Anda di halaman 1dari 2

Hall JE, Guyton AC. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Philadelphia.

Elsevier
Saunders. 2011. 763-4.

Proses Menelan (Deglutisi)

Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu fungsi pernapasan dan
menelan. Faring diubah hanya dalam beberapa detik menjadi traktus untuk mendorong masuk
makanan. Hal yang terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu karena proses menelan.

Pada umumnya, menelan dapat dibagi menjadi (1) tahap volunter yang mencetuskan proses menelan,
(2) tahap faringeal yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam
esofagus; dan (3) tahap esofageal, yaitu fase involunter lain yang mengangkut makanan dari faring ke

lambung.

Tahap Volunter dan Proses Menelan.

Bila makanan sudah siap untuk ditelan, "secara sadar" makanan ditekan atau didorong ke arah posterior
ke dalam faring oleh tekanan lidah ke atas dan ke belakang terhadap palatum, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar.

Dari sini, proses menelan menjadi seluruhnya atau hampir seluruhnya berlangsung secara otomatis dan
umumnya tidak dapat dihentikan.

Tahap Faringeal dan Proses Menelan.

Saat bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah epitel
reseptor menelan di sekeliling pintu faring, khususnya pada tiang-tiang tonsil, dan sinyal-sinyal dari sini
berjalan ke batang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis
sebagai berikut.
1. Palatum mole tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior, untuk mencegah refluks makanan ke
rongga hidung.

2. Lipatan palatofaringeal pada setiap sisi faring tertarik ke arah medial untuk saling mendekat satu
sama lain. Dengan cara ini lipatan-lipatan tersebut membentuk celah sagital yang harus dilewati oleh
makanan untuk masuk ke dalam faring posterior. Celah ini melakukan kerja selektif, sehingga makanan
yang telah cukup dikunyah dapat lewat dengan mudah. Oleh karena tahap penelanan ini berlangsung
kurang dari 1 detik, setiap benda besar apa pun biasanya sangat dihambat untuk lewat masuk ke
esofagus.

3. Pita suara pada laring menjadi sangat berdekatan, dan laring tertarik ke atas dan anterior oleh otot-
otot leher. Hal ini, digabung dengan adanya ligamen yang mencegah gerakan epiglotis ke atas,
menyebabkan epiglotis bergerak ke belakang di atas pembukaan laring. Seluruh efek ini bekerja
bersama mencegah masuknya makanan ke dalam hidung dan trakea. Hal yang paling penting adalah
sangat berdekatannya pita suara, namun epiglotis membantu mencegah makanan agar sejauh mungkin
dari pita suara. Kerusakan pita suara atau otot-otot yang membuatnya berdekatan dapat menyebabkan
strangulasi.

4. Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan ke esofagus. Pada saat yang
bersamaan, 3-4 cm di atas dinding otot esofagus, yang dinamakan sfingter esofagus atas (juga disebut
sfingter faringoesofageal) berelaksasi. Dengan demikian, makanan dapat bergerak dengan mudah dan
bebas dari faring posterior ke dalam esofagus bagian atas. Di antara penelanan, sfingter ini tetap
berkontraksi dengan kuat, sehingga mencegah udara masuk ke esofagus selama respirasi. Gerakan laring
ke atas juga mengangkat glotis keluar dari jalan utama makanan, sehingga makanan terutama hanya
melewati setiap sisi epiglotis dan bukan melintas di atas permukaannya; hal ini menambah pencegahan
terhadap masuknya makanan ke dalam trakea.

5. Setelah laring terangkat dan sfingter faringoesofageal mengalami relaksasi, seluruh otot dinding faring
berkontraksi, mulai dari bagian superior faring, lalu menyebar ke bawah melintasi daerah faring media
dan inferior, yang mendorong makanan ke dalam esofagus melalui proses peristaltik.

Sebagai ringkasan mekanisme tahapan penelanan dari faring Trakea tertutup, esofagus terbuka, dan
suatu gelombang peristaltik cepat dicetuskan oleh sistem saraf faring mendorong bolus makanan ke
dalam esofagus bagian atas, seluruh proses terjadi dalam waktu kurang dari 2 detik.

Anda mungkin juga menyukai