KONTRIBUTOR 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR KOMPETENSI 5
AREA KOMPETENSI
1. Komunikasi efektif ( Area kompetensi 1. )
2. Ketrampilan Klinis ( Area Kompetensi 2. )
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Area Kompetensi 3. )
4. Pengelolaan Informasi ( Area Kompetensi 4 )
Kompetensi yang akan dicapai pada Blok 3.3 sesuai dengan yang tercantum pada Buku
Standar Kompetensi Dokter Indonesia dari KKI.
Daftar kompetensi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
NO DAFTAR PENYAKIT KEMAMPUAN
1 Infeksi saluran kemih 4A
2 Glomerulonefritis akut 3A
3 Glomerulonefritis kronik 3A
4 Gonore 4A
5 Karsinoma sel renal 2
6 Tumor W ilms 2
7 Acute kidney injury 2
8 Penyakit ginjal kronik 2
9 Sindrom nefrotik 2
10 Kolik renal 3A
11 Batu saluran kemih (vesika urinaria, ureter, uretra ) Tanpa 3A
Kolik
12 Ginjal polikistik simtomatik 2
13 Ginjal tapal kuda 1
14 Pielonefritis tanpa komplikasi 4A
15 Nekrosis tubular akut 2
Alat Kelamin Pria
16 Hipospadia 2
17 Epispadia 2
18 Testis tidak turun/ kriptorkidismus 2
19 Rectratile testis 2
20 Varikokel 2
21 Hidrokel 2
22 Fimosis 4A
23 Parafimosis 4A
24 Spermatokel 2
25 Epididimitis 2
26 Prostatitis 3A
27 Torsio testis 3B
28 Ruptur uretra 3B
29 Ruptur kandung kencing 3B
30 Ruptur ginjal 3B
31 Karsinoma uroterial 2
32 Seminoma testis 1
33 Teratoma testis 1
34 Hiperplasia prostat j inak 2
35 Karsinoma prostat 2
36 Striktura uretra 2
37 Priapismus 3B
38 Chancroid 3A
Keterangan:
Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan dokter
Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika
membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu
bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan overview level.
Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, Dokter segera
merujuk.
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis
yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani
problem itu secara mandiri hingga tuntas.
Kompetensi keterampilan klinis dapat dilihat pada bagan berikut (berdasarkan standar
KKI):
NO KETERAMPILAN TINGKAT
KETERAMPILAN
1 Pemeriksaan bimanual ginjal 4A
2 Pemeriksaan nyeri ketok ginjal 4A
3 Perkusi kandung kemih 4A
4 Palpasi prostat 4A
5 Refleks bulbokavernosus 3
PROSEDUR DIAGNOSTIK
6 Swab uretra 4A
7 Persiapan dan pemeriksaan sedimen urine 4A
(menyiapkan slide dan uji mikroskopis urine)
8 Uroflowmetry 1
9 Micturating cystigraphy 1
10 Pemeriksaan urodinamik 1
11 Metode dip slide (kultur urine) 3
12 Permintaan pemeriksaan BNO IVP 4A
13 Interpretasi BNO-IVP 3
TERAPEUTIK
14 Pemasangan kateter uretra 4A
15 Clean intermitten chateterization (Neurogenic bladder) 3
16 Sirkumsisi 4A
17 Pungsi suprapubik 3
18 Dialisis ginjal 2
Keterangan:
Tingkat kemampuan 1 Mengetahui dan Menjelaskan
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini, sehingga dapat
menjelaskan kepada teman sejawat, pasien maupun klien tentang konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, serta cara melakukan, komplikasi yang timbul, dan sebagainya.
Catatan:
Tingkat kemampuan tersebut diharapkan dapat dicapai sesuai standar masing- masing pada
saat mahasiswa menyelesaikan pendidikan profesi dokter.
PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER URIN
PADA PRIA DAN WANITA
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan prosedur klinis sesuai masalah dan kebutuhan pasien.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti keterampilan klinik ini, diharapkan mahasiswa :
1. Memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan kateterisasi laki-laki dan
wanita(baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi dan cara melakukan)
2. Mampu mendemonstrasikan kemampuan sambung rasa dengan pasien simulasi, yaitu
dengan :
- memberikan salam
- memberikan situasi yang nyaman bagi pasien
- menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya
- memelihara dan menjaga harga diri pasien/pasien simulasi, hal-hal yang
bersifat pribadi, dan kerahasiaan pasien/pasien simulasi sepanjang waktu
- memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
- memperlakukan pasien/pasien simulasi sebagai mitra sejajar dan meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu tindakan
3. Mampu mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk kateterisasi urinarius yang
benar.
4. Mampu melakukan prosedur pemasangan kateter urinarius pada pria dan wanita
dengan benar.
5. Mampu melakukan pencabutan / melepaskan kateter Foley dengan benar
Rencana Pembelajaran
1) Pra-sesi
- Menyaksikan video pemasangan dan pelepasan kateter
- Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang
pemasangan dan pelepasan kateter; referensi adalah video, buku
panduan skills lab kateter, kuliah, dan referensi lain)
Template Working Plan
1. Pertanyaan untuk dijawab mahasiswa
i) Apakah indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter?
ii) Apakah fungsi dari kateter
iii) Berapakah ukuran kateter untuk dewasa
2. Pertanyaan yang diajukan mahasiswa, harus berbeda antara mahasiswa satu
dengan yang lain, 1-3 pertanyaan.
2) Sesi Terbimbing
Sesi 1
- Introduction 5’
- Diskusi workplan 25’
- Mahasiswa mencoba melakukan pemasangan kateter 120’
Sesi 2 (Feedback)
Mahasiswa melakukan pemasangan kateter dan masing-masing diberi feedback @10’
Tinjauan Teori
Kateterisasi uretra adalah Istilah yang sudah dikenal sejak zaman Hypokrates
yang pada waktu itu menyebutkan tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan
cairan dari tubuh. Bernard memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet tahun 1779,
sedangkan Foley membuat kateter menetap pada tahun 1930. Kateter Folley inilah yang
saat ini masih dipakai secara luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine dari vesica urinaria.
Sebelum melakukan pemasangan kateter, mahasiswa harus mampu melakukan
pemeriksaan fisik genitalia eksterna pria dan wanita. Keterampilan ini dibatasi hanya
sampai mengidentifikasi organ/bagian yang terdapat pada genitalia eksterna pria dan
wanita. Selain itu mahasiswa juga harus dapat mengidentifikasi perbedaan yang terdapat
pada organ genitalia eksterna pria dan wanita. Mahasiswa harus mampu melakukan
pemeriksaan fisik ini karena merupakan dasar dari keterampilan prosedural pemasangan
kateterisasi uretra.
Kateterisasi uretra adalah suatu prosedur memasukkan kateter (selang kecil)
melalui saluran uretra kedalam vesika urinaria. Kateter dibedakan menurut ukuran,
bentuk, bahan, sifat pemakaian dan percabangan. Ukuran kateter dinyatakan dalam skala
Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan ukuran diameter luar kateter. 1 Ch atau 1 Fr =
0,33 mm. 1 mm=3 Fr. Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainleess), karet (lateks),
silikon dan lateks dengan lapisan silikon .Dewasa normal pemasangan kateter untuk
drainase digunakan ukuran 16F – 18F.
Adapun indikasi dilakukannya pemasangan kateter adalah untuk tujuan diagnosis dan
terapi, yaitu:
Tindakan diagnosis:
1. Pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine untuk pemeriksan kultur.
2. Untuk mengukur residu ( sisa ) urine setelah pasien miksi jika kandung kemih tidak
mampu sepenuhnya dikosongkan
3. Untuk memasukan bahan kontras untu pemeriksaan radiologi.
4. Pemeriksaan urodinamik menentukan tekanan intra vesika
5. Untuk menilai produksi urine
Tujuan terapi :
1. Mengeluarkan urine dari vesica urinaria pada keadaan obstruksi infra vesika.
2. Mengeluarkan urine pada disfungsi vesica urinaria.
3. Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah.
4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra
5. Memasukan obat-obatan intra vesika.
6. Pemakaian kateter secara bersih mandiri berkala .
Perlu diperhatikan bahwa kateter untuk diagnostik segera dilepas setelah tujuan
pemasangan selesai, namun untuk terapi dipertahankan sampai tujuan terpenuhi. Kateter
uretra tidak boleh dipasang pada penderita trauma yang dicurigai adanya cedera uretra
yang ditandai antara lain keluarnya darah dari uretra, hematom yang luas daerah perineal
serta adanya perubahan letak prostat (pada pria) pada colok dubur. Pemasangan kateter
pada keadaan ini ditakutkan akan terjadi salah jalur melalui cedera maupun menambah
parahnya cedera.
PERSIAPAN
a. Persiapan Pasien
- Terangkan proseduer untuk mendapatkan ijin/consent dan selanjutnya pasien
dapat bersikap kooperatif
- Berikan jaminan privasi tindakan pada pasien.
- Mintalah/bantulah pasien untuk mencuci penis dan daerah perianal,
selanjutnya dikeringkan.
b. Persiapan alat/lingkungan
- Trolley bersih atau tempat lainnya yang bersih dan sesuai untuk meletakkan
alat
- Kantong urine steril
- Kateter foley (ukuran disesuaikan dengan penderita kira-kira 16-18 French)
- Gel lubrikasi-anastetik steril
- Larutan steril NaCl 0,9 %
- Spuit 10 cc dan 10 ml aquades steril
- Kontainer alat steril
- Alas
- Sumber penerangan yang cukup
c. Persiapan Dokter
- Mencuci tangan dan selanjutnya dikeringkan
- Gunakan sarung tangan steril
Kateter foley dapat dilepas setelah air dalam balon kateter dikeluarkan, untuk mengeluarkan
air dari dalam balon kateter dapat dengan dua cara :
a. Menyedot air dengan spuit kecil melalui bagian inflasi (inflation part) yang ada pada
bagian samping kateter.
b. Menggunting inflation part tepat pada percabangannya, lalu keluarkan air dalam
balon. Sesudah itu kateter dapat ditarik.
Referensi
a. Bates B., Bickley LS., Hoekelman RA., Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan
Riwayat Kesehatan. Jakarta : EGC. 1995
b. Dacre J., Kopelman P., Handbook of Clinical Skills. London : Manson Publishing.
2005
c. Dornan T., O’ Neill P., Core Clinical Skills for OSCEs in Medicine, 2nd edition.
USA : Churchill Livingstone Elsevier. 2006
SKOR
No KRITERIA
0 1 2
PEMASANGAN KATETER
1 Pemeriksa memberikan salam dan memperkenalkan diri.
Pemeriksa mempersilakan penderita berbaring dengan
2
rileks.
3 Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan
Membuka bungkusan alat-alat steril dan menjatuhkan alat
4
steril pada meja steril tanpa menyentuh isinya
5 Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada penis dan
6
daerah sekitarnya.
7 Memasang kain steril pada penderita
Lubrikasi kateter dengan gel atau semprotkan gel dengan
8 alat penyemprot gel ke dalam urethrae melalui orifisium
urethrae externum
9 Memegang penis seperti memegang gelas pada posisi
tegak lurus terhadap badan pasien
10 Masukan kateter dengan bantuan pinset atau boleh dengan
jari tangan.
Saat terasa tahanan pada saat mendorong kateter, minta
11 pasien menarik napas dalam kemudian dorong kateter ke
dalam vesica urinaria.
Posisi penis dari arah tegak lurus didatarkan ke arah kaki
12 untuk membantu memudahkan masuknya kateter saat ada
tahanan di sphincter urethra eksterna
Kateter terus didorong sampai “Y conector” menyentuh
13
ostium urethrae externum.
14 Masukan 10-15 cc air untuk mengembangkan balon kateter
15 Melepaskan duk steril
Kateter difiksasi di daerah inguinal atau paha bagian
16
proksimal dengan bantuan plester
17 Memasang urine bag
PELEPASAN KATETER
Pemeriksa menerangkan tujuan dan prosedur pelepasan
18
kateter
19 Mempersiapkan alat – alat yang diperlukan
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan dengan cara
20
yang benar
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada penis dan
21
daerah sekitarnya.
Keluarkan cairan yang mengembangkan balon kateter
dengan cara melakukan aspirasi air dengan spuit kecil
melalui bagian inflasi (inflation part) yang ada bagian
22
samping kateter atau dengan menggunting inflation part
tepat pada percabangannya, lalu air yang ada dalam balon
dikeluarkan
Tarik kateter dengan hati-hati, jangan dengan gerakan
23
kasar
Lakukan tindakan antiseptik dan aseptik ulang pada ujung
24
urethra untuk menghindari terjadinya infeksi.
Nilai = (TOTAL SKOR x 10) / 42
Keterangan :
0 = Tidak dapat melakukan
1= dilakukan kurang benar atau tidak berurutaM
2= dilakukan dengan benar dan berurutan
SKOR
No KRITERIA
0 1 2
1 Pemeriksa memberikan salam dan memperkenalkan diri.
2 Pemeriksa mempersilakan penderita berbaring dengan rileks.
3 Menerangkan tujuan dan cara pemeriksaan
4 Mengenakan sarung tangan
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vulva dan
5
sekitarnya ( dari arah atas kearah bawah)
6 Memasang kain steril pada penderita.
Apus / oles vulva dengan kasa yang mengandung cairan
7
lubrikan melewati lipatan dalam labia minora
8 Lebarkan labia minora dan cari ostium urethrae externum
9 Minta pasien untuk tarik napas dalam
10 Masukan kateter dengan jaritangan atau bantuan klem arteri
Kateter terus didorong sampai “Y conector” menyentuh ostium
11
urethrae externum.
13 Masukan 5-10 cc air untuk mengembangkan balon kateter
14 Melepaskan kain duk steril
Kateter difiksasi di daerah inguinal atau paha bagian proksimal
15
dengan bantuan plester
PELEPASAN KATETER
16 Pemeriksa menerangkan tujuan dan prosedur pelepasan kateter
17 Mempersiapkan alat – alat yang diperlukan
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan dengan cara yang
18
benar
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vulva dan
19
daerah sekitarnya.
Keluarkan cairan yang mengembangkan balon kateter dengan
cara melakukan aspirasi air dengan spuit kecil melalui bagian
20 inflasi (inflation part) yang ada bagian samping kateter atau
dengan menggunting inflation part tepat pada percabangannya,
lalu air yang ada dalam balon dikeluarkan
21 Tarik kateter dengan hati-hati, jangan dengan gerakan kasar
Lakukan tindakan antiseptik dan aseptik ulang pada ujung
22
urethra untuk menghindari terjadinya infeksi.