Kelompok 7B :
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. dr. Charles Apul Simanjuntak, Sp.OT.Spine., M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2019/2020
Skenario
Tn. K berusia 29 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan keluar nanah saat buang air kecil sejak 1
hari yang lalu, keluhan dirasakan sejak 7 minggu yang lalu dan makin memberat. Keluhan disertai
nyeri apabila kemaluan tersentuh sesuatu, demam dan nyeri pada persendian. Tn K sudah berobat tapi
belum ada perubahan. Pemeriksaan fisik didapat rambut rontok, darah mukosa mulut terdapat
stomatitis, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah leher. Pemeriksaan lokalis didapatkan
eritema makular berbintik-bintik atau bercak-bercak, warna tembaga dengan bentuk bulat atau
lonjong, seta papul berbentuk lentikular, likenoid, atau folikular, serta dapat berskuama (papulo-
skuamosa). Dokter menanyakan kepada Tn. K apakah istrinya sedang mengandung?
I. Klarifikasi istilah
a. Melanosit
b. Badan meissner
c. Sel langerhans
d. Glandula sebasea
e. Rambut
f. Muskulus arektor pili
g. Badan pacini
3 Subkutis (2)
A. Adneksa Kulit
Yang tergolong Adneksa kulit adalah rambut, kelenjar ekrin dan apokrin, serta
kuku.(2)
B. Vaskularisasi Kulit
Vaskularisasi dermal : pleksus superfisialis dan pleksus profunda(2)
B. Histologi Kulit
Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,yang terdiri
atas lapisan:
a) Epitel yang disebut epidermis
b) Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit terdapat
lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat
banyak mengandung jaringan lemak. Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica
mucosa dengan suatu perbatasan kulit-mukosa (mucocutaneusjunction). Perbatasan tersebut
dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium,dan anus. (3)
1. Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
a) Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami
keratinisasi.
b) Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan
melanosituntuk sintesa melanin.Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem Commented [MOU2]: Pisahkan
tersebut terdapat sel lain, yaitu selLangerhans dan sel Markel yang belum jelas Commented [MOU3]: pisahkan
fungsinya.(3)
proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpaidalam proses tersebut, misalnya Commented [MOU6]: Pisahkan
pada kuku.Makin ke arah permukaan butir– butir keratin makin bertambah disertai
inti sel pecahatau larut sama sekali, sehingga sel–sel pada stratum granulosum
sudah dalam keadaan mati.
d) Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum
danstratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun Commented [MOU7]: Pisahkan
sangatpadat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga
merupakan hasil darikeratohialin Commented [MOU8]: Pisahkan
e) Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas
banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau
keratinisasi.Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah
tidak tampak lagi.Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas
(desquamatio) kadang – kadang disebut sebagai stratum disjunctivum.(3)
2. Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk
papillacorii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan
pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut
kolagenkasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Commented [MOU9]: Pisahkan
Di dalamnyaselain terdapat sel-sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor Commented [MOU10]: Pisahkan
Fisiologi Kulit
1) Sebagai proteksi
1. Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.)
2. Melindungi dari trauma yang terus menerus.
3. Mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
4. Menyerap berbagai senyawa lipid vit. Adan D yang larut lemak.
5. Memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.2.
2) Pengontrol dan pengatur suhu
1. Vasokonstriksi pada suhu dingn dan dilatasi pada kondisi panas
peredarandarah meningkat terjadi penguapan keringat. Commented [MOU11]: Pisahkan
Sistem pembuluh getah bening dan kelenjar getah bening alat kelamin (2) :
Uretra :
3. Tubulus efferens
a. Terletak di luar testis.
b. Lumennya bergelombang.
c. Disususn oleh epitel selapis torak ataupun kuboid sehingga tampak
bergelombang.
d. Sel yang tinggi memiliki kinosilia pada permukannya.
4. Duktus epididimis
a. Ukuran salurannya lebih besar dari duktus eferens.
b. Epitelnya selapis torak bertingkat (dengan sel pengganti).
c. Selnya tinggi, inti sel lonjong, gepeng, sumbu panjang mengarah ke
lumen.
5. Duktus deferens
a. Salurannya lurus dan berdinding tebal.
b. Tunika mukosa:
1. Epitelnya silindris bertingkat dengan stereosilia
(bergelombang).
2. Dibawah lapisan epitel terdapat lamina propria bergelombang.
3. Tinggi sel epitel seragam.
c. Dibawah lamina propria terdapat 3 lapisan otot polos.
d. Tunika adventisia terdiri dari jaringan ikat longgar.
6. Kelenjar prostat
a. Tunika mukosa dilapisi:
1. Epitel selapis torak atau dapat bertingkat.
2. Mukosanya berlipat-lipat.
3. Di dalam lamina propria terdapat serat otot polos.
4. Di dalam lumen terdapat konkremen berwarna merah homogen.
b. Di bawah lamina propria terdapat lapisan otot polos.
c. Tunika adventisia berupa jaringan ikat longgar.
7. Kelenjar vesikulosa
a. Mirip kelenjar prostat.
b. Tunika mukosanya dilapisi epitel torak selapis dan berlipat-lipat.
c. Di lamina proprianya tidak terdapat serat otot polos.
d. Di bawah lamina propria terdapat lapisan otot polos.
e. Tunika adventisia berupa jaringan ikat longgar.
8. Kelenjar bulbourethralis
a. Epitelnya berupa epitel mukosa torax simplek
b. Terdapat jaringan ikat dan sel sel otot polos
Spermatozoa hanya Spermatozoa terdiri dari bagian kepala yang berisi DNA dengan
akrosom berisi enzim di bagian ujungnya untukmenembus ovum, bagian tengah yang
mengandung mitokondriauntuk menghasilkan energi, dan ekor yang dapat bergerak seperti
pecut.(4)
Sperma yang masih imatur dibilas keluar tubulus seminiferuske dalam epididimis oleh
cairan yang dikeluarkan oleh sel Sertoli. Epididimis dan duktus deferens menyimpan dan
memekatkan sperma serta meningkatkan motilitas dan fertilitasnya sebelum ejakulasi.
Sewaktu ejakulasi, spermabercampur dengan sekresi yang dikeluarkan oleh kelenjar kelenjar
aksesorius. (4)
Tindakan seks pria melibatkan 2 komponen : (1) ereksi atau mengerasnya penis yang
normalnya lunak agar penis dapat masuk ke dalam vagina, dan (2) ejakulasi, atau
penyemprotan kuat semen ke dalam uretra dan keluar dari penis. Selain komponen-komponen
yang berkaitan erat dengan reproduksi ini, siklus respons seks mencakup respons fisiologik
yang lebih luas yang dapat dibagi menjadi 4 fase :
Kencing bernanah dapat disebabkan oleh UTI (Urinary Tract Infection) ataupun STI
(Sexually Transmitted Infection). Terjadinya invasi bakteri kedalam mukosa kulit organ
genitalia menyebabkan adanya respon imunitas dari tubuh untuk menyingkirkan bakteri
tersebut. Respoimunitas yang terjadi berupa agregasi neutrofil, monosit, serta makrofag
jaringan kedaerah invasi bakteri untuk memusnahkan bakteri melalui fagositosis. Selain itu
terjadi lisis bakteri melalui Membrane Attack Complex (MAC) dll. Sisa-sisa leukosit dan
bakteri yang telah mati baik akibat fagositosis ataupun lisis itulah yang disebut pus ataun
anah.
Sehingga urin bernanah merupakan manifestasi dari infeksi bakteri dimana nanah
yang terbentuk di organ genitalia (dalam penis ataupun uretra penis) akan ikut keluar dari
tubuh terbawa saat buang air kecil.(7,8)
Kencing nanah menandakan adanya proses infeksi yang di sebabkan oleh bakteri.
Berikut mekanisme terjadinya kencing nanah(9) :
Infeksibakteri/mikroorganismee
Kerusakan epitel
4. Apa makna klinis nyeri pada daerah kemaluan apabila tersentuh, demam, dan nyeri
persendian pada kasus Tn. K ?
Jawab :
Inflamasi (peradangan) merupakan reaksi kompleks pada jaringan ikat yang memiliki
vaskularisasi akibat stimulus eksogen maupun endogen. Dalam arti yang paling sederhana,
inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal
jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.
Inflamasi dapat disebabkan karena miroorganisme, trauma mekanis, dan lainnya.
Pada kasus Tn K, nyeri pada daerah kemaluan menandakan adanya infeksi disertai
degan reaksi inflamasi, salah satu tanda-tanda yang ditemukan pada inflamasi adalah dolor
atau rasa sakit. Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal, yaitu
Semantara demam yang dialami Tn. K merupakan respon tubuh terhadap reaksi
inflamasi. Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau
reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan
pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan
merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin akan
meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan
menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu
mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit
dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan
produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan
suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.(11)
nyeri sendi pada Tn. K diduga terjadi karena bakteri penyebab infeksi pada daerah
kemaluan telah menyebar melalui aliran darah ke sendi. Keadaan ini disebut juga septic
arthritis. Salah satu penyebab septic arthritis adalah infeksi menular seksual.(11)
5. Mengapa Tn. K sudah berobat tetapi tidak ada perubahan?
Jawab:
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan Tn. K tidak sembuh meskipun sudah
berobat, diantaranya :
a. Pasien : Kelalaian pasien dalam meminum obat, seperti tidak meminum obat dengan
tuntas sesuai dengan resep dokter dan jumlah obat yang diberikan.
b. Obat : Obat yang diberikan tidak terikat dengan reseptor sel, sehingga pasien tidak
merasakan efek terapeutik pada obat tersebut.
c. Tenaga medis : Kurang tepatnya dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit yang
diderita pasien.
6. Apa makna klinis rambut rontok, stomatitis pada mukosa mulut dan pembesaran
kelenjar getah bening pada daerah ?
Jawab :
a. Rambut rontok
Sel-sel limfosit b atau t yaitu sel darah putih yang dalam keadaan normal menjaga
daya tahan tubuh kita untuk menangkal infeksi bakteri , parasit dan virus ,menjadi
abnormal dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih lama dari
biasanya.(14)
b. Pemeriksaan fisik
6) Regio kepala : rambut rontok
7) Regio mulut : stomatitis pada mukosa mulut,
8) Regio leher : pembesaran kelenjar getah bening daerah glans penis.
9) Glans penis : (pemeriksaan lokalis) didapatkan eritema macular,berbintik
bintik atau berbercak bercak,warna tembaga dengan bentuk
bulat atau lonjong, papul berbentuk lenticular,likenoid atau
folikular serta bersquama.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan T.Pallidum
Cara pemeriksaan adalah dengan mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat
bentuk dan pergerakannya dengan microskop lapangan gelap. Pemeriksaan
dilakukan tiga hari berturut-turut. Jika hasil pada hari I dan II negatif. Sementara
itu lesi dikopres dengan larutan garam faal. Bila negatif bukan selalu berarti
diagnosisnya bukan sifilis, mungkin kumannya terlalu sedikit. Treponema
tampak berwarna putih pada latar belakang gelap. Pergerakannya memutar
terhadap sumbunya, bergerak perlahan-lahan melintasi lapangan pada
pandangan, jika tidak bergerak cepat seperti Borrelia vincentii penyebab
stomatitis. Pemeriksaan lain dengan pewarna menurut Buri, tidak dapat dilihat
pergerakannya karena treponema tersebut telah mati, jadi hanya tampak
bentuknya saja. Sementara itu lesi dikompres dengan larutan garam faal setiap
hari.(12)
2. Tes Serologik Sifilis (TSS)(12)
T.S.S. atau Serologic Tests for Sypilis (S.T.S) merupakan pembantu diagnosis
yang penting bagi sifilis. S I pada mulanya memberi hasil T.S.S. negatif
(seronegatif), kemudian menjadi positif (seropositif) dengan titer rendah, jadi
positif lemah. Pada S II yang masih dinireaksi menjadi positif agak kuat, yang
akan menjadi sangat kuat pada S II lanjut. Pada S III reaksi menurut lagi
menjadi positif lemah atau negatif. T.S.S. dibagi menjadi dua berdasarkan
antigen yang dipakai,yaitu :
a) Nontreponemal (Tes Reagin)
1. Tes fiksasi komplemen : Wasserman (WR), Kolmer.
2. Tes flokulasi : VDRL (Venereal Disease Research
Laboratories), Kahn, RPR (Rapid Plasma Reagin), ART (Automated
Reagin Test), dan RST (Reagin Screen Test).
Di antara tes tes tersebut yang dianjurkan ialah VRDL dan RPR secara
kuantitatif, karena teknislebih mudah dan lebih cepat daripada tes fiksasi
komplemen,lebihsensitive daripadateskolmer/wasseman, dan baik untuk
menilai terapi
Tes RPR dilakukan dengan antigen VDRL,Kelebihan RPR ialah
flokulasi dapat dilihatmakroskopik, lebih sederhana serta dapat dibaca setelah
10 menit sehingga dapat discreening.kalauterapi berhasil,maka titer VDRL
cepat menurun dalam 6 minggu titerakan normal.
b) Tes Treponemal
Tes ini bersifat spesifik karena antigennnya ialah treponema atau
ekstraknyadan dapat digolongkan menjadi empat kelompok :
a. Tes Imobilisasi :TPI (Treponemal pallidum Imobilization Test).
b. Tes fiksasi komplemen :RPCF (Reiter Protein Complement
FixationTest).
c. Tes Imunofluoresen :FTA-Abs (FluorecentTreponemal Antbody
Absorption Test), ada dua : lgM, lgG; FTA-Abs
DS (Fluorescent Treponemal Antibody-
Absorption Double Staining).
d. Tes hemoglutisasi :TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination
Assay),19SlgMSPHA(Solid-phase
Hemabsorption Assay), HATTS
(Hemagglutination Treponemal Test for
Syphilis), MHA-TP (Microhemagglutination
Assay for Antibodies to Treponema pallidum).
FTA-Abs paling sensitif (90%),terdapat dua macam yaitu untuk IgM dan IgG
sudah positif pada waktu timbul kelainan S 1.IgM sangat reaktif pada sifilis
dini,pada terapi yangberhasil titer IgM cepat turun,sedangkan IgG lambat.IgM
penting untuk mendiagnosis sifilis kongenital(12)
9. Apa epidemiologi dan etiologi penyakit Tn. K?
Jawab :
a. Epidemiologi
Sebelum tahun 1945 belum dikenal di Eropa. ada yang menganggap penyakit
ini berasal dari penduduk indian yang dibawa oleh anak buah Colombus waktu
mereka kembali kespanyol pada tahun1492. pada tahun 1494 terjadi epidemic di
Napoli .pada abad ke 18 diketahui bahwa penularan sifilis dan gonore disebabkan oleh
senggama dan keduanya dianggap disebabkan oleh infeksi yang sama.
Pada abad ke-15 terjadi abad di Eropa sesudah tahun 1860 morbilita ssifilis di
eropa menurun dengan cepat ,mungkin karena perbaikan sosio ekonomi. Selama
perang dunia kedua ins idensi nya meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun
1946,kemudian makin menurun.
Insiden sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar
antara 0.04-0.52%.insiden yang terendah di Cina,sedangkan yang tertinggi di Amerika
Selatan,di Indonesia insidensnya 0.61%.di bagian kami penderita yang terbanyak ialah
stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarangdan yang langkaialah sifilis stadium
II.(12)
b. Etiologi
Padatahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh schaudinn dan Hoffman ialah
treponema pallidum,yang termasuk ordo spirochaetales, familia spirochaetaceae, dan
genus treponema, bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar
0.15um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakanya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol .membiak secara pembelahan
melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam.
Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan. Diluar badan
kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk tranfusi dapat hidup tujuh
puluh dua jam.(12)
10. Apa faktor resiko penyakit Tn.K?
Jawab :
a. Hubungan seksual yang tidak aman melalui vagina, anal ataupun oral , seperti
bergonta-ganti pasangan atau dengan pasangan berisiko seperti PSK.
d. Penggunaan tattoo atau tindik telinga dengan alat yang tidak steril.
f. Transfusi darah.
h. Cangkok organ
Stadium Sifilis
Sifilis dalam perjalanannya dibagi menjadi tiga stadium yaitu sifilis stadium primer,
sekunder, dan tersier yang terpisah oleh fase laten dimana waktu bervariasi, tanpa tanda
klinis infeksi. Interval antara stadium primer dan sekunder berkisar dari beberapa minggu
sampai beberapa bulan.Interval antara stadium sekunder dan tersier biasanya lebih dari
satu tahun.(17)
Stadium Sifilis Primer
Lesi awal sifilis berupa papul yang muncul di daerah genitalia kisaran tiga
minggu setelah kontak seksual. Papul membesar dengan ukuran 0,5 – 1,5 cm kemudian
mengalami ulserasi,membentuk ulkus.Ulkus sifilis yang khas berupa bulat, diameter 1-
2cm, tidak nyeri, dasar ulkus bersih tidak ada eksudat, teraba indurasi, soliter tetapi
dapat juga multipel. Hampir sebagian besar disertai pembesaran kelenjar getah bening
inguinal medial unilateral atau bilateral.Gambaran chancre sifilis primer dapat dilihat
pada gambar(17)
Chancre sífilis primer sering terjadi pada genitalia, perineal, atau anus dikarenakan
penularan paling sering melalui hubungan seksual, tetapi bagian tubuh yang laindapat juga
terkena.(17)
Ulkus jarang terlihat pada genitalia eksterna wanita, karena lesi sering pada vagina
atau serviks. Dengan menggunakan spekulum, akan terlihat lesi di serviks berupa erosi atau
ulserasi yang dalam. Tanpa pengobatan lesi primer akan sembuh spontan dalam waktu 3
sampai 6 pekan. Diagnosis banding sifilis primer yaitu ulkus mole yang disebabkan
Haemophilus ducreyi, limfogranuloma venereum,trauma pada penis, fixed drug eruption,
herpes genitalis.
Manifestasi akan timbul pada beberapa minggu atau bulan, muncul gejala sistemik
berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit kepala, adenopati,dan lesi kulit atau
mukosa. Lesi sekunder yang terjadi merupakan manifestasi penyebaran Treponema pallidum
secara hematogen dan limfogen.
Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit,
selaputlendir,danorgantubuh.Lesikulit biasanya simetris, dapat berupa makula, papula,
folikulitis, papuloskuamosa, dan pustul, jarang disertai keluhan gatal.Lesi dapat ditemukan di
trunkus dan ekstermitas, termasuk telapak tangan dan kaki. Papul biasanya merah atau coklat
kemerahan, diskret, diameter 0,5 – 2cm, umumnya berskuama tetapi kadanglicin. Lesi
vesikobulosa dapat ditemukanpada sifiliskongenital.
Kondiloma lata merupakan istilah untuk lesi meninggi (papul), luas,putihatau abu-abu
didaerah yang hangat dan lembab. Lesi sifilis sekunder dapat muncul pada waktu lesi sifilis
primer masih ada. Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
serologis yang reaktif dan pemeriksaan lapangan gelap positif. Treponema pallidum banyak
ditemukan pada lesi selaput lendir atau basah seperti kondilomata lata.
Ruam kulit pada sifilis sekunder sukar dibedakan dengan pitiriasis rosea, terutama
jika berskuama,eritema multiforme dan erupsi obat.Diagnosis sifilis sekunder cukup sulit.
Pada umumnya diagnosis ditegakkan berdasarkan kelainan khas lesi kulit sifilis sekunder
ditunjang pemeriksaan serologis.
Sifilis Laten(17)
Sifilis laten yaitu apabila pasien dengan riwayat sifilis dan pemeriksaan serologis
reaktif yang belum mendapat terapi sifilis dan tanpa gejala atau tanda klinis.Sifilis laten
terbagi menjadi dini dan lanjut, dengan batasan waktu kisaran satu tahun. Dalam perjalanan
penyakit sifilis akan melalui tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Tetapi
bukan bearti penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi
sifilistersier.
Sifilis tersier terdiri dari tiga grup sindrom yang utama yaitu neurosifilis, sifilis
kardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut. Pada perjalanan penyakit neurosifilisdapat
asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neurosifilis,
terjadi perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah
disertaidegenerasi.
Stadium dini
T. pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lender, biasanya
melalui sanggama. Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk
infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel- sel plasma, terutama di perivaskular,
pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T. pallidum dan sel-
sel radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan jaringan
perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan
hipertrofik endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis tampak
sebagai SI.
Sebelum SI terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar
ke semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian.
Multiplikasi ini diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII, yang terjadi enam sampai
delapan minggu sesudah SI. SI akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat
tersebut jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan
akhirnya sembuh berupa sikatriks. SII juga mengalami regresi perlahan-lahan dan lalu
menghilang.
Tibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih
terdapat. Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayi dengan
sifilis kongenital.
Stadium lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya treponema dalam keadaan
dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.
Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat sekonyong-konyong berubah,
sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada
saat itu muncullah S III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak dapat
ditemukan T. pallidum, reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung
bertahun-tahun. Setelah mengalami mass laten yang bervariasi guma tersebut timbul
di tempat-tempat lain.19
13.Bagaimana penatalaksaan penyakit Tn. K?
Jawab:
1. Non-Farmakologi(18)
1) Konseling tentang sifilis mulai dari cara penularan, pengobatan dan pencegahan
serta resiko tertularnya
2) Periksa dan obati pasangan seksual pasien
3) Abstinensia hingga sembuh
2. Farmakologi(2,18)
1) Untuk S I, S II, dan sifiis laten dini kurang dari 2 tahun
a. Penisilin G benzatin Im 2,4juta unit satu kali seminggu
b. Penisilin G prokain dalam akua IM 0,6 juta unit per hari selama 10 hari jika
soronegatif dan 14 hari jika seropositive
c. PAM (Penisilin G prokain dan 2% aluminium monostrerat) dosis total 4,8 juta
unit yaitu 1,2 juta unit perkali sebanyak 2x perminggu
2) Sifilis laten lanjut lebih dari 2 tahun atau masa infeksinya tidakdiketahui
a. Penisilin G Benzatin dosis total 7,2 juta unit yaitu 2,4 juta unit
perminggu selama 3 minggu
b. Penisilin G prokain dalam akua dosis total 1 juta unit yaitu 0,6 juta unit
perhari selama 20-21 hari
c. PAM dosis total 72 juta unit yaitu 1,2 juta unit perkali sebanyak 2 kali
seminggu selama 3 minggu.
b. Prognosis (18)
Pengobatan pada sifilis primer dan sekunder memberikan hasil yang sangat
baik. Kegagalan terapi hanya masih ditemukan pada penderita HIV. Penderita
Tobes Dorsalis tidak akan membaik tetapi progresivitas penyakit akan berkurang
dengan pengobatan sifilis. Sifilis kardiovaskular juga memberikan respon yang
baik dengan pengobatan sifilis walaupun infark iskemik masih dapat ditemukan.
Pada semua stadium penyakit sifilis, pengobatan dinyatakan berhasil bila pada
3 bulan sampai dengan 6 bulan setelah pengobatan titer tes nontreponemal
menurun 4 kali. Pada penderita sifilis yang telah diberikan pengobatan yang cukup
adekuat harus dievaluasi kembali secara klinis serta serologis pada 1,3,6,12 bulan
setelah pengobatan.
Pada penderita sifilis laten dini yang telah diobati dan hasil uji nontreponemal
nonreaktif, harus diamati sampai akhir tahun kedua. Apabila dalam waktu 12 bulan
setelah pengobatan menjadi seronegatif maka pengamatan dapat dihentikan. Pada
sifilis laten lanjut evaluasi dilakukan pada 3,6 dan 12 bulan setelah pengobatan,
bila masih tetap reaktif dilakukan evaluasi sampai 2-3 tahun dengan interval 12
bulan. Pada kasus dengan infeksi HIV evaluasi dilakukan 1,2,3,6,9,12, dan 24
bulan setelah pengobatan.
Daftar Pustaka
1. Dorland. 2015. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: Elsevier.
2. Adhi Djuanda, dkk. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Anthony, L . Mescher. 2012. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas.Jakarta : GCE
4. Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC medical publisher
5. Gartner, L. P. (2007). Color Textbook Histology. Jakarta: EGC.
6. Tim Histologi FKUI. (2013). Penuntun Praktikum Histologi. Jakarta: Dian Rakyat
7. Munasir, Zakiudin. 2001. ResponsImunTerhadapInfeksiBakteri. Volume 2 (4), 193-197.
8. Center for Disease Control and Prevention. 2015. Sexually Transmitted Dissease.
Diakses 7 April 2019.
9. (https://www.academia.edu/33124056/LAPORAN_TUTORIAL_Infeksi_Menular_Seksu
al di aksespada 7 April 2019 pukul 10.51 WIB)
10. http://digilib.unila.ac.id/2285/11/Bab%20II.pdf
11. Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem ed.6. Jakarta : EGC.
12. Djuanda, Adhi. Sifilis. In: Linuwih Sri. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7.
Jakarta: Badan PenerbitFKUI.
13. Sasanti,Harum. 2016. Stomatitis yang sering dijumpai di klinik.FKGUI; Jakarta.
14. Kementrian Kesehatan RI. Data dankon disipenyakit limfoma di Indonesia diakses
dihttp://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
limfoma.pdf pada 7 aprn 2019 pukul 12.18 WIB
15. Dinas Kesehatan. 2016. Table profil kesehatan provinsi jambi.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2016/1571_
Jambi_Kota_Jambi_2016.pdf diaksespada 7 April 2019 pukul 12.46 WIB
16. Sudoyo, Aru W, Dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
17. juke.kedokteran.unila.ac.id./index.php/majority/article/download/470/471 (Diakses pada
tanggal 06 April 2019 Jam 23.38)
18. Rasmia, romawi. 2013. Sifilis Laten: Diagnosis dan Pengobatan. Diakses dari:
https://www.google.co.id/search?safe=strict&client=ucwebbookmark&oq=sifilis+&aqs=
mobile-gws-lite.1.35i39l1j0l4...3&q=sifilis+pdf. Diakses pada 5 April 2019 pukul 20.33
WIB.
19. Djuanda A, Natahusada. Sifilis. Dalam : Djuanda A, Mochtar H, Siti A. Ilmu penyakit
kulit dan kelamin. Ed 6. Jakarta: FKUI;2013. Hal.392-411