Anda di halaman 1dari 8

FISIOLOGI PENCERNAAN (lengkap)

FISIOLOGI PENCERNAAN
Oleh Rizka Hanifah, 0806324431
Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien, air, dan
elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Dimana dalam
proses memindahkan zat tersebut sistem pencernaan melaksanakan 4 proses dasar, yaitu
motilitas, sekresi, digesti, dan absorpsi.

1. MOTILITAS
Motilitas adalah kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan, otot
polos di dinding saluran pencernaan secara terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah
yang disebut dengan tonus. Tonus ini sangat penting untuk mempertahankan agar tekanan pada
isi saluran pencernaan tetap dan untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara
permanen setelah mengalami distensi (peregangan).

Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu:


1. Gerakan propulsif yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan sehingga
berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana gerakan ini pada setiap segmen akan berbeda
tingkat kecepatannya sesuai dengan fungsi dari regio saluran pencernaan, contohnya gerakan
propulsif yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat tapi sebaliknya di usus
halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan penyerapan makanan bergerak sangat
lambat.
2. Gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur makanan dengan
getah pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus.

Yang berperan dalam kedua gerakan ini salah satunya yaitu muskularis eksterna suatu lapisan
otot polos utama di saluran pencernaan yang mengelilingi submukosa. Di sebagian besar saluran
pencernaan lapisan ini terdiri dari dua bagian yaitu lapisan sirkuler dalam dan lapisan
longitudinal luar. Serat-serat lapisan otot polos bagian dalam berjalan sirkuler mengelilingi
saluran, kontraksi serat-serat sirkuler ini menyebabkan kontriksi, sedangkan kontraksi serat-serat
di lapisan luar yang berjalan secara longitudinal menyebabkan saluran memendek, aktivitas
kontraktil lapisan otot polos ini menghasilkan gerakan propulsif dan mencampur.
2. SEKRESI
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke lumen saluran pencernaan oleh kelenjar eksokrin.
Sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik seperti enzim,
garam empedu, atau mukus. Sekresi ini memerlukan ATP, baik untuk transport aktif bahan-
bahan ke dalam sel maupun untuk sintesis produk sekretorik oleh Retikulum Endoplasma.
Sekresi tersebut dikeluarkan ke lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf atau
hormon yang sesuai.
3. DIGESTI
Digesti merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjadi satuan-
satuan yang lebih kecil sehingga dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi didalam sistem
pencernaan. Pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik. Dengan menambahkan
H2O di tempat ikatan, enzim dalam sekresi pencernaan memutuskan ikatan-ikatan yang
menyatukan subunit-subunit. Karbohidrat atau polisakarida menjadi monosakarida, lemak yang
pada umumnya adalah trigliserida dipecah menjadi monogliserida dan asam lemak, sedangkan
protein diubah menajdi asam-asam amino.

4. ABSORPSI
Setelah proses digesti molekul-molekul yang telah menjadi satuan-satuan kecil dapat diabsorpsi
bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau
limfe. Absorpsi sebagian besar terjadi di usus halus.

Penyerapan glukosa dan galaktosa dilakukan melaui transport aktif sekunder, sedangkan fruktosa
secara difusi terfasilitasi. Monogliserida dan asam lemak diabsorpsi dengan bantuan garam
empedu sebagai kilomikron. Peptida berukuran besar menggunakan transitosis sedangkan
peptida berukuran kecil menggunakan H+ dan asam amino dengan bantuan Na+. Vitamin-
vitamin larut air diserap secara pasif bersama air, sedangkan vitamin larut lemak diangkut dalam
misel dan diserap secara pasif bersama dengan produk akhir pencernaan lemak. Vitamin B12
bersifat unik, vitamin ini harus berikatan dengan faktor intrinsik lambung agar dapat diserap di
ileum terminal oleh mekanisme transportasi khusus.

PROSES PENCERNAAN

1. MULUT
Pintu masuk pertama ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral, makanan
akan dihancurkan dengan dikunyah yang melibatkan seluruh organ dalam mulut, yaitu :
a. Gigi
b. Lidah
Lidah membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang dikontrol secara volunter,
pergerakannya penting untuk memandu makanan di dalam mulut sewaktu mengunyah dan
menelan. Di lidah terdapat papil-papil pengecap (taste buds) yang juga tersebar di palatum mole,
tenggorokan dan dinding dalam pipi.

c. Kelenjar saliva
Kelenjar saliva utama yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis yang terletak di luar
rongga mulut dan menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut. Selain itu,
terdapat kelenjar saliva minor yaitu kelenjar bukal di lapisan mukosa pipi.

Saliva terdiri dari 99,5 % H2O, 0,5 % protein dan elektrolit. Protein saliva terpenting adalah
amilase, mukus, dan lisosom, yang menentukan fungsi saliva sebagai berikut :
1. Saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva, enzim yang
memecah polisakarida menjadi disakarida.
2. Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan sehingga
menyatu serta menghasilkan pelumasan karena adanya mukus yang kental dan licin.
3. Saliva mempunyai efek antibakteri oleh enzim lisosom
4. Saliva berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil pengecap
karena hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor papil pengecap.
5. Saliva berperan dalam higiene mulut dengan membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi.
6. Penyangga bikarbonat saliva menetralkan asam pada makanan yang dihasilkan oleh bakteri di
mulut sehingga membantu mencegah karies gigi.
d. Palatum. Keberadaannya memungkinkan bernapas dan mengunyah berlangsung bersamaan.
e. Uvula. Uvula terletak di bagian belakang palatum dekat tenggorokan yaitu suatu tonjolan
menggantung dari palatum mole (langit-langit lunak), yang berperan penting untuk menutup
saluran hidung ketika menelan.

2. FARING DAN ESOFAGUS


Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan atau deglutition. Menelan
dimulai ketika bolus didorong oleh lidah ke bagian belakang mulut menuju faring. Tekanan
bolus di faring merangsang reseptor tekanan di faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke
pusat menelan di medula. Pusat menelan kemudian secara refleks mengaktifkan serangkaian otot
yang terlibat dalam proses menelan.
Menelan dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
Fase Menelan :
1. Fase Oral. Makanan yang dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke belakang mengenai
dinding posterior faring oleh gerakan volunter lidah.
2. Fase Faringeal. Uvula terelevasi sehingga menutup rongga hidung, laring terelevasi kemudian
kontraksi otot-otot laring menyebabkan pita suara merapat erat satu sama lain, sehingga pintu
masuk glotis tertutup dan mencegah makanan masuk trakea. Kemudian bolus melewati epiglotis
menuju faring bagian bawah dan memasuki esofagus.
3. Fase Esofageal
Terjadi gelombang peristaltik pada esofagus mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian
distal, kemudian menuju lambung. Peristaltik mengacu pada kontraksi berbentuk cincin otot
polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke depan dengan gerakan mengosongkan,
mendorong bolus di depan kontraksi. Dengan demikian pendorongan makanan melalui esopagus
adalah proses aktif yang tidak mengandalkan gravitasi. Makanan dapat didorong ke lambung
bahkan dalam posisi kepala di bawah. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5 – 9 detik
untuk mencapai ujung bawah esopagus. Kemajuan gelombang tersebut dikontrol oleh pusat
menelan melalui persyarafan vagus.

Sekresi esofagus seluruhnya bersifat protektif dan berupa mukus, mukus disekresikan di
sepanjang saluran pencernaan. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk lewatnya makanan, mukus
esofagus memperkecil kemungkinan rusaknya esofagus oleh bagian-bagian makanan yang tajam,
mukus juga melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim getah lambung apabila terjadi
refluks lambung.

3. LAMBUNG
Lambung terbagi menjadi beberapa bagian yaitu fundus adalah bagian lambung yang terletak di
atas lubang esofagus, korpus yaitu bagian tengah atau utama lambung, lambung bagian bawah
yaitu antrum, bagian akhir lambung adalah sfingter pilorus, yang berfungsi sebagai sawar antara
lambung dan bagian atas usus halus, duodenum.

Motilitas Lambung
Motilitas lambung bersifat kompleks & dikontrol oleh beberapa faktor, terdapat empat asfek
motilitas lambung, yaitu:
a. Empty Stomach Contractility
Kotraksi pada lambung menuju bagian distal dari saluran pencernaan. Diperlukan waktu 90
menit untuk mencapai usus besar. Berfungsi sebagai housekeeping , menyapu sisa-sisa makanan
dan bakteri keluar dari traktus GI ke usus besar
b. Pengisian Lambung
Volume lambung jika kosong sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga
kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter ketika makan. Akomodasi perubahan volume ini dapat
menyebabkan ketegangan pada dinding lambung dan meningkatkan tekanan intralambung, tapi
hal ini tidak akan terjadi karena adanya faktor plastisitas otot polos lambung dan relaksasi resesif
lambung pada saat terisi.

Plastisitas adalah kemampuan otot polos mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang
panjang yang lebar, dengan demikian pada saat serat-serat otot polos lambung teregang pada
pengisian lambung, serat-serat tersebut melemas. Sifat dasar otot polos tersebut diperkuat oleh
relaksasi refleks lambung pada saat terisi. Interior lambung membentuk lipatan-lipatan yang
disebut rugae. Selama makan, rugae mengecil dan mendatar pada saat lambung sedikit demi
sedikit melemas karena terisi. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan ini disebut
relaksasi resesif.
c. Pencampuran Lambung
Volume telah menyentuh 1 L, tekanan dalam lambung akan meingkat. Ketika Kontraksi
peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi
lambung, seperti asam dan enzim pencernaan, dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang
peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sfingter pilorus. Apabila kimus terdorong
oleh kontraksi peristaltik yang kuat akan melewati sfingter pilorus dan terdorong ke duodenum
tetapi hanya sebagian kecil saja. Sebelum lebih banyak kimus dapat diperas keluar, gelombang
peristaltik sudah mencapai sfingter pilorus menyebabkan sfingter berkontraksi lebih kuat,
menutup dan menghambat aliran kimus ke dalam duodenum. Sebagian besar kimus antrum yang
terdorong ke depan tapi tidak masuk ke duodenum berhenti secara tiba-tiba pada sfingter yang
tertutup dan bertolak kembali ke dalam antrum, hanya untuk didorong ke depan dan bertolak
kembali pada saat gelombang peristaltik yang baru datang. Gerakan maju mundur tersebut
disebut retropulsi, menyebabkan kimus bercampur secara merata di antrum. Motilitas gastric
dibawah kontrol saraf dan ini distimulasi oleh distensi lambung.

d. Pengosongan Lambung
Kontraksi peristaltik antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung juga menghasilkan
gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang masuk ke duodenum pada
setiap gelombang peristaltik sebelum sfingter pilorus tertutup tergantung pada kekuatan
peristaltik. Intensitas peristaltik antrum sangat bervariasi tergantung dari pengaruh berbagai
sinyal dari lambung dan duodenum.
Faktor-Faktor Efek pada Motilitas dan Pengosongan Lambung
Di dalam Lambung
- Volume Kimus
-Derajat Keenceran
Di dalam Duodenum
Keberadaan dari:
-lemak
-asam
-hipertonis
-peregangan
Di luar St.Pencernaan
-Emosi
-Nyeri Hebat
-Penurunan glukosa di hipotalamus
Peningkatan volume merangsang motilitas dan pengosongan.
Peningkatan keenceran mempercepat pengosongan

Faktor-faktor tersebut menghambat pengosongan hingga duodenum mengatasi faktor-faktor yang


sudah ada sebelumnya.

Merangsang atau menghambat motilitas dan pengosongan


Menghambat pengosongan
Merangsang motilitas disertai rasa lapar
Tabel berikut menggambarkan faktor yang mempengaruhi motilitas dan pengosongan lambung :

Sekresi Lambung
Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting, yaitu kelenjar Oksintik
(disebut juga kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik menyekresi asam
hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorik terutama menyekresi
mukus untuk melindungi mukosa pilorus dari asam lambung. Kelenjar pilorik juga menyekresi
hormon gastrin.

Sel-sel parietal secara aktif mengeluarhan HCl ke dalam lumen kantung lambung, hal ini
menyebabkan pH lumen turun sampai 2. HCl membantu fungsi pencernaan, antara lain :
1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin.
2. Membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat, sehingga partikel makanan berukuran besar
dapat dipecah menjadi partikel kecil.
3. Bersama dengan lisosom mematikan sebagian besar mikroorganisme yang masuk bersama
makanan
Pepsinogen merupakan enzim inaktif yang disintesa oleh aparatus golgi dan retikulum
endoplasma kemudian disimpan di sitoplasma dalam vesikel sekretorik yang dikenal dengan
granula zimogen. Pepsinogen mengalami penguraian oleh HCl menjadi enzim bentuk aktif yaitu
pepsin. Pepsin berfungsi untuk mengaktifkan kembali pepsinogen (proses otokatalitik) dan
sintesa protein dengan memecah ikatan asam amino menjadi peptida.Sekresi mukus berfungsi
sebagai sawar protektif dari cedera terhadap mukosa lambung karena sifat lubrikalis dan
alkalisnya dengan menetralisasi HCl yang terdapat di dekat mukosa lambung. Hormon gastrin
disekresikan oleh sel-sel gastrin (sel-sel G) yang terletak di daerah kelenjar pilorus lambung,
gastrin merangsang peningkatan sekresi getah lambung yang bersifat asam, dan mendorong
pertumbuhan mukosa lambung dan usus halus, sehingga keduanya dapat mempertahankan
kemampuan sekresi mereka.

4. USUS HALUS
Usus halus terbagi menjadi tiga segmen yaitu duodenum, jejenum dan ilieum. Pada usus halus ini
terjadi sebagian besar pencernaan dan penyerapan.

Motilitas Usus Halus


Segmentasi adalah metode motilitas utama usus halus yaitu proses mencampur dan mendorong
secara perlahan kimus dengan cara kontraksi bentuk cincin otot polos sirkuler di sepanjang usus
halus, diantara segmen yang berkontraksi terdapat daerah yang berisi kimus. Cincin-cincin
kontraktil timbul setiap beberapa sentimeter, membagi usus halus menjadi segmen-segmen
seperti rantai sosis. Segmen-segmen yang berkontraksi, setelah jeda singkat, melemas dan
kontraksi kontraksi berbentuk cincin kemudian muncul di daerah yang semula melemas.
Perjalanan isi usus biasanya memerlukan waktu 3-5 jam untuk melintasi seluruh panjang usus
halus, sehingga tersedia cukup waktu untuk berlangsungnya proses pencernaan dan penyerapan.

Sekresi Usus Halus


Kelenjar brunner di duodenum mensekresikan mukus alkalis kental yang membantu melindungi
mukosa duodenum dari asam lambung. Rangsang vagus meningkatkan sekresi kelenjar brunner
tetapi mungkin tidak menimbulkan efek pada kelenjar usus. Selain itu, juga terdapat sekresi
HCO3- dalam jumlah yang cukup banyak yang independen terhadap kelenjar brunner. Setiap
hari kelenjar eksokrin yang terletak di mukosa usus halus mengeluarkan 1,5 liter larutan garam
dan mukus cair (succus entericus).

Digesti Usus Halus


Pencernaan di dalam lumen usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim pankreas dan sekresi
empedu. Enzim pankreas meyebabkan lemak direduksi menjadi satuan-satuan monogliserida dan
asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan menjadi fragmen peptida kecil dan
beberapa asam amino, dan karbohidrat direduksi menjadi disakarida dan beberapa monosakarida.
Dengan demikian proses pencernaan lemak selesai dalam lumen usus halus tapi pencernaan
protein dan karbohidrat belum.
Dari permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terbentuk tonjolan-tonjolan seperti rambut yang
disebut Brush Border, yang mengandung tiga kategori enzim, yaitu :
1. Enterikinase, mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen
2. Golongan disakaridase (sukrose, maltase dan laktase), yang menyelesaikan pencernaan
karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi monosakarida penyusunnya.
3. Golongan aminopeptidase, yang menghidrolisis peptida menjadi komponen asam aminonya,
sehingga pencernaan protein selesai.
Absorpsi Usus Halus
Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin
dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung
di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ilieum.

a. Penyerapan Garam dan Air


Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui osmosis. Jumlah
air yang diserap per harinya dari makanan adalah 2000 ml dan dari getah-getah pencernaan
sebanyak 7000 ml/ harinya. 95%nya diabsorpsi dan hanya 100-200 ml air per hari yang
dikeluarkan bersama feses. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel epitel melalui
bagian basal dan sisi dinding sel masuk ke dalam ruang paraseluler. Sebagian Na diabsorpsi
bersama dengan ion klorida, dimana ion klorida bermuatan negatif secara pasif ditarik oleh
muatan listrik positif ion natrium.
b. Penyerapan Karbohidrat
Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang
ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu
glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder
sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi

c. Penyerapan Protein
Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap
menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk melalui bantuan
pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush
border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.

Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi
khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi
Na.
d. Penyerapan Lemak
Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas, keduanya akan larut
dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam
bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan mikrovili brush border
sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk diantara mikrovili yang bergerak. Dari sini
keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke bagian dalam sel epitel. Proses ini
meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya
berkali-kali membantu absorpsi monogliserida dan asam lemak.

5. USUS BESAR
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rektum. Rata-rata kolon menerima sekitar 500
ml kimus dari usus halus setiap harinya, isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu
makanan yang tidak dapat dicerna (misal selulosa), komponen empedu yang tidak diserap dan
sisa cairan, bahan ini akhirnya yang disebut feses. Selulosa dan bahan makanan lain yang tidak
dapat dicerna membentuk sebagian besar feses dan membantu pengeluaran tinja secara teratur
karena berperan menentukan isi kolon.

Motilitas Usus Besar


Gerakan usus besar umumnya lambat dan tidak propulsif, sesuai dengan fungsinya sebagai
tempat absorpsi dan penyimpanan. Motilitas yang terjadi pada kolon adalah kontraksi haustra
yaitu gerakan mengaduk isi kolon dengan gerakan maju mundur secara perlahan yang
menyebabkan isi kolon terpajan ke mukosa absortif. Peningkatan motilitas terjadi setiap 3-4 kali
sehari setelah makan yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asendens
dan transversum sehingga feses terdorong sepertiga sampai seperempat dari panjang kolon,
gerakan ini disebut gerakan massa yang mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar sebagai
tempat defekasi. Sewaktu gerakan massa di kolon mendororng isi kolon ke dalam rektum, terjadi
peregangan rektum dan merangsang reseptor regang di dinding rektum serta memicu refleks
defekasi.

Sewaktu makanan masuk ke lambung terjadi gerakan massa di kolon yang terutama disebabkan
oleh reflek gastrokolon yang diperantarai oleh gastrin ke kolon. Refleks ini sering ditemukan
setelah sarapan timbul keinginan kuat untuk buang air besar. Refleks gastroileum memindahkan
isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar dan reflek gastrokolon mendorong isi kolon ke
dalam rektum yang memacu proses defekasi.

Feses di rektum menyebabkan peregangan yang kemudian dideteksi oleh receptor di rektum
terbentuklah suatu impuls yang menunju mysenteric plexus peristaltic. Hal ini menimbulkan
gelombang pada kolon desenden dan sigmoid. Apabila sfingter anus eksternus (otot rangka) juga
melemas, terjadi defekasi. Refleks lainnya, impuls yang berasal dari rektum  rektum  sigmoid
 desenden menuju medula spinalis lalu menuju kolon anus.

Sekresi Usus Besar


Sekresi kolon terdiri dari larutan mukus alkalis (HCO3-) yang fungsinya adalah melindungi
mukosa usus besar dari cedera kimiawi dan mekanis, juga menghasilkan pelumasan untuk
memudahkan feses lewat.

Absorpsi Usus Besar


Dalam keadaan normal kolon menyerap sebagian besar garam dan air. Natrium zat yang paling
aktif diabsorpsi dan, Klorida diabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien listrik, dan air
diabsorpsi secara osmosis.

DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation. 2007.
Silverthorne D. Human Physiology: An Integrated Approach. 2nd Ed. Upper Saddle river, NJ:
Pretince Hall Inc. 2001.
Ganong FW. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC. 2002
Barret KE. Gastrointestinal Physiology. New York: McGraw-Hill. 2006

http://dokterrizy.blogspot.com/2010/02/fisiologi.html

Thursday, February 4, 2010

Anda mungkin juga menyukai