Anda di halaman 1dari 4

2. Bagaimana keputihan yang normal dan hubungannya dengan keluhan Ny. S?

Jawab :
Keputihan adalah pengeluaran cairan dari genitelia yang bukan darah.
Bentuk keputihan antara lain :
a) Fisiologis
Keputihan normal biasanya tidak berbau dan tidak gatal. Keputihan fisiologis
biasanya terjadi pada :
1. Menjelang atau sesudah menstruasi
Mukosa servikal mempunyai kelenjar serviks yang bercabang.
Walaupun mukosa serviks mengalami perubahan selama siklus menstruasi,
namun tidak dilepaskan saat menstruasi.
Saat titik tengah siklus menstruasi, sekitar waktu ovulasi, kelenjar
serviks menyekresikan cairan serosa yang memfasilitasi masuknya
spermatozoa ke dalam uterus.
2. Pada saat hamil
Pada saat kehamilan, sekresi kelenjar serviks menjadi semakin kental,
membentuk sumbat dari mucus kental pada mulut serviks, sehingga mencegah
masuknya sperma dan organisme mikro ke dalam uterus. Hormon progesteron
mengatur perubahan kekentalan sekresi kelenjar serviks.
3. Pada saat keinginan seksual meningkat
Lamina propria vagina terdiri atas jaringan ikat fibroelastis
mengandung banyak suplai vaskular pada daerah yang lebih dalam.
Ditemukan juga banyak limfosit dan neutrofil yang mencapai lumen dengan
melalui ruang-ruang antarsel pada periode tertentu siklus menstruasi, saat sel-
sel tersebut berpartisipasi dalam respons imun. Walaupun vagina tidak
mengandung kelenjar, terjadi peningkatan cairan vagina saat perangsangan
seksual, dan kopulasi untuk tujuan lubrikasi pada dindingnya. Cairan ini
berasal dari transudat yang ada dalam lamina propria bergabung dengan sekret
kelenjar serviks.
b) Patologis
Keputihan patologis biasanya berwarna, mengandung banyak leukosit,
jumlahnya berlebihan, berbau tidak sedap, terasa gatal dan berbau. Keputihan
patologi bisa disebabkan oleh:
1. Karena infeksi genitalia
Di dalam vagina terdapat 95% bakteri lactobacillus yang merupakan
flora normal vagina dan selebihnya bakteri pathogen. Dalam keadaan
ekosistem vagina yang seimbang, bakteri lactobacillus berperan untuk
menjaga tingkat keasaman pada kisaran 3-4,5 dengan tingkat keasaman
tersebut bakteri pathogen tidak akan mengganggu. Pada kondisi tertentu
kadar pH vagina dapat naik, maka jamur ataupun bakteri dapat dengan
mudah menginfeksi.
2. Peserta KB IUD
Penyebab keputihan pada pengguna IUD biasanya disebabkan karena
cara pemasangan IUD maupun kebersihan yang kurang pada alat kontrasepsi
IUD saat pemasangan dan juga bisa disebabkan karena kebersihan pengguna
kurang.
3. Manifestasi klinis keganasan.
Biasanya gejala keputihan sering ditemukan, getah yang keluar dari
vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

Berdasarkan bahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keluhan Ny. S berupa


keluarnya cairan putih kekuningan,berbau dari vagina sejak 1 minggu lalu
menunjukkan adanya gejala patologis yang terjadi pada organ reproduksinya.

Sumber : Bagus,Ida.2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan


Ginekologi. Jakarta : EGC.
Gartner L.2006. Atlas of histology edisi III. Baltimore;Williams &wilkins.
Patofisiologi Ca Serviks

HPV merupakan virus dengan DNA rantai ganda yang terdiri atas tiga jenis,
yaitu kutaneotropik, mukosotropik, dan tipe yang ditemukan pada mukosa dan kutan.
Kebanyakan kasus karsinoma Serviks disebabkan HPV tipe 16 dan 18.

Transmisi HPV terjadi secara primer melalui kontak kulit dengan kulit. Sel
basal dari epitel gepeng berlapis dapat terinfeksi oleh HPV. Infeksi HPV di lapisan
basal epitel cenderung membutuhkan abrasi ringan atau mikrotrauma epidermis.
Sesaat setelah memasuki sel inang, DNA HPV bereplikasi ke permukaan epitel. Pada
lapisan basal, replikasi virus dianggap tidak produktif, dan virus mengembangkan
dirinya sendiri sebagai low-copy-number episome menggunakan mesin replikasi
DNA inang untuk mensintesis DNA HPV rata-rata satu kali persiklus sel. Pada
keratinosit yang berdiferensiasi di lapisan suprabasal epitel, virus bertukar menjadi
mode siklus berputar dari replikasi DNA, mengamplifikasikan DNA HPV ke high
copy number, mensintesis protein kapsid dan menyebabkan virus berkumpul.

Pada neoplasma tingkat tinggi dan kanker invasif, DNA–HPV umumnya


bergabung dengan genom inang. Integrasi DNA-HPV mengganggu atau menghapus
regio E2, dan menyebabkan hilangnya fungsi ekspresi. Hal ini mengganggu fungsi E2
yang secara normal menghentikan transkripsi gen E6 dan E7, dan mengarah pada
peningkatan eksprei gen E6 dan E7. Fungsi E6 dan E7 selama infeksi HPV yang
produktif adalah untuk menekan jalur regulasi pertumbuhan sel dan memodifikasi
lingkungan seluler untuk memfasilitasi replikasi virus. Prduk E6 dan E7
menderegulasi siklus pertumbuhan sel inang dengan mengikat dan menginaktivasi 2
protein penekan tumor, protein penekan tumor (p53) dan produk gen retinoblastoma
(pRb).
Inaktivasi protein p53 dan pRb dapat memberikan peningkatan proliferasi dan
instabilitas genom. Sebagai konsekuensi, sel inang berakumulasi lebih banyak dan
lebih banyak merusak DNA yang tidak dapat diperbaiki, mengarah ke sel kanker
yang telah bertransformasi.

Sumber : Sudoyo, Aru W. 2014. Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai