Anda di halaman 1dari 30

ANATOMI SISTEM PENGUNYAHAN,

PENELANAN DAN PERNAFASAN


Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh dr. Dirwan
Suryo Soularto, Sp. F, M. Sc
Rabu, 12 April 2017
Editor : Rianda

Pendahuluan

 Fungsi Sistem Digesti:


1. Mastikasi (pengunyahan)  mulut, gigi, dan otot pengunyahan
2. Pencernaan makanan  mulai dari mulut sampai ke usus
3. Sekresi substansi kimia (enzim)  pencernaan – kelenjar ludah -
pancreas
4. Absorbsi sari makanan. Sari makanan akan diserap di usus masuk
ke pembuluh darah
 Musculi yang bekerja pada mandibula:
 Musculi masticator  mengangkat mandibula
 Musculi depressor mandibula  menurunkan mandibula 
otot-otot dasar mulut
 Otot mastikasi memungkinkan rahang bawah untuk melakukan
gerakan menutup, membuka, memajukan (protrusive), dan
memundurkan (retrusive) bersamaan dengan gerakan bersama ke sisi
kanan dan kiri. Depresor mandibula bertindak untuk membuka
rahang bawah secara luas/lebar, fungsi yang tidak dapat dilakukan
oleh pengunyahan otot

Otot-otot pengunyah (musculi masticatorii)

 Inervasi: n. mandibularis
 Filogenetis: arcus visceralis I
 Meliputi:
 M. masseter
 M. temporalis
 M. pterygoideus lateralis
 M. pterygoideus medialis

Otot-otot yang Menggerakan Mandibula

 Masseter, temporalis & pterygoids


 Arise (origo) dari tengkorak & insert (insersio) pada mandibula
 Membentuk bagian dari struktur TMJ
 Saraf kranial V (saraf trigeminal)
 Protract, mengangkat (elevasi), atau meretraksi mandibula
 Temporalis & Masseter mengangkat mandibula (biting)
 Temporalis retraksi
 Masseter elevates mandible
 mandibular division of V
 Temporalis elevates and retracts mandible
 mandibular division of V
 Lateral pterygoid protracts mandible
 Os Sphenoid ke kondilus mandibubla
 Medial pterygoid elevates & protracts mandible
 Os Sphenoid ke angulus mandibula
 Bersama-sama menggerakan rahang dari sisi samping ke samping
untuk menggiling makanan

m. Masseter

 Arcus zygomaticus-tuberositas masseterica


 Dibagi:
 Pars superficialis
 Pars profunda
 Otot kuat untuk menutup rahang  mengangkat mandibular
 Inervasi: n. massetericus
 M. Masseter dimana sih :/ ???
m. Temporalis

 Fossa temporalis-processus coronoideus, sisi inferior & anterior


mandibuala
 Otot pengangkat rahang bawah paling kuat
 Inervasi: N. temporalis r. profundus
 Kalau m. Temporalis dimana???

m. Pterygoideus lateralis

 Terlibat dalam semua gerakan mandibula


 Otot pengarah sendi mandibularis
 2 bagian:
 Lateral lamina pterygoideus lateralis-fovea pterygoidea
 Permukaan infratemporalis-discus articularis
 Inervasi: n. pterygoideus lateralis
m. Pterygoideus medialis

 Fossa pterygoidea-tuberositas pterygoidea


 Mengangkat mandibula
 Mendorong mandibula ke depan
 Pergeseran ke lateralis rahang, rotasi
 Inervasi: n. pterygoideus medialis

M. P. Lateral & Medial terletak dibawah M. Masseter, jadi untuk


melihat mereka berdua, m. Masseter harus dibuka terlebih dahulu
Inervasi

 N. facialis (VII)
 N. trigeminus (V):
 N. ophthalmicus
 N. maxillaris
 N. mandibularis
n. ophthalmicus
n. maxillaris

n. mandibularis

Otot-otot dasar mulut

m. Genihyoid
m. Mylohyoid
m. Digastricus

m. Mylohyoideus

 Origo: linea mylohyoidea mandibular


 Insersi: corpus ossis hyoidei, symphisis mandibulae
 Fungsi:
 Menunjang lidah dan dasar mulut
 Bila mandibula terfixir: mengangkat dasar mulut dan os
hyoideum  proses menelan
 Bila os hyoid terfixir  depresi mandibula dan membuka
mulut

m. Geniohyoideus

 Origo: spina mentalis inferior


 Insersi: permukaan anterior os hyoideus
 Fungsi:
 Elevasi os hyoideus
 Depresi mandibula
 Inervasi: n. hipoglossus

m. Digastricus

 Venter posterior
 Permukaan medial processus mastoideus  tendo
intermedius
 N. facialis
 Venter anterior
 tendo intermedius  margo inferior corpus mandibula dekat
bidang median
 n. mylohyoideus (n. mandibularis N. V)
 Fungsi:
 Depresi mandibula
 Elevasi os hyoideus

Otot-otot Suprahyoid terletak diatas tulang hyoid

 M. Digastricus memanjang dari mandibula ke prosessus mastoideus


 Digunakan untuk membuka mulut
 M. Mylohyoid memanjang dari tulang hyoid ke mandibula
 Membantu dasar mulut dan mengangkat (elevasi) tulang
hyoid selama mengunyah
 Stylohyoid & Geniohyoid mengangkat tulang hyoid selama
mengunyah

Inervasi

 inervasi oleh V dan VII – diagastric


 inervasi oleh V – mylohyoid
 inervasi oleh VII – stylohyoid
 inervasi oleh C1 - geniohyoid
Proses Menelan (deglutition)

 Saluran pernafasan dan makanan  bersilangan di oropharynx


 Bayi baru lahir  larynx terletak tinggi di atas pharynx, epiglotis
membentang di atas radix linguae  makanan melintasi epiglottis di
sebelah lateralnya, melalui recessus piriformis  esophagus  bayi
dapat minum dan bernafas pada waktu yang bersamaan
 Usia lebih lanjut  larynx turun, pharynx naik  pintu masuk ke
larynx menghalangi jalan makanan
 Mencegah masuknya makanan ke saluran pernafasan
 Gerakan terkoordinasi dengan satu tahap di bawah kesadaran dan 2
tahap berikutnya di luar kesadaran
 Persarafan:
 Refleks menelan tetap aktif pada saat tidur
 Pusat menelan: medulla oblongata

Infant vs. Adult

Tahap I (buccal)

 Di mulut, disadari
 Makanan dikumpulkan di permukaan atas lidah sebagai bolus yang
lembab
 Otot dasar mulut berkontraksi  lidah dan bolus makanan tertekan
ke arah palatum molle
 Lidah tertarik oleh m. styloglossus dan hyoglossus  mendorong
bolus melalui istmus faucium ke dalam oropharynx  meluncur
melalui recessus piriformis dan sebagian di atas epiglottis

Tahap II

 Di pharynx, tidak disadari  pengamanan jalan udara melalui aksi


refleks
 Untuk mencegah masuknya makanan ke cavum nasi:
 Palatum molle terangkat dan ditegangkan oleh m. tensor dan
levator veli palatini  ditekan ke dinding posterior pharynx
 uvula menutup nasopharynx
 Dinding posterior pharynx menonjol (kontraksi m. konstrictor
faringeus superior) untuk mencegah makanan masuk ke
cavum nasi
 Penutupan pintu masuk ke larynx:
 Kontraksi otot dasar mulut  os hyoid dan larynx terangkat
 pintu masuk laynx mendekati epiglottis
 Epiglottis diturunkan oleh radix lingua dengan bantuan m.
aryepiglotticus
 Rima glottidis menutup  pernafasan terhenti
 Celah pharynx membuka ke atas depan pada waktu larynx naik
 Arcus palatopharynx mendekat: cegah masuknya benda-benda besar

Tahap III

 Di oesophagus
 dari laryngopharynx ke esophagus karena kontraksi m.
konstriktor pharyngis inferior
 Gerakan peristaltik membawa bolus makanan terus ke bawah
ke gaster
Lower Esophageal Sphincter
Systema Respiratorium

 Pars Conductoria  penghantar udara pernafasan  udara disaring,


dibersihkan, dilembabkan, diatur suhunya
 Nasus
 Sinus paranasalis
 Pharynx
 Larynx
 Trachea
 Bronchus: bronchus primarius, br. Secundarius, br tertius,
bronkhiolus terminalis
 Pars Respiratoria  pertukaran O2 dan CO2
 Bronchiolus respiratorius
 Ductus alveolaris
 Alveoli
 Upper respiratory tract (saluran pernafasan yang ada di kepala):
 Nasus
 Sinus paranasalis
 Pharynx
 Lower respiratory tract (saluran pernafasan yang ada di leher dan
truncus):
 Larynx
 Trachea
 Bronchus
 Pulmo
Nasus

 Nasus externus:
 Os nasi
 Cartilago nasi
 Cavum nasi: nares – choanae
 Septum nasi
 Vestibulum nasi
 Dinding terdiri dari tulang rawan
 Vibrassae +, gl. Sebacea+, m.erector pili -
 Batas dgn regio resp. : limen nasi
 Regio respiratoria
 Vasa darah banyak, terdapat gld. Seromucosa
 Concha nasalis
 Meatus nasi
 Muara ductus nasolacrimalis
 Regio olfactoria: organa olfactoria
 Di kranial & medial concha sup & di septum nasi bag cranial.
 Epitel :neuroepitelium (ujung n. olfactorius yg berfungsi sbg
saraf penghidu)

Sinus paranasalis
 Macam :
 Sinus maxillaris
 Sinus ethmoidalis
 Sinus sphenoidalis
 Sinus frontalis
 Fungsi :
 Meringankan tengkorak
 Menghangatkan udara
 Membantu bicara, resonansi, dll.

Pharynx

 Posterior cavum nasi dan cavum oris


 Nasopharynx
 Ostium tuba auditiva
 Tonsilla pharyngea
 Oropharynx:
 Tonsilla palatina
 Laryngopharynx
 Tonsila palatina, tonsila lingualis & tonsila pharyngea membentuk
cincin tonsilaris Waldeyer

Proses Bersuara

 Struktur yang terlibat: semua struktur yang mengelilingi rima


glottidis  glottis
 Rongga larynx:
 Rima vestibuli : celah diantara 2 plica vestibuli
 Rima glottidis: celah segitiga
 2/3 anterior: intermembranasea (plica vocalis)
 1/3 posterior: intercartilaginea (proc. Vocalis cartilago
arytenoidea)
Otot Larynx

 Ekstrinsik:
 Elevator : m. thyrohyoid, m. stylohyoid, m. mylohyoid, m.
digastricus, m. stylopharyngeus, m. palatopharyngeus
 Depresor : m. omohyoid, m. sternohyoid, m. sternothyroideus
 Intrinsik
 Sebagai sphincter :
 m. arytenoideus transversus
 m. arytenoideus obliquus Untuk gambarnya
 m. aryepiglotica bisa langsung liat
 Sebagai pembuka aditus laryngis : PPT ato nggak
 m. thyroepiglotica Sobota 
 M. aryepiglottica
 Beraksi pada plica vocalis:
 m cricothyroideus: plica vocalis meregang
 m. cricoarytenoideus post : membuka rima glotidis
 m. cricoarytenoideus lat : rima menyempit
 m. throarytenoideus & m. vocalis: mengendorkan
plica vocalis

Bentuk rima glottidis  berubah-ubah

 Pernafasan tenang, waktu berbisik :


 plica vocalis berdekatan
 Intercartilaginea membuka
 Pernafasan sedang:
 Intermembranacea dan intercartilaginea membuka
 Pernafasan paksa  rima glottidis membuka lebar

Respirasi Phonasi
 Suara dihasilkan bila plica vocalis yang tertutup dan tegang dalam
posisi fonasi terbuka dan bergetar akibat pengeluaran udara dari paru-
paru  gelombang suara
 Volume suara  kekuatan aliran udara
 Tinggi nada  panjang, ketebalan dan ketegangan plica vocalis
 Kontrol:
 M. cricoarytenoideus
 M. vocalis
 Alat-alat resonansi: saluran udara di atas larynx  pharynx, cavum
oris, cavum nasi  kualitas, warna suara
 Bila terjadi obstruksi  warna suara berubah

Proses berbicara

 Letak larynx yang rendah  udara ekspirasi mencapai palatum dan


mulut  diartikulasi menjadi kata-kata
 Huruf hidup  perubahan-perubahan di jalan udara
 Huruf mati  pembentukan suara di mulut
 Bila kehilangan plica vocalis  plica ventricularis menghasilkan
suara

Anatomi Leher
Rangkuman Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara

1. Mekanisme Mastikasi
Pergerakan yang terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit,
mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta berbicara. Aktivitas
yang terintegrasi dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron
eferen pada saraf motorik di pergerakan mandibula yang mengontrol
hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu
pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area
perioral, faring, dan laring.

Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang


bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara
bilateral. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang
selama penguyahan yang secara relatif merupakan pergerakan sederhana
dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan
dalam mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa
mekanisme pergerakan menggerinda simple yang mana merupakan
pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi
ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahap awal dari proses
digesti.

 Pergerakan Pengunyahan

Salah satu tujuan memugar bentuk oklusal adalah untuk memastikan kontak
gigi terintegrasi dengan pola pergerakan rahang. Seluruh otot rahang bekerja
bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incidor sebesar 55
pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk
mengunyah, gigi anterior (incisors) berperan untuk memotong dan gigi
posterior ( molar) berperan untuk menggiling makanan. Sebagian besar otot
mastikasi diinervasi oleh cabang nervus cranial ke lima dan proses
pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik
retikular di batang otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan
pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area di hipotalamus, amyglada
dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan area sensori untuk
pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan.

Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang


dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi
refleks penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah
turun.
2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan
otot rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi.
3. secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga
menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot
rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal (rebound)
di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.
4. pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua
makanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat
karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidak tercerna di
sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelum
makanan dapat dicerna.

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan


sebagai berikut:

1. enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan,


sehingga tingkat pencernaan bergantung pada area permukaan
keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi pencernaan.
2. Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah
penolakan dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan
untuk mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil, kemudian
berturut-turut ke dalam semua segmen usus.

 Pergerakkan

Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan


menutup. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan
dan penelanan. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang
sangat bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah
dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan
ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan
penghancuran dalam periode reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk
selama final periode yaitu sebelum penelanan. Pergerakan rahang pada
ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan dan
spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan
slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama
rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup.
Selama penelanan, lidah memainkan peran yang penting di dalam
mengontrol pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk
makanan yang dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan
otot buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang
padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Selama
fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan
memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali
tertarik selama fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang yang
dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada rongga mulut. Ketika
makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan berpindah ke
belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat
penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan,
sementara mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan besar
ke bagian oklusal untuk pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui
mengenai mekanisme mendasar mengenai pengontrolan lidah selama
terjadinya aktivitas ini.

 Aktivitas Otot

Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari
aktivitas pola asynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu
permulaan, waktu puncak, tingkat dimana mencapai puncak, dan tingkat
penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan oleh factor-faktor seperti
spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktor individu.
Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka, ketika otot
pembuka rahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang dimulai pada
awal rahang menutup. Aktivitas dari otot penutup rahang meningkat secara
lambat seiring dengan bertemunya makanan di antara gigi. Otot penutupan
pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan, lebih aktif daripada
otot penutupan rahang kontralateral.

 Kontrol Mastikasi

Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan
yang yang sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola dasar
oscillatory pergerakan mastikasi berawal dari generator neural yang terdapat
di brain stem. Input sensori afferent yang terjadi pada nuclei ini juga
merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan proses
mastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak akan
mempengaruhi system koordinasi brain stem mastikatori. Setelah sekian
banyak penelitian dilakukan, tiga hal inilah yang merupakan faktor utama
yang berpengaruh besar terhadap pengontrolan proses mastikasi.

 Aktivitas brain stem selama mastikasi

Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam
kavitas oral, fakta menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan
bawah berasal dari dalam brain stem. Hasil percobaan juga membuktikan
bahwa faktor-faktor pemicu gerakan mastikasi adalah adanya hubungan dari
sirkuit neural yang membentuk jaringan neural oscillatory yang mampu
merangsang terjadinya pola gerakan mastikasi. Neural oscillator ini disebut
sebagai generator pola mastikasi atau pusat mastikasi. Selain mastikasi,
brain stem juga bertanggung jawab dalam proses respiratori dan proses
penelanan. Selain adanya neural generator, mastikasi juga terjadi karena
aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh stimulasi dari strukur
orofacial.

Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk


juga gerak lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks
orofacial ini terdapat sekurang-kurangnya satu motor nucleus dan beberapa
sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila dibandingkan dengan refleks-
refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses penelanan).

Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada
jaw-closing dan refleks jaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung
dagu. Saat mengetuk ujung dagu ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-
closing tertarik dan menhasilkan input sensori yang akan menginisiasi gerak
refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik) electromyography
(EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan
temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot
yang akan menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat,
gerak refleks ini sama dengan gerak knee-jerk refleks dimana hanya satu
sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input refleks jaw-closing selain
muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll dapat
menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan
dengan percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah
menurunkan input tapi tidak menghentikan refleks.
Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal
dan mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot
jaw-opening dan inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk
refleks monosynaptic dan sekurang-kurangnya satu interneuron bekerja.

Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong
otot jaw-closing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak
mastikasi, pada intinya ritme mastikasi dihasilkan dari generator pada brain
stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu dengan input peripheral yang pada
akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi yang sesuai dengan
input yang terjadi.

Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti


menggunakan aktivitas itrasel dari motoneuron α yang mengontrol otot
masseter (jaw-closing) dan digastrics (jaw-opening). Motoneuron masseter
depolarisasi saat fase closing dan hiperpolarisasi (inhibisi) saat fase opening.
Motoneuron digastrics depolarisasi saat opening, akan tetapi tidak
hiperpolarisasi saat closing.

2. Penelanan

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses


memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut. Proses menelan
merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang
berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam
proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4
syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut
ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut
disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga
mulut sampai ke lambung. Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu
fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.

1. Fase Oral

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang
dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva
untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang
siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara disadari. Proses ini bertahan
kira-kira 0.5 detik

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera
terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas
lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai
dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum
durum sehingga bolus terdorong ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior
faring sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas
akibat kontraksi m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan
nV.3 sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII
sebagai serabut efferen (motorik).

2. Fase Faringeal

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior
(arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal
ini terjadi :

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X
dan n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat,
kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup
daerah nasofaring.
2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX)
m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan
aduksi pita suara sehingga laring tertutup.
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena
kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan
n.servikal I).
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m.
Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor
faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah
yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan
dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke
bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung
sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan
makanan padat.

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X
sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai
serabut efferen.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,


meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu
pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus
menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan
palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus
bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel


dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang


ditimbulkan tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke
orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor faring.
2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan
negatif akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior
faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas.
Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor faring
inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian
superior.

3. Fase Esofagal

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus


makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik


primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding
esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti
oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan
dinding esofagus.
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus
mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding
esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke
distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena
gerak peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time
bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut
untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

 Peranan sistem saraf dalam proses menelan

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam


orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.
2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang
otak (kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi
utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus ambigius
yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron
otot yg berhubungan dgn proses menelan.
3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

 Gangguan deglutasi/ menelan

Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit
menelan, yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien
dewasa, lansia ataupun anak-anak. Disfagia merupakan gejala kegagalan
memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.

Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik


sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan
emosi. Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.

Disfagia dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut,


orofaring, esofagus atau berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan
tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapat menelan sama sekali,
atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya hanya
dilihat dari gangguan di esofagusnya.

3. Berbicara
Untuk menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot.
Bagian penting dalam percakapan dan bahasa adalah cerebral cortex yang
berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa.

Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak,
dengan produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.

Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara.
Pada bicara yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi
menyediakan aliran berkesinambungan dari udara dengan volume yang
cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi.
Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial
dan struktur oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang
dikenal sebagai bicara

 Laring

Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didisain untuk


memproduksi suara (fonasi). Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago
yang berpasangan dan 3 yang tidak berpasangan. Organ ini terletak pada
midline didepan cervikal vertebra ke 3 sampai c 6. Organ ini dibagi ke dalam
3 regio : Vestibule, Ventricle, dan Infraglotitic.

Didalam faring ini terdapat pita suara yang dapat menghasilkan gelombang
suara yang nantinya akan di modifikasi oleh resonator dan articulator yang
kemudian dihasilkan suara yang seperti kita ucapkan sehari-hari. Pergerakan
pita suara (abduksi, adduksi dan tension) dipengaruhi oleh otot-otot yang
terdapat disekitar laring, dimana fungsi otot-otot tersebut adalah:

 M. Cricothyroideu menegangkan pita suara


 M. Tyroarytenoideus (vocalis) relaksasi pita suara
 M. Cricoarytenoideus lateralis adduksi pita suara
 M. Cricoarytenoideus posterior abduksi pita suara

M. Arytenoideus transversus menutup bagian posterior rima glotidis

 Vocal Tract

Vocal tract pada manusia merupakan acoustic tube dari cross section dengan
panjang sekitar 17 cm dari vocal fold hingga bibir. Area cross section ini
bervariasi dari 0-20 cm2 dengan penempatan bibir, rahang, lidah, dan
velum(soft palate). Perangkap (trap-door action) yang dibuat sepasang velum
pada vocal tract membuat secondary cavity yang berpartisipasi dalam speech
production- nasal tract. Nasal cavity memiliki panjang sekitar 12 cm dan luas
60 cm3.

Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari udara yang
melewati vocal cords. Vocal tract bertindak pada sumber ini sebagai filter
dengan frekuensi yang diinginkan, berkorespondensi dengan resonansi
akustik dari vocal tract.

 Voiced Sounds (Suara)

Suara, contohnya huruf vokal (a,i,u,e,o), diproduksi dengan meningkatkan


tekanan udara di paru-paru dan menekan udara untuk bergerak ke glottis
(lubang antara vocal cords), sehingga vocal cords bergetar.

Getaran tersebut mengganggu aliran udara dan menyebabkan getaran broad


spectrum quasi-periodic yang berada di vocal tract. Ligament yang bergetar
dari vocal cords memiliki panjang 18 mm dan glottal yang secara khusus
bervariasi dalam area dari 0-20 mm2. Otot laryngeal yang mengatur vocal
folds dibagi menjadi tensors, abductors, dan adductors. Naik dan turunnya
pitch dari suara dikontrol oleh aksi dari tensor – crico-thyroid dan otot
vocalis. Variasi dalam tekanan subglottal juga penting untuk mengatur
derajat getaran laryngeal.

 Artikulasi dan Resonansi

Ketika suara dasar dihasilkan oleh vocal tract, suara tersebut dimodifikasi
untuk menghasilkan suara yang jelas dengan proses resonansi dan artikulasi

Dengan kegunaan sifat-sifat resonant dari vocal tract, bunyi suara dasar
disaring. Kualitas akhir dari suara tergantung dari ukuran dan bentuk
berbagai cavitas yang berhubungan dengan mulut dan hidung. Bentuk dari
beberapa cavitas ini bisa diubah oleh berbagai macam aktivitas bagian yang
dapat bergerak dari pharynx dan cavitas oral.

Artikulasi adalah proses penghasilan suara dalam berbicara oleh pergerakan


bibir, mandibula, lidah, dan mekanisme palatopharyngeal dalam kordinasi
dengan respirasi dan phonasi

Fungsi dari mekanisme pengucapan adalah untuk mengubah bentuk dari


tonsil laryngeal dan untuk membuat suara dalam rongga mulut. Suara yang
penting terbentuk adalah pengucapan konsonan, yang ditekankan sebagai
iringan suara oleh gesekan bunyi. Konsonan dibentuk dari gelombang udara
yang berkontak dari arah yang berlawanan. Misalnya pada kontak antara dua
bibir saat pengucapan huruf “p” dan “b”. Contoh lainnya juga pada lidah
yang menyentuh gigi dan palatum saat pengucapan huruf “t” dan “d”.

Untuk lebih lengkap, liat langsung di (ms.word disaranin dr. Dirwan) :


https://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologi-pengunyahan-
penelanan-dan-bicara/

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai