini dimanfaatkan untuk mengurangi proteinuria pada

nefropati diabetik dan sindrom nefrotik (Departemen Farmakologi dan


Teraupetik FK UI, 2007).

Daftar pustaka
Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI. 2009. Kumpulan Kuliah
Farmakologi.
Palembang
:
EGC.
Available
at
:
http://books.google.co.id/books?
id=MVw2VCMXrEgC&pg=PA435&dq=anti+angina&hl=id&sa=X&ei=Wv
ZxUfyuGcaHrQeTmYCQDQ&ved=0CDMQ6AEwAQ#v=onepage&q=anti
%20angina&f=false
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. Farmakologi dan Terapi.
Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Kee, J. Evelyn, R. 2009. Farmakologi. Jakarta : EGC. Available at :
http://books.google.co.id/books?
id=BftFTitO30AC&pg=PA458&dq=anti+angina&hl=id&sa=X&ei=WvZxUf
yuGcaHrQeTmYCQDQ&ved=0CC4Q6AEwAA#v=onepage&q&f=false
Yokota, M. Miyahara. Iwase. Watanabe. Matsunami .Kamihara et al. 2008.
Haemodinamic Mechanism of Antianginal Action of Calcium Channel
Blocker Nicoldipine in Dynamic Exercise-Induced Angina. Available at
http://circ.ahajournals.org/content/81/6/1887.full.pdf+html
UPN. 2009. Hipertensi. Available at
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai