Anda di halaman 1dari 21

Panduan Skills Lab

Blok 3.3 – Kelainan Sistem Urinarius

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU


KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018/2019
KONTRIBUTOR

KOORDINATOR BLOK : dr. Amelia Dwi Fitri, M.Med, Ed


SEKRETARIS BLOK : dr. Susan Tarawifa
KATA PENGANTAR

Proses pembelajaran pada Blok 3.3 (Sistem Urogenital) ini merupakan


integrasi dari ilmu urologi dan genitalia eksterna (pria dan wanita). Dalam blok ini,
mahasiswa akan mempelajari penyakit-penyakit pada sistem urogenital yang akan
dijumpai dalam praktek sehari-hari. Penyakit yang akan dibahas akan berhubungan
dengan penerapan ilmu kedokteran dasar (Anatomi, Fisiologi, Histologi, Patologi
Anatomi, Patologi Klinik dan farmakologi ).
Untuk mendukung kemampuan tersebut, dalam blok ini mahasiswa akan
dititikberatkan pada metode belajar mandiri secara aktif serta keterampilan
menyatakan pendapat baik secara verbal maupun tertulis, terdiri dari sesi kuliah tatap
muka, diskusi kelompok, dan skills lab. Proses pembelajaran ini telah disusun
sedemikian rupa dengan maksud agar mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan
analisis, evaluasi dan argumentasi dalam konteks sosial budaya masyarakat Indonesia
dengan mempertimbangkan aspek etika kedokteran dan humaniora.
Dalam rangka mencapai tujuan akhir yaitu menjadi dokter keluarga, selain
mempunyai perilaku yang baik, beretika, seorang dokter juga harus terampil serta
mampu berkomunikasi secara efektif. Dalam blok 3.3 (Sistem Urogenital) ini
mahasiswa akan mempelajari tentang skill lab pemasangan beserta pelepasan kateter
(pria dan wanita), Pemeriksaan ginjal dan colok dubur, dan anamnesis terkait kasus-
kasus pada sistem urogenital. Untuk masing-masing materi skill lab akan dilakukan
dalam 3 sesi , yang pertama merupakan sesi terbimbing dimana mahasiswa akan
didampingi oleh seorang tutor untuk masing-masing kelompok, sesi kedua adalah
feedback (proses evaluasi), dan sesi ketiga adalah ujian OSCE yang akan diadakan
pada akhir semester. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mahasiswa diharapkan
dapat mengikuti skill lab dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR ISI

KONTRIBUTOR 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

DAFTAR KOMPETENSI 5

PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER URIN 9

ANAMNESIS KASUS UROGENITAL 32


DAFTAR KOMPETENSI

AREA KOMPETENSI
1. Komunikasi efektif ( Area kompetensi 1. )
2. Ketrampilan Klinis ( Area Kompetensi 2. )
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Area Kompetensi 3. )
4. Pengelolaan Informasi ( Area Kompetensi 4 )

Kompetensi yang akan dicapai pada Blok 3.3 sesuai dengan yang tercantum pada Buku
Standar Kompetensi Dokter Indonesia dari KKI.
Daftar kompetensi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
NO DAFTAR PENYAKIT KEMAMPUAN
1 Infeksi saluran kemih 4A
2 Glomerulonefritis akut 3A
3 Glomerulonefritis kronik 3A
4 Gonore 4A
5 Karsinoma sel renal 2
6 Tumor W ilms 2
7 Acute kidney injury 2
8 Penyakit ginjal kronik 2
9 Sindrom nefrotik 2
10 Kolik renal 3A
11 Batu saluran kemih (vesika urinaria, ureter, uretra ) Tanpa 3A
Kolik
12 Ginjal polikistik simtomatik 2
13 Ginjal tapal kuda 1
14 Pielonefritis tanpa komplikasi 4A
15 Nekrosis tubular akut 2
Alat Kelamin Pria
16 Hipospadia 2
17 Epispadia 2
18 Testis tidak turun/ kriptorkidismus 2
19 Rectratile testis 2
20 Varikokel 2
21 Hidrokel 2
22 Fimosis 4A
23 Parafimosis 4A
24 Spermatokel 2
25 Epididimitis 2
26 Prostatitis 3A
27 Torsio testis 3B
28 Ruptur uretra 3B
29 Ruptur kandung kencing 3B
30 Ruptur ginjal 3B
31 Karsinoma uroterial 2
32 Seminoma testis 1
33 Teratoma testis 1
34 Hiperplasia prostat j inak 2
35 Karsinoma prostat 2
36 Striktura uretra 2
37 Priapismus 3B
38 Chancroid 3A

Keterangan:
Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan dokter

Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika
membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu
bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan overview level.
Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, Dokter segera
merujuk.

Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis
yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya

Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani
problem itu secara mandiri hingga tuntas.
Kompetensi keterampilan klinis dapat dilihat pada bagan berikut (berdasarkan standar
KKI):
NO KETERAMPILAN TINGKAT
KETERAMPILAN
1 Pemeriksaan bimanual ginjal 4A
2 Pemeriksaan nyeri ketok ginjal 4A
3 Perkusi kandung kemih 4A
4 Palpasi prostat 4A
5 Refleks bulbokavernosus 3
PROSEDUR DIAGNOSTIK
6 Swab uretra 4A
7 Persiapan dan pemeriksaan sedimen urine 4A
(menyiapkan slide dan uji mikroskopis urine)
8 Uroflowmetry 1
9 Micturating cystigraphy 1
10 Pemeriksaan urodinamik 1
11 Metode dip slide (kultur urine) 3
12 Permintaan pemeriksaan BNO IVP 4A
13 Interpretasi BNO-IVP 3
TERAPEUTIK
14 Pemasangan kateter uretra 4A
15 Clean intermitten chateterization (Neurogenic bladder) 3
16 Sirkumsisi 4A
17 Pungsi suprapubik 3
18 Dialisis ginjal 2
Keterangan:
Tingkat kemampuan 1 Mengetahui dan Menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya.

Tingkat kemampuan 2 Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan


Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
Prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu, selama
pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini.

Tingkat kemampuan 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah


supervisi
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi.

Tingkat kemampuan 4 Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori,
Prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah didemonstrasikan ketrampilan ini, dan pernah menerapkan
keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki pengalaman untuk
menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik dokter secara mandiri.

Catatan:
Tingkat kemampuan tersebut diharapkan dapat dicapai sesuai standar masing- masing pada
saat mahasiswa menyelesaikan pendidikan profesi dokter.
PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER URIN
PADA PRIA DAN WANITA

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan prosedur klinis sesuai masalah dan kebutuhan pasien.

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti keterampilan klinik ini, diharapkan mahasiswa :
1. Memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan kateterisasi laki-laki dan
wanita(baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi dan cara melakukan)
2. Mampu mendemonstrasikan kemampuan sambung rasa dengan pasien simulasi, yaitu
dengan :
- memberikan salam
- memberikan situasi yang nyaman bagi pasien
- menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya
- memelihara dan menjaga harga diri pasien/pasien simulasi, hal-hal yang
bersifat pribadi, dan kerahasiaan pasien/pasien simulasi sepanjang waktu
- memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
- memperlakukan pasien/pasien simulasi sebagai mitra sejajar dan meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu tindakan
3. Mampu mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk kateterisasi urinarius yang
benar.
4. Mampu melakukan prosedur pemasangan kateter urinarius pada pria dan wanita
dengan benar.
5. Mampu melakukan pencabutan / melepaskan kateter Foley dengan benar

Rencana Pembelajaran

1) Pra-sesi
- Menyaksikan video pemasangan dan pelepasan kateter
- Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang
pemasangan dan pelepasan kateter; referensi adalah video, buku
panduan skills lab kateter, kuliah, dan referensi lain)
Template Working Plan
1. Pertanyaan untuk dijawab mahasiswa
i) Apakah indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter?
ii) Apakah fungsi dari kateter
iii) Berapakah ukuran kateter untuk dewasa
2. Pertanyaan yang diajukan mahasiswa, harus berbeda antara mahasiswa satu
dengan yang lain, 1-3 pertanyaan.

2) Sesi Terbimbing

Sesi 1

- Introduction 5’
- Diskusi workplan 25’
- Mahasiswa mencoba melakukan pemasangan kateter 120’

Sesi 2 (Feedback)
Mahasiswa melakukan pemasangan kateter dan masing-masing diberi feedback @10’

Tinjauan Teori

Kateterisasi uretra adalah Istilah yang sudah dikenal sejak zaman Hypokrates
yang pada waktu itu menyebutkan tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan
cairan dari tubuh. Bernard memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet tahun 1779,
sedangkan Foley membuat kateter menetap pada tahun 1930. Kateter Folley inilah yang
saat ini masih dipakai secara luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine dari vesica urinaria.
Sebelum melakukan pemasangan kateter, mahasiswa harus mampu melakukan
pemeriksaan fisik genitalia eksterna pria dan wanita. Keterampilan ini dibatasi hanya
sampai mengidentifikasi organ/bagian yang terdapat pada genitalia eksterna pria dan
wanita. Selain itu mahasiswa juga harus dapat mengidentifikasi perbedaan yang terdapat
pada organ genitalia eksterna pria dan wanita. Mahasiswa harus mampu melakukan
pemeriksaan fisik ini karena merupakan dasar dari keterampilan prosedural pemasangan
kateterisasi uretra.
Kateterisasi uretra adalah suatu prosedur memasukkan kateter (selang kecil)
melalui saluran uretra kedalam vesika urinaria. Kateter dibedakan menurut ukuran,
bentuk, bahan, sifat pemakaian dan percabangan. Ukuran kateter dinyatakan dalam skala
Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan ukuran diameter luar kateter. 1 Ch atau 1 Fr =
0,33 mm. 1 mm=3 Fr. Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainleess), karet (lateks),
silikon dan lateks dengan lapisan silikon .Dewasa normal pemasangan kateter untuk
drainase digunakan ukuran 16F – 18F.
Adapun indikasi dilakukannya pemasangan kateter adalah untuk tujuan diagnosis dan
terapi, yaitu:
 Tindakan diagnosis:
1. Pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine untuk pemeriksan kultur.
2. Untuk mengukur residu ( sisa ) urine setelah pasien miksi jika kandung kemih tidak
mampu sepenuhnya dikosongkan
3. Untuk memasukan bahan kontras untu pemeriksaan radiologi.
4. Pemeriksaan urodinamik menentukan tekanan intra vesika
5. Untuk menilai produksi urine
 Tujuan terapi :
1. Mengeluarkan urine dari vesica urinaria pada keadaan obstruksi infra vesika.
2. Mengeluarkan urine pada disfungsi vesica urinaria.
3. Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah.
4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra
5. Memasukan obat-obatan intra vesika.
6. Pemakaian kateter secara bersih mandiri berkala .
Perlu diperhatikan bahwa kateter untuk diagnostik segera dilepas setelah tujuan
pemasangan selesai, namun untuk terapi dipertahankan sampai tujuan terpenuhi. Kateter
uretra tidak boleh dipasang pada penderita trauma yang dicurigai adanya cedera uretra
yang ditandai antara lain keluarnya darah dari uretra, hematom yang luas daerah perineal
serta adanya perubahan letak prostat (pada pria) pada colok dubur. Pemasangan kateter
pada keadaan ini ditakutkan akan terjadi salah jalur melalui cedera maupun menambah
parahnya cedera.

PERSIAPAN
a. Persiapan Pasien
- Terangkan proseduer untuk mendapatkan ijin/consent dan selanjutnya pasien
dapat bersikap kooperatif
- Berikan jaminan privasi tindakan pada pasien.
- Mintalah/bantulah pasien untuk mencuci penis dan daerah perianal,
selanjutnya dikeringkan.
b. Persiapan alat/lingkungan
- Trolley bersih atau tempat lainnya yang bersih dan sesuai untuk meletakkan
alat
- Kantong urine steril
- Kateter foley (ukuran disesuaikan dengan penderita kira-kira 16-18 French)
- Gel lubrikasi-anastetik steril
- Larutan steril NaCl 0,9 %
- Spuit 10 cc dan 10 ml aquades steril
- Kontainer alat steril
- Alas
- Sumber penerangan yang cukup
c. Persiapan Dokter
- Mencuci tangan dan selanjutnya dikeringkan
- Gunakan sarung tangan steril

POSISI PASIEN PADA SAAT KATETERISASI URIN URINARIUS.


1. Pria dalam posisi terlentang.
2. Wanita dalam posisi lithotomi ( telentang dengan fleksi lutut dan abduks panggul ).

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER PADA PRIA :


1. Pemeriksa mempersiapkan semua alat – alat yang diperlukan.
2. Penerangan di ruang periksa harus cukup baik dan pelihara privasi pasien.
3. Sebelum melakukan pemasangan kateter, beri penjelasan pada pasien terlabih dahulu.
4. Pemeriksa menjelaskan tujuan dan cara pemasangan kateter kepada pasien.
5. Pemeriksa cuci tangan dahulu dengan sabun dan air mengalir dengan cara yang
benar.
6. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada penis dan sekitarnya dengan benar.
7. Pemeriksa memakai sarung tangan steril.
8. Pemeriksa memasang kain duk steril.
9. Pemeriksa minta tolong kepada asisten untuk menuangkan gel/cairan lubrikasi ke
telapak tangannya, lalu semprotkan gel / cairan lubrikan ke ostium urethrae externum
dengan menggunakan alat semprot atau spuit / syringe (jangan dilepaskan dahulu)
yang telah diisi gel (catatan : asisten membantu pemeriksa mengisih alat semprot
yang dipegang oleh pemeriksa dengan cairan gel / gel untuk lubrikasi).
10. Pegang penis pasien pada sisi kiri dan kanannya (seperti memegang gelas air minum),
dimana posisi penis tegak lurus terhadap badan pasien.
11. Kateter Foley di buka sedikit demi sedikit dari pembungkusnya sambil dimasukan ke
uretha melalui ostium urethrae externum dengan gerakan memutar (sequeeze) dan
sambil didorong masuk ke urethra dipegang dengan pinset anatomi atau mengunakan
jari-jari tangan saja.
12. Saat kateter sampai di daerah m.sphinter urethrae externa, biasanya akan terasa suatu
tahanan. Minta pasien untuk rileks dan tarik napas dalam, kemudian pada saat pasien
menarik nafas, gerakan penis dari posisi tegak lurus menjadi agak datar sambil
kateter didorong lebih dalam, maka kateter akan masuk ke dalam vesica urinaria.
Gerakan tersebut untuk mengurangi besarnya sudut antara penis dan m. sphinter
urethrae sehingga klep m. sphinter urethrae menjadi terbuka.
13. Kateter terus di dorong sehinggan masuk vesica urinaria, bila kateter sudah mencapai
vesica urinaria maka akan ditandai keluanya urine lewat lubang kateter. Sebaiknya
kateter terus didorong ke vesica urinaria sehingga percabangan kateter yaitu “ Y
connector” menyentuh ostium urethrae externum.
14. Sambil mempertahankan posisi kateter pada tempatnya, masukkan 5-10 ml aquadest
steril yang sudah disiapkan dalam spuit dengan menyuntikan aquadest tersebut
kedalam balon untuk mengembangkan balon kateter, sehingga kateter terfikasi dan
tidak mudah tercabut.( sebelumnya jarum spuit dicabut dahulu )
15. Fiksasi slang kateter dengan ditempelkan ke daerah inguinal atau paha bagian
proksimal dengan plester.
16. Bila kateter perlu dipertahankan menetap untuk waktu tertentu, maka slang kateter
dapat disambungkan ke kantong urine (urine bag).
Gambar 8 : Kateterisasi laki-laki

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER PADA WANITA :


1. Pemeriksa mempersiapkan semua alat – alat yang diperlukan.
2. Penerangan diruang periksa harus cukup baik dan pelihara privasi pasien.
3. Sebelum melakukan pemasangan kateter, beri penjelasan pada pasien terlabih dahulu.
4. Pemeriksa menjelaskan tujuan dan cara pemasangan kateter kepada pasien.
5. Pemeriksa cuci tangan dahulu dengan sabun dan air mengalir dengan cara yang
benar.
6. Lakukan tundakan aseptik dan antiseptik pada daerah vulva dan sekitarnya dengan
kasa steril basah yang telah direndam dalam cairan antiseptik dengan arah dari atas
yaitu dari bawah symphisis pubbis ke arah bawah hindari daerah anus dan sekitarnya.
7. Pemeriksa memakai sarung tangan steril.
8. Pemeriksa memasang kain duk steril.
9. Apus / oles vulva dengan kasa yang mengandung cairan lubrikan melewati lipatan
dalam labia minora untuk memudahkan pemasangan kateter. Pemasangan kateter
pada wanita tidak memerlukan gel/cairan lubrikan yang mengandung zat anastesi
seperti lignocaine karena panjang urethranya hanya 1-2 cm saja.
10. Lebarkan labia minora dan cari ostium urethrae externum.
11. Sebelum kateter dimasukan minta agar pasien rileks dan tarik napas dalam .
12. Saat pasien menarik napas dalam masukan kateter kedalam uretrha melalui ostium
uretrae extenum lalu dorong masuk kedalam hingga masuk vesica urinarium, bila
kateter sudah mencapai vesica urinarium maka akan ditandai dengan keluarnya urin
lewat lubang kateter. Sebaiknya kateter foley terus didorong masuk hingga sampai
percabangan kateter yaitu” Y connector” menyentuh ostium urethrae externum.
13. Sambil mempertahankan posisi kateter pada tempatnya, masukkan 5-10 ml aquadest
steril yang sudah disiapkan dalam spuit dengan menyuntikan aquadest tersebut
kedalam balon untuk mengembangkan balon kateter, sehingga kateter terfikasi dan
tidak mudah tercabut.( sebelumnya jarum spuit dicabut dahulu )
14. Fiksasi slang kateter dengan ditempelkan slang ke daerah inguinal atau paha bagian
proksimal dengan plester.
15. Bila kateter perlu dipertahankan menetap untuk waktu tertentu, maka slang kateter
dapat disambungkan ke kantong urine (urine bag).

Gambar 9 : kateterisasi wanita 1

CARA MELEPAS KATETER :

Kateter foley dapat dilepas setelah air dalam balon kateter dikeluarkan, untuk mengeluarkan
air dari dalam balon kateter dapat dengan dua cara :
a. Menyedot air dengan spuit kecil melalui bagian inflasi (inflation part) yang ada pada
bagian samping kateter.
b. Menggunting inflation part tepat pada percabangannya, lalu keluarkan air dalam
balon. Sesudah itu kateter dapat ditarik.

PROSEDUR MELEPAS KATETER :


1. Pemeriksa mempersiapkan semua alat – alat yang diperlukan.
2. Penerangan diruang periksa harus cukup baik dan pelihara privasi pasien.
3. Sebelum melakukan pelepasan kateter, beri penjelasan pada pasien terlebih dahulu.
4. Pemeriksa menjelaskan tujuan dan cara pelepasan kateter kepada pasien.
5. Pemeriksa cuci tangan dahulu dengan sabun dan air mengalir dengan cara yang
benar.
6. Pemeriksa memakai sarung tangan
7. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada penis atau vulva dan sekitarnya dengan
benar
8. Keluarkan cairan yang mengembangkan balon kateter dengan cara melakukan
aspirasi air dengan spuit kecil melalui bagian inflasi (inflation part) yang ada bagian
samping kateter atau dengan menggunting inflation part tepat pada percabangannya,
lalu air yang ada dalam balon dikeluarkan
9. Tarik kateter dengan hati-hati, jangan dengan gerakan kasar.
10. Lakukan tindakan antiseptik dan aseptik ulang pada ujung urethra untuk menghindari
terjadinya infeksi.
Skenario
Bapak K, 68 tahun, datang dengan keluhan susah buang air kecil sejak empat hari yang lalu.
Bapak K mengatakan bahwa jika BAK, keluarnya hanya menetes sedikit-sedikit dan terasa
tidak lampias. Sekarang ini perut bawah Bapak K terasa sangat penuh dan tidak nyaman.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, maka saudara memutuskan untuk memasang kateter urin
pada pasien ini. Lakukan pemasangan kateter secara lege artis.

Referensi

a. Bates B., Bickley LS., Hoekelman RA., Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan
Riwayat Kesehatan. Jakarta : EGC. 1995
b. Dacre J., Kopelman P., Handbook of Clinical Skills. London : Manson Publishing.
2005
c. Dornan T., O’ Neill P., Core Clinical Skills for OSCEs in Medicine, 2nd edition.
USA : Churchill Livingstone Elsevier. 2006

Checklist Skills Lab Blok 3.3 – Sistem Urogenital

Pemasangan dan Pelepasan Kateter Urin pada Pria

SKOR
No KRITERIA
0 1 2
PEMASANGAN KATETER
1 Pemeriksa memberikan salam dan memperkenalkan diri.
Pemeriksa mempersilakan penderita berbaring dengan
2
rileks.
3 Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan
Membuka bungkusan alat-alat steril dan menjatuhkan alat
4
steril pada meja steril tanpa menyentuh isinya
5 Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada penis dan
6
daerah sekitarnya.
7 Memasang kain steril pada penderita
Lubrikasi kateter dengan gel atau semprotkan gel dengan
8 alat penyemprot gel ke dalam urethrae melalui orifisium
urethrae externum
9 Memegang penis seperti memegang gelas pada posisi
tegak lurus terhadap badan pasien
10 Masukan kateter dengan bantuan pinset atau boleh dengan
jari tangan.
Saat terasa tahanan pada saat mendorong kateter, minta
11 pasien menarik napas dalam kemudian dorong kateter ke
dalam vesica urinaria.
Posisi penis dari arah tegak lurus didatarkan ke arah kaki
12 untuk membantu memudahkan masuknya kateter saat ada
tahanan di sphincter urethra eksterna
Kateter terus didorong sampai “Y conector” menyentuh
13
ostium urethrae externum.
14 Masukan 10-15 cc air untuk mengembangkan balon kateter
15 Melepaskan duk steril
Kateter difiksasi di daerah inguinal atau paha bagian
16
proksimal dengan bantuan plester
17 Memasang urine bag
PELEPASAN KATETER
Pemeriksa menerangkan tujuan dan prosedur pelepasan
18
kateter
19 Mempersiapkan alat – alat yang diperlukan
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan dengan cara
20
yang benar
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada penis dan
21
daerah sekitarnya.
Keluarkan cairan yang mengembangkan balon kateter
dengan cara melakukan aspirasi air dengan spuit kecil
melalui bagian inflasi (inflation part) yang ada bagian
22
samping kateter atau dengan menggunting inflation part
tepat pada percabangannya, lalu air yang ada dalam balon
dikeluarkan
Tarik kateter dengan hati-hati, jangan dengan gerakan
23
kasar
Lakukan tindakan antiseptik dan aseptik ulang pada ujung
24
urethra untuk menghindari terjadinya infeksi.
Nilai = (TOTAL SKOR x 10) / 42
Keterangan :
0 = Tidak dapat melakukan
1= dilakukan kurang benar atau tidak berurutaM
2= dilakukan dengan benar dan berurutan

PEMASANGAN KATETER URIN PADA WANITA

SKOR
No KRITERIA
0 1 2
1 Pemeriksa memberikan salam dan memperkenalkan diri.
2 Pemeriksa mempersilakan penderita berbaring dengan rileks.
3 Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan
4 Mengenakan sarung tangan
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vulva dan
5
sekitarnya ( dari arah atas kearah bawah)
6 Memasang kain steril pada penderita.
Apus / oles vulva dengan kasa yang mengandung cairan
7
lubrikan melewati lipatan dalam labia minora
8 Lebarkan labia minora dan cari ostium urethrae externum
9 Minta pasien untuk tarik napas dalam
10 Masukan kateter dengan jaritangan atau bantuan klem arteri
Kateter terus didorong sampai “Y conector” menyentuh ostium
11
urethrae externum.
13 Masukan 5-10 cc air untuk mengembangkan balon kateter
14 Melepaskan kain duk steril
Kateter difiksasi di daerah inguinal atau paha bagian proksimal
15
dengan bantuan plester
PELEPASAN KATETER
16 Pemeriksa menerangkan tujuan dan prosedur pelepasan kateter
17 Mempersiapkan alat – alat yang diperlukan
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan dengan cara yang
18
benar
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vulva dan
19
daerah sekitarnya.
Keluarkan cairan yang mengembangkan balon kateter dengan
cara melakukan aspirasi air dengan spuit kecil melalui bagian
20 inflasi (inflation part) yang ada bagian samping kateter atau
dengan menggunting inflation part tepat pada percabangannya,
lalu air yang ada dalam balon dikeluarkan
21 Tarik kateter dengan hati-hati, jangan dengan gerakan kasar
Lakukan tindakan antiseptik dan aseptik ulang pada ujung
22
urethra untuk menghindari terjadinya infeksi.

Nilai = (total skor x 10) / 40


Keterangan :
0 = Tidak dapat melakukan
1= dilakukan kurang benar atau tidak berurutaM
2= dilakukan dengan benar dan berurutan

Anda mungkin juga menyukai